Anda di halaman 1dari 40

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI Nama : Aldillah Abdul Hanif

FAKULTAS FARMASI NIM : K100160028


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH Kelas : I
SURAKARTA

OUTLINE PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI


FORM PEMANTAUAN PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama Pasien : Ny SW
Jenis Kelamin : Perempuan
Ruang : Poli reumatologi
Umur : 65 tahun
BB/TB : 55 kg/152 cm
Tanggal MRS : 20 Maret 2021
Diagnosa : Rheumatoid Artritis
Alergi :-

II. SUBYEKTIF (saat MRS)


II.1 Keluhan Utama (Chief Complaint):
Rheumatoid arthritis
II.2 Riwayat Penyakit Sekarang (History of Present Illness)
Masih sering merasakan nyeri dan kaku pada persendian. Kaku dan nyeri sendi lebih sering
dirasakan pada pagi hari dengan durasi lebih dari 1 jam. Lokasi nyeri terdapat pada 3 jari
tangan kanan-kiri, serta pergelangan kaki. Sendi tampak bengkak tanpa adanya kemerahan
pada permukaan kulit.
II.3 Riwayat Penyakit Terdahulu (Past Medical History)
- Rheumatoid arthritis
- TBC, baru menyelesaikan terapi TBCnya 6 bulan yang lalu
II.4 Riwayat Penyakit Keluarga (Family History)
Tidak ada
II.5 Riwayat Sosial (Social History)
Tidak ada

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 1


FPP Praktikum Farmakoterapi I | 2
2.6 Riwayat Pengobatan (Medication History)
Lama
No Nama Obat Nama Generik Indikasi Rute Dosis Frekuensi Efek/kesulitan
Penggunaan
1. Metotrexat Metotrexat Rheumatoid arthritis (RA), Tidak 7,5mg 1 Minggu 6 bulan Tidak Ada Perbaikan
termasuk juvenile rheumatoid ada sekali Klinis
arthritis (JRA) osteosarkoma; Informasi
sarkoma jaringan lunak;
karsinoma saluran cerna,
esofagus, testis; limfoma
(APA, 2009)
2. Prednisone Prednisone Gangguan reumatik (termasuk Tidak 5 mg 24 jam 6 bulan Tidak Ada Perbaikan
artritis reumatoid), Trichinosis ada Klinis
dengan keterlibatan Informasi
neurologis atau miokard,
Meningitis tuberculosis
(APA, 2009)
3. Meloxicam Meloxicam Meredakan tanda dan gejala Tidak 15 mg 24 jam 6 bulan Tidak Ada Perbaikan
osteoarthritis, rheumatoid ada Klinis
arthritis, dan juvenile Informasi
rheumatoid arthritis (JRA)
(APA, 2009)

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 3


FPP Praktikum Farmakoterapi I | 4
III. OBYEKTIF
3. 1 Pemeriksaan Fisik (Physical Examination)
TANGGAL 10/20 12/03/21
TD 120/70 120/70
mmHg mmHg
Suhu 38oC 38oC
Nadi
RR

3. 2. Kondisi Klinis
Kondisi Klinis 20/03/2021
Nyeri 3 jari tangan kanan-kiri 
Nyeri kedua lutut 
Nyeri pergelangan kaki 
Sendi tampak bengkak 
Demam 

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 5


3. 3. Data Laboratorium
a. Hematologi
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
10/20 20/03/21
Eritrosit 4,0 – 5,0 (P)
Juta/µL
(Sel Darah Merah) 4,5 – 5,5 (L)
Hemoglobin (Hb) 12,0 – 14,0 (P) 12,5 11 g/dL
g/dL
13,0 – 16,0 (L) g/dL
Hematokrit 40 – 50 (P) 28%
%
45 – 55 (L)
Hitung Jenis
Basofil % 0,0 – 1,0
Eosinofil % 1,0 – 3,0
Batang1 % 2,0 – 6,0
Segmen1 % 50,0 – 70,0
Limfosit % 20,0 – 40,0
Monosit % 2,0 – 8,0
Retikulosist % 0,5-2
Laju Endap Darah (LED) < 15 (P) 35 40
Mm/jam
< 10 (L) mm/jam mm/jam
Leukosit
103/µL 5,0 – 10,0
(Sel Darah Putih)
MCH/HER Pg/sel 27 – 31
MCHC/KHER g/dL 32 – 36
MCV/VER fl 80 – 96
Trombosit 103/µL 150 – 400
Prothrombin time/PT Detik 10-15
Activated Partial Thromboplastin
Detik 21-45
Time/aPTT
Thrombin Time/TT Detik 16-24
Fibrinogen mg/dl 200-450
D-Dimer Mcg/ml Negative/<0,5
International Normalized Ratio/INR 0,8-1,2

b. Fungsi Hati
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan 20/03/202
10/20
1
ALT (SGPT) < 23 (P) 40 U/L
U/L
< 30 (L)
AST (SGOT) < 21 (P) 35 U/L
U/L
< 25 (L)
Alkalin Fosfatase U/L 15 – 69
GGT (Gamma GT) U/L 5 – 38
Bilirubin Total mg/dL 0,25 – 1,0
Bilirubin Langsung mg/dL 0,0 – 0,25
Protein Total g/L 61 – 82
Albumin g/L 37 – 52

