Anda di halaman 1dari 34

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI Nama : Annasa Jauza P

FAKULTAS FARMASI NIM : K100200178


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH Kelas :M
SURAKARTA

KASUS KELOMPOK 1. PUD/GERD


NY. IT seorang Ibu Rumah Tangga 58 tahun (158 cm, 52 kg) dibawa ke rumah sakit oleh
keluarganya karena mengeluhkan rasa tidak enak pada perut sejak 2 hari yang lalu. Rasa tidak enak
pada perut yang dirasakan seperti terasa terbakar pada ulu hati dan kembung. Pasien juga
mengalami mual, muntah 2x disertai dengan BAB berwarna kehitaman dalam 3 hari terakhir.
Pasien juga mengatakan sering terbangun di malam hari sekitar pukul 12-3 malam karena tidak kuat
menahan sakit. Pasien sempat meminum Mylanta yang dibelinya di warung dekat rumah pasien dan
sudah diminum selama I minggu tetapi tidak membantu mengurangi gejalanya. Keluarga Ny TU
menyatakan bahwa dua minggu yang lalu anak Ny IT (perempuan umur 20 tahun) juga mengalami
gejala serupa, kemudian dokter menyarankan untuk dilakukan endoskopi.

Riwayat penyakit dahulu : Tuberkulosis sejak 5 bulan yang lalu (Saat ini pasien dalam terapi
fase lanjutan dengan menggunakan regimen 4HR

Riwayat alergi: Amoksisilin

Pemeriksaan fisik
: 122/80 mmHg
HR : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 390 C.

Pemeriksaan laboratorium .
Hb 11 g/dL
30 %
WBC 9.4 x 10 3/mm3

Pemeriksaan penunjang:
Hasil endoskopi terlihat adanya ulcer
Tes terhadap H. Pylori : positif

Urea breath test : positif

Diagnosa : PUD
Terapi pasien
Rantin 150mg 1x1
Klaritromisin 500 mg 1x sehari
Metronidazole 500mg 2x sehari
Domperidon 10mg 3x sehari
Melanjutkan terapi OAT dengan regimen 4HR

Tugas Mahasiswa :
l. Lakukan asesmen terhadap terapi pasien dengan metode SOAP

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 1


OUTLINE PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI
FORM PEMANTAUAN PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama Pasien : Ny IT
Jenis Kelamin : Perempuan
Ruang : Rumah Sakit
Umur : 58 Tahun
BB/TB : 52 kg/158 cm →IMT: 20,8 (normal)
Tanggal MRS :
Diagnosa : PUD
Alergi : Amoksisilin

II. SUBYEKTIF (saat MRS)


II.1 Keluhan Utama (Chief Complaint):
Pasien mengeluhkan rasa tidak enak pada perut seperti terasa terbakar pada ulu hati dan
kembung. Pasien mengalami mual, muntah 2x disertai BAB berwarna kehitaman selama 3
hari.

II.2 Riwayat Penyakit Sekarang (History of Present Illness)


PUD dan TBC

II.3 Riwayat Penyakit Terdahulu (Past Medical History)


Tuberkulosis sejak 5 bulan yang lalu

II.4 Riwayat Penyakit Keluarga (Family History)


FPP Praktikum Farmakoterapi I | 2
Anaknya mengalami keluhan yang sama.

II.5 Riwayat Sosial (Social History)


-

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 3


2.6 Riwayat Pengobatan (Medication History)
Lama
No Nama Obat Nama Generik Indikasi Rute Dosis Frekuensi Efek/kesulitan
Penggunaan
1. Mylanta ®  Al hidroksida Mengurangi gejala yang Oral 1-2 tab 3-4 kali 4-8 minggu
gel kering berhubungan dengan kelebihan sehari
200mg asam lambung, gastritis, tukak
 Mg- lambung, tukak usus 12 jari,
Hidroksida dengan gejala seperti mual,
200 mg nyeri lambung, nyeri ulu.
 Simetikon 20 (ISO, Vol 50 th 2016).
mg/5ml
2. Rantin Ranitidine 150 Ulkus lambung termasuk yang P.O 150 mg 2 x1 hari 10-14 hari
mg; 50 mg/ml sudah resisten terhadap
cimetidine, ulkus duodenum,
hipersekresi asam lambung
asam lambung pada sindrom
Zollinger-Ellison (ISO Vol 50:
399, 2016).
3. Metronidazole Metronidazole Urethritis dan vaginitis, P.O 500 mg 2 x 1 hari 10-14 hari
amebiasis, pencegahan infeksi
anaerob pasca operasi,
giardiasis (ISO Vol 50: 168,
FPP Praktikum Farmakoterapi I | 4
2016).

