MODUL 3
TBC
OLEH:
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
I. IDENTITAS PASIEN
III. OBYEKTIF
3. 1 Pemeriksaan Fisik (Physical Examination)
3. 2. Kondisi Klinis
Kondisi Klinis 29 Maret 2020
Kesemutan V
Bingung V
Mual V
Muntah V
b. Fungsi Hati
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
22/4/2020
ALT (SGPT) < 23 (P) 94
U/L
< 30 (L)
AST (SGOT) < 21 (P) 80
U/L
< 25 (L)
Alkalin Fosfatase U/L 15 – 69
GGT (Gamma GT) U/L 5 – 38
Bilirubin Total mg/dL 0,25 – 1,0 0,5
Bilirubin Langsung mg/dL 0,0 – 0,25 2
FPP Praktikum Farmakoterapi I | 5
Protein Total g/L 61 – 82
Albumin g/L 37 – 52
sCr Mg/Dl 0,6 – 1,5 0,8
c. Elektrolit
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
22/4/2020
Kreatinin 60 – 150 (P)
U/L
70 – 160 (L)
Natrium mmol/L 134 – 145 144
Klorid mmol/L 94 – 111 100
Kalium mmol/L 3,5 – 5,0 4,78
BUN mg/dL 8 - 25 10
Ca2+ mg/dl 8,8-10,4
Asam Urat 2,4 – 5,7 (P)
mg/dL
3,4 – 7,0 (L)
Mg2+ mg/dl 1,7-2,3
d. Profil lipid
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
e. lain-lain
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
Gula Darah Sewaktu (GDS) mg/dL <200
Gula Darah Puasa (GDP) mg/dL 70 – 100
4.2 Mekanisme Kerja Masing-Masing Obat (Obat sebelumnya, obat sekarang dan obat yang direkomendasikan)
1. Pirazinamid
Dikonversi menjadi asam pirazinoat dalam galur Mycobacterium yang rentan yang menurunkan pH lingkungan;
mekanisme aksi yang tepat belum dijelaskan (Aberg et al, 2008).
2. Rifampisin
Menghambat sintesis RNA bakteri dengan mengikat subunit beta RNA polimerase yang tergantung-DNA,
menghalangi transkripsi RNA (Aberg et al, 2008).
3. Isoniazid
Tidak diketahui, tetapi mungkin termasuk penghambatan sintesis asam mikolik yang mengakibatkan gangguan
dinding sel bakteri (Aberg et al, 2008).
4. Etambutol
Menekan multiplikasi mikobakteri dengan mengganggu sintesis RNA (Aberg et al, 2008).
Obat rekomendasi
Tidak ada
rekomendasi
sebab kesemutan,
mual, muntah
Kesemutan, merupakan efek
mual,muntah samping ringan
dari isoniazid dan
rifampisin maka
ketika obat
tersebut
dihentikan efek
samping tersebut
tidak akan
muncul / hilang
sendiri.
Adverse Drug Reactions Adakah gejala/ masalah medis yang V Terjadinya efek
disebabkan oleh obat? samping ringan dan
berat.
Interaksi Obat Adakah interaksi obat-obat yg berdampak V
klinis?
Adakah interaksi obat- makanan yg V
berdampak klinis?
Adakah interaksi obat- pemeriksaan V
laboratorium yang berdampak klinis?
Alergi Obat/ Intoleransi Apakah terjadi alergi /intoleransi V
terhadap obat ?
Adherence/ Compliance Adakah masalah ketidak patuhan pasien V
terhadap penggunaan obat?
Apakah pasien mengalami hambatan/ V
kesulitan dalam penggunaan obat?
VI. KONSELING
Penghentian sementara OAT hepatotoksik selama 3bulan/sampai keadaan hati
mendekati normal/normal. Selama itu tetap diberikan ethambutol dan streptomisin.
Kemudian dilanjutkan dengan pemberian Rifampisin dan Isoniazid selama 6 bulan.
Tetap mengingatkan pasien untuk patuh minum obat dibantu dengan PMO.
Rajin menjemur bantal/alat tidur, membuka jendela kamar agar kondis ruangan pasien
tidak lembab
Memeriksakan kondisi hati setelah 3 bulan , untuk menentukan terapi selanjutnya
Pemberian injeksi streptomisin 2x seminggu 20mg/KgBB di Fasyankes. Sehingga
pasien mendapat dosis maksimal 960mg 2x seminggu.
VII.DAFTAR PUSTAKA
Aberg et al. 2008. Drug Information Handbook,seventh edition. America:American
Pharmacist Association.
Kementrian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberculosis.
Jakarta: Kemenkes RI.
2. Rifampisin
3. Isoniazid
4. Ethambutol
5. Streptomisin
5. Monitoring pasien
• Respon IMUN, respon limfosit T kepada pasien yang terkena bakteri penyebab TBC.
Respon limfosit T yang tidak memadahai tidak akan mampu melawan bakteri
penyebab TBC
• Infeksi Primer, Infeksi primer biasanya hasil dari menghirup partikel udara yang
mengandung M. tuberculosis. Partikel-partikel ini, yang disebut nukleus tetesan,
mengandung satu hingga tiga basil dan cukup kecil (1 hingga 5 mm) untuk mencapai
permukaan alveolar yang menyebabkan infeksi TBC.
• Kekambuhan penyakit, hampir 10% pasien TBC merupakan pasien yang mengalami
kekambuhan, hal tersebut dapat disebabkan karena berbagai faktor, selain itu pasien
HIV yang tinggal di daerah yang rawan terdapat bakteri TBC juga memiliki
kemungkinan besar mengalami kekambuhan TBC.
• Efek dari HIV, pasien yang erdiagnosis HIV memiliki presentase terkena TBC lebih
besar, dikarenakan limfosit T yang seharusnnya bisa memerngi bakteri TBC habis
terinvasi oleh HIV
Secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC (CI 8,8 juta – 12,
juta) yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Lima negara dengan
insiden kasus tertinggi yaitu India, Indonesia, China, Philipina, dan Pakistan.
Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017 (data
per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru TBC tahun 2017
pada laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada perempuan. Bahkan
berdasarkan Survei Prevalensi Tuberkulosis prevalensi pada laki-laki 3 kali lebih
tinggi dibandingkan pada perempuan.
Jawaban
Feedback bu Ambar
2 bulan
Berapa lama terapinya?