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 6


c. Elektrolit

Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan

Kreatinin 60 – 150 (P)


U/L
70 – 160 (L)
Natrium mmol/L 134 – 145
Klorid mmol/L 94 – 111
Kalium mmol/L 3,5 – 5,0
BUN mg/dL 8 - 25
Ca2+ mg/dl 8,8-10,4
Asam Urat mg/dL 3 - 8 mg/dL
Mg2+ mg/dl 1,7-2,3

d. Analisa Gas Darah (AGD)


Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan

Saturasi Oksigen (SaO2) %O2 95-99


Tekanan Parsial Oksigen (PaO2) mmHg 75-100
Tekanan Parsial CO2 (PaCO2) mmHg 35-45
pH - 7,35-7,45
CO2 mEq/L 22-32
Anion Gap (AG) mEq/L 13-17

d. Profil lipid
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan

Kolesterol Total mg/dL 150 – 200


HDL 45 – 65 (P)
mg/dL
35 – 55 (L)
LDL mg/dl <130
Trigliserid mg/dL 120 – 190
e. lain-lain
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
10/20 20/03/2021
Gula Darah Sewaktu (GDS) mg/dL <200
Gula Darah Puasa (GDP) mg/dL 70 – 100
Gula Darah 2 jam PP mg/dL <200
Amilase U/L 30 – 130
CRP Negatif Positif Positif
Rheumatoid factor titer Negatif Positif Positif 1:80
1:75
Pemeriksaan X-ray Erosiv

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 7


IV. ASSESMENT
4.1 Terapi Pasien
Tanggal
Nama Obat Rute Dosis Frekuensi

Metotreksat I.M 15 mg Seminggu


sekali
Etanercept S.C 50 mg Seminggu
sekali
Prednison P.O 5 mg Sehari sekali

4.2 Mekanisme Kerja Masing-Masing Obat (Obat sebelumnya, obat sekarang dan obat yang direkomendasikan)
N Nama Obat Mekanisme (cantumkan pustaka yang diacu) Gambar Produk
o
1. Metotreksat Methotrexate adalah antimetabolit folat yang menghambat sintesis DNA. Metotreksat
(Obat Dahulu mengikat secara ireversibel ke dihidrofolat reduktase, menghambat pembentukan folat
dan Sekarang) tereduksi, dan timidilat sintetase, menghasilkan penghambatan sintesis purin dan asam
timidilat. Methotrexate adalah siklus sel yang spesifik untuk fase S dari siklus. (APA,
2009)

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 8


2. Prednisone Mengurangi peradangan dengan menekan migrasi leukosit polimorfonuklear dan
(Obat Dahulu membalikkan peningkatan permeabilitas kapiler; menekan sistem kekebalan dengan
dan Sekarang) mengurangi aktivitas dan volume sistem limfatik; menekan fungsi adrenal pada dosis
tinggi. Efek antitumor mungkin terkait dengan penghambatan transportasi glukosa,
fosforilasi, atau induksi kematian sel pada limfosit yang belum matang. Efek antiemetik
diperkirakan terjadi karena blokade persarafan serebral dari pusat muntah melalui
penghambatan sintesis prostaglandin.(APA, 2009)

3. Meloxicam Menghambat enzim siklooksigenase-1 dan 2 (COX-1 dan 2) secara reversibel, yang
(Obat mengakibatkan penurunan pembentukan prekursor prostaglandin; memiliki sifat antipiretik,
Dahulu) analgesik, dan anti-inflamasi (APA, 2009)

4. Etanercept Etanercept adalah protein turunan DNA rekombinan yang terdiri dari reseptor faktor
(Obat nekrosis tumor (TNFR) yang terkait dengan bagian Fc dari IgG1 manusia. Etanercept
Sekarang) mengikat faktor nekrosis tumor (TNF) dan memblokir interaksinya dengan reseptor
permukaan sel. TNF memainkan peran penting dalam proses inflamasi dan patologi sendi
yang dihasilkan dari rheumatoid arthritis (RA), polyarticular-course juvenile idiopathic
arthritis (JIA), ankylosing spondylitis (AS), dan psoriasis plak. (APA, 2009)

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 9


5. Rituximab Rituximab adalah antibodi monoklonal yang ditujukan terhadap antigen CD20 pada
(Rekomendas limfosit B. CD20 mengatur inisiasi siklus sel; dan, mungkin, berfungsi sebagai saluran
i) kalsium. Rituximab mengikat antigen pada permukaan sel, mengaktifkan sitotoksisitas sel
B yang bergantung pada komplemen; dan pada reseptor Fc manusia, yang memediasi
pembunuhan sel melalui toksisitas seluler yang bergantung pada antibodi. Sel B diyakini
berperan dalam perkembangan dan progresi rheumatoid arthritis. Tanda dan gejala RA
berkurang dengan menargetkan sel B dan perkembangan kerusakan struktural tertunda.
(APA, 2009)