III. OBYEKTIF
3. 1 Pemeriksaan Fisik (Physical Examination)
TANGGAL
TD 122/80 mmHg
Suhu 39oC
Nadi 80 kali per menit
RR 20 x per menit

3. 2. Kondisi Klinis
Kondisi Klinis
Mual, Muntah ⱱ
Kembung ⱱ
Terbakar pada ulu hati ⱱ
BAB kehitaman ⱱ

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 5


3. 3. Data Laboratorium
a. Hematologi
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan

Eritrosit 4,0 – 5,0 (P)


Juta/µL
(Sel Darah Merah) 4,5 – 5,5 (L)
Hemoglobin (Hb) 12,0 – 14,0 (P) 11 g/dL
g/dL
13,0 – 16,0 (L)
Hematokrit 40 – 50 (P) 30
%
45 – 55 (L)
Hitung Jenis
Basofil % 0,0 – 1,0
Eosinofil % 1,0 – 3,0
Batang1 % 2,0 – 6,0
Segmen1 % 50,0 – 70,0
Limfosit % 20,0 – 40,0
Monosit % 2,0 – 8,0
Retikulosist % 0,5-2
Laju Endap Darah (LED) < 15 (P)
Mm/jam
< 10 (L)
Leukosit 9,4
103/µL 5,0 – 10,0
(Sel Darah Putih)
MCH/HER Pg/sel 27 – 31
MCHC/KHER g/dL 32 – 36
MCV/VER Fl 80 – 96
Trombosit 103/µL 150 – 400
Prothrombin time/PT Detik 10-15
Activated Partial Thromboplastin
Detik 21-45
Time/aPTT
Thrombin Time/TT Detik 16-24
Fibrinogen mg/dl 200-450
D-Dimer Mcg/ml Negative/<0,5
International Normalized Ratio/INR 0,8-1,2

b. Fungsi Hati
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan

ALT (SGPT) < 23 (P)


U/L
< 30 (L)
AST (SGOT) < 21 (P)
U/L
< 25 (L)
Alkalin Fosfatase U/L 15 – 69
GGT (Gamma GT) U/L 5 – 38
Bilirubin Total mg/dL 0,25 – 1,0
Bilirubin Langsung mg/dL 0,0 – 0,25
Protein Total g/L 61 – 82
Albumin g/L 37 – 52

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 6


c. Elektrolit

Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan

Kreatinin 60 – 150 (P)


U/L
70 – 160 (L)
Natrium mmol/L 134 – 145
Klorid mmol/L 94 – 111
Kalium mmol/L 3,5 – 5,0
BUN mg/dL 8 - 25
Ca2+ mg/dl 8,8-10,4
Asam Urat 2,4 – 5,7 (P)
mg/dL
3,4 – 7,0 (L)
Mg2+ mg/dl 1,7-2,3

d. Analisa Gas Darah (AGD)


Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan

Saturasi Oksigen (SaO2) %O2 95-99


Tekanan Parsial Oksigen (PaO2) mmHg 75-100
Tekanan Parsial CO2 (PaCO2) mmHg 35-45
Ph - 7,35-7,45
CO2 mEq/L 22-32
Anion Gap (AG) mEq/L 13-17

d. Profil lipid
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan

Kolesterol Total mg/dL 150 – 200


HDL 45 – 65 (P)
mg/dL
35 – 55 (L)
LDL mg/dl <130
Trigliserid mg/dL 120 – 190

e. lain-lain
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan

Gula Darah Sewaktu (GDS) mg/dL <200


Gula Darah Puasa (GDP) mg/dL 70 – 100
Gula Darah 2 jam PP mg/dL <200
Amilase U/L 30 – 130
Tes Terhadap H. Pylori Negatif Positif
Urea Breath Test Negatif Positif

