Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN BAB I s/d BAB III 

PRESTASI MESIN
TA 2020-2021 

MODUL 04
TURBIN PELTON

Disusun Oleh 
CHRIST NICOLAS FEDERICO PARAPAT 
1807113245

LABORATORIUM KONVERSI ENERGI


PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN S1
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2021
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Turbin Air


Turbin secara umum dapat diartikan sebagai mesin penggerak mula
dimana energi fluida kerja yang digunakan langsung memutar roda turbin,
fluida kerjanya dapat berupa air, uap air dan gas. Dengan demikian turbin air
dapat diartikan sebagai suatu mesin penggerak mula yang fluida kerjanya
adalah air (Munandar, 1997 ).
Prinsip kerja dari turbin air adalah memanfaatkan aliran air di dalam pipa
yang mengandung energi diarahkan ke roda turbin melalui nozzle, kemudian
energi yang di dalam air ini pada roda turbin di ubah bentuknya menjadi
energi mekanik berupa putaran. Putaran roda turbin inilah yang dimanfaatkan
untuk menggerakkan suatu beban, salah satu contohnya adalah untuk
menggerakkan generator pembangkit listrik.
Sistem turbin air umumnya terdiri dari komponen utama yaitu :
1. Sudu tetap (nozzle), berfungsi untuk mengarahkan aliran fluida kerja
(air) masuk ke dalam sudu gerak.
2. Sudu gerak, sudu gerak ini dipasang pada sekeliling roda turbin yang
mana fungsinya adalah untuk menerima tekanan dari kecepatan fluida
kerja air masuk dan keluar sudu.
3. Rotor (roda turbin), suatu tempat dudukan sudu gerak yang berfungsi
untuk meneruskan daya putar yang diterima dari sudu gerak keporos.
4. Poros, berfungsi untuk mentransmisikan daya atau tenaga bersama–
sama dengan putaran roda turbin dan juga dapat berfungsi untuk
mendukung suatu momen putar.
5. Stator (rumah turbin), berfungsi untuk melindungi atau untuk
pengamanan dari proses kerja turbindan juga untuk mendukung
konstruksi turbin secara keseluruhan.
6. Generator listrik, berfungsi untuk mengubah tenaga mekanis dari poros
turbin menjadi tenaga listrik.
2.2 Klasifikasi Turbin Air

Turbin air dibedakan dalam dua golongan utama, yaitu dipandang dari segi
pengubahan momentum fluida kerjanya.

2.2.1 Turbin Impuls

Turbin impuls disebut juga dengan turbin air tekanan sama karena tekanan
air yang keluar dari nosel tekanannya sama dengan tekanan atmosfir
sekitarnya. Sehingga energi potensial dan energi tekanan yang dimiliki oleh
aliran air dirubah semuanya menjadi energi kecepatan. Contoh dari Turbin
Impuls ini adalah Turbin Pelton, Turbin Crossflow dan lain–lain (Dietzel,
1988).

Gambar 2.1. Instalasi Turbin Impuls (Basyirun, 2008)

1. Turbin Pelton
Turbin pelton merupakan turbin impuls yang terdiri dari satu set sudu jalan
diputar oleh pancaran air dari satu atau lebih nozzle. Turbin pelton merupakan
salah satu dari jenis turbin air yang paling efisien dan cocok digunakan untuk
head tinggi.
Gambar 2.2. Runner Turbin Pelton (Basyirun, 2008)

Bentuk sudu turbin terdiri dari dua bagian yang simetris. Sudu dibentuk
sedemikian rupa sehingga pancaran air akan mengenai tengah–tengah sudu
dan pancaran air tersebut akan berbelok ke dua arah sehinga bisa
membalikkan pancaran air dengan baik dan membebaskan sudu dari gaya-
gaya samping. Untuk turbin dengan daya yang besar, sistem penyemprotan
airnya dibagi lewat beberapa nozzle. Dengan demikian diameter pancaran air
bisa diperkecil dan sudu lebih kecil.

2. Turbin Turgo

Turbin turgo dapat beroperasi pada head 30 s/d 300 meter. Turbin turgo
merupakan turbin impuls, tetapi sudunya berbeda. Pancaran air dari nozzle
membentur sudu pada sudut 20o. Kecepatan putar turbin turgo lebih besar dari
turbin pelton. Akibatnya dimungkinkan transmisi langsung dari turbin ke
generator sehingga menaikkan efisiensi total sekaligus menurunkan biaya
perawatan.