6. Asam Folat Asam folat diperlukan untuk pembentukan sejumlah koenzim di banyak sistem
(Rekomendas metabolisme, terutama untuk sintesis purin dan pirimidin; diperlukan untuk sintesis dan
i) pemeliharaan nukleoprotein dalam eritropoiesis; merangsang produksi WBC dan trombosit
pada anemia defisiensi folat. Asam folat meningkatkan eliminasi asam format, metabolit
toksik metanol (penggunaan tanpa label). (APA, 2009)

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 10


7. Metil Dengan cara spesifik jaringan, kortikosteroid mengatur ekspresi gen setelah mengikat
Prednisolon reseptor intraseluler spesifik dan translokasi ke dalam nukleus. Kortikosteroid
(Rekomendas mengerahkan beragam efek fisiologis termasuk modulasi karbohidrat, protein, dan
i metabolisme lipid dan pemeliharaan homeostasis cairan dan elektrolit. Selain itu, fisiologi
kardiovaskular, imunologi, muskuloskeletal, endokrin, dan neurologis dipengaruhi oleh
kortikosteroid. Menurunkan inflamasi dengan menekan migrasi leukosit polimorfonuklear
dan membalikkan peningkatan permeabilitas kapiler. (APA, 2009)

8. Parasetamol Menghambat sintesis prostaglandin di sistem saraf pusat dan perifer memblokir generasi
(Rekomendas impuls nyeri; menghasilkan antipiresis dari penghambatan pusat pengatur panas
i) hipotalamus (APA, 2009)

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 11


9. Difenhidrami Bersaing dengan histamin untuk situs reseptor H1 pada sel efektor di saluran pencernaan,
n pembuluh darah, dan saluran pernapasan; efek antikolinergik dan obat penenang juga
Hidroklorida terlihat (APA, 2009)
(Rekomendas
i)

10 Kalsium Sebagai suplemen makanan, digunakan untuk mencegah atau mengobati keseimbangan
. karbonat kalsium negatif; pada osteoporosis, ini membantu mencegah atau mengurangi tingkat
(Rekomendas keropos tulang. (APA, 2009)
i)

11 Cholecalcifer Vitamin D mungkin memiliki aktivitas anti-osteoporosis, imunomodulator,


. ol antikarsinogenik, antipsoriatik, antioksidan & mood-modulator. Bersama dengan hormon
(Rekomendas paratiroid & kalsitonin, mengatur konsentrasi kalsium serum. (MIMS, 2022)
i)

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 12


12 Alendronat Sebuah bifosfonat yang menghambat resorpsi tulang melalui aksi pada osteoklas atau pada
. (Rekomendas prekursor osteoklas; menurunkan laju resorpsi tulang, yang menyebabkan peningkatan
i) tidak langsung dalam kepadatan mineral tulang. (APA, 2009)

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 13


4.3 Problem Medik dan Drug Related Problems
Problem Medik 1: Rheumatoid Artritis

Subyektif, Terapi DRP Rekomendasi Monitoring (6)


Obyektif (1) (2) (4) (5)
Efektivitas Efek samping
S: Metotreksat 15 Tidak ada Terapi Metotreksat  Metotreksat:  Metotreksat:
Nyeri dan kaku mg/minggu IM 15mg/minggu di lanjutkan Berkurangnya nyeri Toksisitas
persendian dan ditambahkan Asam folat dan kaku persendian hematologi
O: 1xsehari 5 mg P.O untuk Lab : dan/atau GI ; reaksi
CRP: positif (N: mencegah defesiensi asam CRP: (N: negatif) ini jauh lebih
negatif) folat. (Perhimpunan LED: (< 20 mm/jam) jarang bila
LED: 40 mm/jam Reumatologi Indonesia, Rheumatoid factor digunakan pada
(< 20 mm/jam) 2021, p.23; Dipiro et al., titer: (N: negatif) dosis khas untuk
Rheumatoid 2020, p.4407) penyakit rematik.
factor titer: positif (APA, 2009)
1:80 (N: negatif)
 Asam Folat:  Asam Folat:
Nilai Hb normal Reaksi alergi,
bronkospasme,
kemerahan
(sedikit), malaise
(umum), pruritus,
ruam (APA, 2009)

