FENOMENA DASAR
TA 2020-2021
MODUL 01
DEFLEKSI
Disusun Oleh
CHRIST NICOLAS FEDERICO PARAPAT
1807113245
1.3. Manfaat
Manfaat dari praktikum ini yaitu kita dapat mengetahui defleksi yang
terjadi dalam sebuah struktur sehingga dapat mencegah atau meminimalisir
terjadinya kegagalan struktur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pl
δ= ………………………………………………………………(1)
EA
Dimana:
P= Besar Pembebanan
l= Panjang Batang
A=Luas Penampang
E=Jenis Material Batang
2.2.2. Beban
2.2.5. Mistar
Mistar merupakan alat yang digunakan untuk mengukur batang Panjang
sekaligus letak beban yang akan diuji
BAB Ⅳ
PEMBAHASAN
3
b h3 50,3 mm ×(5 mm)
I batang 2= = =523,985 mm 4
12 12
π 3,14
I poros = × d 4= ×(6,5 mm) 4=87,58 mm 4
64 64
b. Batang Uji 2
P x 21 27 l 33 x 1 14,656 N ×(180 mm)2 27 ×999 mm 33 ×180 mm
δ x 1=
6 EI 48( −
48 )
= 2
6 ×200000 N /mm ×523,958 mm 4
48 ( −
48
=0 )
2 2
P l2 l 15 P x 2 14,656 N × ( 999 mm ) 999 mm 15
δ x 2=
24 EI (
3 l− −
2 48 6 EI )
( 3 l−x )=
24 × 200000
N
2
× 523,958 mm
(
4
3 × 999mm−
2 )−
48
mm
P x 23 27 l 33 x 3 14,656 N ×(645 mm)2 27 × 999 mm 33 × 645mm
δ x 3= (
6 EI 48
−
48
= ) 2
6 ×200000 N /mm ×523,958 mm4
48
−
48 (
=1,149 mm )
c. Batang Uji 3
P x 21 27 l 33 x 1 14,656 N ×( 180mm)2 27 × 999 mm 33 ×180 mm
δ x 1= (
6 EI 48
−
48
= ) 2
6 ×200000 N /mm ×87,58 mm4
48
−
48 (
=1,98 )
2 2
P l2 l 15 P x 2 14,656 N × ( 999 mm ) 999 mm 15
δ x 2=
24 EI (
3 l− −
2 48 6 EI )
( 3 l−x )=
24 × 200000
N
2
× 87,58 mm 4
3 × 999 mm− ( 2
−
48
6×
)
mm
2 2 mm
1 1
P( ) x 2 2
14,656 N × ( ) ×305 mm 2
2 1 2 1
δx2 =
1
6 ( ) EI
( x − ( 2 ) )=2
2
1
6 × ( ) × 200000
N
× 232,291 mm
2
(( 305mm) −( ) ) =0,373 mm
2 4
2
2 2 mm
P 1 1 l2 14,656 N 1 1
δ x 3=
6 EI( ( )
x 23− 2l + x3 +2 l =
2 2 2 ) 6 ×200000
N
2
×232,291 mm 4
2 (
(645 mm)2− 2× 999 mm+ ×
2 ( )
mm
b. Batang Uji 2
1 1
P ( 2 ) x
1
1 2
14,656 N × ( ) ×180 mm
2 1 2
δx1 =
1
6 ( ) EI
( x −( ) )=
2
1
2 1
6 × ( ) × 200000
N
× 523,958 mm
2
( (180 mm) −( ) ) =0,034 mm
42
2
2 2 mm
1 1
P( ) x 2 2
14,656 N × ( ) ×305 mm 2
2 1 2 1
δx2 =
1
6 ( ) EI
( x −( ) )=
2
2
2 1
6 × ( ) × 200000
N
× 523,958 mm
2
( (305 mm) −( ) ) =0,165 mm
42
2
2 2 mm
P 1 1 l2 14,656 N 1 1
δ x 3= ( ( )
6 EI
x 23− 2l + x3 +2 l =
2 2 2 ) 6 ×200000
N
2
×523,958 mm 4
(
