Anda di halaman 1dari 36

PANDUAN PRAKTIKUM

MEKANIKA FLUIDA

DISUSUN OLEH ASISTEN MEKANIKA FLUIDA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2008
PRAKATA

Pertama-tama kami ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas


berkah dan rahmatNya sehingga kami dapat menyusun buku panduan praktikum
Mekanika Fluida ini dengan lancar.
Buku panduan ini disusun mengingat bahwa laboratorium hidro telah
mendatangkan beberapa alat baru dan penambahan alat praktikum, sehingga untuk
menuntun mahasiswa dalam melaksanakan praktikum, kami merasa perlu untuk
membuat sebuah buku panduan sementara. Dalam buku panduan ini akan
diberikan penjelasan secara umum mengenai materi praktikum Mekanika Fluida
serta prosedur praktikum.
Terima kasih diucapkan kepada Dr. Ir. Bambang Agus Kironoto dan
Kepala laboratorium Mekanika Fluida dan hidraulika yang telah yang telah
membimbing asisten dalam melakukan praktikum. Semoga buku panduan yang
kami susun ini bisa bermanfaat bagi mahasiswa yang melaksanakan praktikum.

Yogyakarta, 2008
Asisten

1
DAFTAR ISI

PRAKATA ................................................................................................ 1

DAFTAR ISI ............................................................................................. 2

BAB I KALIBRASI ALAT UKUR TEKANAN BOURDON .......................... 5

1. Maksud dan tujuan .......................................................................... 5

2. Alat dan Bahan ............................................................................... 5

3. Prosedur percobaan ....................................................................... 5

4. Nomenklatur.................................................................................... 6

5. Teori ................................................................................................ 6

6. Hasil Proses .................................................................................... 7

7. Pembahasan ................................................................................... 7

BAB II TEOREMA BERNOULLI .............................................................. 8

1. Maksud dan tujuan .......................................................................... 8

2. Alat dan Bahan ............................................................................... 8

3. Data Teknis ..................................................................................... 8

4. Prosedur Percobaan ....................................................................... 9

5. Nomenklatur.................................................................................. 10

6. Teori .............................................................................................. 10

7. Pembahasan ................................................................................. 12

BAB III PESAWAT OSBORNE REYNOLDS .......................................... 13

1. Maksud Dan Tujuan ...................................................................... 13

2
2. Alat Dan Bahan ............................................................................. 13

3. Prosedur Percobaan ..................................................................... 13

4. Nomenklatur.................................................................................. 15

5. Teori .............................................................................................. 15

BAB IV TEKANAN HIDROSTATIS (HYDROSTATIC PRESSURE) ....... 18

1. Maksud dan Tujuan ...................................................................... 18

2. Alat dan Bahan ............................................................................. 18

3. Data Teknis ................................................................................... 18

4. Prosedur Percobaan ..................................................................... 19

5. Nomenklatur.................................................................................. 20

6. Teori .............................................................................................. 21

7. Aplikasi Teori ................................................................................ 26

BAB V TUMBUKAN PANCARAN AIR (IMPACT OF JET) ..................... 27

1. Maksud dan Tujuan ...................................................................... 27

2. Alat dan Bahan ............................................................................. 27

3. Prosedur Percobaan ..................................................................... 27

4. Data Teknis ................................................................................... 28

5. Nomenklatur.................................................................................. 28

6. Teori .............................................................................................. 29

7. Aplikasi Teori ................................................................................ 29

BAB VII KEHILANGAN ENERGI PADA PIPA MELENGKUNG (ENERGY


LOSSES IN BENDS)……………………………..……………………30
1. Maksud Dan Tujuan……………………………………………….…30

3
2. Alat Dan Bahan……………………………………………………....30

3. Prosedur Percobaan…………………………………………………31

4. Nomenklatur ………………………………………………………….31

5. Teori …………………………………………………………………..32

6. Hasil Percobaan ……………………………………………………..34

7. Aplikasi Toeri ……………………………………………………...…34

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 35

LAMPIRAN …………………………………………………………………….

4
BAB I KALIBRASI ALAT UKUR TEKANAN
BOURDON

1. Maksud dan tujuan


Untuk mengkalibrasikan alat ukur tekanan Bourdon dan untuk menentukan
kesalahan pengukuran.

2. Alat dan Bahan


Alat ukur tekanan “Bourdon”
- Massa piston, Mp = 498 g
- diameter piston, d = 0.01767 m
Logam pemberat (0,5 kg, 0,5 kg, 1 kg, dan 2,5 kg)

3. Prosedur percobaan
a. Letakkan alat ukur bordon dalam keadaan horizontal dengan mengatur
nivo, untuk meyakinkan agar piston benar-benar bekerja dalam arah
vertikal. Hal ini penting untuk memastikan transfer dari beban yang
bekerja vertikal.
b. Lepaslah piston lalu buka semua keran, masukkan air dari katup inflow
sampai semua pipa terisi air. Usahakan agar gelembung udara tidak
terperangkap di dalam. Setelah itu tutuplah keran inflow, sedangkan katup
lainnya yang berhubungan dengan silinder tetap terbuka.
c. Pasang kembali piston, kemudian catat tekanan yang terjadi (tekanan pada
gauge).
d. Pasang pemberat sedikit demi sedikit mulai dari 0,5 kg, 0,5 kg, 1kg, 2,5
kg. Catat tekanan yang terjadi pada gauge, setelah itu turunkan beban satu
persatu dan catat kembali tekanannya.

5
e. Gambarlah grafik hubungan antara tekanan sebenarnya dengan tekanan
yang terbaca pada gauge. Gambarkan pula grafik hubungan antara
pembacaan tekanan dengan kesalahan absolute pengukur dan juga
pembacaan tekanan dengan % kesalahan pengukur tekanan.

