Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN PRAKTIKUM 

FENOMENA DASAR
TA 2020-2021 

MODUL 01
DEFLEKSI

Disusun Oleh 
CHRIST NICOLAS FEDERICO PARAPAT 
1807113245

LABORATORIUM KONSTRUKSI MESIN


PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN S1
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berfikir
manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang pula. Ditambah
dengan Pendidikan yang mapan, kita mungkin dapat berpikir kritis, kreatif, dan
produktif. Sama dengan halnya perkembangan teknologi dibidang konstruksi.
Pada bidang konstruksi, contohnya seperti defleksi. Pada kehidupan
sehari-hari, kita sering kali berjumpa dengan defleksi yang terjadi pada besi, baja
maupun kayu. Defleksi merupakan besarnya pergeseran atau perpindahan pada
batang akibat dari adanya beban yang bekerja pada batang tersebut.
Karena pada kehidupan sehari-hari kita sering berjumpa dengan defleksi,
oleh karena itu kita sebagai engineer harus memperhitungkan defleksi atau
lendutan yang akan terjadi. Jika seorang engineer tidak memperhitungkannya,
maka akan berakibat fatal bagi pengguna tersebut, karena faktor lendutan yang
lebih besar akan mengurangi Safety factor pada struktur tersebut.

1.2. Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui fenomena lendutan batang prismatic dan pemanfaatannya
dalam eksperimen dengan konstruksi sederhana.
2. Membandingkan solusi teoritik dengan hasil eksperimen.

1.3. Manfaat
Manfaat dari praktikum ini yaitu kita dapat mengetahui defleksi yang
terjadi dalam sebuah struktur sehingga dapat mencegah atau meminimalisir
terjadinya kegagalan struktur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Dasar


2.1.1. Definisi Defleksi
Defleksi merupakan besarnya pergeseran atau perpindahan pada batang
akibat dari adanya beban yang bekerja pada batang. Sumbu batang akan
terdefleksi dari kedudukannya semula bila benda dibawah pengaruh gaya
terpakai. Dengan kata lain suatu batang akan mengalami pembebanan
transversal baik itu beban terpusat maupun terbagi merata akan mengalami
defleksi.

2.1.2. Jenis-Jenis Defleksi


Defleksi yang terjadi pada batang, terdiri atas:
1. Defleksi aksial ( regangan )
Merupakan defleksi yang terjadi jika pembebanan pada luas
penampang.

Gambar 2.1. Defleksi secara vertical

2. Defleksi lateral ( lendutan )


Merupakan defleksi yang terjadi jika pembebanan tegak lurus pada
penampang.

Gambar 2.2. defleksi cantilever


Gambar 2.3. Defleksi lateral secara tegak lurus
penampang

3. Defleksi oleh gaya geser


Merupakan unsur-unsur dari mesin yang haruslah tegar untuk
mempertahankan ketelitian dimensional terhadap pengaruh beban.
Jika suatu batang kontinu yang ditumpu akan melendut jika
mengalami beban lentur.

Gambar 2.4. Defleksi karena adanya momen punter

2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi defleksi


Faktor- faktor yang mempengaruhi defleksi adalah sebagai berikut.
1. Besar pembebanan ( P )
2. Panjang Batang ( l )
3. Dimensi Penampang Batang ( I )
4. Jenis Material Batang ( E )
2.1.4. Jenis-Jenis Tumpuan
Jenis-jenis tumpuan yang dipakai pada struktur adalah sebagai berikut.
1. Tumpuan jepit (fixed support)

Gambar 2.5. Tumpuan Jepit

Tumpuan jepit merupakan jenis tumpuan atau koneksi yang paling


kaku diantara jenis tumpuan yang lain. Reaksi yang terjadi pada
tumpuan jepit yaitu:
a) Gaya vertical
b) Gaya horizontal
c) Momen

2. Tumpuan Engsel (Pin Support)

Gambar 2.6. Tumpuan Engsel

Tumpuan engsel merupakan tumpuan yang dapat menahan gerak


translasi, namun tidak mampu menahan rotasi. Reaksi yang terjadi
pada tumpuan engsel yaitu:
a) Gaya vertical
b) Gaya horizontal

3. Tumpuan Rol (Roll Support)

Gambar 2.7. Tumpuan rol

Tumpuan roll merupakan jenis tumpuan yang mampu menahan


gaya vertical, namun tidak mampu menahan gaya horizontal. Reaksi
yang terjadi pada tumpuan roll adalah sebagai berikut.
a) Gaya vertical

2.1.5. Rumus Defleksi


Pada umumnya Defleksi mempunyai rumus sebagai berikut.

Pl
δ= ………………………………………………………………(1)
EA

Dimana:
P= Besar Pembebanan
l= Panjang Batang
A=Luas Penampang
E=Jenis Material Batang

2.2. Teori Dasar Alat Uji


2.2.1. Dial Indikator
Pada alat ukur yang digunakan pada percobaan defleksi ini adalah dial
gauge ( dial indicator ) atau jam ukur. Jam ukur merupakan alat ukur
pembanding yang banyak digunakan dalam industry permesinan pada bagian
produksi maupun pada bagian pengukuran. Prinsip kerjanya adalah secara
mekanis, dimana bergerak linier dari sensor diubah menjadi gerak putaran pada
jarum penunjuk pada piringan berskala dengan perantara batang bergigi dan
susunan roda gigi. Kecermatan pembaca skala adalah 0.01, 0.05, atau 0.002
dengan kapasitas ukuran yang berbeda misalnya 20,10,5,2 atau 1 mm.

Gambar 2.8. Dial Gauge

2.2.2. Beban

Gambar 2.9. Beban

Beban digunakan untuk memberikan gaya luar pada batang.

2.2.3. Stand Magnetic


Digunakan untuk menjaga kedudukan dial indicator agar tidak bergeser
dari kedudukannya.
Gambar 2.10. Stand Magnetic

2.2.4. Batang Uji


Batang uji merupakan batang yang digunakan sebagai alat uji lendutan.

Gambar 2.11. Batang Uji

2.2.5. Mistar
Mistar merupakan alat yang digunakan untuk mengukur batang Panjang
sekaligus letak beban yang akan diuji

Gambar 2.12. Mistar


BAB III
METODOLOGI

3.1. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang kita gunakan adalah sebagai berikut.
1. Alat uji defleksi
2. Alat ukur
- Penggaris
- Dial indicator
3. Tumpuan
- Tumpuan engsel
- Tumpuan jepit
- Tumpuan rol
4. Gantungan dan beban uji (1.49 kg)
5. Specimen uji
- Batang tebal
- Batang tipis
- Batang silinder

3.2. Prosedur Percobaan


Adapun prosedur percobaan pada praktikum defleksi adalah sebagai berikut.
1. Ukur dimensi semua benda uji menggunakan alat ukur yang tersedia.
2. Susunlah perangkat pengujian defleksi untuk tumpuan jepit-rol untuk
masing-masing specimen batang uji.
3. Set posisi jam ukur pada posisi nol Ketika batang uji tanpa diberi
pembebanan.
4. Berikan pembebanan pada setiap batang uji dibagian tengah dari
Panjang batang uji.
5. Ukurlah besar nilai simpangan lendutan pada posisi/ jarak tertentu dari
posisi pembebanan.(lakukan pengukuran lendutan pada tiga titik)
6. Ulangi Langkah percobaan no. 2-5, akan tetapi pindahkan posisi
pembebanan pada ujung batang uji dan tumpuan rol berada ditengah-
tengah Panjang batang (overhang).
7. Ganti jenis tumpuan pada perangkat pengujian menjadi tumpuan engsel
rol. Berikan pembebanan pada bagian tengah dari setiap batang uji dan
ukur besar simpangan yang terjadi.
8. Catat hasil pengujian pada table yang telah disediakan.

BAB Ⅳ
PEMBAHASAN

4.1 Data Pengujian


Batang panjang lebar( tebal(m massa(k diameter(m keterangan
uji (mm) mm) m) g) m)
1 798 50,8 3,8 1,494 - Batang (Tipis)
2 999 50,3 5 1,494 - Batang (panjang)
3 999 - - 1,494 6,5 Poros

Posisi pengujian(mm) Defleksi Pengujian(mm)


Batang
x1 x2 x3 x1 x2 x3
uji
1 180 305 645 0,35 0,51 0,09
2 180 305 645 2,82 4,86 3,71
3 180 305 645 2,7 5,37 4,53

Posisi pengujian(mm) Defleksi Pengujian(mm)


Batang
x1 x2 x3 x1 x2 x3
uji
1 180 305 645 0,87 1,35 0,77
2 180 305 645 6,21 6,61 11,93
3 180 305 645 5,41 8,34 11,3

Posisi pengujian(mm) Defleksi Pengujian(mm)


Batang
x1 x2 x3 x1 x2 x3
uji
1 180 305 645 0,87 1,35 0,77
2 180 305 645 6,21 6,61 11,93
3 180 305 645 5,41 8,34 11,3
4.2 Pengolahan Data
m
P=m× g=1,494 kg × 9,81 =14,656 N
s2
3
b h3 50,8 mm ×(3,8 mm)
I batang1 = = =232,291mm 4
12 12

3
b h3 50,3 mm ×(5 mm)
I batang 2= = =523,985 mm 4
12 12

π 3,14
I poros = × d 4= ×(6,5 mm) 4=87,58 mm 4
64 64

4.2.1 Tumpuan Jepit-Rol Beban Tengah


a. Batang Uji 1
P x 21 27 l 33 x 1 14,656 N ×(180 mm)2 27 ×798 mm 33× 180 mm
δ x 1= (
6 EI 48

48
= ) 2
6 ×200000 N /mm ×232,291 mm4
48 (

48
=0,554 mm )
2 2
P l2 l 15 P x 2 14,656 N × ( 798 mm ) 798 mm 15
δ x 2=
24 EI (
3 l− −
2 48 6 EI )
( 3 l−x )=
24 × 200000
N
2
× 232,291 mm
(
4
3 ×798 mm−
2 )−
48
mm
P x 23 27 l 33 x 3 14,656 N ×( 645 mm)2 27 ×798 mm 33 ×645 mm
δ x 3= (
6 EI 48