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 14


Etanercept 50 Tidak tepat pasien Terapi Etanercept diganti  Rituximab:  Rituximab:
mg/minggu S.C karen Etanercept dengan Rituximab 1000 Berkurangnya nyeri Pasien yang diobati
memiliki mg/minggu I.V dan dan kaku persendian dengan rituximab
kontraindikasikan ditambahkan Methyl- Lab : untuk rheumatoid
dengan pasien TB prednisolon 100 mg minggu CRP: (N: negatif) arthritis (RA)
I.V., PCT 650mg P.O dan LED: (< 20 mm/jam) mungkin
Diphenhydramine HCl P.O Rheumatoid factor mengalami lebih
50mg 30 menit sebelum infus titer: (N: negatif) sedikit reaksi
rituximab (Dipiro et al., merugikan.
2020, p.4417; Medscape, Demam,
2022) menggigil, sakit
kepala, nyeri
(APA, 2009)
 Methylprednisolon  Methylpredniso
Tidak terjadi reaksi lon
alergi saat pemberian dyspepsia, tukak
Rituximab lambung (dengan
perforasi),
osteoporosis, patah
tulang dan tulang
belang, avascular
osteonecrosis
(BPOM RI, 2017f)
 Parasetamol:  Parasetamol:
Tidak terjadi reaksi Hipersensitivitas,
alergi ruam kulit, kelainan
darah (BPOM RI,
2017e)
 Diphenhydramine  Diphenhydrami
HCl: ne HCl:
Tidak terjadi reaksi Pengaruh pada
alergi kardiovaskuler dan

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 15


SSP; (BPOM RI,
2017a)
Prednisone 1x5 Tidak ada Terapi Prednisone 1x5mg  Prednisone  Prednisone
mg tiap hari P.O P.O setiap hari dapat Tanda klinis: Tanda klinis:
dilanjutkan dan ditambahkan Berkurangnya dyspepsia, tukak
Alendronat 5mg/hari P.O, bengkak pada lambung (dengan
Kalsium karbonat 1200 persendian. perforasi),
mg/hari P.O dan Lab : osteoporosis, patah
Cholecalciferol 800 UI/hari CRP: (N: negatif) tulang dan tulang
p.o sebagai profilaksis LED: (< 20 mm/jam) belang, avascular
osteoporosis pada pasien osteonecrosis
lanjut usia yang (BPOM RI, 2017f)
menggunakan obat  Alendronat  Alendronat
kortikosteroid jangka Panjang Tidak terjadi Kejadian
(APA, 2009; Dipiro et al., pengeroposan tulang gastrointestinal
2020, pp.1548, 4489, 4512) bagian atas (nyeri
perut, dyspepsia,
(BPOM RI, 2017d)
 Kalsium Karbonat  Kalsium
Tidak terjadi Karbonat
pengeroposan tulang Hiperkalsemia
(BPOM RI, 2017c)
 Cholecalciferol  Cholecalciferol
Tidak terjadi anoreksia, malas,
pengeroposan tulang mual dan muntah,
(BPOM RI, 2017b)
Analisis (Evaluasi DRP atau 4T yang dilengkapi dengan referensi / guideline terapi serta cropping bagian yang dirujuk) (3)
METOTREKSAT
Tepat indikasi :
Metotreksat merupakan terapi yang sesuai diberikan pada pasien dengan indikasi penyakit rheumatoid arthritis.(APA, 2009)

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 16


Tepat obat :
Metotreksat merupakan drug of choice untuk terapi pasien RA dapat diberikan sebagai monoterapi atau kombinasi dengan DMARDs lain
(Dipiro et al., 2020, p.4406)

Tepat pasien :
Metotreksat merupakan teratogenic sehingga dikontraindikasikan bagi ibu hamil dan menyusui. Serta diindikasikan pada pengkonsumsi
alcohol, penyakit liver karena alcohol atau penyakit liver kronik lain, defisiensi imun, leukopenia, dan thrombocytopenia. NY. SW tidak ada
kontraindikasi dengan penyakit lain dan obat-obatan lain sehingga pemberian terapi dengan metotreksat sudah tepat pasien (Dipiro et al.,
2020, p.4406)

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 17


Tepat dosis :
Dosis metotrexat untuk pengobatan Rheumatid arthritis yaitu 7,5 – 25 mg/minggu (Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2021, p.25).
Pemberian metotrexat pada awalnya yaitu 7,5 mg/miinggu. Manfaat klinis dapat terlihat setelah pemberian selama 3 – 6 minggu. Namun
setelah 6 bulan gejala nyeri dan kaku sendi masih dirasakan. Oleh karena itu perlu dilakukan penambahan dosis sehingga dosis metotrexat
yang diresepkan untuk NY.SW sudah tepat. (Dipiro et al., 2020, p.4406)

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 18


ETANERCEP
Tepat indikasi :
Etanersept sesuai diberikan pada pasien dengan diagnosis rheumatoid artritis sehingga pemberian terapi pada Ny. SW yang mengalami gejala
nyeri dan kaku persendian sudah tepat indikasi (APA, 2009)

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 19


Tepat obat :
Etanercept merupakan drug of choice pada terapi pasien RA yang dapat dikombinasikan dengan methotrexate (Dipiro et al., 2020, p.4414)

Tepat pasien :
Ny. SW memiliki riwayat TBC yang dikontraindikasikan dengan penggunaan obat etanercept karena etanercept memiliki efek samping
menimbulkan infeksi, TB, dan demeilinisasi saraf. Pada pasien dengan riwayat TB (Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2021, p.30). Selain
itu pada penggunaan obat golongan TNF Inhibitor Biologic tidak cocok untuk pasien tubercolusis dan hepatitis B. Sehingga pemberian
etanercept pada Ny. SW tidak tepat pasien (Dipiro et al., 2020, p.4413)