4. Nomenklatur

Judul kolom Satuan Lambang Tipe Deskripsi


Massa piston g Mp Diukur Massa piston diberikan
Diameter piston m D Diukur Diameter piston diberikan

d 2
Luasan piston m2 A Dihitung A=
4
Berat yang dikenakan pada
Massa pemberat kg Mw Diukur
kalibrator
Total massa kg M Dihitung M = Mp+ Mw
Pembacaan diambil dari Alat
Pembacaan alat KNm-2 G Diukur
Tekanan Bourdon

Mg
Tekanan Silinder KNm-2 P Dihitung p=
A
Kesalahan absolut
KNm-2 Ea Dihitung Ea = G-P
alat

GP
% kesalahan alat % Ea Dihitung E% = x100
P

5. Teori
Penggunaan dari piston dan pemberat dengan silinder menghasilkan tekanan
yang dapat diukur, P
F
P= (pascal)
A
di mana

6
F = Mg
Dengan
F: adalah gaya yang diberikan pada cairan dalam silinder kalibrator
M: adalah total massa (termasuk piston) dan
A: adalah luasan piston

Luasan piston bisa ditunjukkan dalam bentuk diameternya,d, sebagai


d 2
A=
4

6. Hasil Proses
Semua pembacaan sebaiknya ditabelkan seperti berikut:

Massa Diameter Luasan Massa Total Pemba- Tekanan Kesalahan %


Piston piston Piston Pemberat Massa caan alat silinder absolut
kesalahan
Mp d A Mw M G P pembacaan
(kg) (m) (m2) (kg) (kg) kN/m2 kN/m2 kN/m2 pembacaan

d 2 Mp+Mw Mg G-P GP


* 100
4 A P

7. Pembahasan
Plotkan grafik pembacaan tekanan versus kesalahan absolute pengukur dan
juga pembacaan tekanan versus % kesalahan pengukur tekanan.
 Berikan komentar anda mengenai keakuratan pengukur tekanan
 Berikan komentar ukuran kesalahan pengukur tekanan hubungannya
dengan kesalahan pengukuran tekanan yang dihitung.

7
BAB II TEOREMA BERNOULLI (BERNOULLI’S
THEOREM DEMONSTRATION)

1. Maksud dan tujuan


 Untuk menyelidiki validitas Persamaan Bernoulli ketika diaplikasikan ke
aliran air yang steady pada pipa yang bergradasi dimensinya.
 Menentukan besarnya koefisien debit (Cd)
 Mengamati pembagian tekanan sepanjang pipa konvergen – divergen.

2. Alat dan Bahan


a. Hydraulic Bench
b. Stop Watch
c. Peralatan Bernoulli

3. Data Teknis
Dimensi dari tabung dijelaskan berikut ini
Posisi tabung Lambang manometer Diameter (mm) Jarak dari A (m)
A h1 25.0 0.0000
B h2 13.9 0.0603
C h3 11.8 0.0687
D h4 10.7 0.0732
E h5 10.0 0.0811
F h6 25.0 0.1415

8
4. Prosedur Percobaan
a. Letakkan peralatan persamaan Bernoulli pada hidraulik bench kemudian
atur nivo agar dasarnya horizontal, hal ini penting untuk pengukuran tinggi
yang akurat pada manometer.
b. Hubungkan inlet ke suplai aliran bench; tutup katup bench dan katup
kontrol aliran dan nyalakan pompa. Perlahan-lahan buka katup bench
untuk mengisi alat percobaan (test rig) dengan air.
c. Untuk mengisi air dari keran tekanan dan manometer, tutup kedua katup
bench dan katup kontrol aliran, dan buka sekrup pengisi udara dan
pindahkan tutupnya dari katup pengatur udara. Buka katup bench dan
biarkan aliran mengalir melalui manometer untuk menghilangkan sekuruh
udara yang ada, kencangkan sekrup pengisi udara dan buka katup bench
dan katup kontrol aliran. Kemudian, buka sedikit katup pengisi udara
untuk membiarkan udara memasuki bagian atas manometer. Kencangkan
kembali sekrup ketika tinggi manometer mencapai tinggi yang dinginkan.
Jika dibutuhkan, tinggi manometer bisa disesuaikan menggunakan sekrup
pengisi udara dan pompa tangan yang disediakan. Ketika menggunakan
pompa tangan, sekrup pengisi harus terbuka. Untuk menahan tekanan
pompa tangan dalam sistem, sekrup harus ditutup setelah pemompaan.
d. Pembacaan harus dilakukan pada tiga macam debit. Ambil set pertama
pembacaan pada debit maksimum (h1-h5 besar), kemudian kurangi debit
volume untuk memberikan perbedaan tinggi h1-h5 sekitar 50 mm. Lalu
ulangi percobaan untuk menghasilkan perbedaan tinggi yang berada
diantara kedua test di atas. Catat semua datanya.
e. Ukur volume dengan waktu yang telah ditentukan dengan menggunakan
tangki volumetrik, untuk menentukan besarnya debit. Lamanya
pengumpulan air sekurang-kurangannya satu menit untuk mengurangi
kesalahan pengukuran waktu.

