Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI 1

MODUL 3
TBC

OLEH:

NAMA : Lucky Pratiwi


NIM : K100170161
KELAS/KELOMPOK : M/3
HARI PRAKTIKUM : Selasa 31 Maret 2020
PENGAMPU : Ambar Yunita Nugraheni, M. Sc., Apt

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 1


LABORATORIUM FARMAKOTERAPI Nama : Lucky Pratiwi
FAKULTAS FARMASI NIM :K100170161
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH Kelas : M-3
SURAKARTA

OUTLINE PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI


FORM PEMANTAUAN PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama Pasien : Tn. NG


Jenis Kelamin : Laki-laki
Ruang : Tidak ada
Umur : 55 tahun
BB/TB : 48kg/148cm
Tanggal MRS : 20 April 2020
Diagnosa : TBC paru
Alergi : Tidak ada

II. SUBYEKTIF (saat MRS)


II.1 Keluhan Utama (Chief Complaint):
Kesemutan, bingung, mual muntah dan sakit pada perut disertai warna kulit menguning
II.2 Riwayat Penyakit Sekarang (History of Present Illness)
Tn. NG mengalami keluhan merasa kesemutan,bingung, mual muntah, dan sakit pada perut
disertai warna kulit tn. NG menguning.
II.3 Riwayat Penyakit Terdahulu (Past Medical History)
TBC paru
II.4 Riwayat Penyakit Keluarga (Family History)
Tidak ada
II.5 Riwayat Sosial (Social History)
Tidak merokok,tidak suka minum kopi,dan rajin olahraga

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 2


2.6 Riwayat Pengobatan (Medication History)
Lama
No Nama Obat Nama Generik Indikasi Rute Dosis Frekuensi Efek/kesulitan
Penggunaan
Pirazinamid Pengobatan tambahan TB oral 500 mg 3 x 1 hari 1 bulan Tidak ada
dikombinasikan dengan agen
antituberkulosis lainnya (Aberg
et al, 2008).
Rifampisin Penatalaksanaan TB aktif oral 450 mg 1 x 1 hari 1 bulan Tidak ada
dalam kombinasi dengan agen
lain, eliminasi meningokokus
dari nasofaring pada pembawa
asimptomatik (Aberg et al,
2008).
Isoniazid Pengobatan infeksi oral 300 mg 1 x 1 hari 1 bulan Tidak ada
tuberkulosis yang rentan;
pengobatan infeksi TB laten
(Aberg et al, 2008).
Etambutol Pengobatan TBC dan penyakit oral 250 mg 3 x 1 hari 1 bulan Tidak ada
mikobakteri lainnya bersama
dengan agen antituberkulosis
lainnya (Aberg et al, 2008).

III. OBYEKTIF
3. 1 Pemeriksaan Fisik (Physical Examination)

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 3


TANGGAL 29 Maret 2020
TD 110/80 mmHg
Suhu 38,5° C
Nadi 60 x menit
RR 20 x menit

3. 2. Kondisi Klinis
Kondisi Klinis 29 Maret 2020
Kesemutan V
Bingung V
Mual V
Muntah V

Sakit pada perut V

Warna kulit menguning V

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 4


3. 3. Data Laboratorium
a. Hematologi
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
22/4/2019
Eritrosit 4,0 – 5,0 (P) 3.02
Juta/µL
(Sel Darah Merah) 4,5 – 5,5 (L)
Hemoglobin (Hb) 12,0 – 14,0 (P) 11.02
g/dL
13,0 – 16,0 (L)
Hematokrit 40 – 50 (P) 38.7
%
45 – 55 (L)
Hitung Jenis
Basofil % 0,0 – 1,0
Eosinofil % 1,0 – 3,0
Batang1 % 2,0 – 6,0
Segmen1 % 50,0 – 70,0
Limfosit % 20,0 – 40,0
Monosit % 2,0 – 8,0
Retikulosist % 0,5-2
Laju Endap Darah (LED) < 15 (P)
Mm/jam
< 10 (L)
Leukosit 13
103/µL 5,0 – 10,0
(Sel Darah Putih)
MCH/HER Pg/sel 27 – 31
MCHC/KHER g/dL 32 – 36
MCV/VER Fl 80 – 96
Trombosit 103/µL 150 – 400
Prothrombin time/PT Detik 10-15
Activated Partial Thromboplastin
Detik 21-45
Time/aPTT
Thrombin Time/TT Detik 16-24
Fibrinogen mg/dl 200-450
D-Dimer Mcg/ml Negative/<0,5
International Normalized
0,8-1,2
Ratio/INR