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 20


Tepat dosis :
Etanercept diberikan secara injeksi melalui rute subkutan dengan dosis 50 mg/minggu sudah tepat dosis (Dipiro et al., 2020, p.4414;
Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2021, p.30)

PREDNISON
Tepat indikasi :

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 21


Pemberian prednisone sebagai anti radang atau antiinflamasi pada Ny. SW yang mengalami pembengkakan persendian untuk Rheumatic
disorder sudah tepat indikasi (APA, 2009)

Tepat obat :
Prednisone merupakan obat antiinflamasi golongan glukokortikoid yang merupakan drug of choice untuk terapi RA sehingga sudah tepat obat
(Dipiro et al., 2020, p.4420). Data terbaru menunjukkan bahwa pasien yang pengobatannya dimulai dengan kombinasi MTX dan prednisone,
memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan pasien yang hanya menggunakan MTX. (Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2021, p.25)

Tepat pasien :
Ny. SW tidak ada kontraindikasi seperti hipersensitivitas terhadap komponen formulasi prednisone dan penyakit lain, maka pemberian terapi
dengan prednisone sudah tepat pasien (APA, 2009)

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 22


Tepat dosis :
Dosis prednisone yang diberikan pada Ny. SW 1x5 mg/hari tepat dosis (Koda-Kimble & Young’s, 2013, p.1033).

Rekomendasi
RITUXIMAB

Tepak indikasi :
Rituximab sesuai diberikan pada pasien dengan diagnosis rheumatoid artritis sehingga pemberian terapi pada Ny. SW yang mengalami gejala
nyeri dan kaku persendian sudah tepat indikasi (APA, 2009)

Tepat obat :
Rituximab merupakan drug of choice bagi pasien RA sebagai monoterapi atau dikombinasikan dengan metotrexat, sehingga pemberian
rituximab pada Ny. SW sudah tepat obat (Dipiro et al., 2020, p.4417)

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 23


Tepat pasien :
Ny. SW tidak dikontraindikasikan dengan penyakit atau obat lain (BPOM RI, 2017g). Rituximab merupakan TNF biologi yang tidak ada efek
samping infeksi dan reaktivasi pada pasien TB, sehingga penggunaan rituximab sudah tepat pasien (Perhimpunan Reumatologi Indonesia,
2021, p.31; Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2014, p.19)

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 24


Tepat dosis :
Dosis rituximab injeksi 1000 mg tiap 2 minggu sekali melalui rute pemberian intravena pada Ny. SW sudah tepat dosis (Perhimpunan
Reumatologi Indonesia, 2014, p.19; Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2021, p.31).

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 25


ASAM FOLAT
Tepak indikasi :
Asam folat diindakasikan untuk makrositik karena kekurangan asam folat, sehingga untuk pencegahan Ny. SW mengalami defisiensi asam
folat karena penggunaan methotrexate pemberian asam folat sudah tepat indikasi (Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2021, p.23)

Tepat obat :
Pemberian terapi asam folat untuk mencegah defisiensi asam folat karena penggunaan terapi methotrexate sudah tepat obat (Dipiro et al.,

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 26


2020, p.4407)

Tepat pasien :
Ny. SW tidak dikontraindikasikan terhadap penyakit atau obat lain, seperti hipersensitivitas terhadap asam folat atau komponen formulasi
lainnya, sehingga penambahan asam folat untuk terapi RA Ny. SW sudah tepat pasien (APA, 2009)

Tepat dosis :
Asam folat diberikan secara peroral dengan dosis 5 mg/hari untuk mengurangi toksisitas dari penggunaan methotrexate untuk Ny. SW sudah
tepat dosis (Dipiro et al., 2020, p.4407)

METILPREDNISOLON
Tepak indikasi :
Methylprednisolon tepat diberikan untuk Ny. SW mengurangi perkembangan dan keparahan reaksi infus.tepat indikasi (Dipiro et al., 2020,
p.4417)

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 27


Tepat obat :
Ny. SW mendapatkan terapi rituximab dengan rute infus intravena. Untuk mencegah terjadinya reaksi alergi infus pada pasien, diberikan
methylprednisolon I.V 100 mg 30 menit sebelum diberikan rituximab (Dipiro et al., 2020, p.4417)

Tepat pasien :
Ny. SW tidak dikontraindikasikan dengan penyakit dan obat lain sehingga methylprednisolone sudah tepat pasien (APA, 2009)

Tepat dosis :
Dosis methylprednisolone untuk injeksi intravena 100 mg 30 menit sebelum setiap infus. tepat dosis (DIH, 2009).