(645 mm)2− 2× 999 mm+ ×
2 2 ( )
mm
c. Batang Uji 3
1 1
P ( 2 ) x
1
1 2
14,656 N ×( ) ×180 mm
2 1 2
δx1 =
1
6 ( ) EI
( x −( ) )=
2
1
2 1
6 × ( ) × 200000
N
× 87,58 mm
2
( (180 mm) −( ) )=0,203 mm
4 2
2
2 2 mm
1 1
P( ) x 2 2
14,656 N ×( ) ×305 mm 2
2 1 2 1
δx2 =
1
6 ( ) EI
( x −( ) )=
2
2
2 1
6 × ( ) × 200000
N
× 87,58 mm
2
( (305 mm) −( ) )=0,989 mm
4 2
2
2 2 mm
P 1 1 l2 14,656 N 1 1
δ x 3= (
6 EI 2 (2 2 )
x 23− 2l + x3 +2 l = ) 6 ×200000
N
2
× 87,58mm 4
(
(645 mm)2− 2× 999 mm+ ×6
2 2 ( )
mm
Posisi Defleksi Defleksi Teoritis (mm)
Batang pengujian(mm) Pengujian(mm)
uji x1 x2 x3 x1 x2 x3 δx1 δx2 δx3
1 180 305 645 0,87 1,35 0,77 0,077 0,373 40,80
2 180 305 645 6,21 6,61 11.93 0,034 0,165 29,48
3 180 305 645 5,41 8,34 11,3 0,203 0,989 176,368
4.2.3 Tumpuan Engsel-Rol Beban Tengah
a. Batang Uji 1
P x1 14,656 N ×180 mm 2 2
δ x 1= ( 3 l 2−4 x21 ) = × ( 3 × ( 798 mm ) −4 × ( 180 mm ) )=2,107 mm
48 EI N
48 ×200000 2
×232,291 mm4
mm
P x2 14,656 N × 305mm 2 2
δ x 2=
48 EI
(3 l 2−4 x 22)= N
× ( 3× ( 798 mm ) −4 × ( 305 mm ) ) =3,084 mm
4
48 ×200000 ×232,291 mm
mm2
P 14,656 N
δ x 3= ( 4 x3 −12 x 2 l+ 9 x l 2−l3 )= ¿
48 EI N 4
48 ×200000 ×232,291 mm
mm2
b. Batang Uji 2
P x1 14,656 N × 180 mm 2 2
δ x 1= ( 3 l 2−4 x21 ) = × ( 3× ( 999 mm ) −4 × ( 180 mm ) ) =1,
48 EI N
48 ×200000 2
×523,958 mm 4
mm
P x2 14,656 N × 305 mm 2 2
δ x 2=
48 EI
(3 l 2−4 x 22)= N
× ( 3× ( 999 mm ) −4 × ( 305 mm ) ) =2,33 mm
48 ×200000 ×523,958 mm 4
mm2
P 14,656 N
δ x 3= ( 4 x3 −12 x 2 l+ 9 x l 2−l3 )= ¿
48 EI N 4
48 ×200000 ×523,958 mm
mm2
c. Batang Uji 3
P x1 14,656 N × 180 mm 2 2
δ x 1= ( 3 l 2−4 x21 ) = × ( 3 × ( 999 mm ) −4 × ( 180mm ) ) =8,98
48 EI N
48 ×200000 2
×87,58 mm 4
mm
P x2 14,656 N × 305 mm 2 2
δ x 2=
48 EI
(3 l 2−4 x 22)= N
× ( 3 × ( 999 mm ) −4 × ( 305 mm ) )=13,94 mm
48 ×200000 × 87,58mm 4
mm2
P 14,656 N
δ x 3= ( 4 x3 −12 x 2 l+ 9 x l 2−l3 )= ¿
48 EI N 4
48 ×200000 × 87,58 mm
mm2
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Pemberian atau penambahan beban sangat mempengaruhi defleksi.
2. Jenis tumpuan sangat mempengaruhi harga defleksi.
3. Modulus elastisitas material juga mempengaruhi defleksi
5.2. Saran
Adapun saran yang akan saya sampaikan pada praktikum Defleksi adalah
sebagai berikut.