48
= ) 2
6 ×200000 N /mm ×232,291 mm4
48 ( −
48
=0,119 mm )

b. Batang Uji 2
P x 21 27 l 33 x 1 14,656 N ×(180 mm)2 27 ×999 mm 33 ×180 mm
δ x 1=
6 EI 48( −
48 )
= 2
6 ×200000 N /mm ×523,958 mm 4
48 ( −
48
=0 )
2 2
P l2 l 15 P x 2 14,656 N × ( 999 mm ) 999 mm 15
δ x 2=
24 EI (
3 l− −
2 48 6 EI )
( 3 l−x )=
24 × 200000
N
2
× 523,958 mm
(
4
3 × 999mm−
2 )−
48
mm
P x 23 27 l 33 x 3 14,656 N ×(645 mm)2 27 × 999 mm 33 × 645mm
δ x 3= (
6 EI 48

48
= ) 2
6 ×200000 N /mm ×523,958 mm4
48

48 (
=1,149 mm )
c. Batang Uji 3
P x 21 27 l 33 x 1 14,656 N ×( 180mm)2 27 × 999 mm 33 ×180 mm
δ x 1= (
6 EI 48

48
= ) 2
6 ×200000 N /mm ×87,58 mm4
48

48 (
=1,98 )
2 2
P l2 l 15 P x 2 14,656 N × ( 999 mm ) 999 mm 15
δ x 2=
24 EI (
3 l− −
2 48 6 EI )
( 3 l−x )=
24 × 200000
N
2
× 87,58 mm 4
3 × 999 mm− ( 2

48

)
mm

P x 23 27 l 33 x 3 14,656 N ×(645 mm)2 27 × 999 mm 33× 645 mm


δ x 3= (
6 EI 48

48
= ) 2
6 ×200000 N /mm ×87,58 mm 4
48

48 (
=6,875mm )
Posisi Defleksi Defleksi Teoritis (mm)
Batang pengujian(mm) Pengujian(mm)
uji x1 x2 x3 x1 x2 x3 δx1 δx2 δx3
1 180 305 645 0,35 0,51 0,09 0,554 13,506 0,119
2 180 305 645 2,82 4,86 3,71 0,331 12,701 1,149
3 180 305 645 2,7 5,37 4,53 1,98 75,985 6,875

4.2.2 Tumpuan Jepit-Rol Beban Ujung


a. Batang Uji 1
1 1
(
P
2 ) x 1
1 2
14,656 N × ( ) ×180 mm
2 1 2
δx1 =
1
6 ( ) EI
( x −( ) )=
2
2
1
1
6 × ( ) × 200000
N
× 232,291 mm
2
((180 mm) −( ) ) =0,077 mm
2 4
2

2 2 mm
1 1
P( ) x 2 2
14,656 N × ( ) ×305 mm 2
2 1 2 1
δx2 =
1
6 ( ) EI
( x − ( 2 ) )=2
2
1
6 × ( ) × 200000
N
× 232,291 mm
2
(( 305mm) −( ) ) =0,373 mm
2 4
2

2 2 mm

P 1 1 l2 14,656 N 1 1
δ x 3=
6 EI( ( )
x 23− 2l + x3 +2 l =
2 2 2 ) 6 ×200000
N
2
×232,291 mm 4
2 (
(645 mm)2− 2× 999 mm+ ×
2 ( )
mm
b. Batang Uji 2
1 1
P ( 2 ) x
1
1 2
14,656 N × ( ) ×180 mm
2 1 2
δx1 =
1
6 ( ) EI
( x −( ) )=
2
1
2 1
6 × ( ) × 200000
N
× 523,958 mm
2
( (180 mm) −( ) ) =0,034 mm
42
2

2 2 mm
1 1
P( ) x 2 2
14,656 N × ( ) ×305 mm 2
2 1 2 1
δx2 =
1
6 ( ) EI
( x −( ) )=
2
2
2 1
6 × ( ) × 200000
N
× 523,958 mm
2
( (305 mm) −( ) ) =0,165 mm
42
2

2 2 mm

P 1 1 l2 14,656 N 1 1
δ x 3= ( ( )
6 EI
x 23− 2l + x3 +2 l =
2 2 2 ) 6 ×200000
N
2
×523,958 mm 4
(
(645 mm)2− 2× 999 mm+ ×
2 2 ( )
mm

c. Batang Uji 3
1 1
P ( 2 ) x
1
1 2
14,656 N ×( ) ×180 mm
2 1 2
δx1 =
1
6 ( ) EI
( x −( ) )=
2
1
2 1
6 × ( ) × 200000
N
× 87,58 mm
2
( (180 mm) −( ) )=0,203 mm
4 2
2

2 2 mm
1 1
P( ) x 2 2
14,656 N ×( ) ×305 mm 2
2 1 2 1
δx2 =
1
6 ( ) EI
( x −( ) )=
2
2
2 1
6 × ( ) × 200000
N
× 87,58 mm
2
( (305 mm) −( ) )=0,989 mm
4 2
2

2 2 mm

P 1 1 l2 14,656 N 1 1
δ x 3= (
6 EI 2 (2 2 )
x 23− 2l + x3 +2 l = ) 6 ×200000
N
2
× 87,58mm 4
(
(645 mm)2− 2× 999 mm+ ×6
2 2 ( )
mm
Posisi Defleksi Defleksi Teoritis (mm)
Batang pengujian(mm) Pengujian(mm)
uji x1 x2 x3 x1 x2 x3 δx1 δx2 δx3
1 180 305 645 0,87 1,35 0,77 0,077 0,373 40,80
2 180 305 645 6,21 6,61 11.93 0,034 0,165 29,48
3 180 305 645 5,41 8,34 11,3 0,203 0,989 176,368
4.2.3 Tumpuan Engsel-Rol Beban Tengah
a. Batang Uji 1
P x1 14,656 N ×180 mm 2 2
δ x 1= ( 3 l 2−4 x21 ) = × ( 3 × ( 798 mm ) −4 × ( 180 mm ) )=2,107 mm
48 EI N
48 ×200000 2
×232,291 mm4
mm
P x2 14,656 N × 305mm 2 2
δ x 2=
48 EI
(3 l 2−4 x 22)= N
× ( 3× ( 798 mm ) −4 × ( 305 mm ) ) =3,084 mm
4
48 ×200000 ×232,291 mm
mm2
P 14,656 N
δ x 3= ( 4 x3 −12 x 2 l+ 9 x l 2−l3 )= ¿
48 EI N 4
48 ×200000 ×232,291 mm
mm2

b. Batang Uji 2
P x1 14,656 N × 180 mm 2 2
δ x 1= ( 3 l 2−4 x21 ) = × ( 3× ( 999 mm ) −4 × ( 180 mm ) ) =1,
48 EI N
48 ×200000 2
×523,958 mm 4
mm
P x2 14,656 N × 305 mm 2 2
δ x 2=
48 EI
(3 l 2−4 x 22)= N
× ( 3× ( 999 mm ) −4 × ( 305 mm ) ) =2,33 mm
48 ×200000 ×523,958 mm 4
mm2
P 14,656 N
δ x 3= ( 4 x3 −12 x 2 l+ 9 x l 2−l3 )= ¿
48 EI N 4
48 ×200000 ×523,958 mm
mm2

c. Batang Uji 3
P x1 14,656 N × 180 mm 2 2
δ x 1= ( 3 l 2−4 x21 ) = × ( 3 × ( 999 mm ) −4 × ( 180mm ) ) =8,98
48 EI N
48 ×200000 2
×87,58 mm 4
mm
P x2 14,656 N × 305 mm 2 2
δ x 2=
48 EI
(3 l 2−4 x 22)= N
× ( 3 × ( 999 mm ) −4 × ( 305 mm ) )=13,94 mm
48 ×200000 × 87,58mm 4
mm2
P 14,656 N
δ x 3= ( 4 x3 −12 x 2 l+ 9 x l 2−l3 )= ¿
48 EI N 4
48 ×200000 × 87,58 mm
mm2

Posisi Defleksi Defleksi Teoritis (mm)


Batang pengujian(mm) Pengujian(mm)
uji x1 x2 x3 x1 x2 x3 δx1 δx2 δx3
1 180 305 645 0,87 1,35 0,77 2,107 3,084 1,827
2 180 305 645 6,21 6,61 11.93 1,502 2,33 2,571
3 180 305 645 5,41 8,34 11,3 8,988 13,94 15,382

4.3. Analisa Data


Berdasarkan data-data yang diperoleh dari praktikum defleksi, terdapat 3
spesimen yang akan diuji. Ketiga specimen itu adalah batang tipis (x1), batang
Panjang (x2), dan poros (x3). Pada saat diberi tumpuan jepit-rol dengan beban
tengah, batang tipis (X1) mengalami defleksi terbesar pada saat posisi pengujian
305 mm dengan nilai defleksi sebesar 13,506 mm. Batang Panjang (X2) juga
mengalami defleksi terbesar pada saat posisi pengujian 305 mm dengan nilai
defleksi sebesar 12,701mm. Pada poros (X3) juga mengalami defleksi terbesar
pada saat posisi pengujiam 305 mm dengan nilai defleksi sebesar 75,985 mm.
Pada saat diberi tumpuan jepit-rol beban ujung, batang tipis (X1) mengalami
defleksi terbesar pada saat posisi pengujian 645 mm dengan nilai defleksi sebesar
40,80 mm. Pada batang Panjang (X2) juga mengalami defleksi terbesar pada saat
posisi pengujian 645 mm dengan nilai defleksi sebesar 29,48 mm. Pada poros
(X3) mengalami defleksi terbesar pada posisi pengujian 645 mm dengan nilai
defleksi sebesar 176,368 mm.
Pada saat diberi tumpuan engsel-rol beban tengah, batang tipis (X1)
mengalami defleksi terbesar pada saat posisi pengujian 305 mm dengan nilai
defleksi sebesar 3,084 mm. Pada batang Panjang (X2), mengalami defleksi
terbesar pada saat posisi pengujian 645 mm dengan nilai defleksi sebesar 2,571
mm. Pada poros (X3) mengalami defleksi terbesar pada saat posisi pengujian 645
mm dengan nilai defleksi sebesar 15,382 mm.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Pemberian atau penambahan beban sangat mempengaruhi defleksi.
2. Jenis tumpuan sangat mempengaruhi harga defleksi.
3. Modulus elastisitas material juga mempengaruhi defleksi

5.2. Saran
Adapun saran yang akan saya sampaikan pada praktikum Defleksi adalah
sebagai berikut.
1. Dikarenakan pandemi covid-19, banyak mahasiswa yang tidak mengerti
mengenai praktikum defleksi, sehingga saya menyarankan agar dilakukan
nantinya pertemuan disebuah kelas agar mahasiswa dapat lebih mengerti
materi tersebut karena disampaikan secara langsung oleh dosen yang
bersangkutan.
2. Jika melakukan praktikum, diharapkan agar memperhatikan alat ukur
indicator harus berada pada titik yang telah ditentukan karena jika tidak
maka hasilnya akan sangat berbeda.