Gambar 2.3. Sudu Turbin Turgo dan Nozzle


(http://dc263.4shared.com/doc/CfSf4HEn/preview.html)

3. Turbin Crossflow

Salah satu jenis turbin impuls ini juga dikenal dengan nama Turbin
Michell-Banki yang merupakan penemunya. Selain itu juga disebut Turbin
Osberger yang merupakan perusahaan yang memproduksi turbin crossflow.
Turbin crossflow dapat dioperasikan pada debit 20 liter/sec hingga 10 m3/sec
dan head antara 1 s/d 200 m.
Gambar 2.4. Instalasi Turbin Crossflow (Basyirun, 2008)

Turbin crossflow menggunakan nosel persegi panjang yang lebarnya


sesuai dengan lebar runner. Pancaran air masuk turbin dan mengenai sudu
sehingga terjadi konversi energi kinetik menjadi energi mekanis. Air mengalir
keluar membentur sudu dan memberikan energinya (lebih rendah dibanding
saat masuk) kemudian meninggalkan turbin.Runner turbin dibuat dari
beberapa sudu yang dipasang pada sepasang piringan paralel.

Gambar 2.5. Runner Turbin Crossflow


(http://rimoo.files.wordpress.com/2009/02/crossflow.jpg)

2.2.2 Turbin Reaksi


Turbin reaksi disebut juga dengan turbin tekanan lebih karena tekanan air
sebelum masuk roda turbin lebih besar dari pada tekanan air saat keluar roda
turbin. Secara umum dapat dikatakan bahwa aliran air yang masuk keroda
turbin mempunyai energi penuh, kemudian energi ini dipakai sebagian untuk
menggerakkan roda turbin dan sebagian lagi dipergunakan untuk
mengeluarkan air kesaluran pembuangan. Jenis turbin reaksi yang sering
digunakan antara lain, turbin francis, turbin propeller atau Kaplan (Dietzel,
1988).
Gambar 2.6. Instalasi Turbin Reaksi (Basyirun, 2008)

2.2.3 Kecepatan spesifik

Kecepatan spesifik dapat didefinisikan sebagai jumlah putaran roda turbin


dimana dapat dihasilkan daya 1 kW untuk setiap jatuh air 1 m (Eisenring,
1991). Dalam bentuk persamaan kecepatan spesifik dapat dirumuskan
sebagai:

n√ P
Ns = 5
(H ¿ ¿ ef ) ¿
4

Dimana :

P = Daya (Kw)

Hef = Tinggi Jatuh Efektif ( m )

n = Kecepatan Putaran Turbin (rpm )

2.3 Kandungan Energi Dalam Aliran Zat Cair

Energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan usaha.


Energi tidak dapat diciptakan maupun dihilangkan tapi hanya dapat diubah.
Begitu juga dengan air yang mengalir dari ketinggian tertentu, dimana aliran
tersebut mengandung energi yang dapat dimanfaatkan untuk memutar roda
turbin (Dietzel, 1988).
Menurut Bernoulli apabila air dialirkan dalam pipa dari ketinggian tertentu
(z) dan tidak terdapat energi yang masuk atau keluar, maka besar energi yang
dikandung oleh air tersebut adalah :

W= Energi Tempat + Energi Tekanan + Energi Kecepatan

P V2
W=mgz+m +m
ρ 2

Dimana :

W = energi yang dikandung air ( Nm )


m = massa zat cair (kg)
g = Gravitasi bumi ( m/s2 )
z = Ketinggian suatu tempat yang dipakai sebagai referensi
P = Tekanan ( N/m2 )
ρ = Massa Jenis zat cair ( kg/m3)
v = Kecepatan aliran pada pipa ( m/s )

2.4 Orifice Flowmeter


Pada dasarnya orifice berupa pelat tipis dengan lubang di bagian tertentu
(umumnya di tengah), udara yang mengalir akan melewati penampang yang
lebih kecil sehingga terjadi perbedaan tekanan dan kecepatan. Titik terjadinya
kecepatan maksimum dan tekanan minimum disebut “Vena contracta”.
Dengan menggunakan persamaan Bernoulli dapat diperoleh laju aliran volume
dan massa.
Gambar 2.7. Orifice Flowmeter
Keterangan :
P1 = tekanan upstream
P2 = tekanan downstream (pada vena contracta)
P3 = tekanan setelah terjadi pemulihan (setelah melewati vena
contracta)

d1 = diameter dalam pipa

d2 = diameter orifice

Ada beberapa persamaan yang menjadi dasar dalam penurunan rumus


pada orifice:

a. Persamaan Bernoulli

P 1 V 21 P V2
+ + h 1 = 2 + 2 + h2
ρg 2g ρg 2g

Karena aliran pada pipa horizontal, maka h1 = h2 , sehingga

P 1−P2 V 21−V 22
=
ρg 2g

b. Persamaan Kontinuitas

ṁ 1= ṁ 2

ρ 1 A1 V1 = ρ 2 A2 V2
Untuk fluida inkompressibel ρ 1 = ρ 2, Sehingga

A1 V1 = A2 V2

A1
V2 = x V1
A2

d1 2
V2 =( ) x V1
d2

PA = P1 + ρ udara x g x (h + y)