1. Dikarenakan pandemi covid-19, banyak mahasiswa yang tidak mengerti
mengenai praktikum defleksi, sehingga saya menyarankan agar dilakukan
nantinya pertemuan disebuah kelas agar mahasiswa dapat lebih mengerti
materi tersebut karena disampaikan secara langsung oleh dosen yang
bersangkutan.
2. Jika melakukan praktikum, diharapkan agar memperhatikan alat ukur
indicator harus berada pada titik yang telah ditentukan karena jika tidak
maka hasilnya akan sangat berbeda.
Ax
MA
Ay By
1
∑ MA =M + By l−P 2
Pl
M= −By l
2
∑ Fx=0
Ax= 0
∑ Fy=0
By = P-0 = P
P
Ax MA
Ay By
∑ MA =M + By l−P2 l
M =2 Pl−By l
∑ Fx=0
Ax= 0
∑ Fy=0
= Ay + By – P
By= P-0 = P
- Tumpuan Engsel beban ditengah
P
Ax
Ay By
1
∑ MA =By l−P 2
P
By=
2
∑ Fx=0
Ax= 0
∑ Fy=0
Ay + By – P = 0
P
Ay= P -
2
P
Ay=
2
2. Jelaskan bagaimana jam-ukur pada percobaan ini dan terangkan cara kerja
jam ukur.
Jawab:
Jam ukur merupakan alat ukur pembanding yang banyak digunakan dalam
industry permesinan pada bagian produksi maupun pada bagian
pengukuran. Prinsip kerjanya adalah secara mekanis, dimana bergerak
linier dari sensor diubah menjadi gerak putaran pada jarum penunjuk pada
piringan berskala dengan perantara batang bergigi dan susunan roda gigi.
Kecermatan pembaca skala adalah 0.01, 0.05, atau 0.002 dengan kapasitas
ukuran yang berbeda misalnya 20,10,5,2 atau 1 mm.
Disusun Oleh
CHRIST NICOLAS FEDERICO PARAPAT
1807113245
1.3. Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari pelaksanaan praktikum governor ini adalah
sebagai berikut.
1. Dapat mengetahui prinsip kerja dari alat governor dan dapat
menggunakannya secara langsung.
2. Dapat menerapkan prinsip kerja governor dalam kehidupan sehari-hari
terutama dalam bidang permesinan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Proel Governor
Pada governor jenis ini, ketika poros berputar maka sleeve akan
naik ke atas dan kedua beban akan merenggang tegak lurus
terhadap link penghubung dengan dorongan dari sleeve yang
dihubungkan melalui link.
3. Hartnell Governor
Pada governor jenis ini, ketika poros berputar maka beban akan
ditumpu oleh pegas akan turun kebawah dan kedua beban
disamping akan menyeimbangkan proses tersebut agar putaran
yang terjadi tetap stabil.
Gambar 2.3. Hartnell Governor
F= m . V2 / R ………………………………………………..(1)
2. Gaya Sentripental
Gaya sentripental merupakan gaya yang dibutuhkan agar benda
dapat bisa bergerak melingkar. Jika arah sentrifugal mengarah
keluar maka arah gaya sentripental mengarah kedalam lingkaran.
Besaran gaya sentripental adalah sebagai berikut.
F= m. w2.R ……………………………………………….(2)
Gambar 2.5. Gaya Sentripental
3. Gaya Tangensial
Gaya tangensial merupakan gaya yang bekerja sejajar dengan
bidang penampang potong atau tegak lurus terhadap sumbu
batang. Besaran gaya tangensial adalah sebagai berikut.
2π n
W= ………………………………………………………(4)
60
Dimana:
W= Kecepatan sudut (rad/sec)
n= Putaran poros (rpm)
2.2. Teori Dasar Alat Uji
2.2.1. Governor
Governor merupakan suatu komponen pada motor yang berfungsi
untuk mengontrol kecepatan suatu mesin. Oleh karena itu governor disebut
juga sebagai pengatur.
2.2.2. Sabuk
Sabuk merupakan komponen yang berfungsi untuk memungkinkan
terjadinya slip akan semakin mengecil sehingga dapat diabaikan.