9
5. Nomenklatur
Judul kolom Satuan Lambang Tipe Deskripsi
Volume M3 V Diukur Diambil dari skala pembacaan pada
terkumpul hiraulik bench. Volume yang
terkumpul diukur dalam liter.
Konversikan ke m3 untuk perhitungan
(dibagi dengan 1000)
Waktu S T Diukur Waktu untuk mengumpulkan volume
pengumpulan air pada hidraulik bench
Debit M3/s Qv Dihitung
v Volume terkumpul
Qv= =
T Waktu pengumpulan

Lambang hx Diberikan Label identifikasi label


manometer
Jarak ke pipa m Diberikan Letak keran manometer yang
diberikan sebagai jarak dari data pada
keran h1. Lihat di bagian dimensi
Luasan pipa m2 A Diberikan Luasan pipa pada setiap keran. Lihat
di bagian dimensi.
Tinggi statis m H Diukur Nilai terukur dari manometer.
Pembacaan manometer diambil dalam
mm air. Konversikan ke m air untuk
perhitungan
Kecepatan m2/s V Dihitung Kecepatan aliran dalam pipa = Qv/A
Tinggi dinamis m Dihitung v2
lihat teori
2g
Tinggi total m H0 Dihitung v2
h+ lihat teori
2g
Jarak ke pipa m Diukur Posisi alat pengukur tinggi tekanan
total dari data pada keran h1
Pembacaan alat m Diukur Nilai terukur diambil dari h8. Adalah
h8 tinggi yang tercatat dari alat pengukur
tinggi tekanan total.

6. Teori

Teori - Persamaan Bernoulli


2 2
p1 v1 p2 v2
  z1    z2
g 2g g 2 g

Dengan :

10
p = tekanan statis yang terdeteksi pada lubang di samping
v = kecepatan fluida
z = elevasi vertikal fluida
Jika tabung horizontal, perbedaan tinggi bisa diabaikan. z1 = z2

2 2
p1 v1 p v
sehingga,   2  2
g 2 g g 2 g

Dengan peralatan Bernoulli ini, tinggi tekanan statis p, diukur dengan


menggunakan manometer secara langsung dari keran tekanan berlubang.
p
h=
g
dengan demikian Persamaan Bernoulli dapat ditulis menjadi :
2 2
v1 v
h1   h2  2
2g 2g ……………….…………………….. (2.1)

Tinggi tekanan total , h0, bisa dihitung.


v2
h0 = h + (meter)
2g
dari Persamaan Bernoulli, didapat bahwa h10 = h20.
Kecepatan aliran diukur dengan mengukur volume aliran, V, selama periode
V
waktu tertentu, t. Ini menghasilkan debit volume ; Qv = , yang sebaliknya
t
memberikan kecepatan aliran melalui luasan yang didefinisikan sebagai A,
Qv
V=
A
Untuk aliran fluida yang inkompressibel, konservasi massa menyebutkan
bahwa volume juga terkonservasi.
A1V1 = A2V2 =An Vn = Q (m3/d)…………………………………….. (2.2)

Dengan mensubstitusikan persaman (2.2) ke persamaan (2.1), maka :

2
u 2 2  a2  u22
    h1   h2
2  g  a1  2 g

11
……………………………... (2.3)

dari persamaan (2.3) besarnya u2 bisa didapat :

2  g (h1  h2)
u2 
1  (a 2 / a1) 2

sehingga Qth didapat :

2  g (h1  h2)
Qth  a 2 
1  (a 2 / a1) 2

besarnya koefisien debit : Qnyata


Cd 
Qth

7. Pembahasan
Berikan komentar terhadap validitas Persamaan Bernoulli untuk
 Aliran konvergen
 Aliran divergen

Berikan asumsi yang jelas pada penurunan persamaan Bernoulli dan berikan
penjelasan untuk komentar anda tersebut.
Berikan komentar pada perbandingan tinggi total yang didapat.
Gambarkan Grafik hubungan antara Qnyata dengan Qth.

12
BAB III PESAWAT OSBORNE REYNOLDS

1. Maksud Dan Tujuan


a. Mengamati jenis-jenis aliran fluida
b. Menentukan bilangan Reynolds berdasarkan debit
c. Mencari hubungan antara bilangan Reynolds dengan jenis aliran
d. Mengamati profil parabolik dari aliran laminer.

2. Alat Dan Bahan


a. Jarum dan Tinta.
b. Pesawat Osborne Reynolds
c. Gelas ukur
d. Stop watch
e. thermometer

3. Prosedur Percobaan
a. Letakkan perangkat Reynolds pada permukaan yang tetap dan bebas
getaran (bukan hydraulic bench) dan pastikan bahwa dasar permukaan
horizontal.
b. Hubungkan penghubung outlet bench ke pipa inlet. Hubungkan luapan
tangki head ke tangki volumetrik hydraulic bench.
c. Nyalakan pompa. Perlahan-lahan buka katup kontrol aliran, kemudian
buka katup bench dan biarkan sistem terisi air. Periksa bahwa pipa
visualisasi aliran terisi dengan benar. Ketika ketinggian air pada tangki
head mencapai tabung luapan, sesuaikan katup kontrol bench untuk
menghasilkan debit keluar yang rendah.
d. Periksa bahwa katup kontrol pewarna juga tertutup. Tambahkan pewarna
ke penampung pewarna (dye reservoir) sampai terisi 2/3 penuh.

13
Hubungkan jarum hypodermik. Tahan peralatan pewarna di atas bak
pencuci, dan buka katup, untuk memeriksa aliran bebas pewarna.
e. Sesuaikan katup bench dan katup pengontrol aliran untuk mengembalikan
debit yang keluar ke aliran yang pelan (jika dibutuhkan), kemudian
diamkan alat sekurang-kurangnya lima menit sebelum memulai percobaan
lagi.
f. Amati jenis aliran yang terjadi.
g. Ukur debit volume dengan waktu yang terkumpul, dan ukur temperatur
aliran yang keluar (temparatur air yang terkumpul di silinder pengukur).
Tentukan viskositas kinematik dari lembar data yang disediakan, dan
periksa angka Reynolds yang berhubungan dengan tipe aliran ini.
h. Lakukan pengamatan beberapa kali sampai didapat jenis aliran laminar,
transisi, dan turbulen dengan mengatur debit.
i. Gambarkan grafik hubungan antara kecepatan aliran (v) dengan bilangan
Reynolds (Re).