b. Fungsi Hati
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
22/4/2020
ALT (SGPT) < 23 (P) 94
U/L
< 30 (L)
AST (SGOT) < 21 (P) 80
U/L
< 25 (L)
Alkalin Fosfatase U/L 15 – 69
GGT (Gamma GT) U/L 5 – 38
Bilirubin Total mg/dL 0,25 – 1,0 0,5
Bilirubin Langsung mg/dL 0,0 – 0,25 2
FPP Praktikum Farmakoterapi I | 5
Protein Total g/L 61 – 82
Albumin g/L 37 – 52
sCr Mg/Dl 0,6 – 1,5 0,8

c. Elektrolit

Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
22/4/2020
Kreatinin 60 – 150 (P)
U/L
70 – 160 (L)
Natrium mmol/L 134 – 145 144
Klorid mmol/L 94 – 111 100
Kalium mmol/L 3,5 – 5,0 4,78
BUN mg/dL 8 - 25 10
Ca2+ mg/dl 8,8-10,4
Asam Urat 2,4 – 5,7 (P)
mg/dL
3,4 – 7,0 (L)
Mg2+ mg/dl 1,7-2,3

d. Analisa Gas Darah (AGD)


Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan

Saturasi Oksigen (SaO2) %O2 95-99 95


Tekanan Parsial Oksigen (PaO2) mmHg 75-100 80
Tekanan Parsial CO2 (PaCO2) mmHg 35-45 46
pH - 7,35-7,45 7,4
CO2 mEq/L 22-32 22
Anion Gap (AG) mEq/L 13-17 15

d. Profil lipid
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan

Kolesterol Total mg/dL 150 – 200


HDL 45 – 65 (P)
mg/dL
35 – 55 (L)
LDL mg/dl <130
Trigliserid mg/dL 120 – 190

e. lain-lain
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
Gula Darah Sewaktu (GDS) mg/dL <200
Gula Darah Puasa (GDP) mg/dL 70 – 100

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 6


Gula Darah 2 jam PP mg/dL <200
Amilase U/L 30 – 130

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 7


IV. ASSESMENT
4.1 Terapi Pasien
Tanggal
Nama Obat Rute Dosis Frekuensi
Pyrazinamid p.o 500mg 3xsehari
Rifampicin p.o 450mg 1xsehari
Izoniazid p.o 300mg 1xsehari
Etambutol p.o 250mg 3xsehari

4.2 Mekanisme Kerja Masing-Masing Obat (Obat sebelumnya, obat sekarang dan obat yang direkomendasikan)
1. Pirazinamid
Dikonversi menjadi asam pirazinoat dalam galur Mycobacterium yang rentan yang menurunkan pH lingkungan;
mekanisme aksi yang tepat belum dijelaskan (Aberg et al, 2008).
2. Rifampisin
Menghambat sintesis RNA bakteri dengan mengikat subunit beta RNA polimerase yang tergantung-DNA,
menghalangi transkripsi RNA (Aberg et al, 2008).
3. Isoniazid
Tidak diketahui, tetapi mungkin termasuk penghambatan sintesis asam mikolik yang mengakibatkan gangguan
dinding sel bakteri (Aberg et al, 2008).
4. Etambutol
Menekan multiplikasi mikobakteri dengan mengganggu sintesis RNA (Aberg et al, 2008).

Obat rekomendasi

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 8


5. Streptomisin
Menghambat sintesis protein bakteri dengan mengikat langsung ke subunit ribosom 30S menyebabkan urutan
peptida yang salah terbentuk dalam rantai protein (Aberg et al, 2008).

