Anda di halaman 1dari 12

LEMBAR KERJA (RESUME) PRAKTIKUM BAHAN ALAM

TAHUN 2021
Nama/NIM Aldillah Abdul Hanif/K100160028
Kelompok A1
Pengampu Muhammad Pribadi, S. Farm

Bagian 1 (resume singkat)

Praktikum 3
Metode Kualitatif Metode Kuantitatif
Metode
Golongan

Spektrofoto-

Spektrofoto-
PolariMetri*

Metode Lain

Polarimetri*

Metode lain
ekstraksi/

Gravimetri*
Senyawa Reaksi Tabung (2 metode)
ke Sub Golongan

meter*

meter*
yang dipilih

KLT*
penyiapan

IR*
-
sampel
Metode Prinsip Prosedur Hasil positif

3 Antrakuinon Antron 1.Maserasi 1. Uji Fitokimia 1. Pereaksi KOH- 1. filtrat dimasukkan 1.warna kuning, kuning √
Antrakuinon metanol 10% ke dalam tabung coklat
dapat reaksi. Kemudian
menghidrolisis ditambahkan
glikosida dan larutan KOH 10%
mengoksidasi dalam methanol
derivat
antrakuinon yag
tereduksi
Fenilpropanoid

HPLC
2.Sokletasi 2. Reaksi modifikasi Uji 2. Hidrolisis glikosida 2.Bahan tanaman 2.terbentuk warna merah
Brontrager antron dan diuapkan, pada lapisan amonia
antranol, dimasukkan
membentuk garam kedalam campuran
kalium dengan larutan 10mL KOH
aglikon 5N dan 1ml H2O2
3%, ditambahkan
asam glasial,
ditambah amonia.
LEMBAR KERJA (RESUME) PRAKTIKUM BAHAN ALAM
TAHUN 2021
Kafein Sokletasi 1. Uji reagen murexid 1. Perombakan 1.Sampel 1. terbentuk warna merah √ √
oksidatif dari ditambahkan H2O2 violet.
spekt
heterosiklik, di dan HCl P yang
ro
mana diantaranya dipanaskan diatas
UV-
akan membentuk penangas air Lalu
Vis
asam purpurat. dilakukan
Alkaloid

penambahan NH3
6N
2. Uji reagen parry 2. Ion kobalt 2. Sampel dilarutkan 2. terbentuk warna biru
mengikat gugus dengan etanol tua/hijau
nitrogen yang ada 96% secukupnya
di dalam senyawa lalu ditambahkan
kafein. reagen parry dan
NH3 (ammonia)
Sinigrin Maserasi 1. Uji Molisch 1. Karbohidrat 1. Ekstrak sampel 1. terbentuknya cincin
direaksikan sebanyak 2 mL ungu pada batas kedua
dengan alfa-naftol dimasukkan ke cairan menunjukkan
dalam alkohol dalam centrifuge adanya gula
kemudian tube, lalu
ditambah dengan ditambahkan 5
asam sulfat pekat tetes Molisch dan
melalui dinding 10 tetes asam
tabung, apabila sulfat 90% melalui
terbentuk cincin dinding tabung

HPLC TOF-MS
Glukosinolat

berwarna ungu agar tidak terjadi

HPLC
kemerahan maka letupan
hasilnya positif.
2. Lieberman Burchard 2. Pembentukan 2. 1 g ekstrak kental 2. terjadi warna biru atau
kompleks warna metanol rimpang hijau menunjukkan
Zingiber adanya glikosida
purpureum Roxb.
dalam cawan
porselin,
ditambahkan
dengan 5 mL asam
asetat anhidrat P.
Asam sulfat P
LEMBAR KERJA (RESUME) PRAKTIKUM BAHAN ALAM
TAHUN 2021
ditambahkan 10
tetes
Gula sederhana Fruktosa Refluks 1. Uji Benedict 1. Gugus aldehid atau 1. Sebanyak 1 ml 1.terbentuk endapan √ √
(mono- keton bebas pada larutan sampel warna merah bata jika
Spek
deksasakarida) gula reduksi yang hasil ekstraksi sampel mengandung
tro
terkandung dalam dimasukan dalam gula pereduksi
UV-
sampel mereduksi tabung reaksi
VIS
ion Cu2+ dari kemudian
CuSO4.5H2O tambahkan reagen
dalam suasana Benedict, gojog,
alkalis menjadi Cu+ kemudian didihkan
yang mengendap dengan api kecil
menjadi Cu2O. selanjutnya
Suasana alkalis didinginkan.
diperoleh dari
Na2CO3 dan Na
sitrat yang
terdapat pada
Karbohidrat