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 7


IV. ASSESMENT
4.1 Terapi Pasien
Tanggal
Nama Obat Rute Dosis Frekuensi

Rantin ® P.O 150 mg 1x1 sehari


Klantromisin P.O 500 mg 1 x sehari
Domperidone P.O 10 mg 3 x sehari
Metronidazole P.O 500 mg 2 x sehari

4.2 Mekanisme Kerja Masing-Masing Obat (Obat sebelumnya, obat sekarang dan obat yang direkomendasikan)
No Nama Obat Mekanisme (cantumkan pustaka yang diacu) Gambar Produk
Obat Sebelum

1 Mylanta® Mekanisme TindakanSebagai suplemen makanan, digunakan untuk mencegah atau


. mengobati keseimbangan kalsium negatif; pada osteoporosis, ini membantu mencegah
atau mengurangi tingkat keropos tulang. Kalsium dalam garam kalsium memoderasi
kinerja saraf dan otot dan memungkinkan fungsi jantung normal. Juga digunakan untuk
mengobati hiperfosfatemia pada pasien dengan insufisiensi ginjal lanjut dengan
menggabungkan dengan fosfat makanan untuk membentuk kalsium fosfat yang tidak
larut, yang diekskresikan dalam tinja. Garam kalsium sebagai antasida menetralkan
FPP Praktikum Farmakoterapi I | 8
keasaman lambung yang mengakibatkan peningkatan pH lambung dan duodenum;
mereka juga menghambat aktivitas proteolitik peptikum jika pH meningkat >4 dan
meningkatkan tonus sfingter esofagus bagian bawah. (DIH 17th Ed, 2009)
2. Isoniazid Mekanisme Aksi Tidak diketahui, tetapi mungkin termasuk penghambatan sintesis asam
mikolat yang mengakibatkan gangguan pada dinding sel bakteri (DIH 17th Ed, 2009)

3. Rifampisin Mekanisme Aksi Menghambat sintesis RNA bakteri dengan mengikat subunit beta dari
DNA-dependent RNA polimerase, menghalangi transkripsi RNA (DIH 17th Ed, 2009)

Obat Sesudah

1. Rantin®
Mekanisme Kerja Penghambatan kompetitif histamin pada reseptor H2 sel parietal
lambung, yang menghambat sekresi asam lambung, volume lambung, dan konsentrasi ion
hidrogen berkurang. Tidak mempengaruhi sekresi pepsin, sekresi faktor intrinsik
terstimulasi pentagastrin, atau gastrin serum (DIH 17th Ed, 2009)

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 9


2. Klaritromisin
Mekanisme AksiMelakukan aksi antibakterinya dengan mengikat subunit ribosom 50S
yang mengakibatkan penghambatan sintesis protein. Metabolit klaritromisin 14-OH dua
kali lebih aktif dari senyawa induk terhadap organisme tertentu, (DIH 17th Ed, 2009).

3. Metronidazol Mekanisme Kerja Setelah berdifusi ke dalam organisme, berinteraksi dengan DNA
e menyebabkan hilangnya struktur DNA heliks dan kerusakan untai yang mengakibatkan
penghambatan sintesis protein dan kematian sel pada organisme yang rentan (DIH 17 th
Ed, 2009)

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 10


4. Domperidon
Mekanisme AksiDomperidone memiliki sifat memblokir reseptor dopamin perifer. Ini
meningkatkan peristaltik esofagus dan meningkatkan tekanan sfingter esofagus bagian
bawah, meningkatkan motilitas dan peristaltik lambung, dan meningkatkan koordinasi
gastroduodenal, oleh karena itu, memfasilitasi pengosongan lambung dan mengurangi
waktu transit usus halus. (DIH 17th Ed, 2009)

Obat Rekomendasi

1. Omeprazole Mekanisme penghambat pompa AksiProton; menekan basal lambung dan merangsang
sekresi asam dengan menghambat pompa ATP sel parietal H+/K+, (DIH 17th Ed, 2009).

