HPLC/KCKT Kelompok 2:
Emilda yaman
Eunike napitupulu
Eva yusriani
Evi susanti
Fajri hidayat
Feri kasman
Nani sugianti
Mukminatin
Miranti utami
Mili kasyani
Meftia reny
Pengertian HPLC
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi atau KCKT atau biasa juga disebut dengan HPLC (Hight
Performance Liquid Chromatograhy ) dikembangkan pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun
1970-an. Saat ini KCKT merupakan tekhnik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis
dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel dalam sebidang, antara lain : farmasi,
lingkungan, bioteknologi, polimer dan industri-industri makanan.
High performance liquid chromatography (HPLC) adalah suatu alat teknologi kimia modern yang
digunakan untuk menentukan komponen dalam suatu sampel dengan metode pememisahkan
komponen berdasarkan interaksi antara fase gerak dan fase diam (McMaster 2007). Pengertian
lain dari HPLC yaitu Kromatografi cair berperforma tinggi (high performance liquid
chromatography) merupakan salah satu teknik kromatografi untuk zatcair yang biasanya disertai
dengan tekanan tinggi.
Klasifikasi berdasarkan mekanisme
01 02
Kromatografi adsorpsi/ fase normal
(adsorption chromatography) Kromatografi fase terbalik
03 04
Kromatografi Pertukaran ion Size Exclusion Chromatography
(ion exchange Chromatography) (SEC)
Kromatografi Permeasi Gel;
Kromatografi Filtrasi Gel
1. Kromatografi adsorpsi/ fase normal
(adsorption chromatography)
Prinsip kromatografi adsorpsi telah diketahui sebagaimana dalam kromatografi kolom dan
normal dengan menggunakan fase diam silika gel dan alumina, meskipun demikian sekitar
90% kromatografi ini memakai silika sebagai fase diamnya. Pada silika dan alumina
terdapat gugus hidroksi yang akan berinteraksi dengan solut. Gugus silanol pada silika
mempunyai reaktifitas yang berbeda, karenanya solut dapat terikat secara kuat sehingga
Kebanyakan fase diam kromatografi ini adalah silika yang dimodifikasi secara kimiawi atau fase terikat.
Sejauh ini yang digunakan untuk memodifikasi silika adalah hidrokarbon-hidrokarbon non-polar seperti
dengan oktadesilsilana, oktasilana, atau dengan fenil. Fase diam yang paling populer digunakan adalah
oktadesilsilan (ODS atau C18) dan kebanyakan pemisahannya adalah fase terbalik.
Sebagai fase gerak adalah campuran metanol atau asetonitril dengan air atau dengan larutan bufer. Untuk solut
yang bersifat asam lemah atau basa lemah, peranan pH sangat krusial karena kalau pH fase gerak tidak
diatur maka solut akan mengalami ionisasi atau protonasi. Terbentuknya spesies yang terionisasi ini
menyebabkan ikatannya dengan fase diam menjadi lebih lemah dibanding jika solut dalam bentuk spesies
yang tidak terionisasi karenanya spesies yang mengalami ionisasi akan terelusi lebih cepat.
3. Kromatografi penukar ion
KCKT penukar ion menggunakan fase diam yang dapat menukar kation atau anion dengan
suatu fase gerak. Ada banyak penukar ion yang beredar di pasaran, meskipun demikian
yang paling luas penggunaannya adalah polistiren resin.
Kebanyakan pemisahan kromatografi ion dilakukan dengan menggunakan media air karena
sifat ionisasinya. Dalam beberapa hal digunakan pelarut campuran misalnya air-alkohol dan
juga pelarut organik. Kromatografi penukar ion dengan fase gerak air, retensi puncak
dipengaruhi oleh kadar garam total atau kekuatan ionik serta oleh pH fase gerak. Kenaikan
kadar garam dalam fase gerak menurunkan retensi solut. Hal ini disebabkan oleh penurunan
kemampuan ion sampel bersaing dengan ion fase gerak untuk gugus penukar ion pada resin.
