Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

FENOMENA MESIN

PRAKTIKUM
UJI MOMEN PUNTIR VII

Nama : Joshua Aditya Sardjono


NIM : 515160021
Tahun akademik : 2018/2019
Semester : Ganjil
Asisten : Ericko Angjasrin

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
2018
Joshua Aditya S.
515160021

PRAKTIKUM MOMEN PUNTIR

I. Tujuan Praktikum
1. Mencari besar hubungan sudut punter suatu poros dengan beban torsi.
2. Mencari besar modulus geser elastic bahan poros.
3. Menggambarkan distribusi tegangan penampang poros.

II. Teorema Dasar


Puntiran adalah suatu perlakuan yang terhadap material yang diberikan torsi
yang tegak lurus terhadap diameter material terssebut pada kedua ujungnya secara
berlawanan.
Uji puntir sebenarnya merupakan berasal dari uji tarik, maka bisa dibuat
perbandingan di antara keduanya. Maka itu dapat dianalisis apa keuntungan dan
kekurangan tiap uji, sebagai berikut:
Keuntungan uji tarik:
- Pengolahan data lebih mudah
- Lebih mudah mengukur kekuatan luluh
Keuntungan uji puntir:
- Hasil pengukuran mengenail plastisitas lebih mendasar
- Tidak terjadi necking mempermudah perhitungan deformasi regangan
- Laju regangan yang diperoleh tinggi dan konstan
Dari uji puntir kita dapat memperoleh beberapa sifat mekanik, yaitu :
1.Modulus Elastisitas Modulus elastisitas atau kekakuan adalah nilai
ketahanan suatu material untuk mengalami deformasi elastis ketika ada
gaya diterapkan pada benda itu.
2.Modulus of Rupture Modulus of Rupture atau flexural strength adalah
nilai tegangan yang dapat diterima oleh suatu material sebelum material
tersebut mencapai yield strength nya.
3.Modulus of Resilience Modulus of Resilience adalah kemampuan suatu
material untuk menyerap energi pada daerah elastis.
4.Keuletan Keuletan adalah kemampuan suatu material untuk menyerap
energi pada daerah elastis dan plastis.
Joshua Aditya S.
515160021

5. Torsional Yield Strength adalah nilai tegangan geser yang dapat


diterima oleh suatu material sesaat sebelum material tersebut terdeformasi
plastis.
Aplikasi puntiran pada batang torsi suspensi yang saat ini digunakan pada
titik truk dan suv dari foad, dodge, GM, Mitsubishi Nissan dan Toyota, produsen
mengubah torsi bar atau tombol untuk mengatur naik tinggi biasanya untuk
mengkompressi paket mesin lebih berat atau lebih ringan, sementara ketinggian
dapat disesuaikan dengan memutar baut adjust pada tombol torsi memutar tombol
terlalu jauh dapat menekuk baut penyesuai.
Keuntungan utama dari suspensi bar torsi yaitu daya tahannya dan mudah
disesuaikan. Profil kecil sepanjang lebar kendaraan dibutuhkan sedikit ruang pada
kendaraan disbanding dengan per pegas.
Kerugiannya adalah bahwa bar torsi biasanya tidak dapat memberikan tingkat
pegas progresif dibanding dengan per pegas. Beberapa kendaraan menggunakan
batang torsi untuk memberikan lefeling otomatis, menggunakan motor untuk
mengencangkan bar dan memberikan resistensi yang lebih besar serta dalam
penerapan khusus untuk mengatasi guncangan akibat perubahan kondisi jalan.

III. Peralatan Praktikum

Gambar 7.1. Peralatan yang digunakan dalam Praktikum Momen Puntir


Joshua Aditya S.
515160021

Keterangan:
1. Poros
Poros berperan sebagai benda uji.

Gambar 7.2. Poros


2. Lengan
Lengan berfungsi sebagai tempat peletakan dudukan massa.

Gambar 7.3. Lengan


3. Multimeter digital
Multimeter digital berfungsi untuk menunjukkan nilai tegangan pada benda uji
melalui sensor yang terletak pada poros.