PARACETAMOL

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 28


Tepak indikasi :
Paracetamol tepat diberikan untuk Ny. SW mengurangi perkembangan dan keparahan reaksi infus.tepat indikasi (Dipiro et al., 2020, p.4417)

Tepat obat :
Ny. SW mendapatkan terapi rituximab dengan rute infus intravena. Untuk mencegah terjadinya reaksi alergi infus pada pasien, diberikan
paracetamol 30 menit sebelum diberikan rituximab (Dipiro et al., 2020, p.4417)

Tepat pasien :
Ny. SW tidak dikontraindikasikan dengan penyakit dan obat lain sehingga parasetamol sudah tepat pasien (APA, 2009)

Tepat dosis :
Dosis Paracetamol untuk terapi pencegahan alergi adalah 650mg 30 menit sebelum setiap infus rituximab. tepat dosis (Medscape, 2022)

DIPHENHYDRAMINE HIDROKLORIDA

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 29


Tepak indikasi :
Diphenhydramine Hidroklorida merupakan antihistamin yang tepat diberikan untuk Ny. SW mengurangi perkembangan dan keparahan reaksi
infus.tepat indikasi (Dipiro et al., 2020, p.4417)

Tepat obat :
Ny. SW mendapatkan terapi rituximab dengan rute infus intravena. Untuk mencegah terjadinya reaksi alergi infus pada pasien, diberikan
Antihistamin 30 menit sebelum diberikan rituximab (Dipiro et al., 2020, p.4417)

Tepat pasien :
Ny. SW tidak dikontraindikasikan dengan penyakit dan obat lain sehingga Diphenhydramine Hidroklorida sudah tepat pasien (APA, 2009)

Tepat dosis :
Dosis Diphenhydramine Hidroklorida untuk terapi pencegahan alergi adalah 50mg, 30 menit sebelum setiap infus rituximab. tepat dosis
(Medscape, 2022)

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 30


ALENDRONAT
Tepat indikasi : Tepat
Alendronat diindikasikan untuk pengobatan osteoporosis yang diinduksi oleh glukokortikoid sehingga sudah tepat indikasi (APA, 2009)

Tepat obat : Tepat


Alendronat merupakan obat pilihan sebagai profilaksis keroposan tulang akibat penggunaan kortikosteorid terutama pada yang beresiko tinggi
seperti pasien lanjut usia (≥65 tahun) sehingga sudah tepat obat. (Dipiro et al., 2008, p.1548)

Tepat pasien :Tepat


Ny.SW tidak dikontraindikasikan terhadap alendronat sehingga pemberian alendronat sudah tepat pasien (APA, 2009)
FPP Praktikum Farmakoterapi I | 31
Tepat dosis : Tepat
Pemberian alendronat sebagai profilaksis osteoporosis akibat penggunaan glukokortikoid pada Ny.SW yaitu 5 mg/hari p.o sudah tepat dosis
(APA, 2009; Wells et al., 2015, p.21)

KALSIUM KARBONAT
Tepat indikasi : Tepat
Pemberian kalsium karbonat pada NY.SW digunakan untuk mengatasi efek samping glukokortikoid berupa osteoporosis sehingga pemberian
kalsium karbonat sudah tepat indikasi sebagai pencegah defisiensi kalsium (APA, 2009)

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 32


Tepat obat : Tepat
Penyakit reumatoid artritis dan penggunaan glukortikoid pada NY.SW dapat meningkatkan terjadinya osteoporosis maka diperlukan
penambahan vitamin D dan asupan kalsium sebagai pengatasannya. Kalsium karbonat mengandung kandungan tinggi kalsium (40%). Oleh
karena itu pemberian kalsium karbonat sudah tepat obat. (Dipiro et al., 2020, p.4489)

Tepat pasien : Tepat


Ny.SW tidak memiliki salah satu yang dikontraindikasikan sehingga sudah tepat pasien (APA, 2009)

Tepat dosis : Tepat


Dosis kalsium karbonat untuk pemberian asupan kalsium pada NY.SW yang berusia ≥51 tahun sebesar 1200 mg/hari sudah tepat dosis (DIH
(APA, 2009)

CHOLECALCIFEROL

Tepat indikasi : Tepat


Pemberian Cholecalciferol pada NY.SW digunakan untuk mengatasi efek samping glukokortikoid berupa osteoporosis sehingga pemberian
Cholecalciferol sudah tepat indikasi sebagai pencegah defisiensi vit.D (APA, 2009)

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 33


Tepat obat : Tepat
Penyakit reumatoid artritis dan penggunaan glukortikoid pada NY.SW dapat meningkatkan terjadinya osteoporosis maka diperlukan
penambahan vitamin D sebagai pengatasannya. Oleh karena itu pemberian Cholecalciferol sudah tepat obat. (Dipiro et al., 2020, p.4512)

Tepat pasien : tepat


Ny.SW tidak memiliki diantara yang dikontraindikasikan sehingga sudah tepat pasien (APA, 2009)

Tepat dosis : Tepat


Dosis yang diberikan untuk NY.SW yaitu 800 UI/hari per oral sehingga sudah tepat dosis (Dipiro et al., 2020, p.4512)

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 34


4.3.2. Drug Related Problems (DRPs)
DRUG RELATED
PERTANYAAN YES NO KOMENTAR
PROBLEMS (DRPs)
Korelasi obat dg masalah Adakah obat tanpa indikasi medis? 
medis
(Correlation between drug Adakah masalah medis yang tidak diobati 
therapy & medical problem)
Ketepatan Pengobatan Apakah obat yang digunakan efektif/  Penggunaan obat
(Appropriate Therapy) mencapai hasil yang diinginkan (therapeutic metotreksat sebagai
outcome)? monoterapi tidak
efektif mengatasi
RA.
Apakah obat yang digunakan  Eternacept di
dikontraindikasikan untuk pasien? Kontraindikasikan
untuk pasien TB atau
dengan Riwayat TB
Apakah obat yang digunakan merupakan 
drug of choice ?
Apakah terapi non-obat diperlukan? 

Drug Regimen Apakah besaran dosis sudah tepat untuk 


pasien?
Apakah frekuensi pemberian sudah tepat? 

Apakah lama pemberian obat sudah tepat? 

Duplikasi terapi/Polifarmasi Adakah terjadi duplikasi terapi? 

Adverse Drug Reactions Adakah gejala/ masalah medis yang  Penggunaan


disebabkan oleh obat? Metotreksat
menyebabkan
defisiensi asam folat
Penggunaan
Prednison dapat
menyebabkan
Osteoporosis
Interaksi Obat Adakah interaksi obat-obat yg berdampak 
klinis?
Adakah interaksi obat- makanan yg 
berdampak klinis?
Adakah interaksi obat- pemeriksaan 
laboratorium yang berdampak klinis?
Alergi Obat/ Intoleransi Apakah terjadi alergi /intoleransi terhadap 
obat ?
Adherence/ Compliance Adakah masalah ketidak patuhan pasien 
terhadap penggunaan obat?
Apakah pasien mengalami hambatan/ 
kesulitan dalam penggunaan obat?

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 35


V. KESIMPULAN REKOMENDASI
1. Pemberian Metotreksat 15mg/minggu I.M dilanjutkan
2. Etanercept 50 mg/minggu S.C. digantikan dengan rituximab 1000 mg/2 minggu I.V.
3. Pemberian Prednison 1 kali sehari 5 mg P.O. dilanjutkan
4. Asam folat 5 mg x 1 sehari diberikan karena metotrexat dapat menyebabkan
defisiensi asam folat.
5. Methylprednisolon 100 mg I.V. diberikan 30 menit sebelum setiap diberikan
rituximab.
6. Paracetamol 650mg P.O diberikan 30 menit sebelum diberikan rituximab.
7. Diphenhydramine Hidroklorida 50mg P.O diberikan 30 menit sebelum diberikan
rituximab.
8. Alendronat 5 mg/hari p.o diberikan sebagai profilaksis osteoporosis pada lanjut usia
9. Kalsium karbonat 1200 mg/hari p.o diberikan sebagai profilaksis defisiensi kalsium
10. Cholecalciferol 800 UI/hari p.o diberikan sebagai profilaksis defisiensi vitamin.D
VI. KONSELING
a. Farmakologis:
- Methotrexate 15 mg/minggu IM. dengan efek samping gastrointestinal dan
leukopenia sehingga diberikan pada rute I.M dan ditambahkan dengan asam folat.
- Rituximab 1000 mg/2 minggu I.V. dengan efek samping mual, ruam, dan sakit
kepala.
- Prednison 1 kali sehari 5 mg P.O diminum sesudah makan dengan efek samping
obat osteoporosis sehingga perlu penambahan kalsium, vitamin D, dan
alendronate.
- Methylprednisolone 100 mg I.V. 30 menit sebelum infus rituximab untuk
mencegah adanya reaksi alergi pada pemberian rituximab infus intravena.
- Parasetamol 650mg P.O 30 menit sebelum infus rituximab untuk mencegah
adanya reaksi alergi pada pemberian rituximab infus intravena
- Diphenhydramine Hidroklorida 50mg P.O 30 menit sebelum infus rituximab
untuk mencegah adanya reaksi alergi pada pemberian rituximab infus intravena
- Asam folat 1 kali sehari 5 mg P.O diminum sesudah makan dengan efek samping
obat alergi dan ruam.
- Alendronat 5 mg/hari P.O diminum 30 menit sebelum makan dengan efek
samping mual

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 36


- Kalsium karbonat 1200 mg/hari P.O diminum sesudah makan atau sesudah
penggunaan obat lain dengan efek samping obat sembelit dan kembung
- Cholecalciferol 800 UI/hari P.O diminum sesudah makan atau sesudah
penggunaan obat lain dengan efek samping sembelit dan kembung.
b. Non Farmakologis
Menurut (Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2021, pp.32–33), terapi latihan fisik
dan rehabilitasi penting untuk mempertahankan fungsi sendi dan kekuatan otot.
Manfaat latihan fisik yang lain yaitu dapat menurunkan risiko kardiovaskular karena
dapat meningkatkan fungsi endotel dan memperlambat proses aterosklerosis. Selain
itu latihan fisik juga dapat berefek pada tulang yaitu menurunkan kehilangan tulang
dan meningkatkan densitas tulang pada femur, menurunkan progresi perubahan
radiologi pada sendi kecil, mengurangi depresi, meningkatkan kualitas tidur,
menurunkan persepsi nyeri dan meningkatkan kualitas hidup.
Latihan fisik yang dianjurkan adalah low-impact exercise yaitu latihan fisik yang
tidak membebani sendi dan mengurangi risiko kerusakan pada sendi. Latihan fisik
yang dianjurkan yaitu:
- Berjalan
- Bersepeda dan
- Berenang.
Ketika memulai untuk latihan fisik yaitu dimulai dengan start low, go slow. Latihan
fisik dianjurkan dilakukan 30 menit/hari. American College of Rheumatology dan
American Pain Society merekomendasikan untuk latihan aerobik dan latihan fisik
yang meliputi fleksibilitas dan ketahanan fisik serta penggunaan ortotik atau splint.
Latihan ketahanan fisik melibatkan latihan berulang yang dirancang untuk
meningkatkan kekuatan otot dengan bertahap. Latihan ini dapat menargetkan pada
otot paha depan, deltoid atau tangan. Selain itu, Latihan yoga dan tai-chi dan program
menari selama 8 minggu juga dapat membantu mengurangi nyeri pada pasien AR.
Terapi fisik dengan menggunakan laser kekuatan rendah dan TENS (transcutaneous
electrical nerve stimulation), efektif untuk mengurangi nyeri dalam jangka pendek.
Kombinasi paraffin (termoterapi) dan latihan aktif juga tampak efektif untuk
mengurangi nyeri

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 37


FPP Praktikum Farmakoterapi I | 38
VII.DAFTAR PUSTAKA
APA, 2009, Drug Information Handbook, 17th ed., Lexi-Comp’s Drug Reference
Handbooks.
BPOM RI, 2017a, DIFENHIDRAMIN HIDROKLORIDA | PIO Nas, Terdapat di:
https://pionas.pom.go.id/monografi/difenhidramin-hidroklorida [Diakses pada April 3,
2022].
BPOM RI, 2017b, ERGOKALSIFEROL (Kalsiferol, Vitamin D2) | PIO Nas, Terdapat di:
https://pionas.pom.go.id/monografi/ergokalsiferol-kalsiferol-vitamin-d2 [Diakses pada
April 7, 2022].
BPOM RI, 2017c, KALSIUM KARBONAT | PIO Nas, Terdapat di:
https://pionas.pom.go.id/monografi/kalsium-karbonat [Diakses pada April 7, 2022].
BPOM RI, 2017d, NATRIUM ALENDRONAT | PIO Nas, Terdapat di:
https://pionas.pom.go.id/monografi/natrium-alendronat [Diakses pada April 7, 2022].
BPOM RI, 2017e, PARASETAMOL (ASETAMINOFEN) | PIO Nas, Terdapat di:
https://pionas.pom.go.id/monografi/parasetamol-asetaminofen [Diakses pada March 4,
2022].
BPOM RI, 2017f, PREDNISOLON | PIO Nas, Terdapat di:
https://pionas.pom.go.id/monografi/prednisolon-0 [Diakses pada March 16, 2022].
BPOM RI, 2017g, RITUKSIMAB | PIO Nas, Terdapat di:
https://pionas.pom.go.id/monografi/rituksimab [Diakses pada April 3, 2022].
Dipiro J.T., Yee G.C., Posey L.M., Haines S.T., Nolin T.D. and Ellingrod V., 2020,
Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 11th ed., Mc Graw Hill.
Dipiro J.T., Talbert R.L. and Yee G.C., 2008, Pharmacotherapy A Pathophyssiological
Approach, Seventh.,
Koda-Kimble & Young’s, 2013, Applied Therapeutics The Clinical Use of Drugs, 10th ed.,
Medscape, 2022, Rituximab, Terdapat di: https://www.medscape.com/viewarticle/406941_11
[Diakses pada April 3, 2022].
MIMS, 2022, Colecalciferol: Indication, Dosage, Side Effect, Precaution | MIMS Indonesia,
Terdapat di: https://www.mims.com/indonesia/drug/info/colecalciferol?mtype=generic
[Diakses pada April 7, 2022].
Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2021, Diagnosis dan Pengelolaan Artritis Reumatoid,
Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2014, Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi
Indonesia Untuk Diagnosis dan Pengelolaan Artritis Reumatoid,
Wells B., Dipiro J., Dipiro C. and Schwinghammer T., 2015, Pharmacotherapy Handbook,
FPP Praktikum Farmakoterapi I | 39
Ninth Edit., McGraw-Hill Education.
Surakarta, 3 April 2022

Praktikan Dosen Pembimbing

(Aldillah Abdul Hanif) (apt. Hidayah Karuniawati, M. Sc)

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 40

Anda mungkin juga menyukai