4.3 Problem Medik dan Drug Related Problems


4.3.1.Problem Medik
Subyektif,
Problem Medik Terapi Analisis DRP Rekomendasi Monitoring
Obyektif
TBC paru Subyektif : Pirazinamid Tepat Indikasi : Pasien TB tahap Waspada efek Menghentikan Efek samping :
Kesemutan, 500mg 3x1 sehari awal dengan terapi OAT lini pertama samping : sebab penggunaan Toksisitas hepar,
kategori 1 (Kemenkes RI, 2014). pada efek Pirazinamid. artralgia,
bingung, mual
Tepat Pasien : pemberian samping Pengobatan yang Gastrointestinal
muntah dan pyrazinamid tepat pasien. Karena pemberian diberikan (Kemenkes RI,
kondisi pasien mengalami TB paru pyrazinamid salah Streptomisin 2014).
sakit pada perut
satunya dapat dengan dosis 20x
(BPN TB,2014)
disertai warna menyebabkan seminggu Keberhasilan
Tepat Dosis : pemberian pyrazinamid gangguan fungsi 20mg/KgBB. terapi :
kulit menguning tepat dosis. Untuk pyrazinamid hati. Hal ini Sehingga pasien pemeriksaan dua
diberikan 3x sehari 500mg. berkolerasi mendapat dosis contoh uji dahak
(BPN TB,2014) dengan hasil tes maksimal 960mg (sewaktu dan
Obyektif : Tepat dosis : Dosis pirazinamid untuk laboratorium 2xseminggu. Dan pagi). Hasil
Kultur bakteri : pasien dewasa dengan kategori terapi pasien yang Etambutol 250mg pemeriksaan
BTA (S/P/S) + /+/ 1 adalah 3 x 1 sehari @500mg SGPT dan SGOT 3x sehari. sambil dinyatakan
+ (Kemenkes RI, 2014) menunjukkan menunggu fungsi negatif bila ke 2
Foto torak : + Waspada efek samping : gangguan nilai yang tidak hati membaik. contoh uji dahak
gastrointestinal, gangguan fungsi hati, normal, Bila fungsi hati tersebut negatif.
gout astritis. menandakan normal atau Bila salah satu
(BPN TB,2014) fungsi hati dari mendekati contoh uji positif
pasien mengalami normal, berikan atau keduanya
penurunan. Rifampisin positif, hasil

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 9


dengan dosis pemeriksaan
bertahap, ulang dahak
selanjutnya tersebut
Isoniasid secara dinyatakan positif
bertahap (Kemenkes RI,
(Kemenkes RI, 2014).
2014).
Sebab hasil
laboratorium
SGPT dan SGOT
lebih dari 3 kali
nilai normal,maka
pengobatan
menggunakan
OAT yang
berpotensi
menyebabkan
hepatotoksik
harus dihentikan.
Karena itu sudah
termasuk
gangguan hati
yang serius.
Rifampisin Tepat Indikasi : Pasien TB tahap Waspada efek Menghentikan Efek samping :
450mg 1x1 sehari awal dengan terapi OAT lini pertama samping : sebab penggunaan Gastrointestinal,
kategori 1 (Kemenkes RI, 2014). pada efek Rifampisin. reaksi kulit,
samping Pengobatan yang hepatitis,
Tepat Pasien : penggunaan rifampisin pemberian Diberikan dengan trombositopenia,
tepat pasien. Karena kondisi pasien rifampisin salah streptomisin dosis peningkatan
mengalami TB paru satunya dapat 20x seminggu enzim hati, cairan
(BPN TB,2014) menyebabkan 20mg/KgBB. tubuh berwarna
gangguan fungsi Sehingga pasien oranye kemerahan