4. Kromatografi Permeasi Gel
Kromatografi ini disebut juga dengan kromatografi permiasi gel dan dapat digunakan untuk
memisahkan atau menganalisis senyawa dengan berat molekul > 2000 dalton.
Fase diam yang digunakan dapat berupa silika atau polimer yang bersifat porus sehingga solut dapat
melewati porus (lewat diantara partikel), atau berdifusi lewat fase diam. Molekul solut yang
mempunyai BM yang jauh lebih besar, akan terelusi terlebih dahulu, kemudian molekul-molekul
yang ukuran medium, dan terakhir adalah molekul yang jauh lebih kecil. Hal ini disebabkan
solut dengan BM yang besar tidak melewati porus, akan tetapi lewat diantara partikel fase diam.
Dengan demikian, dalam pemisahan dengan eksklusi ukuran ini tidak terjadi interaksi kimia
antara solut dan fase diam seperti tipe kromatografi yang lain.
Contoh analisis menggunakan
kromatrografi HPLC
Fasa gerak dalam HPLC adalah berupa zat cair dan disebut juga eluen
atau pelarut. Selain berfungsi sebagai pembawa komponen-komponen
campuran campuran menuju detector, fasa gerak dapat berinteraksi
dengan solut-solut. Oleh karena itu, fasa gerak dalam HPLC merupakan
salah satu faktor penentu keberhasilan proses pemisahan.
Persyaratan fasa gerak HPLC:
1. Zat cair harus bertindak sebagai pelarut yang baik untuk cuplikan yang akan
dianalisis.
2. Zat cair harus murni sekali untuk menghindarkan masuknya kotoran yang dapat
mengganggu interpretasi kromatografi.
3. Zat air harus jernih sekali untuk menghindarkan penyumbatan pada kolom.
4. Zat cair harus mudah diperoleh, murah, tidak mudah terbakar, dan tidak beracun.
5. Zat air tidak kental. Umumnya kekentalan tidak melebihi 0,5 cP (centi Poise).
6. Sesuai dengan detector
02 Pompa
Pompa dalam HPLC dapat dianalogkan dengan jantung pada manusia yang
berfungsi untuk mengalirkan fasa gerak cair melalui kolom yang berisi
serbuk halus.
Persyaratan pompa yang digunakan dalam HPLC:
1. Menghasilkan tekanan sampai 600psi (point/in2)
2. Keluaran bebas pulsa
3. Kecepatan alir berkisar antara 0,1-10 ml/menit
4. Bahan tahan korosi
.
03 alat untuk memasukkan sampel (tempat injeksi)
Ada 2 jenis kolom pada HPLC yaitu kolom konvensional dan kolom mikrobor. Kolom merupakan
bagian HPLC yang mana terdapat fase diam untuk berlangsungnya proses pemisahan
solut/analit.
Kebanyakan fase diam pada HPLC berupa silika yang dimodifikasi secara kimiawi, silika yang
tidak dimodifikasi, atau polimer-polimer stiren dan divinil benzen. Permukaan silika adalah
polar dan sedikit asam karena adanya residu gugus silanol (Si-OH). Silika dapat dimodifikasi
secara kimiawi dengan menggunakan reagen-reagen seperti klorosilan. Reagen-reagen ini akan
bereaksi dengan gugus silanol dan menggantinya dengan gugus-gugus fungsional yang lain.
05 Detektor HPLC
Pendahuluan: Kosmetik menjadi kebutuhan manusia khususnya kaum perempuan yang tidak bisa
dipandang dengan sebelah mata lagi, semakin terasa bahwa kebutuhan terhadap kosmetik yang
beraneka bentuk dengan ragam warna dan keunikan kemasan, serta keunggulan dalam memberikan
fungsi bagi konsumen, hal tersebut menuntut industri kosmetik untuk terus mengembangkan
teknologi yang tidak saja mencakup kemasan dari kosmetik itu sendiri namun juga cara
menggunakannya. Penggunaan kosmetik harus disesuaikan dengan aturan pakai yang telah tercantum
di balik kemasan, misalnya harus sesuai jenis kulit, iklim, cuaca, waktu penggunaan, umur, dan
jumlah pemakaiannya sehingga tidak menimbulkan efek yang tidak diinginkan (Pangaribuan, 2017).