14
4. Nomenklatur
Judul kolom Satuan Lambang Tipe Deskripsi
Diameter pada pipa percobaan.
Diameter pipa Diameter diukur dalam mm.
m d Diberikan
percobaan Konversikan ke meter untuk
perhitungan
Volume fluida yang terkumpul pada
silinder pengukur. Volume diukur
Volume terkumpul m3 V Diukur dalam ml. Konversikan ke meter kubik
untuk perhitungan (bagi pembacaan
dengan 1,000,000)
Waktu yang diambil untuk
Waktu
s t Diukur mengumpulkan volume air pada tabung
pengumpulan
silinder.
0 Temperatur air yang meninggalkan
Temperatur air C Diukur
session percobaan
Lihat tabel
Viskositas
m2/s  Diukur
kinematik

V
Debit m3/s Qt Dihitung Qt = =
t Volume terkumpul

Waktu
Kecepatan fluida pengumpulan
melalui pipa
Debit
Kecepatan cm/s V Dihitung V=

Luasan pipa
ud
Angka Reynolds Re Dihitung Re =
v

Data teknis: Diameter pipa d = 0.010 m


Luasan melintang pipa A = 7.854 X 10-5 m2
(Dimensi-dimensi dari peralatan berikut ini bisa diperiksa kembali sebagai
bagian dari prosedur percobaan dan diganti dengan pengukuran anda sendiri).

5. Teori
Aliran dapat dibedakan dalam aliran laminer dan turbulen. Aliran
lambat didominasi oleh gaya viskos, cenderung beraturan, bisa diprediksikan
dan disebut laminer. Pada aliran laminer, fluida berkelakuan seperti lapisan-
lapisan konsentris (laminer) yang saling meluncur dengan kecepatan

15
maksimum pada sumbunya, kecepatan nol pada dinding tabung dan
membentuk sebuah distribusi kecepatan parabolik. Pewarna yang diinjeksikan
pelan-pelan pada suatu titik pada aliran pipa laminer akan meluncur
bersamaan dengan aliran untuk membentuk garis nyata dan jelas.
Pencampuran hanya bisa terjadi dengan difusi molekular.
Penambahan debit secara perlahan-lahan akan megubah perlakuan
aliran karena inersia aliran (sehubungan dengan kerapatannya) menjadi lebih
signifikan dari gaya viskos; hal ini menjadikan aliran menjadi turbulen. Pada
aliran pipa turbulen, pewarna yang diijeksikan pada suatu titik dengan cepat
akan tercampur sehubungan dengan gerak lateral substansial dalam aliran dan
perlakuan pewarna tanpak menjadi chaos (tidak beraturan). Gerakan ini
muncul tidak beraturan dan muncul dari pertambahan ketidakstabilan dalam
aliran. Perlakuan detail tidak mungkin diprediksikan kecuali dengan hal
statistika.
Ada sebuah tingkat antara, aliran transisional, di mana aliran berwarna
akan muncul kacau dan menunjukkan semburan percampuran yang kadang
ada dan kadang tidak, diikuti oleh perlakuan yang lebih laminer.
Angka Reynolds, Re, menyediakan cara yang berguna untuk
menentukan karakteristik aliran, didefinisikan sebagai :

ud
Re =
v

Dengan: v adalah viskositas kinematik


u adalah kecepatan rata yang diberikan untuk volume debit
d adalah diameter pipa.
Bila bilangan Reynolds dari aliran fluida tertentu dalam suatu pipa
nilainya kurang dari 2000 maka aliran yang terjadi adalah laminar, sedangkan
bila lebih dari 4000 maka aliran yang terjadi adalah turbulen.
Tabel Viskositas kinematik air pada tekanan atmosfer
Temperatur Viskositas Kinematik Temperatur Viskositas Kinematik
(derajat Celcius)  (derajat Celcius) 

16
(10-6 x m2/s) (10-6 x m2/s)
0 1.793 25 0.893
1 1.732 26 0.873
2 1.674 27 0.854
3 1.619 28 0.836
4 1.568 29 0.818
5 1.520 30 0.802
6 1.474 31 0.785
7 1.429 32 0.769
8 1.386 33 0.753
9 1.346 34 0.738
10 1.307 35 0.724
11 1.270 36 0.711
12 1.235 37 0.697
13 1.201 38 0.684
14 1.169 39 0.671
15 1.138 40 0.658
16 1.108 45 0.602
17 1.080 50 0.554
18 1.053 55 0.511
19 1.027 60 0.476
20 1.002 65 0.443
21 0.978 70 0.413
22 0.955 75 0.386
23 0.933 80 0.363
24 0.911 85 0.342

Contoh. Pada 200 viskositas kinematik air adalah 1.002 x 10-6 m2/s.

17
BAB IV TEKANAN HIDROSTATIS
(HYDROSTATIC PRESSURE)

1. Maksud dan Tujuan


a. Untuk menentukan gaya hidrostatis yang bekerja pada permukaan pesawat
yang timbul dalam air
b. Untuk menentukan posisi garis aksi gaya dan untuk membandingkan letak
yang ditentukan oleh percobaan dengan posisi teoritis

2. Alat dan Bahan


a. Alat tekanan hidrostatis
b. Satu set alat pemberat
c. Sebuah ciduk
d. Kaliper atau penggaris, untuk mengukur dimensi kuadran

3. Data Teknis
Dimensi-dimensi dari peralatan berikut digunakan untuk perhitungan yang
benar. Jika dibutuhkan, nilai-nilainya dapat dicek kembali sebagai bagian dari
prosedur percobaan dan diganti dengan pengukuran anda sendiri.

Panjang Jarak dari penggantung


L 275 mm
penyeimbang berat ke tumpuan
Jarak kuadran ke Dasar permukaan kuadran
H 200 mm
tumpuan ke tinggi tumpuan
Tinggi permukaan kuadran
Tinggi kuadran D 100 mm
vertical
Lebar Permukaan kuadran
Lebar kuadran B 75 mm
vertikal

18
4. Prosedur Percobaan
a. Tempatkan tangki peralatan hidrostatic pada hidraulik bench, dan
sesuaikan kakinya sampai nivo menunjukkan bahwa base horizontal.
Tempatkan lengan penyeimbang pada knife edges. Tempatkan
penggantung berat pada celah di akhir bagian lengan penyeimbang.
Pastikan bahwa katup drain tertutup. Pindahkan alat pengukur
keseimbangan berat sampai lengan horizontal.
b. Tambahkan massa kecil (50g) pada penggantung berat.
c. Tambahkan air sampai gaya hidrostatis pada permukaan akhir kuadran
menyebabkan lengan penyeimbang terangkat. Pastikan bahwa tidak ada
air terbuang pada bagian atas permukaan kuadran atau sisi sampingnya, di
atas ketinggian air.
d. Lanjutkan untuk menambahkan air sampai lengan penyeimbang
horizontal, tandai dengan menggarisi dasar lengan penyeimbang dengan
penandaan garis tengah bagian atas dan bawah pada saat seimbang (selama
bisa digunakan, tapi harus tetap dijaga konsistensinya selama percobaan).
e. Lanjutkan untuk menambahkan air sampai lengan penyeimbang
horizontal, tandai dengan menggarisi dasar lengan penyeimbang dengan
penandaan garis tengah bagian atas dan bawah pada saat seimbang (selama
bisa digunakan, tapi harus tetap dijaga konsistensinya selama percobaan).
Anda bisa membuat hal itu lebih mudah dengan mengisi tangki sedikit
demi sedikit, dan mendapatkan posisi keseimbangan dengan membuka
keran drain untuk aliran yang akan dikeluarkan.
f. Baca kedalaman yang timbul dari skala bacaan pada permukaan kuadran,
hasil yang akurat bisa didapat dengan pembacaan melihat garis sedikit di
bawah permukaan, untuk menghindari efek tegangan permukaan.
g. Ulangi prosedur di atas untuk setiap penambahan beban. Berat yang
disediakan untuk pertambahan 10, 20 dan 50 gram, tergantung dari jumlah

19
sampel yang dibutuhkan. Dianjurkan interval 50 gram untuk satu set hasil,
yang akan memberkan total 19 sampel.
h. Ulangi sampai ketinggian air mencapai puncak skala bagian atas pada
permukaan kuadran.
i. Catat berbagai faktor yang mungkin mempengaruhi hasil percobaan.

5. Nomenklatur
Judul kolom Satuan Notasi Tipe Deskripsi
Tinggi vertikal dari permukaan kuadran.
Tinggi kuadran M D Diberikan
Bisa diambil dari pengukuran sendiri
Lebar horizontal kuadran. Bisa diambil dari
Lebar kuadran M B Diberikan
pengukuran sendiri.
Panjang lengan penyeimbang. Bisa diambil
Panjang dari pengukuran sendiri.
M L Diukur
Penyeimbang Note: pengukuran harus dilakukan dari
penggantung berat ke titik tumpuan
Jarak dari bagian atas permukaan kuadran
Jarak kuadran ke
M H Diberikan vertikal ke tinggi tumpuan. Bisa dilakukan
pivot (tumpuan)
dengan pengukuran sendiri
Berat yang dikenakan pada lengan
Massa Kg M Diukur penyeimbang
Note: massa diberikan dalam gram
Kedalaman dasar kuadran di bawah
Kedalaman yang
M D Diukur permukaan bebas
ditimbulkan
Note: Skala alat dikalibrasikan dalam mm
Terendam sebagian
2
Bd
Gaya hidrostatis N F Dihitung F= g
2
Pusat tekanan mgL
M H" Dihitung h" =
percobaan F
Pusat tekanan d
M H" Dihitung h" = H -
teoritis 3
Terendam seluruhnya
D
Gaya hidrostatis F Dihitung F = gBD (d - )
2
mL
Pusat tekanan h" =
H" Dihitung D
hidrostatis BD (d  )
2

20
D2 D
 (d  ) 2
Pusat tekanan
H" Dihitung h" = 12 2 H d
teoritis D
d
2

6. Teori
Di bawah ini adalah representasi diagram dari alat yang menjelaskan
dimensi. Nomenklatur ini akan digunakan selama pembahasan teori ini.
Meskipun teori untuk pesawat yang terendam sebagian dan tenggelam
seluruhnya sama, akan lebih jelas untuk meninjau kedua kasus tersebut secara
terpisah.

Keterangan :
L : jarak horizontal antara titik tumpuan dan tempat penyeimbang
D: tinggi permukaan kuadran
B: lebar permukaan kuadran
H: jarak vertikal antara dasar permukaan kuadran dan lengan tumpuan
C: pusat kuadran
P: pusat tekanan pada permukaan kuadran

21
1. Permukan pesawat terendam sebagian

Di bawah ini adalah representasi diagram dari alat yang menjelaskan


dimensi fisik, sebagai tambahan seperti yang telah ditunjukkan sebelumnya.
Nomenklatur ini akan digunakan selama pembahasan teori ini.