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 10


Tepat Dosis : pemberian rifampisin hati. Hal ini
mendapat dosis (Kemenkes RI,
tepat dosis. Untuk rifampisin berkolerasi maksimal 960mg 2014).
diberikan 1x sehari 450mg. dengan hasil tes2xseminggu. Dan
(BPN TB, laboratorium Etambutol 250mg Keberhasilan
pasien yang
3x sehari. sambil terapi :
Tepat dosis : Dosis rifampisin untuk SGPT dan SGOT menunggu fungsi pemeriksaan dua
pasien dewasa dengan kategori terapi menunjukkan hati membaik. contoh uji dahak
nilai yang tidakBila fungsi hati (sewaktu dan
1 adalah 1 x 1 sehari @450mg
normal, normal atau pagi). Hasil
(Kemenkes RI, 2014) menandakan mendekati pemeriksaan
fungsi hati dari normal, berikan dinyatakan
Waspada Efek Samping : flu pasien mengalami Rifampisin negatif bila ke 2
syndrome, gangguan gastrointestinal, penurunan. dengan dosis contoh uji dahak
urin berwarna merah, gangguan fungsi . bertahap, tersebut negatif.
hati, trombositopenia,demam. selanjutnya Bila salah satu
Isoniasid secara contoh uji positif
bertahap atau keduanya
(Kemenkes RI, positif, hasil
2014). pemeriksaan
Sebab hasil ulang dahak
laboratorium tersebut
SGPT dan SGOT dinyatakan positif
lebih dari 3 kali (Kemenkes RI,
nilai normal,maka 2014).
pengobatan
menggunakan
OAT yang
berpotensi
menyebabkan
hepatotoksik
harus dihentikan.
Karena itu sudah

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 11


termasuk
gangguan hati
yang serius.
Isoniazid Tepat Indikasi : Pasien TB tahap Waspada efek Menghentikan Efek samping :
awal dengan terapi OAT lini pertama samping : sebab penggunaan Hepatitis, neuritis
kategori 1 (Kemenkes RI, 2014). pada efek Isoniazid. perifer,
Tepat Pasien : penggunaan isoniazid samping Pengobatan yang Hipersensitivitis
tepat pasien. Karena kondisi pasien pemberian Diberikan (Kemenkes RI,
mengalami TB paru,dan terapi nya isoniazid salah streptomisin dosis 2014).
perlu menggunakan obat kombinasi. satunya dapat 20x seminggu
(BPN TB,2014) menyebabkan 20mg/KgBB. Keberhasilan
gangguan fungsi Sehingga pasien terapi :
Tepat Dosis : pemberian isoniazid hati. Hal ini mendapat dosis pemeriksaan dua
tepat dosis. Untuk isoniazid diberikan berkolerasi maksimal 960mg contoh uji dahak
1x sehari 300mg. dengan hasil tes 2xseminggu. Dan (sewaktu dan
(BPN TB,2014) laboratorium Etambutol 250mg pagi). Hasil
Tepat dosis : Dosis Isoniazid untuk pasien yang 3x sehari. sambil pemeriksaan
pasien dewasa dengan kategori terapi SGPT dan SGOT menunggu fungsi dinyatakan
1 adalah 1 x 1 sehari @300mg menunjukkan hati membaik. negatif bila ke 2
nilai yang tidak Bila fungsi hati contoh uji dahak
(Kemenkes RI, 2014)
normal, normal atau tersebut negatif.
Waspada Efek Samping : neuropati menandakan mendekati Bila salah satu
perifer,psikosis toksisk, gangguan fungsi hati dari normal, berikan contoh uji positif
fungsi hati,kejang. pasien mengalami Rifampisin atau keduanya
(BPN TB,2014) penurunan. dengan dosis positif, hasil
bertahap, pemeriksaan
selanjutnya ulang dahak
Isoniasid secara tersebut
bertahap dinyatakan positif
(Kemenkes RI, (Kemenkes RI,
2014). 2014).
Etambutol Tepat Indikasi : Pasien TB tahap Tidak ada DRP Pengobatan Efek samping :

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 12


awal dengan terapi OAT lini pertama dilajutkan Neuritis optik,
kategori 1 (Kemenkes RI, 2014). ditambah dengan ketajaman mata
Tepat Pasien : Etambutol tidak Streptomisin berkurang, buta
termasuk dalam obat hepatotoksik, sampai keadaan warna merah
penggunaanya masih dapat dilanjutkan hati membaik hijau,
untuk pasien dengan keluhan efek (Kemenkes RI, hipersensitivitas,
samping penurunan fungsi hati 2014). gastrointestinal
(Kemenkes RI, 2014). Sebab hasil (Kemenkes RI,
Tepat obat : Obat tetap dapat laboratorium 2014).
diberikan karena bukan penyebab SGPT dan SGOT
hepatotoksik (Kemenkes RI, 2014). lebih dari 3 kali Keberhasilan
nilai normal,maka terapi :
Tepat dosis : Dosis Ethambutol untuk
pengobatan pemeriksaan dua
pasien dewasa dengan kategori terapi menggunakan contoh uji dahak
1 adalah 3 x 1 sehari @250mg OAT yang (sewaktu dan
(Kemenkes RI, 2014) berpotensi pagi). Hasil
menyebabkan pemeriksaan
hepatotoksik dinyatakan
harus dihentikan. negatif bila ke 2
Karena itu sudah contoh uji dahak
termasuk tersebut negatif.
gangguan hati Bila salah satu
yang serius. contoh uji positif
atau keduanya
positif, hasil
pemeriksaan
ulang dahak
tersebut
dinyatakan positif
(Kemenkes RI,
2014).