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 11


4.3 Problem Medik dan Drug Related Problems
Problem Medik 1: PUD/GERD

Monitoring (6)
Subyektif, Terapi DRP Rekomendasi
Obyektif (1) (2) (4) (5) Efek samping
Efektivitas
obat
Subjektif : 1. Rantin 1. Tidak tepat obat 1. Direkomendasikan untuk 1. Omeprazole 1. Omeprazole
Mual, muntah, 2. Klaritromisin 2. Tidak Tepat Dosis terapi rantin dihentikan Tanda klinis : Tanda klinis:
Rasa tidak enak 500 mg 1 x 3. Tidak ada DRP dan diganti dengan Terapi akan dikontrol paraesthesia,
pada perut seperti sehari Omeprazole 20 dalam durasi 10-14 vertigo, alopesia,
terbakar pada ulu 3. Metronidazole mg 2 x sehari hari (Am J ginekomastia,
hati dan 2. Terapi dengan Gastroenterol, 2007). impotensi,
kembung, BAB Klaritromisin 500 mg 1 x Lab: stomatitis,
Kehitaman. sehari diganti, menjadi - Tes terhadap H. ensefalopati pada
Klaritromisin 500 mg 2 x pylori: Negatif penyakit hati yang
Objektif : sehari (IONI, 2015). - Urea breath test: parah,
TD : 122/80 3. Terapi dengan negatif hiponatremia,
mmHg Metrinidazole bingung
HR: 80 x/menit 500 mg 2 x sehari tetap 2. Klaritromisin (sementara), agitasi
RR: 27 x/menit digunakan Tanda klinis: dan halusinasi pada
Suhu: 39ºC sakit yang berat,
Hb : 11 g/dL Terapi akan dikontrol gangguan
Het : 30 % dalam durasi 10-14 penglihatan
WBC : 9,4 x hari (Am J dilaporkan pada
103/mm Gastroenterol, 2007) pemberian injeksi
Pemeriksaan dosis tinggi (IONI,
penunjang : Lab : 2015).
 Hasil  Tes terhadap
endoskopi H.Pylori : positif 2. Klaritromisin
terlihat  Urea Breath test : Tanda klinis:
positif Tanda klinis:
adanya ulcer
Dispepsia, sakit
FPP Praktikum Farmakoterapi I | 12
 Tes terhadap 3. Metronidazole kepala, gangguan
H.Pylori : Tanda klinis: indra perasa dan
positif Efek terapi akan penciuman,
 Urea Breath muncul dalam durasi hilangnya warna
test : positif 14 hari (Am J gigi dan lidah,
Gastroenterol, 2007). stomatitis,
Lab: glossitis, dan sakit
- Tes terhadap H. kepala; lebih
pylori: Negatif jarang: hepatitis,
- Urea breath test: arthralgia, dan
negative myalgia; jarang:
tinnitus; sangat
jarang:
pankreatitis,
pusing, insomnia,
mimpi buruk,
ansietas, bingung,
psikosis,
paraesthesia,
konvulsi,
hipoglikemia,
gagal ginjal
leucopenia, dan
trombositopenia;
pada pemberian
infus intravena:
kelunakan local,
flebitis (IONI,
2015).

Lab :
3. Metronidazole
Tanda klinis:

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 13


Jarang: anafilaksis.
Sangat jarang:
agranulositosis,
neutropenia,
trombositopenia,
pansitopenia,
gangguan psikotik
termasuk
kebingungan dan
halusinasi,
ensefalopati
(contoh:
kebingungan,
demam, sakit
kepala, halusinasi,
paralisis, sensitif
terhadap cahaya,
gangguan
englihatan dan
gerakan, leher
kaku), subacute
cerebellar
syndrome (contoh:
ataksia, disatria,
gangguan fungsi
berjalan,
nystagmus,
mengantuk, pusing,
konvulsi, sakit
kepala, gangguan
penglihatan seperti
diplopi dan miopi
yang pada

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 14


kebanyakan kasus
bersifat sementara,
ruam kulit, erupsi
pustular, pruritis,
muka memerah,
mialgia, dan
artralgia. Tidak
diketahui
frekuensinya:
leukopenia,
demam, anoreksia,
penurunan mood,
neuropati sensor
perifer, meningitis
aseptik, neuropati
optik atau neuritis,
gangguan
pengecapan,
mukositis oral,
lidah berselaput,
mual, muntah,
gangguan saluran
cerna seperti nyeri
epigastrum, diare,
abnormalitas uji
fungsi hati,
hepatitis kolestatik,
ikterus dan
pankreatitis yang
reversibel pada
penghentian obat,
eritema
multiforme, urin