Banyaknya kosmetik yang beredar dipasaran dengan kandungan kimia tertentu didalamnya membuat
pengguna merasa harus lebih berhati-hati dalam memilih kosmetik yang aman. Penambahan bahan
kimia dalam kosmetik bertujuan antara lain sebagai pengawet. Dengan adanya pengawet diharapkan
produk kosmetik tersebut bisa digunakan dalam jangka waktu yang lama.
● Menurut Permenkes RI No.445/MENKES/ PER / V/1998 adalah zat yang dapat mencegah
kerusakan kosmetika yang disebabkan oleh mikroorganisme. Dengan ini diharapkan bahan
pengawet yang digunakan dalam kosmetik haruslah bahan yang tidak aktif sehingga tidak
menyebabkan iritasi pada kulit. Salah satu bahan kimia yang digunakan sebagai pengawet
adalah Asam Dehidroasetat.
● Asam Dehidroasetat merupakan senyawa asam organik yang memiliki beberapa aplikasi
industri yang memiliki sifat tidak berbau, berwarna putih, hampir tidak larut dalam air dan
cukup larut dalam kebanyakan pelarut organik. Asam Dehidroasetat banyak digunakan dalam
kosmetik pembersih wajah sebagai bahan pengawet. Kosmetik jenis pembersih wajah
digunakan untuk mengangkat kotoran pada wajah yang larut dalam minyak dan tidak larut
dalam air, seperti make-up dan polusi
Metode :
Alat yang digunakan untuk proses analisis antara lain; seperangkat alat KCKT, kolom
oktadesilsilana (C18) (4,6x 250mm) ukuran partikel 5μm, penyaringan membrane ukuran 0,45μm,
detektor UV.
Larutan uji dibuat dengan melarutkan 0,5 sampel didalam gelas kimia sebanyak 0,5 gram dengan
5 ml metanol. larutan dimasukkan kedalam labu ukur 10 ml (larutan a). Selanjutnya disonikasi
selama 10 menit. Lrutan disaring dengan kertas saring . Diambil sebanyak 1,0 ml filtrat larutan a
dan diencerkan dengan10 ml metanol. Selanjutnya disaring dengan penyaringan membran
berukuran 0,45 μm (larutan A).
Larutan baku dibuat dengan melarutkan 10 mg asam Dehidroasetat BP dengan10 ml metanol
dalam labu ukur 10 ml (larutan b1). Diambil 1,0 ml larutan b1 kemudian diencerkan dengan 10 ml
metanol (larutan b2). Diambil 1,0 mlLarutan b2 diencerkan dengan 10 ml metanol (larutan b3).
Selanjutnya diambil 1,0 ml larutan b3 diencerkan dengan 10 ml metanol (larutan B).
Hasil Penelitian:
Salah satunya produk pembersih wajah bermerek merupakan produk perawatan wajah yang
paling sering digunakan. Tak hanya sekadar untuk mengangkat kotoran di wajah tapi juga
sebagai penambah kecantikan.
Didalam pengujian ini sampel dilakukan preparasi sampel dan dilakukan sonikasi sebelum
dilakukan HPLC. Sonikasi bertujuan agar tercampurnya dengan sempurna suatu larutan
sehingga memiliki kandungan zat yang homogen, baik kadar zat maupun warna dalam
bentuk fisik dan memecah senyawa atau sel untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Dari hasil pengujian yang dilakukan pada uji baku Asam Dehidroasetat dapat dilihat
Kromatogram Baku diperoleh peak pada retention time (RT) 11.583 menit Sedangkan uji
sampel pembersih wajah Kromatogram sampel dapat dilihat tidak adanya peak pada
kromatogram.