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 13


Streptomisin Tepat Indikasi : Rekomendasi Tidak ada DRP Efektifitas obat
480mg pemberian streptomisin sudah tepat dalam mematikan
indikasi. Karena streptomisin bakteri penyebab
merupakan obat yang diindikasikan TB
sebagai OAT sebagai lini pertama (BPN TB,2014)
apabila terjadi gangguan fungsi hati
yang biasanya dikombinasikan dengan Monitoring efek
Ethambutol. samping
(BPN TB,2014) gangguan fungsi
Tepat Pasien : Rekomendasi pendengaran
streptomisin tepat pasien. Karena karena pasien
kondisi pasien mengalami TB paru geriatric.
dan penurunan fungsi hati. (BPN TB,2014)
(BPN TB,2014)
Tepat Dosis : Rekomendasi Monitoring hasil
streptomisin tepat dosis. Untuk laboratorium
streptomisin diberikan 3x seminggu kultur bakteri
480mg. BTA dan foto
(BPN TB,2014) thorax.
Tepat Obat : Rekomendasi obat
isoniazid tepat obat. Sebab
streptomisin merupakan terapi pilihan
yang digunakan pada pengobatan TBC
ketika pasien mengalami gangguan
fungsi hati.
(BPN TB,2014)
Waspada Efek Samping : nyeri
ditempat suntikan,gangguan
keseimbangan dan pendengaran.
FPP Praktikum Farmakoterapi I | 14
(BPN TB,2014)

Tidak ada
rekomendasi
sebab kesemutan,
mual, muntah
Kesemutan, merupakan efek
mual,muntah samping ringan
dari isoniazid dan
rifampisin maka
ketika obat
tersebut
dihentikan efek
samping tersebut
tidak akan
muncul / hilang
sendiri.

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 15


4.3.2. Drug Related Problems (DRPs)
DRUG RELATED N
PERTANYAAN YES KOMENTAR
PROBLEMS (DRPs) O
Korelasi obat dg masalah Adakah obat tanpa indikasi medis? V
medis
(Correlation between drug Adakah masalah medis yang tidak diobati V
therapy & medical
problem)
Ketepatan Pengobatan Apakah obat yang digunakan efektif/ V
(Appropriate Therapy) mencapai hasil yang diinginkan
(therapeutic outcome)?
Apakah obat yang digunakan V Menyebabkan ES
dikontraindikasikan untuk pasien? berat Bingung,
mual muntah
(Kemenkes RI,
2014)
Apakah obat yang digunakan merupakan V
drug of choice ?
Apakah terapi non-obat diperlukan? V
Drug Regimen Apakah besaran dosis sudah tepat untuk V
pasien?
Apakah frekuensi pemberian sudah tepat? V
Apakah lama pemberian obat sudah V
tepat?
Duplikasi terapi/Polifarmasi Adakah terjadi duplikasi terapi? V

Adverse Drug Reactions Adakah gejala/ masalah medis yang V Terjadinya efek
disebabkan oleh obat? samping ringan dan
berat.
Interaksi Obat Adakah interaksi obat-obat yg berdampak V
klinis?
Adakah interaksi obat- makanan yg V
berdampak klinis?
Adakah interaksi obat- pemeriksaan V
laboratorium yang berdampak klinis?
Alergi Obat/ Intoleransi Apakah terjadi alergi /intoleransi V
terhadap obat ?
Adherence/ Compliance Adakah masalah ketidak patuhan pasien V
terhadap penggunaan obat?
Apakah pasien mengalami hambatan/ V
kesulitan dalam penggunaan obat?