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 15


berwarna gelap
(akibat metabolit
metronidazol)
(IONI, 2015).
Lab: -

Analisis (Evaluasi DRP atau 4T yang dilengkapi dengan referensi / guideline terapi serta cropping bagian yang dirujuk) (3)
1. RANTIN

 Tepat Indikasi
Tepat Indikasi. Ranitidin merupakan salah satu obat yang di indikasikan untuk tukak lambung dan tukak duodenum, refluks esofagitis,
dispepsia episodik kronis, tukak akibat AINS, tukak duodenum karena H.pylori, sindrom Zollinger-Ellison, kondisi lain dimana
pengurangan asam lambung akan bermanfaat (IONI, 2014).

 Tepat Obat
Tidak tepat obat. Ranitidine tidak termasuk kedalam first line regimen pengobatan eradukasi pada H.Pylori,maka disarankan
terapi diganti menggunakan first line yang sesuai yakni PPI+clarithromycin+metronidazole atau three drugs reguments. (Koda
Kimble 10th edition: 674, 2010) (Dipiro 7th edition)

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 16


 Tepat Pasien
Tepat. Pasien tidak tidak hipersensitif terhadap ranitidin sehingga tidak di kontraindikasikan terhadap ranitidine

 Tepat Dosis
Tidak tepat. Dosis ranitidine yang digunakan untuk eradikasi H. pylori adalah 150 mg 2 x1 hari (BNF 57th edition: 46, 2007).

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 17


2. KLARITROMISIN
 Tepat Indikasi
Tepat Indikasi, Klaritromisin digunakan sebagai terapi tambahan untuk eradikasi H. pylori (IONI, 2015).

 Tepat Obat
Tepat Obat. Obat klaritromisin adalah obat yang digunakan pada terapi lini pertama tambahan pada regimen 3 obat-PPI (Am J
Gastroentrol,2007).

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 18


 Tepat Pasien
Tepat pasien, Penggunaan klaritromisin sudah tepat pasien dan tidak ada kontra indikasi dikarenakan pada kasus tersebut pasien tidak
hipersensitivitas terhadap klaritromisin, (DIH Ed 17th , 2009).

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 19


 Tepat Dosis
Tidak tepat dosis. Hal tersebut dikarenakan pemberian klaritromisin yang direkomendasikan adalah 500 mg 1x sehari, sedangkan
pemberian klaritromisin untuk terapi lini pertama yaitu sebesar 500 mg 2x sehari. (Dipiro Ed 7th, 2008).

3. METRONIDAZOLE
 Tepat Indikasi
Tepat indikasi. Metronidazole diindikasikan sebagai bagian dari rejimen multiobat untuk pemberantasan H. pylori untuk
mengurangi risiko kekambuhan ulkus duodenum (DIH Ed 17th , 2009).

 Tepat Obat
Tepat. Metronidazole merupakan salah satu first line terapi untuk mengatasi H.Pylori (Am J Gastroenterol, 2007)

 Tepat Pasien
Tepat pasien, Pasien tidak memiliki hipersensitivitas terhadap metronidazole, derivate nitroimidazole ataupun komponen

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 20


formulasiny sehingga tidak ada kontra indikasi terhadap obat, pasien juga sedang tidak hamil. (DIH 17th edition, 2009)

 Tepat Dosis
Tepat. Dosis penggunaan metronidazole yang diberikan sudah tepat sesuai dengan literatur yakni 500 mg 2 kali sehari (Dipiro et
al., 2020)

Problem Medik 2: Mual Muntah

Subyektif, Terapi DRP Rekomendasi Monitoring (6)


Obyektif (1) (2) (4) (5)
Efektivitas Efek samping
Subyektif : 1. Domperidone 1. Tidak tepat 1. Penggunaan dengan Domperidone Domperidone
Mual Muntah 2x pasien Domperidone 10 mg 3 x Tanda klinis: Tanda klinis:

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 21


dalam 3 hari sehari tidak bisa Tercapainya efek Kadar prolaktin
digunakan karena tidak terapi yang naik (kemungkinan
tepat pasien. diinginkan. galaktore dan
Domeperidon tidak bisa Lab : - ginekomastia)
diberikan pada pasien penurunan libido,
dengan diagnosis PUD ruam dan reaksi
(menyebabkan alergi lain, reaksi
Pendarahan GI) (DIH distonia akut
Edisi 17th,2009). (IONI, 2017).
Lab :-

Analisis (Evaluasi DRP atau 4T yang dilengkapi dengan referensi / guideline terapi serta cropping bagian yang dirujuk) (3)
4. DOMPERIDONE
 Tepat Indikasi
Tepat. Domperidone di indikasikan untuk manajemen gejala gangguan motilitas GI yang terkait dengan gastritis kronis, (DIH
Ed 17th , 2009). Pasien mengalami gejala mual muntah sehingga domperidone sudah tepat diberikan kepada pasien.

 Tepat Obat
Tepat Obat Domperidone termasuk golongan obat antagonis dopamin yang mana digunakan untuk meredakan mual dan muntah (Dipiro
7th edition, 2008)

 Tepat Pasien
Tidak tepat pasien. Kontraindikasi Domperidone yaitu hipersensitivitas terhadap domperidone atau komponen formulasi apa
pun; pasien dengan perdarahan GI, obstruksi mekanis, atau perforasi; pasien dengan tumor hipofisis pelepas prolactin (DIH
Edisi 17th,2009), sedangkan pasien di diagnosis PUD (perdarahan GI)sehingga tidak bisa diberikan terapi dengan domperidone.

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 22


 Tepat Dosis
Tepat. Dosis domperidone 10 mg dengan frekuensi 3-4 kali sehari (DIH Edisi 17th,2009).

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 23


P roblem Medik 3: TBC

Subyektif, Terapi DRP Rekomendasi Monitoring (6)


Obyektif (1) (2) (4) (5)
Efektivitas Efek samping
Subyektif : 1. Isoniazid Tidak ada DRP Tetap melanjutkan terapi 1. Isoniazid 1. Isoniazid
Tuberculosis 2. Rifampisin Regimen 4HR yaitu Isoniazid Tanda klinis: Tanda klinis:
Obyektif :- ( Regimen 4HR) dan Rifampisin Mengurangi atau parestesia, neuritis
menghilangkan perifer, gangguan
factor resiko penglihatan,
penularan neuritis optik,
Lab :- atropfi optik,
2. Rifampisin tinitus, vertigo,
Tanda klinis: ataksia,
Mengurangi atau somnolensi, mimpi
menghilangkan berlebihan,
factor resiko insomnia, amnesia,
penularan euforia, psikosis
Lab :- toksis,
perubahan tingkah
laku, depresi,
ingatan tak
sempurna,
hiperrefleksia, otot
melintir,
konvulsi.Hipersens
itifitas demam,
menggigil, eropsi
kulit (bentuk
morbili,mapulo
papulo, purpura,
urtikaria),
limfadenitis,
FPP Praktikum Farmakoterapi I | 24
vaskulitis, keratitis.
Hepatotoksik:
SGOT dan SGPT
meningkat,
bilirubinemia, sakit
kuning, hepatitis
fatal. Metaboliems
dan endrokrin:
defisiensi Vitamin
B6, pelagra,
kenekomastia,
hiperglikemia,
glukosuria,
asetonuria, asidosis
metabolik,
proteinurea.
Hematologi:
agranulositosis,
anemia aplastik,
atau hemolisis,
anemia,
trambositopenia.
Eusinofilia,
methemoglobinemi
a. Saluran cerna:
mual, muntah,
sakit ulu hati,s
embelit. Intoksikasi
lain: sakit kepala,
takikardia,
dispenia, mulut
kering, retensi

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 25


kemih (pria),
hipotensi postura,
sindrom seperti
lupus,
eritemamtosus, dan
rematik. (DepKes
RI, 2005)
Lab :
2. Rifampisin
Tanda Klinis:
Efek samping pada
Saluran cerna ;
rasa panas pada
perut, sakit
epigastrik, mual,
muntah, anoreksia,
kembung, kejang
perut, diare, SSP:
letih
rasa kantuk, sakit
kepala, ataksia,
bingung, pening,
tak mampu
berfikir, baal
umum, nyeri pada
anggota, otot
kendor, gangguan
penglihatan,
ketulian
frekuensi rendah
sementara
( jarang).