reagen Benedict.
2. Uji Barfoed 2. Ion Cu2+ dari 2. Sebanyak 1 ml 2.terbentuk endapan
pereaksi Barfoed larutan sampel merah
dalam suasana hasil ekstraksi
asam akan dimasukan dalam
direduksi lebih tabung reaksi
cepat oleh gula kemudian
reduksi tambahkan reagen
monosakarida dari Barfoed campur
pada disakarida dengan baik,
dan menghasilkan kemudian didihkan
Cu2O (kupro dengan api kecil,
oksida) berwarna perhatikan
merah bata endapan merah
yang terbentuk
3. Uji Seliwanoff 3. Dehidrasi fruktosa 3. Sebanyak 1 ml 3.adanya larutan
oleh HCl pekat larutan sampel berwarna merah
menghasilkan hasil ekstraksi oranye
hidroksimetilfurfur dimasukan dalam
al dengan tabung reaksi
LEMBAR KERJA (RESUME) PRAKTIKUM BAHAN ALAM
TAHUN 2021
penambahan kemudian
resorsinol akan tambahkan reagen
mengalami Seliwanoff campur
kondensasi dengan baik,
membentuk kemudian didihkan
kompleks dengan api kecil
berwarna merah
oranye.

Keterangan :
* : Isilah dengan tanda centang saja(√)
LEMBAR KERJA (RESUME) PRAKTIKUM BAHAN ALAM
TAHUN 2021
Bagian 2 (resume detail untuk tiap senyawa)

A. STEROID
1. Golongan : Fenilpropanoid
Sub Golongan : Antrakuinon
Nama Senyawa : Antron
2. Metode Ekstraksi / penyiapan sampel
a. Maserasi

Diekstraksi 100 g daun selada Disaring Ekstrak, kemudian


Dipekatkan Semua ekstrak
kering dengan 200 mL n- residu diekstraksi ulang dua kali Disaponifikasi hingga pH 10,0
dengan rotary vaporator pada
heksan: etanol (82:18) selama dengan 200 mL pelarut yang dengan larutan KOH 26,73 M
suhu 40℃
24 jam pada 25 °C. sama selama 24 jam

b. Sokletasi dan Saponifikasi


Ekstrak yang
diperoleh
Sebanyak 100 Setelah selesai,
kemudian Ekstrak lemak
gram serbuk Ekstrak ini dipindahkan ke Sampai pada
diuapkan tidak
Nannochloropsi Waktu ekstraksi kemudian dalam corong tahap ini
pelarutnya tersabunkan
s occulata divariasikan ditambahkan 1 pisah, diperoleh lemak
menggunakan kemudian
diekstraksi selama 5 jam, M KOH etanolik ditambahkan tidak
rotary diuapkan
menggunakan 10 jam, 15 jam, dan dipanaskan petroleum eter tersabunkan
evaporator dan pelarutnya
pelarut 20 jam, 25 jam, selama 1 jam untuk (crude sterol)
diperoleh menggunakan
petroleum eter dan 30 jam. menggunakan mengambil
ekstrak berupa rotary
dalamseperangk refluks. lemak tidak
padatan yang evaporator.
at alat Soxhlet. tersabunkan.
berwarna
kekuningan.

