Anda di halaman 1dari 13

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK


PT. INDUSTRI KERETA API (Persero)
(Periode 11 Juni 2017 – 23 Agustus 2017)

Telah disetujui di Madiun pada 23 Agustus 2017 oleh:

Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan

Suwarno, ST., MSc., PhD Priyono


NIP. 19800520 200501 1 003 NIP. 19800520 200501 1 003

Mengetahui,

Manager PRK Boogie Manager Pengembangan


SDM

Suwarno, ST., MSc., PhD


Yusup Wardoyo NIP. 19800520 200501 1 003
NIP. 19800520 200501 1 003
KATA PENGANTAR

Surabaya, Agustus 2017


Hormat Kami,

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PT. Industri Kereta Api (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik
Negara Industri Strategis yang bergerak dibidang industri sarana kereta api
diantaranya Gerbong Penumpang, Gerbong Barang, KRL dan produk lainnya.
Pada tahun 2016, PT. INKA mendapat kepercayaan untuk mengerjakan proyek
railink Bandara Soekarno-Hatta (kereta dari Stasiun Manggarai menuju badara
Soekarno Hatta).
Salah satu permasalahan yang terdapat di PT. Industri Kereta Api (Persero)
adalah proses proses perlakuan panas pada assembly Bogie Frame. Salah satu
perlakuan panas yang dilakukan pada bagian perakitan Bogie Frame adalah
proses annealing. Pada proses ini belum diketahui perbedaan sifat mekanik
material tanpa perlakuan annealing dan material dengan perlakuan annealing.

1.2 Tujuan Kerja Praktek


Tujuan dari pelaksanaan kerja praktek ini antara lain:
1.2.1 Umum
1. Mempelajari sifat mekanik material yang berkaitan dengan metal
working
2. Mengetahui proses metal working yang terdapat di PT. INKA
3. Mengetahui treatment/ heat treatment setelah metal working.
1.2.2 Khusus
1. Mengetahui sifat mekanik material sebelum dan setelah annealing.

1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan kerja Praktek


Kerja praktek dilaksanakan di PT. INDUSTRI KERETA API (Persero) mulai
tanggal 27 Mei 2017 sampai 27 Juli 2017.

1.4 Ruang Lingkup Kerja Praktek


Ruang lingkup dari pelaksanaan kerja praktek ini antara lain:
1. Mempelajari proses annealing pada Bogie frame kereta api yang terdapat
di PT. INKA
2. Mempelajari perbedaan sifat mekanik material Bogie frame sebelum
annealing dan setelah annealing.
1.5 Sistematika Laporan
Sistematika laporan kerja praktek ini antara lain:
1. Bab I adalah pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan kerja
praktek, waktu dan tempat pelaksanaan kerja praktek, ruang lingkup kerja
praktek, dan sistematika laporan.
2. BAB II adalah dasar teori yang berisi teori-teori yang menjadi landasan
pembuatan laporan
3. BAB III adalah metodologi percobaan berisi alat dan bahan serta langkah
percobaan
4. BAB IV adalah analisa data dan pembahasan yang berisi tentang
perhitungan dan pembahasan dari percobaan yang telah dilakukan
5. BAB V adalah kesimpulan dan saran yang terdiri dari kesimpulan dan
saran yang dapat diambil setelah melaksanakan kerja praktek di PT.
INKA.
BAB II
DASAR TEORI
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan


3.1.1 Tensile Test
1. Spesimen (Baja SS400)
2. Mesin Tarik Wolfert Tensile-Bending dengan kapasitas
maksimal 300 kg
3. Jangka Sorong dengan ketelitian 0.01 mm
4. Milimeter block
5. Marker