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 26


Hipersensitifitas:
demam, pruritis,
urtikaria,
erupsi kulit,
sariawan mulut dan
lidah, eosinofilia,
hemolisis,
hemoglobinuria,
hematuria,
insufiensi ginjal,
gagal ginjal
akut( reversibel).
Hematologi:
trombositopenia,
leukopenia
transien, anemia,
termasuk anemia
hemolisis.Intoksika
si lain: Hemoptisis,
proteinurea rantai
rendah, gangguan
menstruasi,
sindrom
hematoreal
(DepKes RI, 2005)

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 27


Analisis (Evaluasi DRP atau 4T yang dilengkapi dengan referensi / guideline terapi serta cropping bagian yang dirujuk) (3)
ISONIAZID
a. Tepat Indikasi
Tepat Indikasi, Isoniazid diindikasikan untuk Pengobatan infeksi tuberkulosis yang rentan; pengobatan infeksi tuberkulosis laten (LTBI
.) (DIH Edisi 17th,2009)

b. Tepat Obat
Tepat Obat, Isoniazid merupakan obat primer dalam pengobatan TB dan termasuk ke dalam pemberian obat untuk regimen 4HR (DepKes
RI,20050 , dan termasuk dalam first line agents obat TB. (Koda Kimble 10th edition, 2010)

c. Tepat Pasien
Tepat pasien, Isoniazid memiliki kontra indikasi Hipersensitivitas terhadap isoniazid atau komponen formulasi apa pun; penyakit hati

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 28


akut; riwayat kerusakan hati sebelumnya selama terapi isoniazid; reaksi merugikan yang parah sebelumnya (demam obat, menggigil,
radang sendi) terhadap isoniazid. Pasien tidak memiliki hipersensitivitas terhadap isoniazid .) (DIH Edisi 17th,2009)

d. Tepat Dosis
Tepat, Pemberian dosis isoniazid 300mg 3x seminggu, (DepKes RI, 2005)

RIFAMPISIN
a. Tepat Indikasi
Tepat indikasi. Rifampisin di indikasikan untuk Penatalaksanaan tuberkulosis aktif dalam kombinasi dengan obat lain, (DIH Edisi
17th,2009)

.
b. Tepat Obat
Tepat obat, RIfampisin termasuk kedalam obat primer dan obat utama yang digunakan pada penyakit TB (DepKes RI, 2005) (Dipiro ed
7th )

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 29


c. Tepat Pasien
Tepat pasien. Pasien tidak memiliki kontra indikasi dengan rifampisin. Kontra indikasi rifampisin adalah memiliki Hipersensitivitas
terhadap rifampisin, rifamycin apa pun, atau komponen apa pun dari formulasi; penggunaan bersamaan amprenavir,
saquinavir/ritonavir (mungkin PI lainnya) , (DIH Edisi 17th,2009)

d. Tepat Dosis
Tepat dosis. Dosis rifampisin sebesar 600mg 2-3 x seminggu (DepKes RI, 2005)

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 30


FPP Praktikum Farmakoterapi I | 31
4.3.2. Drug Related Problems (DRPs)
DRUG RELATED
PERTANYAAN YES NO KOMENTAR
PROBLEMS (DRPs)
Korelasi obat dg masalah Adakah obat tanpa indikasi medis? ˅
medis
(Correlation between drug Adakah masalah medis yang tidak diobati ˅
therapy & medical problem)
Ketepatan Pengobatan Apakah obat yang digunakan efektif/ ˅
(Appropriate Therapy) mencapai hasil yang diinginkan (therapeutic
outcome)?
Apakah obat yang digunakan ˅
dikontraindikasikan untuk pasien?
Apakah obat yang digunakan merupakan ˅
drug of choice ?
Apakah terapi non-obat diperlukan? ˅ Merubah gaya
hidup,
mengurangi stress,
mengundari
makanan yang
memperburuk
penyakit.