PB = P2 + ρ udara x g x y x ρ minyak x g x h

_________________________________ _

0 = P1 - P2 + ρ air x g x h – ρ hg x g x h

( ρ hg - ρ air ) x g x h = P1 - P2

V 21−V 22
( ρ hg - ρ air ) x g x h = x ρ air x g
2g

ρHg d1
( – 1 ) 2. g. h = (( )4 – 1) V 21
ρair d2

ρHg


2. g . h( – 1)
ρair
V1 = ¿
d
( 1 )4 –1¿
d2

a) Debit air teoritis yang melalui pipa

Q th = A1 V1 ( m3/s )

b) Debit air aktual yang melalui pipa

Q act = Cd. Q th

2.5 Parameter Prestasi Turbin Pelton


2.5.1 Daya Turbin

Daya (Pact) = T x ω

Dimana :

T=Fxr
F=mxg

2 πn
ω=
60

2.5.2 Debit

Debit air merupakan hal yang sangat menentukan dalam perencanaan


turbin air, karena daya dihasilkan oleh turbin sangat tergantung pada debit air
yang tersedia. Menurut persamaan kontinuitas debit air (Lynkaran, 1992 )
yang mengalir dalam pipa bertekanan dapat ditentukan dengan persamaan :

Q th = A V

Dimana :

Q th= Debit air (m3/s)

v = kecepatan aliran air (m/s)

A = Luas penampang pipa (m2)

Debit aktual (Qact) = Cd. Q th

2.5.3 Tinggi Jatuh Air (H)

Ada dua macam tinggi jatuh air pada suatu instalasi pembangkit listrik
yaitu : tinggi jatuh air aktual dan tinggi jatuh air efektif. Untuk jenis turbin air
tekanan sama tinggi jatuh air aktualnya dihitung dari permukaan air di kolam
penampung sampai ke tengah–tengah pancaran air dari nozzle . Sedangkan
untuk jenis air tekanan lebih tinggi jatuh air aktual dihitung dari permukaan
air di kolam penampung sampai ke permukaan air bawah.
Gambar 2.8. Tinggi Jatuh Air Aktual Untuk Turbin Tekanan Sama
(Dietzel, 1988)

Yang dimaksud dengan tinggi jatuh air efektif adalah tinggi jatuh air
aktual dikurangi total kerugian energi (Head losses) disepanjang saluran.
Dalam bentuk persamaan head efektif (Lynkaran, 1992) dapat dirumuskan
sebagai :

p
H ef =
ρx g
Dimana :
H ef = Head efektif (m)
P = Tekanan Zat Cair (N/m2)
g = Gravitasi Bumi (m/s2)

2.6 Penelitian Terdahulu

BAB III
METODOLOGI

3.1 Instalasi Alat Uji


Skema Alat Peraga Turbin Pelton dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Skema Prosedur Pengoperasian Alat Peraga Turbin Pelton

3.2 Prosedur PengujianAlat Peraga Turbin Pelton


Adapun prosedur dalam pengujian Alat Peraga Turbin Pelton adalah
sebagai berikut:
1. Buka penuh katup by pass dan tutup penuh katup utama.
2. Hidupkan pompa merubah posisi stop kontak pompa pada posisi ON.
3. Tutup katup by pass 20o dan buka katup utama hingga air memutar sudu
turbin.
4. Ukur beda ketinggian air raksa pada saat air melewati orifice dengan
menggunakan diffrential manometer dan
5. Beri beban pada dynamometer sebesar 0,25 kg
6. Ukur kecepatan poros turbin dengan tachometer, lakukan pencatatan
data
7. Ulangi langkag ke-4 dan ke-5 dengan variasi beban berbeda hingga
putaran poros berhenti
8. Variasikan bukaan katup utama hingga maksimal debit dapat terukur
ulangi langkah 4 hingga langkah 7
9. Setelah selesai pengujian stop kontak pada pompa dikembalikan pada
posisi Off.

Anda mungkin juga menyukai