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 16


V. KESIMPULAN REKOMENDASI
Merekomendasikan kepada dokter untuk mengganti OAT yang berpotensi menurunkan
fungsi hati yaitu pyrazinamid,rifampisin,isoniazid deangan pemberian streptomisin dan
ethambutol sampai fungsi hati membaik kembali. Bila fungsi hati sudah normal dapat
diberikan dengan rifampisin dosis bertahap,selanjutnya isoniazid secara bertahap.

VI. KONSELING
 Penghentian sementara OAT hepatotoksik selama 3bulan/sampai keadaan hati
mendekati normal/normal. Selama itu tetap diberikan ethambutol dan streptomisin.
Kemudian dilanjutkan dengan pemberian Rifampisin dan Isoniazid selama 6 bulan.
 Tetap mengingatkan pasien untuk patuh minum obat dibantu dengan PMO.
 Rajin menjemur bantal/alat tidur, membuka jendela kamar agar kondis ruangan pasien
tidak lembab
 Memeriksakan kondisi hati setelah 3 bulan , untuk menentukan terapi selanjutnya
 Pemberian injeksi streptomisin 2x seminggu 20mg/KgBB di Fasyankes. Sehingga
pasien mendapat dosis maksimal 960mg 2x seminggu.

VII.DAFTAR PUSTAKA
Aberg et al. 2008. Drug Information Handbook,seventh edition. America:American
Pharmacist Association.
Kementrian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberculosis.
Jakarta: Kemenkes RI.

Surakarta, 30 Maret 2020

Praktikan Dosen Pembimbing

(Lucky Pratiwi) (Ambar Yunita Nugraheni M. Sc., Apt)

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 17


Drug Information Handbook,seventh edition
1. Pirazinamid

2. Rifampisin

3. Isoniazid

4. Ethambutol

5. Streptomisin

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 18


Pedoman Nasional Pengendalian Tuberculosis
1. OAT lini pertama dan efek sampingnya

2. Dosisi pasien dewasa

3. Pemilihan terapi pasien hepatotoksik

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 19


4. Efek samping OAT

5. Monitoring pasien

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 20


PATOFISIOLOGI

• Respon IMUN, respon limfosit T kepada pasien yang terkena bakteri penyebab TBC.
Respon limfosit T yang tidak memadahai tidak akan mampu melawan bakteri
penyebab TBC

• Infeksi Primer, Infeksi primer biasanya hasil dari menghirup partikel udara yang
mengandung M. tuberculosis. Partikel-partikel ini, yang disebut nukleus tetesan,
mengandung satu hingga tiga basil dan cukup kecil (1 hingga 5 mm) untuk mencapai
permukaan alveolar yang menyebabkan infeksi TBC.

• Kekambuhan penyakit, hampir 10% pasien TBC merupakan pasien yang mengalami
kekambuhan, hal tersebut dapat disebabkan karena berbagai faktor, selain itu pasien
HIV yang tinggal di daerah yang rawan terdapat bakteri TBC juga memiliki
kemungkinan besar mengalami kekambuhan TBC.

• Extrapulmonary dan miliary tuberculosis, Granuloma kasease di tempat


ekstrapulmoner dapat mengalami pencairan, melepaskan bakteri TBCdan
menyebabkan penyakit simtomatik. TB luar paru tanpa penyakit paru bersamaan
jarang terjadi pada pasien normal tetapi lebih umum pada pasien yang terinfeksi HIV.

• Efek dari HIV, pasien yang erdiagnosis HIV memiliki presentase terkena TBC lebih
besar, dikarenakan limfosit T yang seharusnnya bisa memerngi bakteri TBC habis
terinvasi oleh HIV

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 21


EPIDEMIOLOGI

Secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC (CI 8,8 juta – 12,
juta) yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Lima negara dengan
insiden kasus tertinggi yaitu India, Indonesia, China, Philipina, dan Pakistan.

Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017 (data
per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru TBC tahun 2017
pada laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada perempuan. Bahkan
berdasarkan Survei Prevalensi Tuberkulosis prevalensi pada laki-laki 3 kali lebih
tinggi dibandingkan pada perempuan.