Drug Regimen Apakah besaran dosis sudah tepat untuk ˅


pasien?
Apakah frekuensi pemberian sudah tepat? ˅ Klaritromisin tidak
sesuai
frekuensinya,
sehingga dinaikkan
frekuensinya
menjadi
2 x sehari.

Apakah lama pemberian obat sudah tepat? ˅

Duplikasi terapi/Polifarmasi Adakah terjadi duplikasi terapi? ˅

Adverse Drug Reactions Adakah gejala/ masalah medis yang ˅


disebabkan oleh obat?
Interaksi Obat Adakah interaksi obat-obat yg berdampak ˅
klinis?
Adakah interaksi obat- makanan yg ˅
berdampak klinis?
Adakah interaksi obat- pemeriksaan ˅
laboratorium yang berdampak klinis?
Alergi Obat/ Intoleransi Apakah terjadi alergi /intoleransi terhadap ˅
obat ?
Adherence/ Compliance Adakah masalah ketidak patuhan pasien ˅
terhadap penggunaan obat?

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 32


Apakah pasien mengalami hambatan/ ˅
kesulitan dalam penggunaan obat?

V. KESIMPULAN REKOMENDASI (Kepada Tenaga Kesehatan Lain)


Tuliskan sesuai dengan skala prioritas!

1. Terapi Ranitidine diganti dengan Omeprazole 20 mg 2 x sehari.


2. Terapi Klaritromisin 500 mg dinaikkan frekuensinya menjadi 2 x sehari
3. Terapi metronidazole 500 mg 2x sehari tetap dilanjutkan.
4. Terapi Domperidone 10 mg 3 x sehari tidak bisa dilanjutkan, dikarenakan
Domperidone tidak bisa diberikan pada pasien,
5. Terapi OAT dengan regimen 4HR tetap dilanjutkan.

VI. POIN –POIN KONSELING DAN EDUKASI (Farmakologi dan Non-Farmakologi)


Farmakologi:
Menjelaskan kepada pasien tentang cara penggunaan obat, efek samping, dan
menjelaskan tentang pentingnya kepatuhan dalam mengkonsumsi obat:
 Omeprazole 20 mg 2 x sehari
 Klaritromisin 500 mg 2 x sehari
 Metronidazole 500 mg 2 x sehari
 Terapi OAT 4HR (rifampisin dan isoniazid)
Nonfarmakologi : (Dipiro et al. 11th, 2020)
 Merubah gaya hidup menjadi pola hidup sehat dengan rajin berolahraga
 Menghindari stress, bisa mempersering meditasi, dll untuk menenangkan pikiran.
 Menghindari makanan dan minuman yang menyebabkan dispepsia atau
memperparah gejala ulser. Contohnya makanan pedas, kafein dan alkohol

VII. DAFTAR PUSTAKA


Aberg, J.A., Lacy, C., Amstrong, L., Goldman, M. and Lance, L.L. 2009. Drug
Information Handbook 17th Edition. USA: American Pharmacist Association.
BPOM RI. 2017. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta: Badan POM RI.
DiPiro, J. T. 2015. Pharmacotheraphy Handbook 9th edition. New York: McGrawHill
Education.
DiPiro, J. T. 2020. Pharmacotheraphy Handbook 11th edition. New York:
McGrawHill Education.
Ikatan Apoteker Indonesia. 2021. Informasi Spesialite Obat Indonesia Volume 53.
Jakarta: PT. Pharma Tekno Solusi.
Nugraheni, Ambar et al., 2018. FARMAKOTERAPI DASAR. Surakarta: UMS
PRESS.
Santika et al., 2019, Evaluasi Penggunaan Obat Tukak Peptik pada Pasien Tukak
Peptik di Instalasi Rawat Inap RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie
Pontianak, Majalah Farmaseutik, 15 (1), 1-15

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 33


Surakarta, 06 Oktober 2022

Praktikan Dosen Pembimbing

(Annasa Jauza P) (apt. Tista Ayu Fortuna, M. Clin Pharm)

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 34

Anda mungkin juga menyukai