Gambar 7.4. Multimeter Digital


4. Dudukan massa
Dudukan masa adalah tempat peletakan massa pemberat dan memiliki massa
0,5 kg.
Joshua Aditya S.
515160021

Gambar 7.5. Dudukan Massa


5. Massa pemberat
Massa pemberat berperan sebagai beban yang akan dipasang pada dudukan
massa untuk mengetahui tegangan pembebanan, dan massa yang digunakan 0,5
kg, 1 kg, dan 2 kg.

Gambar 7.6. Massa Pemberat dengan Berbagai Ukuran


Tambahin kalimatnya

IV. Langkah Kerja Praktikum


1. Siapkan peralatan yang digunakan dalam praktikum momen puntir.
2. Timbang massa pemberat yang akan digunakan.
3. Nyalakan multimeter digital, dengan menekan tombol ON.
Joshua Aditya S.
515160021

Gambar 7.7.Menyalakan Multimeter Digital


4. Letakkan dudukan massa pada lengan.

Gambar 7.8.Memasang Dudukan Massa pada Lengan Alat Percobaan


5. Mencatat nilai tengangan yang muncul pada multimeter digital pada tabel
percobaan.
6. Tambahkan pemberat pertama sebesar 0,5 kg, lalu catat hasil
pengukurannya.
7. Lakukan pemberian pembebanan secara bertahap seperti langkah keenam,
hingga beban yang diterima sampai 5 kg.
8. Setelah semua pembebanan diberikan lepas kembali beban tersebut.
9. Mematikan multimeter digital dan merapikan seluruh peralatan praktikum.
Joshua Aditya S.
515160021

V. Skema Pengujian

Gambar 7.10. Skema Pengujian Momen Puntir


Pada gambar 7.10., terlihat bahwa fenomena momen puntir terjadi pada
poros (benda uji) yang diberikan gaya tangensial (Ft) pada lengan dengan panjang
L.

VI. Hasil Praktikum


No Massa Diameter Panjang Tegangan Tegangan
. m Poros Lengan, L Awal, Vo Pembebanan, Vi
(kg) (mm) (mm) (mV) (mV)
1. 0 46,2 42,3 0 0
2. 0,5 46,2 42,3 0 1
3. 1 46,2 42,3 0 3
4. 1,5 46,2 42,3 0 5
5. 2 46,2 42,3 0 7
6. 2,5 46,2 42,3 0 9
7. 3 46,2 42,3 0 11
8. 3,5 46,2 42,3 0 12
9. 4 46,2 42,3 0 14
10. 4,5 46,2 42,3 0 16
11. 5 46,2 42,3 0 18
Tabel 7.1. Data Pengujian

VII. Perhitungan dan Pengolahan Data


1. Persamaan yang digunakan

Ft = V x 0.25 x 9.8 (N) 



𝑑
Momen Puntir (Torsi):𝑇 = 𝐹𝑡 2 (𝑁𝑚𝑚)
Joshua Aditya S.
515160021

2. Diketahui
Diameter poros (d): 46.2 mm
Panjang lengan (L): 42.3 mm
3. Perhitungan gaya tangensial
Ft1 = (0-0) mV x 0,25 kg x 9,8 𝑚⁄𝑠 2 = 0 N

Ft1 = (1-0) mV x 0,25 kg x 9,8 𝑚⁄𝑠 2 = 2,45 N

Ft1 = (3-0) mV x 0,25 kg x 9,8 𝑚⁄𝑠 2 = 7,35 N

Ft1 = (5-0) mV x 0,25 kg x 9,8 𝑚⁄𝑠 2 = 12,25 N

Ft1 = (7-0) mV x 0,25 kg x 9,8 𝑚⁄𝑠 2 = 17,15 N

Ft1 = (9-0) mV x 0,25 kg x 9,8 𝑚⁄𝑠 2 = 22,05 N

Ft1 = (11-0) mV x 0,25 kg x 9,8 𝑚⁄𝑠 2 = 26,95 N

Ft1 = (12-0) mV x 0,25 kg x 9,8 𝑚⁄𝑠 2 = 29,4 N

Ft1 = (14-0) mV x 0,25 kg x 9,8 𝑚⁄𝑠 2 = 34,3 N

Ft1 = (16-0) mV x 0,25 kg x 9,8 𝑚⁄𝑠 2 = 39,2 N

Ft1 = (18-0) mV x 0,25 kg x 9,8 𝑚⁄𝑠 2 = 44,1 N

4. Perhitungan momen puntir


46,2 𝑚𝑚
T1 = 0 N x = 0 Nmm
2
46,2 𝑚𝑚
T1 = 2,45 N x = 56,6 Nmm
2
46,2 𝑚𝑚
T1 = 7,35 N x = 169,79 Nmm
2
46,2 𝑚𝑚
T1 = 12,25 N x = 282,98 Nmm
2
46,2 𝑚𝑚
T1 = 17,15 N x = 396,17 Nmm
2
46,2 𝑚𝑚
T1 = 22,05 N x = 509,36 Nmm
2
46,2 𝑚𝑚
T1 = 26,95 N x = 622,55 Nmm
2
46,2 𝑚𝑚
T1 = 29,4 N x = 679,14 Nmm
2
46,2 𝑚𝑚
T1 = 34,3 N x = 792,33 Nmm
2
46,2 𝑚𝑚
T1 = 39,2 N x 2
= 905,52 Nmm
Joshua Aditya S.
515160021

46,2 𝑚𝑚
T1 = 44,1 N x = 1018,71 Nmm
2

No. Massa, Diameter Panjang Tegangan Tegangan Gaya Torsi


m (kg) Poros Lengan, Awal, Pembebanan, Tangensial, Uji,
(mm) L Vo Vi Ft (N) T
(mm) (mV) (mV) (Nmm)
1. 0 46,2 42,3 0 0 0 0
2. 0,5 46,2 42,3 0 1 2,45 56,6
3. 1 46,2 42,3 0 3 7,35 169,79
4. 1,5 46,2 42,3 0 5 12,25 282,98
5. 2 46,2 42,3 0 7 17,15 396,17
6. 2,5 46,2 42,3 0 9 22,05 509,36
7. 3 46,2 42,3 0 11 26,95 622,55
8. 3,5 46,2 42,3 0 12 29,4 679,14
9. 4 46,2 42,3 0 14 34,3 792,33
10. 4,5 46,2 42,3 0 16 39,2 905,52
11. 5 46,2 42,3 0 18 44,1 1018,71
Tabel 7.2. Nilai Gaya Tangensial dan Torsi

VIII. Kesimpulan dan Faktor Kesalahan


Faktor Kesalahan:
1. Ketidaktelitian pada saat menaruh beban pada dudukan massa secara
teratur, sehingga mendapatkan hasil percobaan yang kurang tepat.
2. Ketidaktelitian pada saat membaca skala angka pada multimeter digital,
sehingga hasil yang dicatat kurang tepat.
3. Ketidaktelitian dalam pembulatan angka, karena skala angka yang
ditunjukkan tidak stabil.
4. Kesalahan pada alat percobaan yang sudah lama tidak dikalibrasi,
sehingga menyebabkan hasil percobaan kurang sesuai.
5. Ketidaktelitian pada saat membaca angka pada multimeter digital saat
posisi dudukan massa masih bergerak, sehingga hasil yang dicatat kurang
tepat.

Kesimpulan:
1. Beban yang diberikan keporos secara tegak lurus terhadap sumbu putaran
(gaya tangensial) akan menghasilkan momen puntir (Torsi).
Joshua Aditya S.
515160021

Massa, Gaya Torsi Uji,


m (kg) Tangensial, Ft T
(N) (Nmm)
0 0 0
0,5 2,45 56,6
1 7,35 169,79
1,5 12,25 282,98
2 17,15 396,17
2,5 22,05 509,36
3 26,95 622,55
3,5 29,4 679,14
4 34,3 792,33
4,5 39,2 905,52
5 44,1 1018,71
2. Semakin tinggi pembebanan yang diberikan maka akan semakin besar
nilai momen puntirnya dan begitu juga sebaliknya, maka nilai momen
punter pada poros berbanding lurus dengan nilai beban.
46,2 𝑚𝑚
T1 = 0 N x = 0 Nmm
2
46,2 𝑚𝑚
T1 = 2,45 N x = 56,6 Nmm
2
46,2 𝑚𝑚
T1 = 39,2 N x = 905,52 Nmm
2
46,2 𝑚𝑚
T1 = 44,1 N x = 1018,71 Nmm
2

3. Nilai gaya tangensial serta torsi aktual dan teoritis mengalami sedikit
perbedaan, karena percobaan terjadi kesalahan atau kekeliruan yang
menyebabkan hasil percobaan tidak akurat.
4. Beban yang diberikan berbanding lurus dengan tegangan pembebanan.
5. Semakin besar nilai pembebanan yang diberikan maka semakin besar nilai
gaya tangensial yang terjadi dan begitu juga sebaliknya, maka gaya
tangensial terhadap poros nilainya berbanding lurus dengan nilai beban.
Ft1 = (0-0) mV x 0,25 kg x 9,8 𝑚⁄𝑠 2 = 0 N

Ft1 = (1-0) mV x 0,25 kg x 9,8 𝑚⁄𝑠 2 = 2,45 N

Ft1 = (16-0) mV x 0,25 kg x 9,8 𝑚⁄𝑠 2 = 39,2 N

Ft1 = (18-0) mV x 0,25 kg x 9,8 𝑚⁄𝑠 2 = 44,1 N


Joshua Aditya S.
515160021

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.academia.edu/8413604/Laporan-Puntir
2. http://widimaterial.blogspot.co.id/2015/03/laporan-praktikum-pengujian-
mekanik_97.html
3. https://www.scribd.com/document/336535309/Laporan-Modul-C-Uji-
Puntir
4. http://iwansugiyarto.blogspot.com/2011/11/puntiran.html
LAMPIRAN
Joshua Aditya S.
515160021

Jawaban Pertanyaan

Pertanyaan:
1. Hitung besar torsi yang terjadi akibat beban.
2. Jelaskan fenomena yang terjadi dari pengujian ini.

Jawab:
1. Perhitungan nilai torsi yang terjadi akibat beban dapat dilihat pada bab VII
perhitungan dan pengolahan data.
No. Massa, Diameter Panjang Tegangan Tegangan Gaya Torsi
m (kg) Poros Lengan, Awal, Pembebanan, Tangensial, Uji,
(mm) L Vo Vi Ft (N) T
(mm) (mV) (mV) (Nmm)
1. 0 46,2 42,3 0 0 0 0
2. 0,5 46,2 42,3 0 1 2,45 56,6
3. 1 46,2 42,3 0 3 7,35 169,79
4. 1,5 46,2 42,3 0 5 12,25 282,98
5. 2 46,2 42,3 0 7 17,15 396,17
6. 2,5 46,2 42,3 0 9 22,05 509,36
7. 3 46,2 42,3 0 11 26,95 622,55
8. 3,5 46,2 42,3 0 12 29,4 679,14
9. 4 46,2 42,3 0 14 34,3 792,33
10. 4,5 46,2 42,3 0 16 39,2 905,52
11. 5 46,2 42,3 0 18 44,1 1018,71

2. Fenomena yang terjadi pada pengujian ini adalah poros yang diberikan
beban, beban tersebut akan menghasilkan momen punter atau torsi pada
poros tersebut. Semakin besar beban yang diberikan pada poros maka
semakin besar torsi yang dihasilkan. Ini terjadi karena poros dapat
menerima momen punter sehingga bila beban pada salah satu sisi poros
maka poros tersebut menghasilkan torsi.
Gambar klau ada

Anda mungkin juga menyukai