2.2.4. Tachometer
Tachometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
kecepatan yang memungkinkan dapat diakses secara langsung.
BAB Ⅳ
PEMBAHASAN
Gaya sentrifugal
2 rad 2
Fs=mr ω =0,13 kg × 0,278 m×(38,601 ) =53,862 N
s
4.2.2Massa = 0,39 Kg
a. Gaya sentrifugal percobaan
Panjang awal = 180 mm = 0,18 m
g = 9,81 m/s2
Rata-rata pemendekan
∆ x 125V + ∆ x 150 V 84+85
∆ x= = =84,5 mm=0,0845 m
2 2
Gaya pengujian
m
F=m× g=0,39 kg ×9,81 =3,826 N
s2
Kekakuan pegas
m
0,39 kg × 9,81
m× g s2
k= = =45,277 N /m
∆x 0,0845m
Panjang akhir pegas
Dengan tegangan 125 V
L= X 0−Pemendekan=0,18 m−0,084 m=0,096 m
Dengan tegangan 150 V
L= X 0−Pemendekan=0,18 m−0,085 m=0,095m
4.2.3Massa = 0,53 Kg
a. Gaya sentrifugal percobaan
Panjang awal = 180 mm = 0,18 m
g = 9,81 m/s2
Rata-rata pemendekan
∆ x 125V + ∆ x 150 V 90+91
∆ x= = =90,5 mm=0,0905 m
2 2
Gaya pengujian
m
F=m× g=0,53 kg ×9,81 =5,199 N
s2
Kekakuan pegas
m
0,53 kg × 9,81
m× g s2
k= = =57,451 N /m
∆x 0,0905m
Panjang akhir pegas
Dengan tegangan 125 V
L= X 0−Pemendekan=0,18 m−0,09 m=0,09m
Dengan tegangan 150 V
L= X 0−Pemendekan=0,18 m−0,091 m=0,089 m
4.3. Analisa
Berdasarkan dari data-data yang diperoleh dari praktikum governor,
terdapat 3 jenis beban dengan berat masing-masing nya berbeda. 3 beban tersebut
mempunyai nilai yaitu 0,13 kg, 0,39 kg, dan 0,53 kg. ketiga beban tersebut
mempunyai Panjang awal sebesar 180 mm dan semuanya diberikan tegangan 125
V dan 150 V.
Pada beban pertama (0,13 kg), mempunyai rata-rata pemendekan sebesar
0,0545 m. Gaya pengujian pada beban pertama yaitu 1,2753 N. Kekakuan pegas
yaitu sebesar 23,4 N/m. Pada tegangan 125 V, Panjang akhir pegas sebesar 0,126
m, sudut sebesar 77,23°, Panjang governor sebesar 0,278 m, kecepatan poros
sebesar 38,27 rad/s, gaya sentrifugal yang dihasilkan adalah sebesar 52,93 N.
Sedangkan Pada tegangan 150 V, Panjang akhir pegas sebesar 0,125 m, sudut
sebesar 77,34°, Panjang governor sebesar 0,278 m, kecepatan poros sebesar 38,60
rad/s, gaya sentrifugal yang dihasilkan adalah sebesar 53,62 N.
Pada beban kedua (0,39 kg), mempunyai rata-rata pemendekan sebesar
0,0845 m. Gaya pengujian pada beban kedua yaitu 3,8259 N. Kekakuan pegas
yaitu sebesar 45,2 N/m. Pada tegangan 125 V, Panjang akhir pegas sebesar 0,096
m, sudut sebesar 80,32°, Panjang governor sebesar 0,281 m, kecepatan poros
sebesar 37,74 rad/s, gaya sentrifugal yang dihasilkan adalah sebesar 156,07 N.
Sedangkan Pada tegangan 150 V, Panjang akhir pegas sebesar 0,095 m, sudut
sebesar 80,38°, Panjang governor sebesar 0,281 m, kecepatan poros sebesar 38,06
rad/s, gaya sentrifugal yang dihasilkan adalah sebesar 158,81 N.