3. Metode Kualitatif :
a. Uji Steroid dan Triterpenoid dengan Reagen Lieberman Burchard
i. Prosedur : kemampuan senyawa triterpenoid dan steroid membentuk warna oleh H2SO4 dalam pelarut asam asetat anhidrid
LEMBAR KERJA (RESUME) PRAKTIKUM BAHAN ALAM
TAHUN 2021
ii. Prinsip : Satu miligram ekstrak petroleum eter alga merah dimasukkan ke dalam tabung reaksi, dan dilarutkan dalam 0,5 mL kloroform. Selanjutnya, ekstrak ditambahkan 0,5 mL
asam asetat anhidrida dan 1-2 mL larutan H2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi. Golongan senyawa steroid akan menunjukkan warna biru kehijauan dan senyawa triterpenoid
akan menunjukkan cincin kecoklatan atau violet pada pembatas dua pelarut.
iii. Hasil Positif : diawali dengan terbentuknya endapan merah yang secara bertahap berubah menjadi biru
b. Uji Salskowski
i. Prosedur : steroid membentuk cincin warna oleh H2SO4 yang menandakan steroid tak jenuh
ii. Prinsip : Dilarutkan 0,3g ekstrak dalam 15mL etanol. Larutan IA ditambah 1-2mL H2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi
iii. Hasil Positif : Uji Salkowski menghasilkan cincin merah yang menunjukkan adanya senyawa steroid tak jenuh dalam ekstrak daun sirih mera.
c. KLT
i. Panjang gelombang : 256 nm.
ii. Fase diam : silika gel F254
iii. Fase gerak : Etil asetat 100%
iv. Larutan standar : Stigmasterol
v. Prosedur : Eluen dijenuhkan selama 1 jam, sedangkan plat silika gel diaktivasi dengan dioven pada suhu 110°C. Kemudian, Fraksi ditotolkan pada silika gel yang telah
diaktivasi, dimasukkan ke dalam bejana pengembang yang berisi eluen jenuh, dan dielusi sampai tanda batas atas. Noda hasil pemisahan kemudian diamati di bawah sinar UV pada
panjang gelombang 256 nm dan dihitung faktor retensi (Rf) noda
vi. Prinsip : pemisahan komponen-komponen berdasarkan adsorbsi atau partisi oleh fase diam dan fase gerak.
4. Metode Kuantitatif :
a. Spektrofotometri UV-VIS
i. Instrumen : Spektrofotometri UV (Shimadzu)
ii. Larutan standar : Fitosterol
iii. Panjang gelombang : 626,7 nm
iv. Prinsip : pembentukan senyawa komplek sterol dengan pereaksi liebermen burchard
v. Prosedur : Reagen Liebermann-Buchard (LB) terdiri dari anhidrida asetat yang didinginkan selama 30 menit, kemudian ditambahkan asam sulfat pekat dalam perbandingan
10: 1. 50 mg ekstrak dilarutkan dalam 25 mL kloroform. Larutan (1 mL) ditambahkan dengan 2 mL reagen LB dan kloroform dalam 5 mL labu ukur. Campuran diinkubasi selama 5
menit, lalu ukur absorbansi. Total kadar fitosterol dihitung dari regresi linier dalam kurva kalibrasi.
b. GC-MS
i. Instrumen : GC-MS GC-MS dengan jenis kolom HP5-MS (panjang 30 m, diameter 0,25 mm dan ketebalan film 1 μm
ii. Bahan pengisi : (5%-Phenyl)-methylpolysiloxane)
iii. Fasa gerak : Gas helium
iv. Spektrum massa : diperoleh melalui mode Electron Ionization (EI) dengan scanning massa 55 a.m.u - 500 a.m.u pada 70 eV.
v. Prosedur : Ekstrak air dan ekstrak hasil analisis KLT diinjeksikan ke dalam alat GC-MS. Kondisi running GC-MS dengan temperatur injeksi 280°C - 290°C. Gas pembawa yang
digunakan adalah gas helium dengan tekanan sebesar 149,9 KPa – 165,47 dan laju alir 2,77 mL/menit – 24,1 mL/menit.
LEMBAR KERJA (RESUME) PRAKTIKUM BAHAN ALAM
TAHUN 2021
B. SAPONIN
1. Golongan : Polifenol
Sub Golongan : Saponin
Nama Senyawa : Asiatikosida
2. Metode Ekstraksi / penyiapan sampel
a. Maserasi