Dengan :
d : kedalaman yang terendam
F : gaya hidrostatis yang bekerja pada kuadran
h : kedalaman pusat
h' : jarak pusat tekanan, P
h" : jarak garis aksi gaya di bawah tumpuan. Garis gaya ini akan
melewati pusat tekanan, P

1.1 Permukaan pesawat vertikal terendam sebagian - gaya pada


permukaan

Gaya hidrostatis F dapat didefinisikan sebagai


F = gAh (Newton)

22
dengan luas A = Bd
d
dan h=C=
2
Sehingga
Bd 2
F = g ………………………….. (1)
2

1.2 Permukaan pesawat vertikal terendam sebagian - Kedalaman pusat


tekanan percobaan

Momen, M, bisa didefinisikan sebagai


M = Fh" (Nm)
Momen penyeimbang dihasilkan oleh berat, W, yang dikenakan pada
penggantung pada ujung lengan penyeimbang, panjang lengan
penyeimbang, L.
Untuk keseimbangan statis, dua momen adalah sama, yaitu :

Fh" = WL = mgL

Dengan mensubstitusi gaya hidrostatis dari (1) kita mendapatkan

mgL 2mL
h" = = (meter)
F Bd 2

1.3 Permukaan pesawat vertikal terendam sebagian - Kedalaman pusat


tekanan teoritis
Hasil teoritis untuk kedalaman pusat tekanan, P, di bawah permukaan bebas
adalah
Ix
h' = …………………(2)
Ah
Dengan Ix adalah momen dari bagian luasan yang terendam.

23
Ix = Ic + Ah2

Bd 3 d Bd 3
Ix =  Bd ( ) 2 = (m4) ……………………(3)
12 2 3

Kedalaman pusat tekanan di bawah titik tumpuan adalah


h" = h' + H - d (m) …………………….(4)

Substitusi (3) ke (2) kemudian ke (4) menghasilkan hasil teoritis berikut :


d
h" = H -
3

2. Permukaan pesawat vertikal terendam seluruhnya


Di bawah ini adalah representasi diagram dari alat yang menjelaskan
dimensi fisik, sebagai tambahan seperti yang telah ditunjukkan sebelumnya.
Nomenklatur ini akan digunakan selama pembahasan teori ini.

Dengan :
d : kedalaman yang terendam

24
F : gaya hidrostatis yang bekerja pada kuadran
h : kedalaman pusat
h' : jarak pusat tekanan, P
h" : jarak garis aksi gaya di bawah tumpuan. Garis gaya ini akan
melewati pusat tekanan, P

2.1 Permukaan pesawat vertikal terendam seluruhnya - Gaya


hidrostatis

Gaya hidrostatis, F, dapat didefinisikan sebagai :


D
F = gAh = gBD(d - ) (N) …………………..(5)
2
2.2 Permukaan pesawat vertikal terendam seluruhnya - Kedalaman
pusat tekanan percobaan
Momen, M dapat didefinisikan sebagai berikut
M = Fh" (Nm)

Momen penyeimbang dihasilkan oleh berat, W, yang dikenakan pada


penggantung pada bagian ujung lengan penyeimbang.
Untuk keseimbangan statis, dua momen adalah sama, yaitu :
Fh" = WL = mgL
Dengan mensubstitusi gaya hidrostatis dari (5) kita mendapatkan
mL
h" = (m)
 D
BD  d  
 2

2.3 Permukaan pesawat vertikal terendam seluruhnya - Kedalaman


pusat tekanan teoritis

Hasil teoritis untuk kedalman pusat tekanan, P, di bawah permukaan bebas


adalah

25
Ix
h' =
Ah
Dengan Ix adalah momen kedua dari bagian luasan yang terendam.

Dengan menggunakan teorema pusat pararel


Ix = Ic + Ah2
 D2  D 
2

Ix = BD   d    (m4)
 12  2  

Kedalaman pusat tekanan di bawah titik tumpuan adalah


h" = h' + H - d (m)

Substitusi sebelumnya menghasilkan :

2
D2  D
 d  
12  2
h" = H d
D
d
2

7. Aplikasi Teori
1. Berikan komentar pada berbagai variasi gaya dengan kedalaman.
2. Berikan komentar terhadap hubungan kedalaman pusat tekanan dan
kedalaman yang ditimbulkan.
Untuk hal (1) dan (2) di atas, berikan komentar apa yang terjadi ketika
pesawat sudah terendam seluruhnya.
Berikan komentar dan terangkan kemungkinan antara hasil teoritis dan
percobaan untuk kedalaman pusat tekanan.
Gambarkan grafik hubungan antara H”teoritis dengan H”eksperimen.

26
BAB V TUMBUKAN PANCARAN AIR
(IMPACT OF JET)

1. Maksud dan Tujuan


Untuk mencari reaksi gaya yang dihasilkan dari perubahan momentum
aliran fluida, dengan pengukuran gaya yang dihasilkan oleh sebuah jet yang
menumbuk permukaan padat yang menghasilkan derajat defleksi aliran yang
berbeda.

2. Alat dan Bahan


a. Hidraulik bench untuk mengukur aliran dengan volume waktu yang
terkumpul.
b. Alat tumbukan pancaran air dengan 4 deflektor aliran, terdiri dari defleksi
derajat dengan sudut 30, 90, 120 dan 180 derajat.
c. Stopwatch untuk menentukan debit air.

3. Prosedur Percobaan
a. Pindahkan plat bagian atas (dengan melepas sekrup berulir) dari silinder.
Pasang satu dari empat deflektor aliran. Atur ulang peralatan dan
tempatkan dalam saluran hidraulik bench. Hubungkan tabung inlet ke
penghubung bench. Aturlah agar alat dalam keadaan horisontal dengan
mengatur nivo.
b. Aturlah jarum agar menjukkan posisi yang seimbang pada pan beban.
c. Tempatkan massa sebesar 0.4 kg pada pan pemberat dan buka katup bench
untuk menghasilkan aliran. Sesuaikan letak katup sampai keseimbangan
statis dicapai dengan garis data pan pemberat segaris dengan alat/ jarum
pengatur ketinggian

27
d. Ulangi prosedur ini untuk berbagai massa yang dibebankan ke pan
pemberat. Kemudian ulangi seluruh percobaan untuk deflektor lainnya.

4. Data Teknis
Dimensi-dimensi dari peralatan berikut digunakan untuk perhitungan
yang benar. Jika dibutuhkan, nilai-nilai ini bisa diperiksa kembali sebagai
bagian dari prosedur percobaan dan diganti dengan pengukuran anda sendiri.
- Diameter nozzle d = 0.008 m
- Luasan potongan melintang nozzle A= 5.0265 x 10-5 m2

5. Nomenklatur
Judul kolom Satuan Lambang Tipe Deskripsi
Diameter nozzle Diameter nozzle, dalam m. Diameter
M Diukur diukur dalam mm. Konversikan ke
meter untuk perhitungan
Tipe deflektor Derajat Diukur Tipe deflektor yang digunakan
Volume yang Diambil dari skala pada hidraulik
terkumpul bench. Volume dalam liter.
m3 V Diukur
Konversikan ke meter kubik untuk
perhitungan (dibagi dengan 1000)
Waktu pengumpulan Waktu untuk mengumpulkan volume
S t Diukur
air dalam hidraulik bench
Massa yang Massa yang dibebankan ke pan
dikenakan Kg m Diukur pemberat untuk membantu mencapai
posisi statis
Debit volume V
m3/s Qt Dihitung Qt =
t
Kecepatan Qt
v= , kecepatan fluida yang
m/s v Dihitung A
meninggalkan nozzle
Kecepatan Digunakan untuk menjelaskan
dikuadratkan (m/s)2 v2 Dihitung hubungan antara debit dan massa yang
dibebankan untuk keseimbangan gaya
Gaya yang Gaya yang dihasilkan oleh deflektor
dikenakan N W Dihitung pada fluida = gaya tergantung dari
massa m
Kemiringan yang Kemiringan grafik v2 versus W
dihitung dari Dihitung
percobaan
Kemiringan teori s Dihitung Konstan diturunkan dari

28
s = A(cos +1)

6. Teori
Kecepatan fluida, v, meninggalkan luasan potongan melintang nozzle, A,
adalah
Qt
V=
A
Diasumsikan bahwa besar kecepatan tidak berubah selama fluida mengalir di
sekeliling deflektor, dan bahwa hanya perubahan arahnya saja.
Aplikasi hukum kedua Newton pada aliran yang terdefleksi menghasilkan

Fy = Qmv(cos +1)

Dengan Fy = gaya yang dihasilkan oleh deflektor pada fluida


Qm = debit massa
Qm = Qt = Av

Untuk keseimbangan statis, Fy, diseimbangkan oleh beban yang dibebankan,


W (=Mg, dengan M adalah massa yang dibebankan)
W = Av2(cos +1)

Kemiringan dari grafik W yang diplotkan versus v2 adalah s = A(cos +1)


Catat bahwa  = 1800 - , dengan  adalah sudut defleksi aliran.

7. Aplikasi Teori
Plotkan grafik kecepatan kuadrat versus applied mass. Bandingkan
kemiringan grafik ini dengan kemiringan yang dihitung secara teoritis.

S = A(cos  +1)

 Berikan komentar pada hasil percoban dan hasil teoritis dan berikan alasan
untuk perbedaan -perbedaan yang timbul
 Berikan komentar pada setiap kesalahan percobaan secara signifikan.

29
BAB VI KEHILANGAN ENERGI PADA PIPA
MELENGKUNG (ENERGY LOSSES IN BENDS)

1. Maksud Dan Tujuan


Untuk menentukan faktor kehilangan pada aliran yang melalui sebuah
susunan pipa yang terdiri dari lengkungan, sebuah kontraksi, sebuah
pelebaran, dan sebuah pintu dengan klep(katup).

2. Alat Dan Bahan


a. Hydraulics Bench, digunakan untuk mengukur debit sesuai waktu dan
volume terkumpul.
b. Peralatan untuk menentukan kehilangan energi pada pipa yang
melengkung dan peralatan pemasangannya.
c. Stopwatch, digunakan untuk menentukan debit rata-rata air.
d. Peningkat tinggi.
e. Thermometer.

Gambar XX.1 Energy Losses in Bends Apparatus

30
3. Prosedur Percobaan
a. Aturlah perangkat Hydraulics Bench sehingga dasarnya horisontal.
b. Hubungkan inlet perlengkapan pengujian ke bench penyuplai aliran
dan jalankan pipa outlet sehingga tangki volumetrik dan penguncinya
berada pada tempatnya.
c. Bukalah katup bench, katup pintu, dan katup pengontrol aliran dan
jalankan pompa untuk mengisi air ke perlengkapan pengujian.
d. Bebaskan udara dari ujung keran bertekanan, tutup katup bench dan
katup pengontrol aliran pada manometer, buka sekrup pembebas udara,
dan pindahkan penyumbat dari dekat katup udara.
e. Hubungkan pipa kecil panjang pada katup udara ke tangki volumetrik.
f. Bukalah katup bench dan alirkan air melalui manometer untuk
membersihkan semua udara yang ada, kemudian kencangkan sekrup
pembebas udara dan buka sebagian katup bench dan katup pengontrol
aliran.
g. Bukalah sedikit sekrup pembebas udara untuk mengalirkan udara keluar
dari ujung manometer, kencangkan sekrup ketika manometer
menunjukkan level puncak.
h. Pastikan semua level manometer menunjukkan skala volume aliran
maksimum yang diperlukan (kira-kira 17 liter/menit). Level tersebut
dapat disetel dengan menggunakan sekrup pembebas udara dan pompa
tangan yang tersedia. Sekrup pembebas udara mengontrol aliran udara
yang melalui katup udara, sehingga ketika menggunakan pompa tangan,
sekrup pengambil udara harus terbuka, untuk menahan tekanan pompa
tangan pada sistem, sekrup harus ditutup setelah pemompaan.

31
4. Nomenklatur

Judul kolom Satuan Lambang Tipe Deskripsi


Diameter pipa m d Diberikan Diameter pada pipa
percobaan percobaan
Volume m3 V Diukur Diambil dari skala
terkumpul Hidraulic Bench
Waktu s t Diukur Waktu yang diambil
pengumpulan untuk mengumpulkan
volume air pada
Hydraulic Bench
o
Temperatur air C Diukur Temperatur air yang
meninggalkan session
percobaan
Viskositas m2/s ν Diukur Lihat tabel viskositas
kinematik kinematik air pada
tekanan atmosfer
Manometer m h1 Diukur Nilai diukur dari
manometer
Manometer m h2 Diukur Nilai diukur dari
manometer
Debit laju m3/s Qt Dihitung Qt = V/t = Volume
aliran terkumpul / waktu
pengumpulan
Kecepatan m/s v Dihitung v = Qt / A = Debit laju
aliran / Luasan pipa
Dinamik head m Dihitung v2 / 2g
Angka Re Dihitung Re = ud / ν
Reynolds
Kehilangan m Δh Dihitung Δh = h2-h1
energi
Koefisien m K Dihitungv K = Δh 2g / v2
kehilangan
Data teknis: Diameter pipa, d = 0.0196 m
Diameter pipa pada outlet perlebaran inlet kontraksi, d = 0.0260
m

5. Teori

Kehilangan energi yang terjadi pada pipa umumnya dinyatakan dengan head
loss (h, meter), dengan rumus :

32
Δh = Kv2 / 2g

dimana, K = koefisien kehilangan


v = kecepatan aliran

Karena alirannya komplek dalam berbagai pemasangan, K biasanya


ditentukan dengan percobaan. Untuk percobaan pemasangan pipa,
kehilangan energi dihitung dari dua pembacaan manometer, sebelum dan
sesudah pemasangan, K ditentukan dengan rumus :
K = Δh / (v2/2g)

Untuk mengubah luas bagian pipa yang melintang melalui pelebaran dan
kontraksi, sistem diubah dalam tekanan statis. Perubahan ini dapat dihitung
dengan :

(v12 / 2g) – (v22 / 2g)

Untuk menghilangkan efek dari perubahan luas tersebut pada pengukuran


kehilangan energi, nilai tersebut seharusnya ditambah ke pembacaan
kehilangan energi untuk pelebaran dan dikurangkan ke pembacaan
kehilangan energi untuk kontraksi.

Untuk percobaan katup pintu, perbedaan tekanan sesudah dan sebelum pintu
diukur langsung menggunakan sebuah tekanan gauge. Hal tersebut dapat
dikonversikan untuk persamaan kehilangan energi menggunakan persamaan
:

1 bar = 10.2 m air


Koefisien kehilangan boleh dihitung menggunakan persamaan di atas untuk
katup pintu.

33
Angka Reynolds adalah sebuah angka yang mengurangi dimensi yang
digunakan untuk membandingkan karakteristik aliran.

6. Hasil Percobaan

Pemasangan Manometer Kehilang Volu Wakt Deb Kecepat v2 / K


alat an energi me u it an 2g
h1 h2 h1-h2
m m m V Qt v
m3/s s m3/ m/s
s
mitre
siku
lengkung-
an pendek
pelebaran
kontraksi
katup pintu Pembacaan gauge =

7. Aplikasi Teori

Latihan A, plotkan grafik head loss (Δh) versus dynamic head dan K
versus debit laju aliran Qt.
Latihan B, plotkan grafik persamaan head loss (Δh) versus dynamic
head dan K versus debit laju aliran Qt. Bagaimana faktor kehilangan
untuk variasi katup pintu dengan tingkatan / perluasan dari bukaan
katup?
 Berikan komentar tentang berbagai hubungan tersebut.
Tergantung apakah kehilangan energi melalui pemasangan
pipa selama berlangsungnya kecepatan?
 Periksa angka Reynolds yang telah didapatkan dan termasuk
jenis aliran laminer atau turbulenkah?
 Apakah benar koefisien kehilangan adalah konstan untuk
sebuah rangkaian peralatan?

34
DAFTAR PUSTAKA
_________, 1992, Petunjuk praktikum Mekanika Fluida, Laboratorium
Mekanika Fluida dan Hidrolika Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
UGM.
_________, 2003, Panduan Praktikum Mekanika Fluida, Asisten Mekanika
Fluida, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik UGM
Teaching Manual, F1- 11, Dead Weight Calibrator, Armfield.
Teaching Manual, F1- 12, Hydrostatic Pressure Apparatus, Armfield.
Teaching Manual, F1- 15, Bernoulli’s Theorem Demonstration, Armfield.
Teaching Manual, F1- 16, Impact Of Jet, Armfield.
Teaching Manual, F1- 20, Osborne Reynolds Apparatus, Armfield.
Teaching Manual, F1- 22, Energy Losses In Bends, Armfield
Teaching Manual, F1- 25, Demonstration Pelton Turbine, Armfield
Triatmodjo, Bambang, 1996, Hidraulika I, Beta Offset, Yogyakarta.
Triatmodjo, Bambang, 1996, Hidraulika II, Beta Offset, Yogyakarta.

35

Anda mungkin juga menyukai