Pada beban ketiga (0,53 kg), mempunyai rata-rata pemendekan sebesar
0,0905 m. Gaya pengujian pada beban ketiga yaitu 5,1993 N. Kekakuan pegas
yaitu sebesar 57,4 N/m. Pada tegangan 125 V, Panjang akhir pegas sebesar 0,09
m, sudut sebesar 80,91°, Panjang governor sebesar 0,281 m, kecepatan poros
sebesar 37,50 rad/s, gaya sentrifugal yang dihasilkan adalah sebesar 209,77 N.
Sedangkan Pada tegangan 150 V, Panjang akhir pegas sebesar 0,089 m, sudut
sebesar 81,02°, Panjang governor sebesar 0,281 m, kecepatan poros sebesar 37,59
rad/s, gaya sentrifugal yang dihasilkan adalah sebesar 210,88 N.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Nilai gaya sentrifugal dipengaruhi oleh kecepatan putar dari governor
dan beban yang diberikan.
2. Gaya sentrifugal dengan beban sebanding lurus oleh karena itu jika
kecil beban yang diberikan, maka gaya sentrifugal juga akan
mempunyai nilai yang kecil.
3. Kecepatan putar poros sangat mempengaruhi pemendekan sleeve.
5.2. Saran
Adapun saran yang akan saya sampaikan pada praktikum Defleksi adalah
sebagai berikut.
1. Dikarenakan pandemi covid-19, banyak mahasiswa yang tidak mengerti
mengenai praktikum governor, sehingga saya menyarankan agar dilakukan
nantinya pertemuan disebuah kelas agar mahasiswa dapat lebih mengerti
materi tersebut karena disampaikan secara langsung oleh dosen yang
bersangkutan.
2. Dalam melakukan pengukuran, harus dilakukan dengan teliti agar
mendapatkan data yang akurat.
LAPORAN PRAKTIKUM
FENOMENA DASAR
TA 2020-2021
MODUL 03
GETARAN BEBAS
Disusun Oleh
CHRIST NICOLAS FEDERICO PARAPAT
1807113245
1.3. Manfaat
Manfaat yang diterima dari praktikum getaran bebas adalah sebagai
berikut.
1. Memahami fenomena yang terjadi pada getaran bebas.
2. Dapat mengidentifikasi kondisi suatu mesin yang mengalami getaran
bebas pada kondisi nyata.
3. Dapat mengetahui berbagai cara menentukan parameter system
getaran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Getaran Paksa
Getaran paksa merupakan getaran yang terjadi karena rangsangan
gaya luar. Jika rangsangan tersebut berosilasi maka system dipaksa
untuk bergetar pada frekuensi ransangan. Jika frekuensi rangsangan
sama dengan salah satu frekuensi natural system, maka akan dapat
keadaan resonasi dan osilasi besar yang berbahaya mungkin terjadi.
2. Redaman Coulomb
Redaman coulomb merupakan redaman yang memiliki besaran
konstan tetapi arahnya berlawanan dengan getaran bodi.
3. Redaman Struktur
Redaman struktur merupakan jenis redaman yang terdapat pada
struktur dari sebuah benda. Apabila sebuah system system tidak
memiliki redaman struktur, maka system akan bergerak secara
kontinu selama-lamanya.
Gambar 2.5. Redaman Struktur
2.2.2. Beam
Beam merupakan massa yang digunakan pada alat peraga getaran.
Perubahan massa dapat diatur dengan pergeseran posisi pegas dimana pegas
dikaitkan.
2.2.5. Stabilizer
Stabilizer merupakan alat yang berfungsi untuk menstabilkan tegangan
atau daya yang masuk kedalam alat peraga.