3.1.2 Mikrostruktur
1. Alat pemotong benda menjadi spesimen (alat las dan gerinda
potong)
2. Mesin grinding dan polishing.
3. Kertas gosok grid 80, 120, 240, 320, 600, 800, 1000, 1500, 2000.
4. Kain halus (kain beludru)
5. Pengkilap Metal (Autosol)
6. Cairan pengetsa Nital
7. Cairan aquades
8. Mikroskop optis dengan pembesaran 100x, 500x, 1000x
3.2 Langkah Percobaan
3.2.1 Tensile Test
1. Data mesin Tarik dicatat.
2. Dimensi spesimen ( panjang spesimen awal, gauge length awal,
diameter awal, luas spesimen awal ) diukur dengan menghitung
nilai rata-rata dari tiga kali pengukuran.
3. Sebelum spesimen dipasang pada mesin tarik, grip dibuat pada
ujung spesimen agar pada saat ditarik spesimen tidak
mengalami slip.
4. Spesimen dipasang pada penjepit.
5. Skala pembebanan diatur.
6. Kertas grafik dan pena dipasang.
7. Pemberian pembebanan.
8. Selama penarikan diperhatikan perubahan yang terjadi pada
spesimen maupun grafik. (beban maksimum, perpanjangan saat
beban maksimum, beban saat patah, dan perpanjangan saat
patah).
9. Setelah patah, spesimen dilepas dari penjepit.
10. Kedua bagian spesimen yang patah digabung kembali,
kemudian diukur dan dicatat dimensi spesimen setelah patah (
Panjang spesimen akhir,gauge length, diameter akhir, luas
specimen akhir, yield strength, elongation, reduction area)
3.2.2 Mikrostruktur
1. Alat untuk mengambil spesimen dari benda disiapkan.
2. Spesimen dipotong menggunakan alat las.
3. Spesimen dipotong menggunakan gerinda mesin untuk
menghilangkan HAZ dari proses wirecut.
4. Spesimen digrinding dengan menggunakan kertas gosok mulai grid
80 sampai 3000.
5. Spesimen dipoles menggunakan kain beludru yang diberi Autosol.
6. Spesimen di etsa selama 3-5 detik lalu specimen segera dicuci
dengan air aquades dan dilap hingga kering.
7. Spesimen diletakkan pada mikroskop optis dan mengatur
pembesaran hingga 100x, 500x, 1000x.
8. Struktur mikro yang terlihat pada mikroskop difoto pada base
material, HAZ, dan welding material.
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Percobaan


1. Gambar spesimen

2. Tabel Data
DATA Non-annealing annealing
Dimensi Spesimen
Standar Pengujian ASTM E8
Standar spesimen Baja SS400 Baja SS400
Panjang spesimen awal (mm) 300.2 300.3
Gauge lenght awal, L0(mm) 100 100
Tebal awal, T0 (mm) 16.46 16.7
Lebar awal, W0 (mm) 21.7 21.8
Luas spesimen awal, A0 (mm2) 357.18 364.06
Hasil Pengujian
Beban maksimum, Pu (kN) 165.5 171
Gauge length setelah patah, L1 (mm) 124.56 123.65
Tebal Setelah Patah, T1 (mm) 9.62 9.42
Lebar Setelah Patah, W1 (mm) 13.62 14.83
Luas spesimen akhir, A1 (mm2) 131.02 139.69
Evaluasi
Yield strength (N/mm2) 327.07 319
Tensile Strength (N/mm2) 463.35 469.7
Elongation % A atau (mm/mm) 24.56 23.65
Reduction area, Ψ (%) 63.31 61.62
Modulus of Elasticity 4439.08 4675.12
Modulus of Resilience 12.27 8.62
Toughness 327.42 118.61

4.2 Contoh Perhitungan


Spesimen SS400 non-annealing
𝑙1 − 𝑙0 124.56 𝑚𝑚 − 100 𝑚𝑚
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑥 = =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑥 36
= 0,68 mm/satuan

𝑃𝑚𝑎𝑥 165500 𝑁
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑦 = = = 3245.09 N/satuan
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑦 51

Pada saat yield


𝑃 = 𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑦 𝑋 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 = 3245.09 𝑥 36 = 116823.52 𝑁
Δ𝑙 = 𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑥 𝑋 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 = 0,68 𝑥 11 = 7.5 𝑚𝑚
𝑃 116823.24 𝑁
𝜎𝑡 = = = 327.07 Pa
𝐴0 357.18 𝑚𝑚2
Δ𝑙 7.5 mm
𝜀𝑡 = = = 0.075 mm/mm
𝑙0 100 𝑚𝑚

Pada saat ultimate


𝑃 = 𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑦 𝑋 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ = 3245.09 𝑥 51 = 165.5 𝑁
Δ𝑙 = 𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑥 𝑋 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ = 0,68 𝑥 36 = 24.56 𝑚𝑚
𝑃𝑚𝑎𝑥 165.5 𝑁
𝜎𝑡 = = = 463.35 N/𝑚𝑚2
𝐴0 357.18 𝑚𝑚2
Δ𝑙 24.56 mm
𝜀𝑡 = = = 0.245 mm/mm
𝑙0 100 𝑚𝑚

Pada saat fracture


𝑃 = 𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑦 𝑋 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ = 3245.09 𝑥 38 = 123311.37 𝑁
Δ𝑙 = 𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑥 𝑋 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ = 0,68 𝑥 43 = 29.3 𝑚𝑚
𝑃𝑚𝑎𝑥 123311.37 𝑁
𝜎𝑡 = = = 345.24 N/𝑚𝑚2
𝐴0 357.18 𝑚𝑚2
Δ𝑙 29.3 mm
𝜀𝑡 = = = 0,29 mm/mm
𝑙0 100 𝑚𝑚

Elongation
𝑙1− 𝑙0
∈= × 100%
𝑙0
124.56 − 100
∈= × 100%
100
∈ = 24.56%
Reduction Area
𝐴0 − 𝐴1
𝛿= × 100%
𝐴0
357.18 − 131.02
𝛿= × 100%
357.18
𝛿 = 63.3%

Modulus of Elasticity
𝜎𝑒𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑠
∈=
𝜀𝑒𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑠
272.56 Pa
∈= = 4439.08 𝑃𝑎
0.0614

Modulus of Resilience
𝑈𝑅 = 0.5 × 𝜎𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 × 𝜀𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑
𝑈𝑅 = 0.5 × 327.07 𝑃𝑎 × 0.075
𝑈𝑅 = 12.27 𝑃𝑎

Toughness
𝑈𝑇 = 𝜎𝑢 𝑥 𝜀𝑓
𝑈𝑇 = 463.35 N/𝑚𝑚2 𝑥 0.29
𝑈𝑇 = 372.42

4.3 Pembahasan
1. Grafik tegangan regangan teknik material Annealing dan Non-
annealing
Grafik Tegangan Regangan Teknik Material Annealing dan Non-
annealing

0.6

0.5

0.4
σ (MPa)

0.3 σt non-aneal (MPa)


σt aneal (MPa)
0.2

0.1

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
ε (mm/mm)

Gambar 3.3
Berdasarkan grafik tegangan regangan material annealing dan non-
annealing diketahui pada daerah elastis memiliki kekuatan elastic yang
ditunjukkan yield point. Dari grafik diatas didapatkan bahwa yield point
material non-annealing lebih tinggi dibandingkan material annealing.
Sifat mekanik lain di daerah elastik adalah Modulus Elastisitas/
Modulus Young’s (∈). Didapatkan bahwa ∈non-aneal =4439,08 Pa dan
∈aneal = 4675,12 Pa. Dari perbandingan tersebut dapat diketahui bahwa
material annealing lebih kaku dengan nilai ∈aneal lebih besar dari pada
∈non-aneal. Pada derah elastis pula diketahui Modulus Resilience (UR)
yaitu UR non-aneal = 12,27 Pa dan UR aneal = 8,62 Pa. Dari hasil tersebut
dapat diketahui bahwa material non-annealing memiliki kemampuan
untuk menyerap energi tanpa deformasi plastik lebih tinggi dari pada
material annealing.
Pada daerah plastis dapat diketahui keuletan antara material
annealing dan material non-annealing dengan menggunakan besarnya
Percent Reduction Area dan elongation. Dari percobaan ini didapatkan
%RA untuk material non-annealing sebesar 24,56% dan untuk material
annealing sebesar 61,62%. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa
material annealing lebih ulet dengan besar percent reduction area lebih
besar. Sedangkan berdasarkan percent elongation material non-
annealing lebih besar dibandingkan material annealing yaitu 24,56%
dan 23,65%. Pada daerah plastis sifat mekanik lain yang dapat diketahui
adalah ketangguhan (UT). Dari perhitungan didapatkan bilai UT untuk
material non-annealing 372,42 Pa dan UT untuk material annealing
118,61 Pa. Maka dapat diketahui bahwa material non-annealing lebih
tangguh. Apabila dilihat dari grafik tegangan-regangan semakin luas
daerah di bawah kurva maka modulus ketangguhannya lebih tinggi.
Kekuatan Tarik suatu material ditunjukkan dengan besarnya nilai
Ultimate Tensile Strength (UTS). Dari percobaan ini didapatkan UTS
material non-annealing 463,35 Pa dan material annealing 488,12 Pa,
maka dapat dikatakan bahwa kekuatan Tarik material annealing lebih
besar. Apabila dilihat dari kurva tegangan-regangan, kekuatan Tarik
ditunjukan dengan semakin tingginya kurva maka material tersebut
semakin kuat.

Anda mungkin juga menyukai