Tugas Sesudah Praktikum


1. Turunkan secara lebih rinci solusi teoritik gaya reaksi tumpuan untuk
konstruksi batang kontinu yang anda telaah di percobaan ini.
Jawab:
- Tumpuan jepit-rol beban ditengah

Ax
MA

Ay By

1
∑ MA =M + By l−P 2
Pl
M= −By l
2

∑ Fx=0
Ax= 0

∑ Fy=0
By = P-0 = P

- Tumpuan jepit-rol beban diujung

P
Ax MA

Ay By

∑ MA =M + By l−P2 l
M =2 Pl−By l

∑ Fx=0
Ax= 0

∑ Fy=0
= Ay + By – P
By= P-0 = P
- Tumpuan Engsel beban ditengah

P
Ax
Ay By

1
∑ MA =By l−P 2
P
By=
2
∑ Fx=0
Ax= 0

∑ Fy=0
Ay + By – P = 0
P
Ay= P -
2
P
Ay=
2
2. Jelaskan bagaimana jam-ukur pada percobaan ini dan terangkan cara kerja
jam ukur.
Jawab:
Jam ukur merupakan alat ukur pembanding yang banyak digunakan dalam
industry permesinan pada bagian produksi maupun pada bagian
pengukuran. Prinsip kerjanya adalah secara mekanis, dimana bergerak
linier dari sensor diubah menjadi gerak putaran pada jarum penunjuk pada
piringan berskala dengan perantara batang bergigi dan susunan roda gigi.
Kecermatan pembaca skala adalah 0.01, 0.05, atau 0.002 dengan kapasitas
ukuran yang berbeda misalnya 20,10,5,2 atau 1 mm.

3. Jelaskan bagaimana cara mengompensasi kesalahan akibat pengabaian


berat penggantung dan anak penggantung beban.
Jawab :
Cara mengompensasi kesalahan tersebut yaitu dengan menambah berat
penggantung dan anak penggantung beban agar dalam pengukuran beban
menjadi sesuai sehingga kesalahan akibat pengabaian berat penggantung
dan anak penggantung beban dapat diminimalisir atau diperkecil.
4. Dari pengolahan data, dapat dipastikan bahwa hasil uji akan mempunyai
perbedaan dengan solusi teoritik, menurut anda, mana yang lebih bisa
dipercaya? Beri argumentasi secukupnya. Selain itu, coba anda uraikan
berbagai sumber yang berkontribusi terhadap perbedaaan hasil tersebut di
atas.
Jawab :
Menurut saya, solusi pengujian lebih bisa dipercaya. Karena solusi teoritik
menggunakan persamaan dan pendekatan yang terkadang tidak sesuai
dengan kenyataannya atau diluar logika.
LAPORAN PRAKTIKUM 
FENOMENA DASAR
TA 2020-2021 
MODUL 02
GOVERNOR

Disusun Oleh 
CHRIST NICOLAS FEDERICO PARAPAT 
1807113245

LABORATORIUM KONSTRUKSI MESIN


PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN S1
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada mesin-mesin penggerak mula, sering kali harus beroperasi pada
kondisi putaran yang relative konstan dengan daya yang bervariasi hingga
diperlukan suatu alat untuk dapat mengatur kecepatan. Pada hal ini, terdapat suatu
alat yang dapat mengatasi permasalahan tersebut. Alat tersebut yaitu governor.
Governor merupakan alat kontrol otomatis yang selalu berperan dalam mengatur
dan mengendalikan mesin.
Pada praktikum fenomena dasar (FDM), pengujian governor diperlukan
untuk membandingkan nilai dan hasil kecepatan poros yang digunakan secara
teoritis dan eksperimen dengan memperhatikan gerak bebas dan frekuensi
naturalnya.

1.2. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum governor adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui karakteristik pengatur (governor) dengan membuat grafik
yang menyatakan hubungan antara kecepatan poros dengan posisi
sleeve untuk berbagai beban.
2. Menentukan daerah stabil dan tidak stabil dari governor.
3. Menentukan gaya sentrifugal yang ditimbulkan dengan gaya tekan
pegas pada flyball.
4. Menerapkan konsep penguraian gaya truss dan frame pada konstruksi
governor.

1.3. Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari pelaksanaan praktikum governor ini adalah
sebagai berikut.
1. Dapat mengetahui prinsip kerja dari alat governor dan dapat
menggunakannya secara langsung.
2. Dapat menerapkan prinsip kerja governor dalam kehidupan sehari-hari
terutama dalam bidang permesinan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Dasar


2.1.1. Definisi Governor
Governor merupakan sebuah alat kontrol otomatis yang selalu
berperan mengatur dan mengendalikan mesin. Governor disebut juga speed
limiter karena dapat mengukur dan mengatur kecepatan suatu mesin.

2.1.2. Jenis-Jenis Governor


Adapun jenis-jenis governor adalah sebagai berikut
1. Porter Governor
Pada governor jenis ini, ketika poros berputar maka sleeve akan
naik ke atas dan kedua beban akan merenggang dengan dorongan
dari sleeve yang dihubungkan melalui link.

Gambar 2.1. Porter governor

2. Proel Governor
Pada governor jenis ini, ketika poros berputar maka sleeve akan
naik ke atas dan kedua beban akan merenggang tegak lurus
terhadap link penghubung dengan dorongan dari sleeve yang
dihubungkan melalui link.

Gambar 2.2. Proel Governor

3. Hartnell Governor
Pada governor jenis ini, ketika poros berputar maka beban akan
ditumpu oleh pegas akan turun kebawah dan kedua beban
disamping akan menyeimbangkan proses tersebut agar putaran
yang terjadi tetap stabil.
Gambar 2.3. Hartnell Governor

2.1.3. Gaya-Gaya pada Governor


Adapun gaya-gaya yang terdapat pada governor adalah sebagai
berikut.
1. Gaya Sentrifugal
Gaya sentrifugal merupakan gaya yang ditimbulkan akibat
adanya gerakan suatu benda atau partikel sebuah lintasan
lengkung sehingga gaya yang ditimbulkan keluar lingkaran.
Besaran gaya sentrifugal adalah sebagai berikut.

F= m . V2 / R ………………………………………………..(1)

Gambar 2.4. Gaya Sentrifugal

2. Gaya Sentripental
Gaya sentripental merupakan gaya yang dibutuhkan agar benda
dapat bisa bergerak melingkar. Jika arah sentrifugal mengarah
keluar maka arah gaya sentripental mengarah kedalam lingkaran.
Besaran gaya sentripental adalah sebagai berikut.

F= m. w2.R ……………………………………………….(2)
Gambar 2.5. Gaya Sentripental

3. Gaya Tangensial
Gaya tangensial merupakan gaya yang bekerja sejajar dengan
bidang penampang potong atau tegak lurus terhadap sumbu
batang. Besaran gaya tangensial adalah sebagai berikut.

F= T/dp/2 (kg) ……………………………………………(3)

Gambar 2.6. Gaya Tangensial

2.1.4. Rumus Governor


Pada governor, besarnya kecepatan sudut dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan

2π n
W= ………………………………………………………(4)
60

Dimana:
W= Kecepatan sudut (rad/sec)
n= Putaran poros (rpm)
2.2. Teori Dasar Alat Uji
2.2.1. Governor
Governor merupakan suatu komponen pada motor yang berfungsi
untuk mengontrol kecepatan suatu mesin. Oleh karena itu governor disebut
juga sebagai pengatur.

2.2.2. Sabuk
Sabuk merupakan komponen yang berfungsi untuk memungkinkan
terjadinya slip akan semakin mengecil sehingga dapat diabaikan.

2.2.3. Motor Listrik


Motor listrik merupakan sebuah perangkat elektromagnetis yang
mengubah energi listrik menjadi energi mekanik.

2.2.4. Tachometer
Tachometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
kecepatan yang memungkinkan dapat diakses secara langsung.

2.2.5. Voltage Regulator ( Pengatur Ruangan )


Voltage regulator merupakan suatu alat yang digunakan untuk
mengatur tegangan, dimana alat ini bekerja dengan cara menerima tegangan
dari sumber tegangan listrik dan keluarannya dapat diatur sesuai kebutuhan.
BAB III
METODOLOGI

3.1. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang kita gunakan adalah sebagai berikut.
- Alat uji governor
- Jangka ukur
- Tachometer
- Mistar
- Beban
- Kunci Pas 17
- Slide regulator

3.2. Prosedur Percobaan


Adapun prosedur percobaan pada praktikum governor adalah sebagai
berikut.
1. Hubungkan rangkaian motor pada alat uji governor dengan slide
regulator.
2. Atur tegangan masukan ke motor menggunakan slide regulator hingga
motor listrik berputar.
3. Amati dan ukur kecepatan putaran motor dengan menggunakan
tachometer.
4. Tempatkan sleeve pada skala ukur dan ukur kecepatan putar pada
setiap skala.
5. Lanjutkan pengamatan dengan menvariasikan massa flyball.

BAB Ⅳ
PEMBAHASAN

4.1 Data Pengujian


No. Massa X0 Putaran Poros Pemendekan Pegas
(Kg) (mm) (rpm) (mm)
125 V 150 V 125 V 150 V
1 0,13 180 365,7 368,8 54 55
2 0,39 180 360,6 363,7 84 85
3 0,53 180 358,3 359,2 90 91

4.2 Pengolahan Data


4.2.1Massa = 0,13 Kg
a. Gaya sentrifugal percobaan
Panjang awal = 180 mm = 0,18 m
g = 9,81 m/s2
 Rata-rata pemendekan
∆ x 125V + ∆ x 150 V 54 +55
∆ x= = =54,5 mm=0,0545 m
2 2
 Gaya pengujian
m
F=m× g=0,13 kg ×9,81 =1,275 N
s2
 Kekakuan pegas
m
0,13 kg × 9,81
m× g s2
k= = =23,4 N /m
∆x 0,0545m
 Panjang akhir pegas
Dengan tegangan 125 V
L= X 0−Pemendekan=0,18 m−0,054 m=0,126 m
Dengan tegangan 150 V
L= X 0−Pemendekan=0,18 m−0,055 m=0,125m

b. Gaya sentrifugal teoritis


Dengan tegangan 125 V
 Sudut θ
( panjang akhir )2 ( 0,126 m )2
cos θ= = =0,221
2× panjang akhir × panjang lengan flyball 2 ×0,126 m× 0,285 m
θ=cos−1 ( 0,221 )=77,23 °
 Panjang governor
r =panjang lengan flyball × sin θ=0,285 m ×sin 77,23 °=¿ 0,278 m¿
 Kecepatan putar poros
2π 2 ∙ 3,14
ω= N= ∙ 365,7 rpm=38,277 rad / s
60 60
 Gaya sentrifugal
2 rad 2
Fs=mr ω =0,13 kg × 0,278 m×(38,277 ) =52,939 N
s
Dengan tegangan 150 V
 Sudut θ
( panjang akhir )2 ( 0,125m )2
cos θ= = =0,219
2× panjang akhir × panjang lengan flyball 2 ×0,125 m× 0,285 m
θ=cos−1 ( 0,219 ) =77,34 °
 Panjang governor
r =panjang lengan flyball × sin θ=0,285 m ×sin 77,33 °=¿ 0,278 m¿
 Kecepatan putar poros
2π 2 ∙ 3,14
ω= N= ∙ 368,8 rpm=38,601 rad /s
60 60

 Gaya sentrifugal
2 rad 2
Fs=mr ω =0,13 kg × 0,278 m×(38,601 ) =53,862 N
s

4.2.2Massa = 0,39 Kg
a. Gaya sentrifugal percobaan
Panjang awal = 180 mm = 0,18 m
g = 9,81 m/s2
 Rata-rata pemendekan
∆ x 125V + ∆ x 150 V 84+85
∆ x= = =84,5 mm=0,0845 m
2 2
 Gaya pengujian
m
F=m× g=0,39 kg ×9,81 =3,826 N
s2
 Kekakuan pegas
m
0,39 kg × 9,81
m× g s2
k= = =45,277 N /m
∆x 0,0845m
 Panjang akhir pegas
Dengan tegangan 125 V
L= X 0−Pemendekan=0,18 m−0,084 m=0,096 m
Dengan tegangan 150 V
L= X 0−Pemendekan=0,18 m−0,085 m=0,095m

b. Gaya sentrifugal teoritis


Dengan tegangan 125 V
 Sudut θ
( panjang akhir )2 ( 0,096 m )2
cos θ= = =0,168
2× panjang akhir × panjang lengan flyball 2 ×0,096 m× 0,285 m
θ=cos−1 ( 0,168 ) =80,32°
 Panjang governor
r =panjang lengan flyball × sin θ=0,285 m ×sin 80,30 °=¿ 0,28 m ¿
 Kecepatan putar poros
2π 2 ∙ 3,14
ω= N= ∙ 360,6 rpm=37,743 rad / s
60 60
 Gaya sentrifugal
2 rad 2
Fs=mr ω =0,39 kg × 0,28 m×(37,743 ) =156,073 N
s

Dengan tegangan 150 V


 Sudut θ
( panjang akhir )2 ( 0,095m )2
cos θ= = =0,167
2× panjang akhir × panjang lengan flyball 2 ×0,095 m× 0,285 m
θ=cos−1 ( 0,167 )=80,38 °
 Panjang governor
r =panjang lengan flyball × sin θ=0,285 m ×sin 80,40 °=¿ 0,281 m¿
 Kecepatan putar poros
2π 2 ∙ 3,14
ω= N= ∙ 363,7 rpm=38,067 rad / s
60 60
 Gaya sentrifugal
2 rad 2
Fs=mr ω =0,39 kg × 0,281m ×(38,067 ) =158,816 N
s

4.2.3Massa = 0,53 Kg
a. Gaya sentrifugal percobaan
Panjang awal = 180 mm = 0,18 m
g = 9,81 m/s2
 Rata-rata pemendekan
∆ x 125V + ∆ x 150 V 90+91
∆ x= = =90,5 mm=0,0905 m
2 2
 Gaya pengujian
m
F=m× g=0,53 kg ×9,81 =5,199 N
s2
 Kekakuan pegas
m
0,53 kg × 9,81
m× g s2
k= = =57,451 N /m
∆x 0,0905m
 Panjang akhir pegas
Dengan tegangan 125 V
L= X 0−Pemendekan=0,18 m−0,09 m=0,09m
Dengan tegangan 150 V
L= X 0−Pemendekan=0,18 m−0,091 m=0,089 m

b. Gaya sentrifugal teoritis


Dengan tegangan 125 V
 Sudut θ
( panjang akhir )2 ( 0,09m )2
cos θ= = =0,158
2× panjang akhir × panjang lengan flyball 2 ×0,09 m× 0,285 m
θ=cos−1 ( 0,158 ) =80,91°
 Panjang governor
r =panjang lengan flyball × sin θ=0,285 m ×sin 80,91 °=¿ 0,281 m¿
 Kecepatan putar poros
2π 2 ∙ 3,14
ω= N= ∙ 358,3 rpm=37,502 rad /s
60 60
 Gaya sentrifugal
2 rad 2
Fs=mr ω =0,53 kg × 0,281m ×(37,502 ) =209,773 N
s
Dengan tegangan 150 V
 Sudut θ
( panjang akhir )2 ( 0,089m )2
cos θ= = =0,156
2× panjang akhir × panjang lengan flyball 2 ×0,089 m× 0,285 m
θ=cos−1 ( 0,156 ) =81,02°
 Panjang governor
r =panjang lengan flyball × sin θ=0,285 m ×sin 81,02 °=¿ 0,281 m¿
 Kecepatan putar poros
2π 2 ∙ 3,14
ω= N= ∙ 359,2 rpm=37,596 rad /s
60 60
 Gaya sentrifugal
2 rad 2
Fs=mr ω =0,53 kg × 0,281m ×(37,596 ) =210,887 N
s
N Rata- F Sudut (θ) r (m) F Sentrifugal Kekak Panjang
o. rata (N) (N) uan akhir
pemend pegas pegas
ekan (N/m) (m)
125 150 125 150 125 150 125 150
(m)
V V V V V V V V
1 0,0545 1,27 77, 77, 0,2 0,2 52,9 53,8 23,4 0,1 0,1
53 23 34 78 78 39 62 26 25
2 0,0845 3,82 80, 80, 0,2 0,2 156, 158, 45,27 0,0 0,0
59 32 38 81 81 073 816 7 96 95
3 0,0905 5,19 80, 81, 0,2 0,2 209, 210, 57,45 0,0 0,0
93 91 02 81 81 773 887 9 89

4.3. Analisa
Berdasarkan dari data-data yang diperoleh dari praktikum governor,
terdapat 3 jenis beban dengan berat masing-masing nya berbeda. 3 beban tersebut
mempunyai nilai yaitu 0,13 kg, 0,39 kg, dan 0,53 kg. ketiga beban tersebut
mempunyai Panjang awal sebesar 180 mm dan semuanya diberikan tegangan 125
V dan 150 V.
Pada beban pertama (0,13 kg), mempunyai rata-rata pemendekan sebesar
0,0545 m. Gaya pengujian pada beban pertama yaitu 1,2753 N. Kekakuan pegas
yaitu sebesar 23,4 N/m. Pada tegangan 125 V, Panjang akhir pegas sebesar 0,126
m, sudut sebesar 77,23°, Panjang governor sebesar 0,278 m, kecepatan poros
sebesar 38,27 rad/s, gaya sentrifugal yang dihasilkan adalah sebesar 52,93 N.
Sedangkan Pada tegangan 150 V, Panjang akhir pegas sebesar 0,125 m, sudut
sebesar 77,34°, Panjang governor sebesar 0,278 m, kecepatan poros sebesar 38,60
rad/s, gaya sentrifugal yang dihasilkan adalah sebesar 53,62 N.
Pada beban kedua (0,39 kg), mempunyai rata-rata pemendekan sebesar
0,0845 m. Gaya pengujian pada beban kedua yaitu 3,8259 N. Kekakuan pegas
yaitu sebesar 45,2 N/m. Pada tegangan 125 V, Panjang akhir pegas sebesar 0,096
m, sudut sebesar 80,32°, Panjang governor sebesar 0,281 m, kecepatan poros
sebesar 37,74 rad/s, gaya sentrifugal yang dihasilkan adalah sebesar 156,07 N.
Sedangkan Pada tegangan 150 V, Panjang akhir pegas sebesar 0,095 m, sudut
sebesar 80,38°, Panjang governor sebesar 0,281 m, kecepatan poros sebesar 38,06
rad/s, gaya sentrifugal yang dihasilkan adalah sebesar 158,81 N.
Pada beban ketiga (0,53 kg), mempunyai rata-rata pemendekan sebesar
0,0905 m. Gaya pengujian pada beban ketiga yaitu 5,1993 N. Kekakuan pegas
yaitu sebesar 57,4 N/m. Pada tegangan 125 V, Panjang akhir pegas sebesar 0,09
m, sudut sebesar 80,91°, Panjang governor sebesar 0,281 m, kecepatan poros
sebesar 37,50 rad/s, gaya sentrifugal yang dihasilkan adalah sebesar 209,77 N.
Sedangkan Pada tegangan 150 V, Panjang akhir pegas sebesar 0,089 m, sudut
sebesar 81,02°, Panjang governor sebesar 0,281 m, kecepatan poros sebesar 37,59
rad/s, gaya sentrifugal yang dihasilkan adalah sebesar 210,88 N.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Nilai gaya sentrifugal dipengaruhi oleh kecepatan putar dari governor
dan beban yang diberikan.
2. Gaya sentrifugal dengan beban sebanding lurus oleh karena itu jika
kecil beban yang diberikan, maka gaya sentrifugal juga akan
mempunyai nilai yang kecil.
3. Kecepatan putar poros sangat mempengaruhi pemendekan sleeve.

5.2. Saran
Adapun saran yang akan saya sampaikan pada praktikum Defleksi adalah
sebagai berikut.
1. Dikarenakan pandemi covid-19, banyak mahasiswa yang tidak mengerti
mengenai praktikum governor, sehingga saya menyarankan agar dilakukan
nantinya pertemuan disebuah kelas agar mahasiswa dapat lebih mengerti
materi tersebut karena disampaikan secara langsung oleh dosen yang
bersangkutan.
2. Dalam melakukan pengukuran, harus dilakukan dengan teliti agar
mendapatkan data yang akurat.
LAPORAN PRAKTIKUM 
FENOMENA DASAR
TA 2020-2021 

MODUL 03
GETARAN BEBAS

Disusun Oleh 
CHRIST NICOLAS FEDERICO PARAPAT 
1807113245

LABORATORIUM KONSTRUKSI MESIN


PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN S1
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berfikir
manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang pula. Ditambah
dengan Pendidikan yang mapan, kita mungkin dapat berpikir kritis, kreatif, dan
produktif. Sama dengan halnya perkembangan teknologi dibidang konstruksi.
Mulai dari rancangan konstruksi, rancangan struktur otomotif, dan lain-lain. Dari
rancangan konstruksi tersebut, diperlukan suatu ilmu yang penting demi
memenuhi safety factor, yaitu ilmu getaran. Getaran merupakan Gerakan bolak
balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak
osilasi benda dan gaya yang berhubungan dengan gaya tersebut. Parameter-
parameter dari setiap karakteristik getaran bebas satu derajat kebebasan yaitu
frekuensi, amplitudo, dan periode yang tidak dapat diketahui secara langsung.
Dengan dilaksanakannya praktikum getaran bebas, maka dapat memahami
dan dapat diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari.

1.2. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum getaran bebas adalah sebagai berikut.
1. Memahami fenomena getaran bebas baik tak teredam maupun teredam
beserta segala atributnya seperti frekuensi pribadi, redaman viskos, dan
redaman coulomb (redaman karena efek gesekan).
2. Mengetahui berbagai cara untuk menentukan parameter system getaran
seperti konstanta kekakuan pegas dan koefisien redaman viskos
melalui eksperimen.
3. Membandingkan solusi teoretik dengan hasil eksperimen.

1.3. Manfaat
Manfaat yang diterima dari praktikum getaran bebas adalah sebagai
berikut.
1. Memahami fenomena yang terjadi pada getaran bebas.
2. Dapat mengidentifikasi kondisi suatu mesin yang mengalami getaran
bebas pada kondisi nyata.
3. Dapat mengetahui berbagai cara menentukan parameter system
getaran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Dasar


2.1.1. Definisi Getaran
Getaran merupakan gerakan translasi (bolak-balik) dalam suatu interval
waktu tertentu. Getaran dapat didefinisikan sebagai gerakan osilasi dari system
mekanik disekitaran titik atau posisi seimbang. Getaran dapat dievaluasi menjadi
3 aspek, yaitu:
1. Velocity adalah kecepatan
2. Acceleration adalah percepatan
3. Displacement adalah pergeseran

2.1.2. Karakteristik Getaran


Karakteristik- karakteristik pada getaran adalah sebagai berikut.
1. Amplitudo (A)
Merupakan simpangan yang terbesar dari posisi keseimbangan, yaitu
nilai maksimum dari A sama dengan satuan meter (m).
2. Periode (T)
Merupakan waktu yang dibutuhkan untuk menempuh satu lintasan
bolak-balik (siklus) dengan satuan detik (s).
3. Frekuensi (f)
Merupakan banyaknya siklus (getaran) yang dilakukan dalam satuan
waktu, dengan satuan Hz.

2.1.3. Jenis Getaran


Pada umumnya, getaran terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Getaran bebas
Getaran bebas terjadi jika system berosilasi karena bekerjanya gaya
yang ada dalam system itu sendiri dan jika ada gaya luas yang
bekerja. Getaran bebas dibagi menjadi 2 yaitu getaran bebas tanpa
redaman dan getaran bebas dengan redaman.
a. Getaran bebas tanpa redaman
Terjadi akibat adanya gaya yang bekerja dalam system itu
sendiri dan mengakibatkan berosilasi serta tidak ada gaya luar
yang bekerja.

Gambar 2.1. Getaran bebas tanpa redaman


b. Getaran Bebas dengan redaman
System yang bergetar mengalami redaman sampai derajat
tertentu karena energi didisipasi oleh gesekan dan tahanan lain.
Redaman sangat penting untuk membatasi amplitudo osilasi
waktu resonasi. Jika redaman kecil, maka pengaruhnya sangat
kecil pada frekuensi natural system dan hitungan hitungan
frekuensi natural biasanya tidak ada redaman.

Gambar 2.2. Getaran bebas dengan redaman

2. Getaran Paksa
Getaran paksa merupakan getaran yang terjadi karena rangsangan
gaya luar. Jika rangsangan tersebut berosilasi maka system dipaksa
untuk bergetar pada frekuensi ransangan. Jika frekuensi rangsangan
sama dengan salah satu frekuensi natural system, maka akan dapat
keadaan resonasi dan osilasi besar yang berbahaya mungkin terjadi.

2.1.4. Jenis-Jenis Redaman


Ada beberapa jenis redaman , antara lain sebagai berikut.
1. Redaman viskos
Redaman viskos merupakan jenis redaman mekanik dimana energi
diserap melalui sejumlah fluida air.

Gambar 2.3. Redaman viskos

2. Redaman Coulomb
Redaman coulomb merupakan redaman yang memiliki besaran
konstan tetapi arahnya berlawanan dengan getaran bodi.

Gambar 2.4. Redaman Coulomb

3. Redaman Struktur
Redaman struktur merupakan jenis redaman yang terdapat pada
struktur dari sebuah benda. Apabila sebuah system system tidak
memiliki redaman struktur, maka system akan bergerak secara
kontinu selama-lamanya.
Gambar 2.5. Redaman Struktur

2.2. Teori Dasar Alat Uji


2.2.1. Motor DC
Motor DC digunakan untuk menggerakkan massa tak seimbang yang
digunakan untuk mengeksitasi system massa pegas untuk bergetar secara paksa.

2.2.2. Beam
Beam merupakan massa yang digunakan pada alat peraga getaran.
Perubahan massa dapat diatur dengan pergeseran posisi pegas dimana pegas
dikaitkan.

2.2.3. Pegas dan Redaman


Agar menghasilkan getaran, pegas harus mampu memberikan gaya
bolak-balik pada massa beam. Pegas terdiri atas 2 yaitu pegas tarik dan pegas
tekan. Pegas tarik sama sekali tidak bisa menghasilkan gaya tekan, sedangkan
pegas tekan bisa menghasilkan gaya tarik, namun tak sebaik apabila
dibandingkan dengan gaya tekannya.
Peredam merupakan suatu alat yang dapat menghasilkan gaya reaksi bila
diberikan kecepatan kepadanya. Adapun tujuan penggunaan peredam adalah
untuk menyerap energi mekanik dan mengeluarkan dari system.

2.2.4. Mikrometer Sekrup dan Platina Kontak


Mikrometer sekrup merupakan sebuah alat ukur besaran Panjang yang
cukup presisi. Mikrometer mempunyai tingkat ketelitian 0,01 mm. mikrometer
sekrup digunakan untuk mengukur diameter benda melingkar yang kecil.
Platina kontak merupakan alat yang berfungsi untuk menghubungkan dan
memutuskan arus primer daru baterai ke kunci kontak ke koil sampai ke massa.

2.2.5. Stabilizer
Stabilizer merupakan alat yang berfungsi untuk menstabilkan tegangan
atau daya yang masuk kedalam alat peraga.

2.2.6. Tachometer Display


Tachometer display merupakan alat yang berfungsi untuk menunjukkan
besar putaran atau RPM motor listrik yang pada alat peraga disebut motor speed
control.

BAB III
METODOLOGI

3.1. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang kita gunakan adalah sebagai berikut.
1. Alat uji getaran bebas
2. Adaptor AC DC
3. Beban
- Beban 39 gr
- Beban 64 gr
4. 3 buah pegas tingkat kekakuan sama
5. Kertas

3.2. Prosedur Percobaan


Adapun prosedur percobaan pada praktikum defleksi adalah sebagai
berikut.
1. Beri simpangan tertentu pada system getaran (batang) dan lepaskan.
2. Pena pencatat dikontakkan pada kertas pencatat.
3. Drum pembawa kertas diaktifkan.
4. Batang digetarkan dan getarannya dapat diamati dengan merekam
perpindahan yang bebas pada kertas pencatat.
5. Setelah rekaman data getaran diperoleh, drum pembawa kertas
dinonaktifkan.
6. Variasikan kekakuan dan posisi pegas terhadap batang.
7. Amati fenomena getaran bebas teredam dengan memberikan damper
(peredam) pada batang.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Data Pengujian


4.1.1 1 Pegas
a. Massa 39 gram tanpa redaman
t1 = 1,93 s
l1 = 1682 mm
A-B = 410 mm
x1 =16 mm
x2 = 14 mm

b. Massa 39 gram dengan redaman


t1 = 1,3 s
l1 = 434 mm
A-B = 90 mm
x1 =10 mm
x2 = 7 mm

c. Massa 64 gram tanpa redaman


t1 = 1,4 s
l1 = 655 mm
A-B = 161 mm
x1 = 8 mm
x2 = 3 mm

d. Massa 39 gram dengan redaman


t1 = 1,4 s
l1 = 553 mm
A-B = 145 mm
x1 = 11 mm
x2 = 5 mm
4.1.2 2 Pegas
a. Massa 39 gram tanpa redaman
t1 = 2,2 s
l1 = 953 mm
A-B = 86 mm
x1 = 20 mm
x2 = 23 mm

b. Massa 39 gram dengan redaman


t1 = 1,81 s
l1 = 464 mm
A-B = 90 mm
x1 = 10 mm
x2 = 7 mm
c. Massa 64 gram tanpa redaman
t1 = 2,67 s
l1 = 1685 mm
A-B = 245 mm
x1 = 19 mm
x2 = 17 mm

d. Massa 64 gram dengan redaman


t1 = 2,3 s
l1 = 1624 mm
A-B = 196 mm
x1 = 9 mm
x2 = 8 mm

4.1.3 3 Pegas
a. Massa 39 gram tanpa redaman
t1 =2s
l1 = 1045 mm
A-B = 86 mm
x1 = 20 mm
x2 = 23 mm
b. Massa 39 gram dengan redaman
t1 = 1,8 s
l1 = 610 mm
A-B = 69 mm
x1 = 13 mm
x2 = 15 mm

c. Massa 64 gram tanpa redaman


t1 = 1,6 s
l1 = 839 mm
A-B = 62 mm
x1 = 15 mm
x2 = 12 mm
d. Massa 64 gram dengan redaman
t1 = 2,3 s
l1 = 844 mm
A-B = 62 mm
x1 = 15 mm
x2 = 12 mm

4.2 Pengolahan Data


Contoh perhitungan pada setiap percobaan
a. Massa 39 gram tanpa redaman pada 1 pegas
Diketahui : t1 = 1,93 s
l1 = 1682 mm
A-B = 410 mm
x1 = 16 mm
x2 = 14 mm
k = 1769,99 N/m
Penyelesaian :
 Frekuensi pribadi (teoritis)
k 1769,99 N /m
ω n=
m

√ √
=
0,039 kg
2 ∙ 3,14
=33,923 Hz

 Kecepatan
l 1,682 m
v= 1 = =0,871 m/s
t 1 1,93 s
 Panjang gelombang
v 0,871 m/s
λ= = =0,026 m
f 33,923 Hz
 Frekuensi pribadi (aktual)
v 0,871 m/ s
ω n= = =33,923 Hz
λ 0,026 m

b. Massa 39 gram dengan redaman pada 1 pegas


Diketahui : t1 = 1,3 s
l1 = 434 mm
A-B = 90 mm
x1 =10 mm
x2 = 7 mm
k = 1769,99 N/m
Penyelesaian :
 Zeta
x1 0,01 m
δ =ln =ln =0,357 m
x2 0,007 m
δ 0,357 m
ζ= = =0,057 m
2 π 2∙ 3,14
 Redaman
N

c=2ζ √ km=2 ∙ 0,057 m∙ 1769,99
m
∙ 0,039 kg=0,944

 Frekuensi pribadi (teoritis)


k 1769,99 N /m
ω n=
m

√ √
=
0,039 kg
2 ∙ 3,14
=33,923 Hz

 Frekuensi pribadi (aktual)


N

ω n=√ 1−ζ 2 ∙
k
m

(√ ) 2
=√ 1−( 0,057 m) ∙ (√ )
1769,99
0,039 kg
2 ∙3,14
m
=33,868 Hz

Tabel 4.1. Massa 39 gram tanpa redaman


Jumla Mass k t l1 ωn v λ ωn
h a (N/m) (s) (Teoritis) (m/s (m) (Aktual)
pegas (kg) (Hz) ) (Hz)
1 0,03 1769,9 1,9 1,68 33,923 0,87 0,02 33,923
9 9 3 2 1 6
2 0,03 3539,9 2,2 0,95 47,974 0,43 0,00 47,974
9 8 3 3 9
3 0,03 5309,9 2 1,04 58,756 0,52 0,00 58,756
9 7 5 2 9

Tabel 4.2. Massa 39 gram dengan redaman


Jum Ma k t l1 x1 x2 δ ζ c ωn ωn
lah ssa (N/ (s) (Teoritis (Aktual
peg (kg m) )(Hz) )(Hz)
as )
1 0,0 1769 1, 0,4 0,0 0,0 0,3 0,0 0,9 33,923 33,868
39 ,99 3 34 1 07 57 57 44
2 0,0 3539 1, 0,4 0,0 0,0 0,3 0,0 1,3 47,974 47,897
39 ,98 81 64 1 07 57 57 35
3 0,0 5309 1, 0,6 0,0 0,0 - - - 58,756 58,741
39 ,97 8 1 13 15 0,1 0,0 0,6
431 23 56

Tabel 4.3. Massa 64 gram tanpa redaman


Juml Mas k t l1 ωn v λ (m) ωn
ah sa (N/m (s) (Teoritis) (m/s) (Aktual)
pega (kg) ) (Hz) (Hz)
s
1 0,06 1769, 1,4 0,655 26,48108 0,467 0,017 26,48108
4 99 502 857 668 502
2 0,06 3539, 2,6 1,685 37,44990 0,631 0,016 37,44990
4 98 7 958 086 851 958
3 0,06 5309, 1,6 0,839 45,86658 0,524 0,011 45,86658
4 97 469 375 433 469

Tabel 4.4. Massa 64 gram dengan redaman


Jum Ma k t l1 x1 x2 Δ ζ c ωn ωn
lah ssa (N/ (s (Teoritis (Aktual
peg (kg m) ) )(Hz) )(Hz)
as )
1 0,0 1769 1, 0,5 0,0 0,0 0,7 0,1 2,6 26,481 26,271
64 ,99 4 53 11 05 88 26 72
2 0,0 3539 2, 1,6 0,0 0,0 0,1 0,0 0,5 37,45 37,443
64 ,98 3 24 09 08 18 19 65
3 0,0 5309 2, 0,8 0,0 0,0 0,2 0,0 1,3 45,867 45,838
64 ,97 3 44 15 12 23 35 1

4.3 Analisa Data


4.3.1. Tanpa Redaman

Hasil Pengujian Tanpa Redaman Beban 39 gram


70

60

50
Frekuensi Pribadi (Hz)

40
Frekuensi Pribadi Teoritis
30 Frekuensi Pribadi Aktual

20

10

0
1 2 3
Jumlah Pegas
Hasil Pengujian Tanpa Redaman Beban 64 gram
50
45
40
35
Frekuensi Pribadi (Hz)

30
Frekuensi Pribadi Teoritis
25
Frekuensi Pribadi Aktual
20
15
10
5
0
1 2 3
Jumlah Pegas

4.3.2. Dengan Redaman

Hasil Pengujian Dengan Redaman Beban 39 gram

70

60

50
Frekuensi Pribadi (Hz)

Frekuensi Pribadi Teoritis


40
Frekuensi Pribadi Aktual
30

20

10

0
1 2 3
Jumlah Pegas
Hasil Pengujian Dengan Redaman Beban 64 gram

50
45
40
35
Frekuensi Pribadi (Hz)

30 Frekuensi Pribadi Teoritis


25 Frekuensi Pribadi Aktual
20
15
10
5
0
1 2 3
Jumlah Pegas

Adapun analisa yang diperoleh dari hasil pengujian praktikum dalam


bentuk data dan juga grafik yang dapat dilihat dari data diatas, untuk hasil
frekuensi pribadi aktual dan teoritis memiliki data hasil yang bisa dikatakan sama.
Untuk data hasil perhitungan massa 39 gram dengan 64 gram menunjukkan
perbedaan yang besar, nilai dari frekuensi pribadi pada massa massa 39 gram
lebih besar dibandingkan dengan massa 64 gram. Hal ini karena massa sangat
mempengaruhi nilai dari frekuensi pribadi. Bebarapa hal lain yang mempengaruhi
besarnya nilai frekuensi pribadi tiap pegas, karena pengujian menggunakan
jumlah pegas yang berbeda dan besarnya nilai konstanta kekakuan pegas juga
dapat mempengaruhi data hasil yang didapatkan.

Pada percobaan yang kedua, yaitu saat percobaan dengan redaman, nilai
Zeta juga berpengaruh terhadap jumlah pegas (konstanta) dan massa benda. Zeta
berbanding lurus dengan jumlah pegas maupun massa bendanya. Frekuensi
pribadinya untuk yang menggunakan redaman nilainya tidak jauh berbeda naik
turunnya nilai frekuensi tidak terlalu besar. Hal ini dikarenakan adanya redaman
yang berfungsi sebagai mengurangi besarnya frekuensi getaran yang terjadi. Hal
ini juga dikarenakan adanya koefisien damping yang mempengaruhi perubahan
nilai frekuensi getaran bebas dengan menggunakan redaman.

Pada perhitungannya, pegas tanpa redaman menghasilkan nilai frekuensi


pribadi aktual yang berbeda dengan nilai frekuensi pribadi aktual yang diberi
redaman, baik itu penggunaan 1 pegas, 2 pegas, ataupun yang 3 pegas. Perbedaan
tersebut terjadi karena pada pegas yang tidak diberi redaman sama sekali tidak
menggunakan nilai X1 atau X2 (tinggi gelombang 1 dan tinggi gelombang 2). Ini
dibuktikan pada perhitungan yang dibuat pada data perhitungan. Hal tersebut
tentunya menyebabkan terjadinya perbedaan hasil frekuensi pribadi aktual dari
setiap pecobaan dan perhitungannya. Namun perbedaan yang diperoleh tidak
terlalu besar, karena redaman hanya sedikit mengurangi efek getaran yang
diterima.

Dilihat dari hasil pembacaan getaran yang digambarkan oleh gelombang,


semakin banyak pegas yang digunakan untuk menahan beban, maka jumlah
gelombang yang dihasilkan semakin banyak, namun lamda akan semakin kecil.
Ini berlaku untuk yang menggunakan peredam ataupun yang tidak menggunakan
peredam. Jika lamda semakin kecil, maka simpangan (amplitudo) akan semakin
besar. Semakin banyak gelombang yang dihasilkan , maka waktu yang dibutuhkan
semakin sedikit dan frekuensinya juga akan semakin kecil nilanya.

Dari jumlah pegas yang digunakan, itu juga mempengaruhi frekuensi


pribadi yang didapat. Pegas yang disusun secara paralel dari satu hingga tiga
pegas. Dari ini, kita dapat mengetahui bahwa semakin banyak pegas yang
digunakan ketika disusun secara paralel, maka semakin besar pula nilai kekakuan
yang dimiliki. Hal ini menyebabkan semakin besar pula frekuensi pribadinya,
karena semakin besar nilai kekakuan pegas maka semakin besar pula nilai
frekuensi pribadinya.

Jadi, dapat disimpulkan untuk keseluruhannya bahwa, nilai konstanta


pegas, massa pembebanan, perlakuan terhadap pembebanan dan adanya redaman
yang diberikan sangat berpengaruh. Diantaranya jika nilai pembebanan besar,
maka nilai regangan yang dihasilkan juga akan semakin besar. Peredam yang
digunakan juga sangat penting dalam melakukan percobaan, karena tugas
peredam yaitu memperkecil terjadinya getaran yang membuat regangan dari pegas
menjadi terjaga. Untuk waktu yang dibutuhkan sampai getaran menjadi
kesetimbangan, semakin banyak jumlah pegas yang digunakan maka semakin
besar frekuensi pribadinya.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Semakin banyak pegas maka semakin besar frekuensi pribadinya.
2. Semakin berat beban maka frekuensi semakin kecil.
3. Penggunaan peredam pada suatu system yang diberikan simpangan
dapat mengurangi getaran atau amplitudo yang tinggi.

5.2. Saran
Adapun saran yang akan saya sampaikan pada praktikum Getaran Bebas
adalah sebagai berikut.
1. Dikarenakan pandemi covid-19, banyak mahasiswa yang tidak
mengerti mengenai praktikum getaran bebas, sehingga saya
menyarankan agar dilakukan nantinya pertemuan disebuah kelas agar
mahasiswa dapat lebih mengerti materi tersebut karena disampaikan
secara langsung oleh dosen yang bersangkutan.
2. Dalam pengambilan data harus dilakukan dengan teliti agar
mendapatkan hasil yang akurat.
Tugas Sesudah Praktikum

1. Turunkan solusi persamaan diferensial gerak sistem getaran bebas yang


dinyatakan di persamaan (3.7) untuk kondisi awal berupa simpangan .
Jawab :
1
Diketahui : I o= M L2
12
sinsinθ ≈ θ sinsinθ ≈ θ
x=asinsinθ x=bsinsinθ
x=aθ x=bθ x=a θ̇ x=b θ̇
C ẋ=Ca θ̇ C ẋ=Kb θ̇
   ΣM=0
1 ML L
[ MPa .a+
12
M L2 +
2 ]
× θ̈+Ca θ̇ a+ Kb θ̇ b=0
2

M L 2 M L2
[ MP a2 +
12
+
4 ]
θ̈ +C a2 θ̇+ K b2 θ̇=0

M L2 +3 M L2
[ 2
MP a +
12
2
] 2
θ̈+C a θ̇ + K b θ̇=0

M L2
[ MP a2 +
3 ]
θ̈+C a2 θ̇ + K b2 θ̇=0

2. Turunkan asal-usul penentuan konstanta pegas di persamaan (3.6) dan (3.8).


Jawab :
k 1
Rumus  ω n=
√ m
f=
T


ω n=2 πf =
T
2π k k 2π 2 4 π2
T
= = =
m m T √ =k
Tn
m ( )
3. Turunkan solusi pesamaan diferensial gerak sistem getaran bebas teredam
yang dinyatakan di persamaan (3.9) unutk kondisi awal berupa simpangan.
Dalam hal ini faktor redaman, <1 (sistem teredam kurang atau underdamped )
Jawab :
d2 x
Dari persamaan gerak newton ∑ F=m .a=m =¿Percepatan.
d t2
Komponen gaya diatas diuraikan menjadi gaya pemulih dan gaya hambatan,
gaya pemulih berbanding lurus dengan simpangannya.
Fp= -kx

Gaya hambat adalah meredam gaya pemulih 

dx
Fh=−bv =−b
dt

Disubstitusikan :
d 2 x bdx
M + +kx=0
d t 2 dt

Mek +Cek+kekx=0

M ek θ̈+Cek θ̇+ k ek x=0

4. Dari pengolahan data, dapat dipastikan bahwa hasil uji akan mempunyai
perbedaan dengan solusi teoritik. Menurut anda, mana yang lebih bisa
dipercaya? Beri argumentasi secukupnya. Selain itu, coba anda uraikan
berbagia sumber yang berkontribusi terhadap perbedaan hasil tersebut.
Jawab :
Menurut saya, solusi pengujian lebih masuk akal atau lebih dipercaya, karena
solusi teoritik menggunakan persamaan dan pendekatan yang terkadang tidak
sesuai dengan kenyataannya. Namun kelemahan dalam solusi pengujian yaitu
dapat terjadinya kesalahan dalam pengambilan data akibat kesalahan
praktikan.

LAPORAN PRAKTIKUM 
FENOMENA DASAR
TA 2020-2021 

MODUL 04
PUTARAN KRITIS

Disusun Oleh 
CHRIST NICOLAS FEDERICO PARAPAT 
1807113245

LABORATORIUM KONSTRUKSI MESIN


PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN S1
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berpikir
manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang pula. Ditambah
dengan Pendidikan yang mapan, kita mungkin dapat berpikir kritis, kreatif, dan
produktif. Sama dengan halnya perkembangan teknologi dibidang konstruksi.
Pada konstruksi permesinan, banyak dijumpai komponen-komponen yang
berputar dan mekanisme yang menyebabkan momen-momen disekitar batang atau
poros. Suatu poros yang berputar pada nyatanya tidak berada pada kondisi yang
lurus, tetapi berputar dengan posisi melengkung. Pada suatu suatu putaran
tertentu, lengkungan poros tersebut mencapai harga maksimum.
Putaran yang mengakibatkan lengkungan poros mencapai harga
maksimum disebut putaran kritis. Putaran kritis merupakan putaran yang
mengakibatkan terjadinya defleksi maksimum pada poros. Hal ini mengakibatkan
poros berputar sambil bergerak dengan amplitudo yang besar. Gejala ini disebut
whirling shaft. Fenomena whirling shaft terlihat sebagai poros berputar pada
sumbunya, dan pada saat yang sama, poros yang berdefleksi juga berputar relatif
mengelilingi sumbu poros. Pada system yang seimbang, hal ini juga dapat
disebabkan oleh defleksi yang terjadi sampai keadaan seimbang yang berkaitan
dengan kekakuan poros tercapai.

1.2. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum putaran kritis adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui karakteristik poros dan mengamati hubungan antara
defleksi yang terjadi dengan posisi rotor untuk berbagai tegangan.
2. Mengamati fenomena yang terjadi dengan berputarnya poros pada
tegangan yang telah ditentukan.
3. Menentukan putaran kritis yang terjadi dengan berputarnya poros pada
variasi tegangan.
1.3. Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari praktikum putaran kritis ini adalah
sebagai berikut.
1. Mampu menganalisa fenomena-fenomena yang terjadi pada putaran
kritis.
2. Mampu mengaplikasikan ilmu putaran kritis dalam dunia kerja
nantinya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Dasar


2.1.1. Definisi Putaran Kritis
Putaran kritis merupakan batas antara putaran mesin yang memiliki
jumlah putaran normal dengan putaran mesin yang menimbulkan getaran yang
tinggi. Timbulnya getaran yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pada poros
dan bagian yang lainnya. Dalam perancangan poros perlu mempertimbangkan
putaran kerja dari poros tersebut agar lebih rendah dari putaran kristisnya.

2.1.2. Jenis-Jenis Poros


Poros merupakan suatu bagian stasioner yang berputar, biasanya
berpenampang bulat dimana terpasang elemen seperti roda gigi, pulley, engkol,
dan elemen pemindah lainnya. Jenis-jenis poros berdasarkan pengklarifikasian
poros yaitu sebagai berikut.
1. Berdasarkan pembebanan
a. Poros transmisi merupakan sebuah poros yang akan mengalami
beban punter secara berulang pada poros, daya dapat
ditransmisikan melalui gear, belt pulley, spocket, dan lain-lain.
b. Poros gandar merupakan poros yang dipasang antara roda-roda
kereta barang. Poros gandar tidak menerima beban punter dan
hanya mendapat beban lentur.
c. Poros spindle merupakan poros transmisi yang relativ pendek,
seperti poros utama mesin perkakas dimana beban utamanya
berupa beban puntiran. Syarat yang harus dipenuhi yaitu
deformasinya harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti.
2. Berdasarkan Bentuk
a. Poros lurus merupakan sebuah poros yang mempunyai
penampang yang lurus. Pada poros ini, beban yang sering
diterima adalah beban puntir.
b. Poros engkol merupakan sebuah poros yang sebagai penggerak
utama pada silinder mesin ditinjau dari segi besarnya transmisi
daya yang mampu ditransmisikan.

2.1.3. Hal yang diperhatikan pada poros


Adapun hal-hal yang harus diperhatikan pada poros yang akan digunakan
adalah sebagai berikut.

1. Kekuatan poros
Dalam perancangan poros perlu memperhatikan beberapa factor.
Misalnnya seperti kelelahan, tumbukan dan pengaruh konsentrasi
tegangan bila menggunakan poros bertangga ataupun penggunaan
alat pasak pada poros tersebut. Poros yang dirancang tersebut harus
cukup aman untuk menahan beban tersebut.
2. Kekakuan poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekakuan yang cukup aman
dalam menahan pembebanan, tetapi adanya lenturan atau defleksi
yang terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian (pada mesin
perkakas), getaran mesin (vibration) dan suara (noise). Oleh karena
itu, kekakuan poros harus diperhatikan dan disesuaikan dengan jenis
mesin yang akan ditransmisikan dayanya dengan poros tersebut.
3. Korosi
Pemilihan bahan-bahan poros dari bahan yang tahan korosi perlu
mendapat prioritas utama. Karena apabila terjadi kontak langsung
antara poros dengan fluida korosif maka dapat mengakibatkan korosi
pada poros tersebut.
4. Material poros
Poros-poros yang dipakai untuk meneruskan putaran tinggi dan beban
berat umumnya dibuat dengan baja paduan dengan pengerasan kulit
yang sangat tahan terhadap keausan. Sekalipun demikian, pemakaian
baja paduan khusus tidak selalu dianjurkan jika alasannya hanya
untuk putaran tinggi dan beban berat saja. Oleh karena itu, perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan material poros agar diperoleh
kekuatan yang sesuai.
5. Putaran kritis
Batas antara putaran mesin yang mempunyai jumlah putaran normal
dengan putaran mesin yang menimbulkan getaran yang tinggi disebut
putaran kritis. Oleh karena itu, dalam perancangan poros perlu
mempertimbangkan putaran kerja dari poros tesebut agar lebih
rendah dari putaran kritisnya.

2.1.4. Rumus
Pada umumnya, rumus putaran kritis dapat dirumuskan sebagai berikut.
60 k
NC=
2π √ m
…………………………………………………………..(1)

Dimana:
m= Massa Beban (kg)
g= Percepatan Gravitasi Bumi (m/s2)
δ= Defleksi (mm)
k= Konstanta kekakuan poros (N/m)
NC= Putaran Kritis Poros (rpm)

Konstanta kekakuan poros dapat dirumuskan sebagai berikut.

mg
k= ……………………………………………………………….(2)
δ

2.2. Teori Dasar Alat Uji


Alat uji putaran kritis berfungsi sebagai alat pengujian pada poros yang
digunakan untuk mencari putaran kritis dan defleksi pada sebuah poros. Adapun
bagian-bagian pada alat uji putaran kritis yaitu:
1. Motor berfungsi sebagai alat untuk memutar poros yang diuji.
2. Bantalan berfungsi sebagai penopang poros agar dapat berputar.
3. Rotor berfungsi sebagai beban yang dipasang pada poros.
4. Slide regulator berfungsi sebagai pengatur tegangan arus ke motor yang
bertujuan untuk mengatur kecepatan putar poros.
5. Tachometer berfungsi untuk mengukur kecepatan putar poros.
BAB III
METODOLOGI

3.1. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang kita gunakan adalah sebagai berikut.
1. Kunci 14
2. Slide regulator
3. Motor listrik
4. Bantalan
5. Rotor/beban
6. Poros
7. Kunci L
8. Tachometer

3.2. Prosedur Percobaan


Adapun prosedur percobaan pada praktikum putaran kritis adalah sebagai
berikut.
1. Pasanglah alat uji sesuai pentujuk (dibantu asisten)
2. Pasang semua peralatan seperti pengatur putaran rotor, motor,
bantalan, dan peralatan lain dalam keadaan baik.
3. Pasang 1 buah rotor dan posisikan letaknya.
4. Hidupkan motor dan atur tegangan dengan slide regulator.
5. Hitung putaran-putaran rotor.
6. Ulangi percobaan diatas untuk tegangan regulator yang berbeda.
7. Tambahkan pembebanan dengan menambah 1 buah rotor.
8. Lakukan Kembali prosedur 3-6 hingga semua data diperoleh.
9. Catatlah data pengujian pada tabel.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Data Pengujian


L (m) V a (m) b (m) Nc M (kg)
(rpm)
0,64 100 0,25 0,39 1452 1,65
0,64 125 0,25 0,39 1455 1,65
0,64 150 0,25 0,39 1460 1,65
0,64 100 0,2 0,44 1447 1,65
0,64 125 0,2 0,44 1446 1,65
0,64 150 0,2 0,44 1440 1,65
0,64 100 0,19 0,45 1460 1,65
0,64 125 0,19 0,45 1470 1,65
0,64 150 0,19 0,45 1468 1,65

4.2 Pengolahan Data


a. Contoh perhitungan untuk poros yang diberi 1 beban dengan tegangan
100 V :
Diketahui : L = 0,64 m = 640 mm
v = 100 V
a = 0,25 m =250 mm
b = 0,39 m = 390 mm
Nc = 1452 rpm
m = 1,65 kg
d = 20 mm
E = 190000 Mpa
g = 9,81 m/s2
 Inersia
4
π ∙ d 4 3,14 ∙(20 mm)
I= = =7850 mm 4
64 64
 Gaya pada poros
m
P=m∙ g=1,65 kg ∙ 9,81 =16,187 N
s2
 Defleksi
P ∙a ∙ b
δ= ( L2−a 2−b2 ) = 16,187 N ∙ 250 mm∙ 390 mm
( 640 mm¿ ¿¿ 2−(250 m
6∙E∙ I ∙ L 4
6 ∙ 190000 Mpa ∙7850 mm ∙ 640 mm
 Konstanta kekakuan poros
P 16,187 N
k= = =301,242 N /mm
δ 0,0537 mm
 Putaran poros teoritis
60 k 60 301,242 N /mm
N C=
2π √ =
m 2∙ 3,14√ 1,65 kg
=129,094 rpm

L v a b Nc m d E I P (N) δ k Nc
(mm (mm (mm (rpm (kg) (mm (Mpa) (mm4) (mm) (N/mm Teoritis
) ) ) ) ) ) (rpm)
640 10 250 390 1452 1,65 20 190000 7850 16,187 0,053 301,24 129,09
0 7 2 4
640 12 250 390 1455 1,65 20 190000 7850 16,187 0,053 301,24 129,09
5 7 2 4
640 15 250 390 1460 1,65 20 190000 7850 16,187 0,053 301,24 129,09
0 7 2 4
640 10 200 440 1447 1,65 20 190000 7850 16,187 0,043 369,79 143,03
0 8 3 1
640 12 200 440 1446 1,65 20 190000 7850 16,187 0,043 369,79 143,03
5 8 3 1
640 15 200 440 1440 1,65 20 190000 7850 16,187 0,043 369,79 143,03
0 8 3 1
640 10 190 450 1460 1,65 20 190000 7850 16,187 0,041 391,73 147,21
0 3 5 3
640 12 190 450 1470 1,65 20 190000 7850 16,187 0,041 391,73 147,21
5 3 5 3
640 15 190 450 1468 1,65 20 190000 7850 16,187 0,041 391,73 147,21
0 3 5 3

b. Contoh perhitungan untuk poros yang diberi 2 beban dengan tegangan


100 V :
Diketahui : L = 0,64 m = 640 mm
v = 100 V
a = 0,25 m =250 mm
b = 0,39 m = 390 mm
Nc = 1452 rpm
m = 3,3 kg
d = 20 mm
E = 190000 Mpa
g = 9,81 m/s2
 Inersia
4
π ∙ d 4 3,14 ∙(20 mm)
I= = =7850 mm 4
64 64
 Gaya pada poros
m
P=m∙ g=3,3 kg ∙ 9,81 =32,373 N
s2
 Defleksi
P∙a 32,373 N ∙250 mm
δ= ( 3 L2−4 a2 )= ( (3∙ 640 mm)2−(4 ∙ 250 mm)2) =0,
24 ∙ E∙ I 24 ∙ 190000 Mpa ∙7850 mm 4

 Konstanta kekakuan poros


P 16,187 N
k= = =146,285 N /mm
δ 0,221 mm
 Putaran poros teoritis
60 k 60 146,285 N /mm
N C=
2π √ =
m 2∙ 3,14 √
3,3 kg
=63,611 rpm

L v a b Nc m d E I P (N) δ (mm) k Nc Teoritis


(mm) (mm) (mm (rpm (kg) (mm) (Mpa) (mm4) (N/mm) (rpm)
) )
640 100 250 390 1452 3,3 20 19000 7850 32,37 0,221 146,285 63,611
0 3
640 125 250 390 1455 3,3 20 19000 7850 32,37 0,221 146,285 63,611
0 3
640 150 250 390 1460 3,3 20 19000 7850 32,37 0,221 146,285 63,611
0 3
640 100 200 440 1447 3,3 20 19000 7850 32,37 0,193 167,459 68,059
0 3
640 125 200 440 1446 3,3 20 19000 7850 32,37 0,193 167,459 68,059
0 3
640 150 200 440 1440 3,3 20 19000 7850 32,37 0,193 167,459 68,059
0 3
640 100 190 450 1460 3,3 20 19000 7850 32,37 0,186 173,737 69,323
0 3
640 125 190 450 1470 3,3 20 19000 7850 32,37 0,186 173,737 69,323
0 3
640 150 190 450 1468 3,3 20 19000 7850 32,37 0,18633 173,737 69,323
0 3 4

4.3 Analisa Data

Nc Teoritis vs Nc Pengujian 1 Beban


150

145

140
Nc Teoritis (rpm)

135

130

125

120
1435 1440 1445 1450 1455 1460 1465 1470 1475
Nc Pengujian (rpm) 100 V 125 V 150 V
Nc Teoritis vs Nc Pengujian 2 Beban
70
69
68
67
Nc Teoritis (rpm)

66
65
64
63
62
61
60
1435 1440 1445 1450 1455 1460 1465 1470 1475
Nc Pengujian (rpm) 100 V 125 V 150 V

Defleksi vs Posisi Rotor 1 Beban


0.06

0.05

0.04
Defleksi (mm)

0.03

0.02

0.01

0
180 190 200 210 220 230 240 250 260
Posisi Rotor (mm) 100 V 125 V 150 V

Defleksi vs Posisi Rotor 2 Beban


0.23

0.22

0.21
Defleksi (mm)

0.2

0.19

0.18

0.17

0.16
180 190 200 210 220 230 240 250 260
Posisi Rotor (mm)
100 V 125 V 150 V
Pada praktikum putaran kritis ini, diperoleh data dan dilakukan
perhitungan untuk mendapatkan data hasil perhitungan. Putaran kritis dapat dilihat
berdasarkan besar tegangan motor (volt), dimana besar tegangan motor dapat
mempengaruhi kecepatan putaran poros dan posisi rotor. Pada pengujian ini, nilai
putaran kritis ditentukan dengan menggunakan 1 rotor dan 2 rotor.
Pada pengujian menggunakan 1 buah rotor, dapat dilihat pada grafik
bahwa putaran kritis secara actual dan teoritis berbeda jauh. Penyebabnya
mungkin terjadi pada alat ukurnya. Dan seharusnya apabila nilai arus semakin
besar, maka nilai putaran kritis akan semakin besar dikarekan jika arus yang
semakin besar, maka putaran motor semakin cepat pula. Pada grafik defleksi vs
posisi rotor 1 beban, dapat dilihat bahwa semakin jauh jarak rotor dari tumpuan,
maka defleksi akan semakin besar.
Pada pengujian menggunakan 2 buah rotor, dapat dilihat sama seperti 1
buah rotor bahwa putaran kritis secara actual dan teoritis berbeda jauh pula.
Dengan kata lain, hubungan antara arus dan putaran berbanding lurus. Pada grafik
defleksi vs posisi rotor 2 beban, sama halnya dengan grafik defleksi vs posisi rotor
1 beban tetapi berbeda hasil atau nilainya saja.
Pada grafik 1 rotor dan 2 rotor dapat dilihat bahwa dengan menggunakan1
rotor mempunyai putaran kritis dibandingkan menggunakan 2 rotor. Hal ini
disebabkan pada 1 rotor mempunyai beban yang lebih ringan dibandingakan 2
rotor. Dan nilai defleksi berbanding lurus dengan jarak. Dimana semakin besar
jarak antara beban dengan tumpuan maka akan semakin besar pula defleksi yang
terjadi.
BAB V
KESIMPULAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Putaran kritis maksimum akan terjadi jika rotor berada pada posisi
terjauh dari tumpuan.
2. Semakin kecil beban, maka semakin besar putaran kritis.
3. Semakin besar jarak antara beban dengan tumpuan, maka akan
semakin besar pula defleksi yang terjadi.
4. Besar tegangan motor sangat mempengaruhi kecepatan putaran poros.

5.2. Saran
Adapun saran yang akan saya sampaikan pada praktikum Putaran Kritis
adalah sebagai berikut.
1. Dikarenakan pandemi covid-19, banyak mahasiswa yang tidak
mengerti mengenai praktikum putaran kritis, sehingga saya
menyarankan agar dilakukan nantinya pertemuan disebuah kelas agar
mahasiswa dapat lebih mengerti materi tersebut karena disampaikan
secara langsung oleh dosen yang bersangkutan.
2. Jika melakukan percobaan, maka dilakukan dengan teliti agar
mendapatkan hasil yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Anggi Dwi. 2013. Pengujian Getaran di https://www.scribd.com (diakses 20


desember).
Ariya Sujatmiko.2015. Getaran Bebas di https://www.academia.edu.com (diakses
20 desember).
Dipohusodo, I. 2001. Analisis Stukrur. Jakarta: PT Gramedia.
Fernandes, Radinal. 2015. Putaran Kritis di https://www.academia.edu.com
(diakses 29 Desember).
Holowenko, A.R., Dynamics of Machinery, Jhon Wiley,1955.
Niptro, Renhard. 2013. Putaran Kritis di https://www.dokumen.tips.com (diakses
29 desember).
Shiggley, J.E., D. Mitchell, dan Ghandi Harahap. 1986. Perencanaan Teknik
Mesin Jilid I Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.
Tim Laboratorium Fenomena Dasar Mesin. 2020. Panduan Praktikum Fenomena
Dasar Mesin Bidang Konstruksi. Pekanbaru: FT UNRI.
Yefrichan. 2011.Governor Machine di https://www.scribd.com (diakses 15
desember).

Anda mungkin juga menyukai