BAB III
METODOLOGI
4.1.3 3 Pegas
a. Massa 39 gram tanpa redaman
t1 =2s
l1 = 1045 mm
A-B = 86 mm
x1 = 20 mm
x2 = 23 mm
b. Massa 39 gram dengan redaman
t1 = 1,8 s
l1 = 610 mm
A-B = 69 mm
x1 = 13 mm
x2 = 15 mm
Kecepatan
l 1,682 m
v= 1 = =0,871 m/s
t 1 1,93 s
Panjang gelombang
v 0,871 m/s
λ= = =0,026 m
f 33,923 Hz
Frekuensi pribadi (aktual)
v 0,871 m/ s
ω n= = =33,923 Hz
λ 0,026 m
ω n=√ 1−ζ 2 ∙
k
m
2π
(√ ) 2
=√ 1−( 0,057 m) ∙ (√ )
1769,99
0,039 kg
2 ∙3,14
m
=33,868 Hz
60
50
Frekuensi Pribadi (Hz)
40
Frekuensi Pribadi Teoritis
30 Frekuensi Pribadi Aktual
20
10
0
1 2 3
Jumlah Pegas
Hasil Pengujian Tanpa Redaman Beban 64 gram
50
45
40
35
Frekuensi Pribadi (Hz)
30
Frekuensi Pribadi Teoritis
25
Frekuensi Pribadi Aktual
20
15
10
5
0
1 2 3
Jumlah Pegas
70
60
50
Frekuensi Pribadi (Hz)
20
10
0
1 2 3
Jumlah Pegas
Hasil Pengujian Dengan Redaman Beban 64 gram
50
45
40
35
Frekuensi Pribadi (Hz)
Pada percobaan yang kedua, yaitu saat percobaan dengan redaman, nilai
Zeta juga berpengaruh terhadap jumlah pegas (konstanta) dan massa benda. Zeta
berbanding lurus dengan jumlah pegas maupun massa bendanya. Frekuensi
pribadinya untuk yang menggunakan redaman nilainya tidak jauh berbeda naik
turunnya nilai frekuensi tidak terlalu besar. Hal ini dikarenakan adanya redaman
yang berfungsi sebagai mengurangi besarnya frekuensi getaran yang terjadi. Hal
ini juga dikarenakan adanya koefisien damping yang mempengaruhi perubahan
nilai frekuensi getaran bebas dengan menggunakan redaman.
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Semakin banyak pegas maka semakin besar frekuensi pribadinya.
2. Semakin berat beban maka frekuensi semakin kecil.
3. Penggunaan peredam pada suatu system yang diberikan simpangan
dapat mengurangi getaran atau amplitudo yang tinggi.
5.2. Saran
Adapun saran yang akan saya sampaikan pada praktikum Getaran Bebas
adalah sebagai berikut.
1. Dikarenakan pandemi covid-19, banyak mahasiswa yang tidak
mengerti mengenai praktikum getaran bebas, sehingga saya
menyarankan agar dilakukan nantinya pertemuan disebuah kelas agar
mahasiswa dapat lebih mengerti materi tersebut karena disampaikan
secara langsung oleh dosen yang bersangkutan.
2. Dalam pengambilan data harus dilakukan dengan teliti agar
mendapatkan hasil yang akurat.
Tugas Sesudah Praktikum
M L 2 M L2
[ MP a2 +
12
+
4 ]
θ̈ +C a2 θ̇+ K b2 θ̇=0
M L2 +3 M L2
[ 2
MP a +
12
2
] 2
θ̈+C a θ̇ + K b θ̇=0
M L2
[ MP a2 +
3 ]
θ̈+C a2 θ̇ + K b2 θ̇=0
2π
ω n=2 πf =
T
2π k k 2π 2 4 π2
T
= = =
m m T √ =k
Tn
m ( )
3. Turunkan solusi pesamaan diferensial gerak sistem getaran bebas teredam
yang dinyatakan di persamaan (3.9) unutk kondisi awal berupa simpangan.
Dalam hal ini faktor redaman, <1 (sistem teredam kurang atau underdamped )
Jawab :
d2 x
Dari persamaan gerak newton ∑ F=m .a=m =¿Percepatan.
d t2
Komponen gaya diatas diuraikan menjadi gaya pemulih dan gaya hambatan,
gaya pemulih berbanding lurus dengan simpangannya.
Fp= -kx
dx
Fh=−bv =−b
dt
Disubstitusikan :
d 2 x bdx
M + +kx=0
d t 2 dt
Mek +Cek+kekx=0
4. Dari pengolahan data, dapat dipastikan bahwa hasil uji akan mempunyai
perbedaan dengan solusi teoritik. Menurut anda, mana yang lebih bisa
dipercaya? Beri argumentasi secukupnya. Selain itu, coba anda uraikan
berbagia sumber yang berkontribusi terhadap perbedaan hasil tersebut.