Dilakukan Dimaserasi
Preparasi defatting pelarut etanol
Filtrat yang
sampel: 250,014 gram 96% : air (70 :
didapat
Sebanyak 320 menggunakan 30) sebanyak Ampas dan dipekatkan
gram simplisia Ditimbang pelarut n- 1500 mL selama endapan pada suhu 40°C.
pegagan serbuk daun heksan 3 hari dengan Setelah 3 hari, dimaserasi Ditentukan
dibersihkan dari pegagan sebanyak 850 wadah ampas dipisah selama 2 hari rendemen dari
pengotornya sebanyak 300 mL kemudian tertutup dan dari filtrat. dengan pelarut ekstrak kental
kemudian gram. dikeringkan terlindung dari etanol 96% : air yang
diserbukkan hingga tidak cahaya disertai 1100 mL.
menggunakan tercium bau sudah
dengan
blender. dari pelarut n- didapatkan
pengadukan
heksan. sesekali.

3. Metode Kualitatif :
a. Uji Buih/Busa
i. Prosedur : Timbulnya busa dapat terbentuk karena saponin bersifat dapat menurunkan tegangan permukaan air.
ii. Prinsip : Ditimbang ekstrak kental sebanyak 15 mg lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan akuades sebanyak 10 mL kemudian tabung reaksi dikocok vertikal
selama 10 detik, dibiarkan selama 10 detik, penambahan 1 tetes HCl 2N busa tidak hilang menunjukkan adanya asiatikosida.
iii. Hasil Positif : Pembentukan busa setinggi 1-10 cm yang stabil selama tidak kurang dari 10 menit dan penambahan 1 tetes HCl 2N busa tidak hilang
b. Uji Liebermann-Burchard
i. Prosedur : Kondensasi atau pelepasan H2O dan penggabungan dengan karbokation membentuk reaksi berwarna.
ii. Prinsip : Ditimbang ekstrak kental sebanyak 15 mg lalu dilarutkan dengan kloroform, ditambahkan 0,5 mL asam asetat anhidrida, ditambahkan 2 mL asam sulfat pekat melalui
dinding.
iii. Hasil Positif : Terbentuk cincin berwarna merah keunguan menandakan ada asiatikosida
LEMBAR KERJA (RESUME) PRAKTIKUM BAHAN ALAM
TAHUN 2021
c. Uji KLT
i. Fase Diam : Plat Silika Gel GF254
ii. Fase Gerak : Kloroform-asam asetat glasial-metanol-air (60:32:12:8)
iii. Reagen semprot : Anisaldehida-asam sulfat
iv. Prosedur : Ditotolkan larutan standar asiatikosida dan ekstrak pegagan ke plat silika gel sebanyak 0,5 μl, dielusi menggunakan eluen, setelah terelusi sampai tanda batas,
disemprot dengan anisaldehida-asam sulfat, dipanaskan pada hot plate 100०C selama 10 menit, noda dilihat secara visual dan dengan UV 365 nm
v. Hasil positif : Terlihat noda berwarna cokelat keunguan sampai ungu secara visual, noda berwarna ungu kebiruan dengan sinar UV 365. Diperoleh nilai Rf ekstrak sebesar
0,275 sedangkan nilai Rf standar 0,2875.
4. Metode Kuantitatif :
a. HPLC
i. HPLC : Shimadzu
ii. Fase gerak : Asam ortofosfat 0,3% & asetonitril
iii. Fase diam : Kolom Phenomenex-Luna 5μ C-18, ukuran 250 x 4.60 mm
iv. Detektor : Diode array detector/UV
v. Kec. Alir : 1,8 mL/menit
vi. Vol. Injeksi : 20 μL
vii. Waktu retensi : 11,65 menit (asiatikosida standar)
viii. Prinsip : Analisis penentuan asiatikosida secara komparatif kecil yang terkandung dalam sampel ekstrak.
ix. Prosedur :
- Instrumen disesuaikan sesuai kondisi yang ditentukan. Analisis HPLC standar.
- Sampel dilakukan dengan menggunakan protokol yang disebutkan dan kromatogram direkam.
- Waktu retensi dan puncaknya area standar dan sampel dicatat.
- Jumlah asiaticoside yang ada dalam sampel dihitung dengan membandingkan puncak sampel area dengan standar.
x. Hasil Positif : Didapatkan pada kromatogram ekstrak mengandung asiatikosida dengan waktu retensi 11,65 menit. Dan didapatkan kadar asiatikosida dengan 3 kali replikasi
berturut-turut 0,36 μg; 0,32 μg ; 0,32 μg, rata-rata kadar sebesar 0,33 μg dan standar deviasi 0,02.
LEMBAR KERJA (RESUME) PRAKTIKUM BAHAN ALAM
TAHUN 2021
C. KUMARIN
1. Golongan : Fenilpropanoid
Sub Golongan : Kumarin
Nama Senyawa : Skopoletin
2. Metode Ekstraksi / penyiapan sampel
a. Maserasi
Bahan uji:
i. Buah A (berumur 20 hari, kulit buah hijau dan tidak berbiji)
ii. Buah B (berumur 45 hari, kulit buah hijau dan berbiji)
iii. Buah C (berumur 105 hari, kulit buah berwarna putih-putih kekuningan dan daging buahnya keras)
iv. Buah D (berumur 120 hari, kulit buahnya berwarna putih transparan-putih kecoklatan, daging buah lunak, berair dan mengeluarkan aroma yang khas.
Masing -masing kelompok dikeringkan dengan oven pada suhu 39°C sampai beratnya konstan dan kemudian diserbuk.

Ekstrasi yang telah kering dimasukkan ke Selanjutnya filtrat dievaporasi dengan


maserator, ditambahkan Ekstrak yang diperoleh kemudian
rotary evaporator pada temperatur 40°C
dipekatkan dengan rotavapor.
etanol 96 %, dimaserasi selama 3×24 jam. hingga didapatkan ekstrak.

3. Metode Kualitatif :
a. Uji Fitokimia
i. Prosedur : Dicampur sebanyak 1 mL larutan ekstrak dengan beberapa tetes NaOH 1%. Ditambahkan alkohol jika terbentuk warna kuning maka menunjukkan adanya kumarin.
ii. Prinsip : Pembentukan kompleks warna kuning, skopoletin akan bereaksi dengan ion Na+ pada senyawa NaOH.
iii. Hasil Positif : Terbentuknya warna kuning maka menunjukkan adanya kumarin.
b. Uji Amonia
i. Prosedur : Diuapkan ektrak hingga mengering kemudian didinginkan. Setelah dingin dibagi menjadi 2 tabung. Tabung 1 diberi ammonia 10% dan tabung 2 sebagai pembanding.
Dilihat fluorosensi dibawah lampu UV
ii. Prinsip : pembentukan fluorosensi kuning kehijauan atau kebiruan
iii. Hasil Positif : fluorosensi kuning kehijauan atau kebiruan
c. KLT-Densitometri
i. Fase diam : Silica gel GF 254
ii. Fase gerak : eter: toluen : asam asetat 10 % dengan perbandingan yang berbeda-beda untuk masing-masing kelompok sampel.
iii. Uji kualitatif:
1. Preparasi sampel → 100 mg ekstrak + metanol ad 5 ml. Dengan replikasi 10 kali.
LEMBAR KERJA (RESUME) PRAKTIKUM BAHAN ALAM
TAHUN 2021
2. Eluasi dengan fase gerak → Sampel ditotolkan pada lempeng silica lalu dieluasi. Masing-masing di eluasi dengan eter : toluen : asam asetat 10% dengan perbandingan yang
berbeda-beda untuk masing-masing sampel:
A = 55:45:0,8
B = 45:55:0,8
C = 58:45:0,4
D = 56:45:0,8.
3. Pengamatan lempeng hasil eluasi → Lempeng silika yang telah dieluasi diamati dibawah lampu uv untuk pengamatan warna noda dan dipayar dibawah densitometer untuk
pengamatan kromatogram. Kemudian dibandingkan hasil pengamatan sampel dan skopoletin standar.
iv. Uji kuantitatif:
Pengukuran dengan densitometer → Lempeng yang telah eluasi, dianalisis dengan KLT Densitometer.
4. Metode Kuantitatif :
a. KCKT-FL
i. Fase gerak : digunakan 50 mm buffer fosfat (pH = 5,0)-CH3OH (74:26, v/v) dengan laju alir 1,0 mL/min.
ii. Prosedur Analisis :
1. Persiapan Analisis

Diinjeksikan ke dalam
Sampel bubur daging KCKT-FL (Kromatografi
dan kulit dari masing- Cair Kinerja Tinggi-
Campuran kemudian Disaring supernatan
masing umbi ditimbang Fluoresensi). Volume
disonikasi selama yang didapat dengan
sebanyak 3,0 ± 0,1 g injeksi sampel adalah Penetapan kadar
kurang lebih 30 menit, kertas saring whatman
secara terpisah ke 20 μL dengan detektor skopoletin dilakukan
kemudian no 42, kemudian
dalam labu takar 50 fluoresensi pada secara duplo
disentrifugasi (6000 dimasukkan ke dalam
mL kemudian panjang gelombang
rpm, 15 menit). vial 1,5 mL.
dilarutkan dengan eksitasi 360 nm dan
metanol 50%. panjang gelombang
emisi 450 nm.
2. Pembuatan Fase Gerak
Ditambahkan Larutan selanjutnya 3.
Sebanyak 25,1767 Dilarutkan dengan Diatur pH larutan
aquadest hingga dicampurkan
gram KH2PO4 aquadest sampai dengan
volume 3700 mL lalu dengan metanol Dilakukan sonikasi.
ditimbang ke dalam dengan 3500 mL penambahan NaOH
disaring dengan KCKT grade hingga
gelas piala 5 L. hingga homogen. 0,1 N (pH 5.00).
milipore 0,45 μm. volume 5 L.
LEMBAR KERJA (RESUME) PRAKTIKUM BAHAN ALAM
TAHUN 2021
D. LIGNAN
1. Golongan : Fenilpropanoid
Sub Golongan : Lignan
Nama Senyawa : Filantin
2. Metode Ekstraksi / penyiapan sampel
a. Maserasi
Dilakukan proses
ektraksi dengan Disaring maserat Dipindahkan Dihitung rendemen
cara yang diperoleh dan Dikumpulkan ekstrak hasil ekstrak
maserasi.Maserasi residu dilarutkan maserat dalam rotavapor ke berdasarkan
Ditimbang serbuk
dilakukan kembali dengan labu bulat untuk cawan penguap perbandingan
simplisia sejumlah
menggunakan pelarut etanol 70% dirotavapor dan dipanaskan ekstrak yang
2000 g
pelarut etanol 70% secara berulang sehingga diperoleh pada waterbath diperoleh terhadap
selama 2 x 24 jam sampai tersari ekstrak cair sampai diperoleh berat simplisia
sambil sekalisekali sempurna ekstrak kental yang ditimbang.
dikocok

3. Metode Kualitatif :
a. Uji dengan Reagen FeCl3
i. Prinsip : Pembentukan kompleks warna dengan pereaksi FeCl3
ii. Prosedur : Sebanyak 1gram sampel dilarutkan dengan menggunakan pelarut etanol 96% sebanyak 2 ml. Larutan yang dihasilkan diambil sebanyak 1 ml kemudian ditambahkan 2
tetes larutan FeCl3.
iii. Hasil Positif : Terbentuknya warna hijau, merah, ungu, biru, atau hitam yang kuat menunjukkan adanya senyawa fenolik dalam sampel.
b. Uji dengan reagen Folin ciocalteu
i. Prinsip : gugus hidroksil pada senyawa fenol akan bereaksi dengan reagen membentuk senyawa kompleks. Pembentukan warna birumenunjukkan positif fenol
ii. Prosedur : Sampel ditambahkan dengan reagen folin ciocalteu
iii. Hasil Positif : Terbentuk warna biru pada sampel, warna biru yang pekat menunjukkan kadar fenolik yang tinggi
LEMBAR KERJA (RESUME) PRAKTIKUM BAHAN ALAM
TAHUN 2021
c. KLT
i. Prinsip : memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan.
ii. Fase gerak : Kloroform : metanol = 9:1
iii. Fase diam : Lempeng KLT silica gel F254
iv. Prosedur : Standar filantin ditimbang sebanyak 2,5 mg, kemudian dilarutkan dengan metanol dalam labu ukur 25 ml. Konsentrasi filantin setara dengan 0,1 mg/ml Sebanyak 100 mg
ekstrak etanol herba meniran dilarutkan dengan etanol dalam labu takar 10 ml. Larutan standar filantin dan sampel ditotolkan pada plat silika gel 60 GF254, kemudian di elusi dalam
chamber berisi larutan jenuh kloroform : metanol = 9 : 1. Plat yang telah dielusi dikeluarkan dan dikeringkan dalam suhu ruangan. Konsentrasi filantin dalam sampel ditentukan dengan
alat Densitometer pada lamda 250 nm
v. Hasil: Jarak elusi: 8 cm ; Rf: 0,79
4. Metode Kuantitatif :
a. Densinometri
i. Prinsip : Metode analisis instrumental yang berdasarkan interaksi radiasielektromagnetik dengan analit berupa bercak pada KLT. Interaksi radiasi elektromagnetik dengan nota
KLT yang ditentukan adalah absorpsi, transmisi, pantulan (refleksi) pendar fluor atau pemadaman pendar fluor dari radiasi semula.
ii. Prosedur : Pengukuran kadar filantin menggunakan densitometer pada panjang gelombang 250 nm
b. Spektrofotometri UV-Vis
i. Prinsip : oksidasi gugus polifenol dalam suasana basa dengan pereaksi Folin-Ciocalteu, membentuk kompleks fosfotungstat-fosfomolibdat berwarna biru yang dapat dideteksi
dengan spektrofotometer.
ii. Prosedur:
1. Penentuan panjang gelombang maksimal (λ maks):
Penentuan panjang gelombang maksimal asam galat dilakukan dengan mengukur larutan asam galat konsentrasi 5 ppm pada range panjang gelombang 400-800 nm dengan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan diperoleh panjang gelombang maksimal yaitu 662,85 nm.
2. Pengukuran Larutan Standar Asam Galat:
Dibuat konsentrasi 3, 13, 23, 33, 43, dan 53 ppm yang dipipet dari larutan standar asam galat konsentrasi 100 ppm, kemudian ditambahkan 0,4 ml reagen Folin Ciocalteau,
dikocok dan dibiarkan 4-8 menit. Ditambahkan 4,0 ml larutan Na2CO3, dikocok hingga homogen. Kemudian dicukupkan dengan aquabidestillata hingga 10 ml dan didiamkan
selama 2 jam pada suhu ruangan. Diukur absorbansi pada panjang gelombang maksimal 662,85 nm, dibuat kurva kalibrasi hubungan antara konsentrasi asam galat (μg/ml)
dengan absorbansi

Anda mungkin juga menyukai