Penanya dan Jawaban


pertanyaan

Annisa putri Karena yang dialami pasien merupakan efek samping


(K100170154) dari OAT, rekomendasi dari beberapa sumber cukup
dengan penghentian OAT nya saja, tanpa pemberian
Berdasarkan hasil terapi untuk mengobati gejala yang dialami pasien.
pemeriksaan data
laboratorium, diperoleh
kadar bilirubin total dan
bilirubin direct yang
sangat tinggi akibat
penggunaan beberapa
OAT, dan hal tersebut
yang memicu kondisi
pasien berupa sakit
perut dan warna kulit
yang menguning,
apakah kondisi pasien
tersebut tidak diberikan
rekomendasi terapi
untuk menurunkan
kadar bilirubinnya
seperti vitamin hati atau

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 22


yang lainnya?

Firda fismawati Diganti dengan streptomisin sebab pasien mengalami efek


(K100170152) samping dari pirazinamid yaitu gangguan fungsi hati. Hal ini
berkorelasi dengan hasil tes laboratorium pasien yang SGPT
Jadi pada kan kasus dan SGOT menunjukkan nilai yang tidak normal,  dan untuk
pirazinamid diganti pemberian aminoglikosida lain tidak dianjurkan sebab
dengan streptomisin.
dalam tatalaksana terapi TBC obat yang bisa digunakan dari
nah kenapa diganti
streptomisin? apakah golongan aminoglikosida yaitu streptomisin buktinya ada
bisa diganti dengan ab pada pedoman TB 2014 
gol aminoglikosida
yang lain? dan Tolong
sertakan bukti bahwa
streptomisin merupakan
obat yang sesuai

Khansa Rafidah Pasien merupakan golongan 1 dengan terapi


(K100170151) pengobatan 2HRZE/4H3R3, sedangkan untuk
golongan 2 pengobatnya  2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3. 
Mengenai algoritma pemberian streptomisin untuk pasien golongan 1
pengobatan TBC. Setau dikarenakan adanya indikasi efek samping gangguan
saya dalam pengobatan hati pada pasien, dan pemberian streptomisin dan
TBC dibagi dalam ethambutol untuk pasien dengan kondisi tersebut tepat
beberapa kategosi. Nah sesuai algoritma
dalam kasus ini, pasien
termasuk dalam
kategori yang mana?
Dan apakah pengobatan
dengan streptomisin +
ethambuthol sudah
sesuai dengan algoritma
pengobatan TBC
kategori tersebut?

Jawaban
Feedback bu Ambar
2 bulan
Berapa lama terapinya?

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 23


Tidak terjadi resistensi sebab antibiotik minimal
Wahyudi Riski dikonsumsi 3 hari dan pasien sudah mendapatkan
(K100170158) terapi selama 1 bulan. dan pada guideline memang
dianjurkan demikian (dihentikan dan diganti dengan
Pasien termasuk streptomisin + etambutol) jadi resisten sangat minim
kategori 1 dalam TBC terjadi
sehingga diberikan
terapi obat Tambahan bu Ambar
2HRZE/4H3R3 yang Mungkin disini bukan kaitan minum antibiotik 3 hari ya.
berarti lama waktu Tapi, prinsip terapi TBC harus diberikan secara kombinasi
penggunaan untuk tdk disarankan dgn monoterapi karena resiko resistensi. 
kombinasi keempat Tahap intensif harus digunakan setiap hari juga ada
OAT tersebut adalah 2 tujuannya agar tdk resistensi dan tdk ada menular dlm
bulan, akan tetapi waktu 2 minggu, sedangkan tahap lanjutan untuk
pasien baru membunuh kuman yg persister shg dpt mencegah
menggunakan OAT kekambuhan.
tersebut selama 1 bulan
dan karena adanya
gangguan fungsi hati
jadi dihentikan
penggunaannya selama
3 bulan dan hanya
menggunakan
etambutol dan
streptomisin. Apakah
penghentian tersebut
tidak akan
menimbulkan efek
resistensi atau
bagaimana?

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 24

Anda mungkin juga menyukai