Jawab :
Menurut saya, solusi pengujian lebih masuk akal atau lebih dipercaya, karena
solusi teoritik menggunakan persamaan dan pendekatan yang terkadang tidak
sesuai dengan kenyataannya. Namun kelemahan dalam solusi pengujian yaitu
dapat terjadinya kesalahan dalam pengambilan data akibat kesalahan
praktikan.
LAPORAN PRAKTIKUM
FENOMENA DASAR
TA 2020-2021
MODUL 04
PUTARAN KRITIS
Disusun Oleh
CHRIST NICOLAS FEDERICO PARAPAT
1807113245
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kekuatan poros
Dalam perancangan poros perlu memperhatikan beberapa factor.
Misalnnya seperti kelelahan, tumbukan dan pengaruh konsentrasi
tegangan bila menggunakan poros bertangga ataupun penggunaan
alat pasak pada poros tersebut. Poros yang dirancang tersebut harus
cukup aman untuk menahan beban tersebut.
2. Kekakuan poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekakuan yang cukup aman
dalam menahan pembebanan, tetapi adanya lenturan atau defleksi
yang terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian (pada mesin
perkakas), getaran mesin (vibration) dan suara (noise). Oleh karena
itu, kekakuan poros harus diperhatikan dan disesuaikan dengan jenis
mesin yang akan ditransmisikan dayanya dengan poros tersebut.
3. Korosi
Pemilihan bahan-bahan poros dari bahan yang tahan korosi perlu
mendapat prioritas utama. Karena apabila terjadi kontak langsung
antara poros dengan fluida korosif maka dapat mengakibatkan korosi
pada poros tersebut.
4. Material poros
Poros-poros yang dipakai untuk meneruskan putaran tinggi dan beban
berat umumnya dibuat dengan baja paduan dengan pengerasan kulit
yang sangat tahan terhadap keausan. Sekalipun demikian, pemakaian
baja paduan khusus tidak selalu dianjurkan jika alasannya hanya
untuk putaran tinggi dan beban berat saja. Oleh karena itu, perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan material poros agar diperoleh
kekuatan yang sesuai.
5. Putaran kritis
Batas antara putaran mesin yang mempunyai jumlah putaran normal
dengan putaran mesin yang menimbulkan getaran yang tinggi disebut
putaran kritis. Oleh karena itu, dalam perancangan poros perlu
mempertimbangkan putaran kerja dari poros tesebut agar lebih
rendah dari putaran kritisnya.
2.1.4. Rumus
Pada umumnya, rumus putaran kritis dapat dirumuskan sebagai berikut.
60 k
NC=
2π √ m
…………………………………………………………..(1)
Dimana:
m= Massa Beban (kg)
g= Percepatan Gravitasi Bumi (m/s2)
δ= Defleksi (mm)
k= Konstanta kekakuan poros (N/m)
NC= Putaran Kritis Poros (rpm)
mg
k= ……………………………………………………………….(2)
δ
L v a b Nc m d E I P (N) δ k Nc
(mm (mm (mm (rpm (kg) (mm (Mpa) (mm4) (mm) (N/mm Teoritis
) ) ) ) ) ) (rpm)
640 10 250 390 1452 1,65 20 190000 7850 16,187 0,053 301,24 129,09
0 7 2 4
640 12 250 390 1455 1,65 20 190000 7850 16,187 0,053 301,24 129,09
5 7 2 4
640 15 250 390 1460 1,65 20 190000 7850 16,187 0,053 301,24 129,09
0 7 2 4
640 10 200 440 1447 1,65 20 190000 7850 16,187 0,043 369,79 143,03
0 8 3 1
640 12 200 440 1446 1,65 20 190000 7850 16,187 0,043 369,79 143,03
5 8 3 1
640 15 200 440 1440 1,65 20 190000 7850 16,187 0,043 369,79 143,03
0 8 3 1
640 10 190 450 1460 1,65 20 190000 7850 16,187 0,041 391,73 147,21
0 3 5 3
640 12 190 450 1470 1,65 20 190000 7850 16,187 0,041 391,73 147,21
5 3 5 3
640 15 190 450 1468 1,65 20 190000 7850 16,187 0,041 391,73 147,21
0 3 5 3
145
140
Nc Teoritis (rpm)
135
130
125
120
1435 1440 1445 1450 1455 1460 1465 1470 1475
Nc Pengujian (rpm) 100 V 125 V 150 V
Nc Teoritis vs Nc Pengujian 2 Beban
70
69
68
67
Nc Teoritis (rpm)
66
65
64
63
62
61
60
1435 1440 1445 1450 1455 1460 1465 1470 1475
Nc Pengujian (rpm) 100 V 125 V 150 V
0.05
0.04
Defleksi (mm)
0.03
0.02
0.01
0
180 190 200 210 220 230 240 250 260
Posisi Rotor (mm) 100 V 125 V 150 V
0.22
0.21
Defleksi (mm)
0.2
0.19
0.18
0.17
0.16
180 190 200 210 220 230 240 250 260
Posisi Rotor (mm)
100 V 125 V 150 V
Pada praktikum putaran kritis ini, diperoleh data dan dilakukan
perhitungan untuk mendapatkan data hasil perhitungan. Putaran kritis dapat dilihat
berdasarkan besar tegangan motor (volt), dimana besar tegangan motor dapat
mempengaruhi kecepatan putaran poros dan posisi rotor. Pada pengujian ini, nilai
putaran kritis ditentukan dengan menggunakan 1 rotor dan 2 rotor.
Pada pengujian menggunakan 1 buah rotor, dapat dilihat pada grafik
bahwa putaran kritis secara actual dan teoritis berbeda jauh. Penyebabnya
mungkin terjadi pada alat ukurnya. Dan seharusnya apabila nilai arus semakin
besar, maka nilai putaran kritis akan semakin besar dikarekan jika arus yang
semakin besar, maka putaran motor semakin cepat pula. Pada grafik defleksi vs
posisi rotor 1 beban, dapat dilihat bahwa semakin jauh jarak rotor dari tumpuan,
maka defleksi akan semakin besar.
Pada pengujian menggunakan 2 buah rotor, dapat dilihat sama seperti 1
buah rotor bahwa putaran kritis secara actual dan teoritis berbeda jauh pula.
Dengan kata lain, hubungan antara arus dan putaran berbanding lurus. Pada grafik
defleksi vs posisi rotor 2 beban, sama halnya dengan grafik defleksi vs posisi rotor
1 beban tetapi berbeda hasil atau nilainya saja.
Pada grafik 1 rotor dan 2 rotor dapat dilihat bahwa dengan menggunakan1
rotor mempunyai putaran kritis dibandingkan menggunakan 2 rotor. Hal ini
disebabkan pada 1 rotor mempunyai beban yang lebih ringan dibandingakan 2
rotor. Dan nilai defleksi berbanding lurus dengan jarak. Dimana semakin besar
jarak antara beban dengan tumpuan maka akan semakin besar pula defleksi yang
terjadi.
BAB V
KESIMPULAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Putaran kritis maksimum akan terjadi jika rotor berada pada posisi
terjauh dari tumpuan.
2. Semakin kecil beban, maka semakin besar putaran kritis.
3. Semakin besar jarak antara beban dengan tumpuan, maka akan
semakin besar pula defleksi yang terjadi.
4. Besar tegangan motor sangat mempengaruhi kecepatan putaran poros.
5.2. Saran
Adapun saran yang akan saya sampaikan pada praktikum Putaran Kritis
adalah sebagai berikut.
1. Dikarenakan pandemi covid-19, banyak mahasiswa yang tidak
mengerti mengenai praktikum putaran kritis, sehingga saya
menyarankan agar dilakukan nantinya pertemuan disebuah kelas agar
mahasiswa dapat lebih mengerti materi tersebut karena disampaikan
secara langsung oleh dosen yang bersangkutan.
2. Jika melakukan percobaan, maka dilakukan dengan teliti agar
mendapatkan hasil yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA