Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN BAB I s/d BAB III 

PRESTASI MESIN
TA 2020-2021 

MODUL 04
TURBIN PELTON

Disusun Oleh 
CHRIST NICOLAS FEDERICO PARAPAT 
1807113245

LABORATORIUM KONVERSI ENERGI


PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN S1
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan listrik dewasa ini kian meningkat, berbagai upaya terus


dilakukan baik mencari potensi baru atau pun dengan mengembangkan
teknologinya. Selain dari kebutuhan listrik meningkat, juga terdapat daerah
yang kondisi geografisnya tidak memungkinkan jaringan listrik kepada
konsumen. Maka dari permasalahan tersebut dilakukan suatu upaya untuk
menyuplai kebutuhan energi listrik dengan memanfaatkan kondisi dan potensi
ada pada daerah tersebut. Misalkan pada suatu daerah yang memiliki potensial
air yang headnya mencukupi untuk dibuat pembangkit listrik, maka di daerah
tersebut dapat dipasang pembangkit tenaga listrik yang menyesuaikan dengan
besar kecilnya head yang tersedia. Atau potensi – potensi alam yang lain yang
memungkinkan untuk dibangunya pembangkit tenaga listrik.

Dengan keadaan geografis daerah – daerah di Indonesia yang memiliki


potensi air dengan head yang memadai untuk pembangkit yang berskala kecil,
maka dengan kondisi tersebut banyak dikembangkan teknologi pembangkit –
pembangkit berskala kecil yang biasa dikenal dengan sebagai Pembangkit
Lisrik Tenaga Mikrohido (PLTMH). Teknologi PLTMH ini terus
dikembangkan baik dari segi peralatannya maupun dari segi efisiensinya.
PLTMH dibuat tergantung dari besar kecilnya head air yang ada dan berapa
besar energi listrik yang dihasilkan. Untuk PLTMH kapasitas daya energi
listrik yang dihasilkan di bawah 100kw.

Berbagai teknologi pembangkit pun telah banyak diterapkan dalam


PLTMH baik dari sisi turbin dan instrumen. Di dalam turbin kita mengenal
berbagai jenis turbin yang dipergunakan, kita dapat menggunakan turbin
francis, kaplan dan pelton. Penggunaan turbin tersebut tergantung dari potensi
head yang dimiliki. Seperti hal ini turbin Pelton yang menggunakan prinsip
impuls memerlukan head yang cukup tinggi. Dikarenakan masih sedikitnya
turbin pelton yang digunakan untuk PLTMH.

Energi listrik merupakan energi yang mempunyai peranan penting bagi


masyarakat. Salah satu manfaatnya adalah untuk penerangan. Keadaan
kelistrikan di Indonesia sekarang ini sangat memprihatinkan apalagi sumber
migas yang terdapat di bumi sangat terbatas, dan pada suatu saat akan habis.
Oleh karena itu berbagai penelitian dilakukan untuk menemukan sumber
energi diluar migas, sebagai sumber energi alternatif yang dapat dimanfaatkan
sesuai dengan kebutuhan.

Sumber energi alternatif yang dimiliki Indonesia antara lain energi panas
bumi dengan total potensi sebesar 19.658 MW, tenaga mikrohidro memiliki
total potensi 75.000 MW, sedangkan yang saat ini termanfaatkan baru sekitar
34.000 MW. Untuk energi angin, memiliki potensi sebesar 9.286 MW
Sedangkan menurut data dari Pusdatin ESDM tahun 2009 sumber energi yang
digunakan di Indonesia yaitu Batubara 25.10%, Minyak 50.90%, Gas 20.0%,
Air 2.80% dan Panas Bumi 1.20%.

1.2 Maksud Pengujian

Adapun maksud dari pengujian ini adalah untuk meningkatkan


pemahaman dasar mahasiswa dalam prestasi mesin khususnya pada turbin
pelton agar dapat diterapkan pada dunia kerja.
1.3 Tujuan
Adapun Tujuan pengujian alat uji turbin pelton ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui besar daya yang dihasilkan terhadap putaran pada head
efektif dan debit tertentu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Turbin Air


Turbin secara umum dapat diartikan sebagai mesin penggerak mula
dimana energi fluida kerja yang digunakan langsung memutar roda turbin,
fluida kerjanya dapat berupa air, uap air dan gas. Dengan demikian turbin air
dapat diartikan sebagai suatu mesin penggerak mula yang fluida kerjanya
adalah air (Munandar, 1997 ).
Prinsip kerja dari turbin air adalah memanfaatkan aliran air di dalam pipa
yang mengandung energi diarahkan ke roda turbin melalui nozzle, kemudian
energi yang di dalam air ini pada roda turbin di ubah bentuknya menjadi
energi mekanik berupa putaran. Putaran roda turbin inilah yang dimanfaatkan
untuk menggerakkan suatu beban, salah satu contohnya adalah untuk
menggerakkan generator pembangkit listrik.
Sistem turbin air umumnya terdiri dari komponen utama yaitu :
1. Sudu tetap (nozzle), berfungsi untuk mengarahkan aliran fluida kerja
(air) masuk ke dalam sudu gerak.
2. Sudu gerak, sudu gerak ini dipasang pada sekeliling roda turbin yang
mana fungsinya adalah untuk menerima tekanan dari kecepatan fluida
kerja air masuk dan keluar sudu.
3. Rotor (roda turbin), suatu tempat dudukan sudu gerak yang berfungsi
untuk meneruskan daya putar yang diterima dari sudu gerak keporos.
4. Poros, berfungsi untuk mentransmisikan daya atau tenaga bersama–
sama dengan putaran roda turbin dan juga dapat berfungsi untuk
mendukung suatu momen putar.
5. Stator (rumah turbin), berfungsi untuk melindungi atau untuk
pengamanan dari proses kerja turbindan juga untuk mendukung
konstruksi turbin secara keseluruhan.
6. Generator listrik, berfungsi untuk mengubah tenaga mekanis dari poros
turbin menjadi tenaga listrik.
2.2 Klasifikasi Turbin Air

Turbin air dibedakan dalam dua golongan utama, yaitu dipandang dari segi
pengubahan momentum fluida kerjanya.

2.2.1 Turbin Impuls

Turbin impuls disebut juga dengan turbin air tekanan sama karena tekanan
air yang keluar dari nosel tekanannya sama dengan tekanan atmosfir
sekitarnya. Sehingga energi potensial dan energi tekanan yang dimiliki oleh
aliran air dirubah semuanya menjadi energi kecepatan. Contoh dari Turbin
Impuls ini adalah Turbin Pelton, Turbin Crossflow dan lain–lain (Dietzel,
1988).

Gambar 2.1. Instalasi Turbin Impuls (Basyirun, 2008)

1. Turbin Pelton
Turbin pelton merupakan turbin impuls yang terdiri dari satu set sudu jalan
diputar oleh pancaran air dari satu atau lebih nozzle. Turbin pelton merupakan
salah satu dari jenis turbin air yang paling efisien dan cocok digunakan untuk
head tinggi.
Gambar 2.2. Runner Turbin Pelton (Basyirun, 2008)

Bentuk sudu turbin terdiri dari dua bagian yang simetris. Sudu dibentuk
sedemikian rupa sehingga pancaran air akan mengenai tengah–tengah sudu
dan pancaran air tersebut akan berbelok ke dua arah sehinga bisa
membalikkan pancaran air dengan baik dan membebaskan sudu dari gaya-
gaya samping. Untuk turbin dengan daya yang besar, sistem penyemprotan
airnya dibagi lewat beberapa nozzle. Dengan demikian diameter pancaran air
bisa diperkecil dan sudu lebih kecil.

2. Turbin Turgo

Turbin turgo dapat beroperasi pada head 30 s/d 300 meter. Turbin turgo
merupakan turbin impuls, tetapi sudunya berbeda. Pancaran air dari nozzle
membentur sudu pada sudut 20o. Kecepatan putar turbin turgo lebih besar dari
turbin pelton. Akibatnya dimungkinkan transmisi langsung dari turbin ke
generator sehingga menaikkan efisiensi total sekaligus menurunkan biaya
perawatan.

Gambar 2.3. Sudu Turbin Turgo dan Nozzle


(http://dc263.4shared.com/doc/CfSf4HEn/preview.html)

3. Turbin Crossflow

Salah satu jenis turbin impuls ini juga dikenal dengan nama Turbin
Michell-Banki yang merupakan penemunya. Selain itu juga disebut Turbin
Osberger yang merupakan perusahaan yang memproduksi turbin crossflow.
Turbin crossflow dapat dioperasikan pada debit 20 liter/sec hingga 10 m3/sec
dan head antara 1 s/d 200 m.
Gambar 2.4. Instalasi Turbin Crossflow (Basyirun, 2008)

Turbin crossflow menggunakan nosel persegi panjang yang lebarnya


sesuai dengan lebar runner. Pancaran air masuk turbin dan mengenai sudu
sehingga terjadi konversi energi kinetik menjadi energi mekanis. Air mengalir
keluar membentur sudu dan memberikan energinya (lebih rendah dibanding
saat masuk) kemudian meninggalkan turbin.Runner turbin dibuat dari
beberapa sudu yang dipasang pada sepasang piringan paralel.

Gambar 2.5. Runner Turbin Crossflow


(http://rimoo.files.wordpress.com/2009/02/crossflow.jpg)

2.2.2 Turbin Reaksi


Turbin reaksi disebut juga dengan turbin tekanan lebih karena tekanan air
sebelum masuk roda turbin lebih besar dari pada tekanan air saat keluar roda
turbin. Secara umum dapat dikatakan bahwa aliran air yang masuk keroda
turbin mempunyai energi penuh, kemudian energi ini dipakai sebagian untuk
menggerakkan roda turbin dan sebagian lagi dipergunakan untuk
mengeluarkan air kesaluran pembuangan. Jenis turbin reaksi yang sering
digunakan antara lain, turbin francis, turbin propeller atau Kaplan (Dietzel,
1988).
Gambar 2.6. Instalasi Turbin Reaksi (Basyirun, 2008)

2.2.3 Kecepatan spesifik

Kecepatan spesifik dapat didefinisikan sebagai jumlah putaran roda turbin


dimana dapat dihasilkan daya 1 kW untuk setiap jatuh air 1 m (Eisenring,
1991). Dalam bentuk persamaan kecepatan spesifik dapat dirumuskan
sebagai:

n√ P
Ns = 5
(H ¿ ¿ ef ) ¿
4

Dimana :

P = Daya (Kw)

Hef = Tinggi Jatuh Efektif ( m )

n = Kecepatan Putaran Turbin (rpm )

2.3 Kandungan Energi Dalam Aliran Zat Cair

Energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan usaha.


Energi tidak dapat diciptakan maupun dihilangkan tapi hanya dapat diubah.
Begitu juga dengan air yang mengalir dari ketinggian tertentu, dimana aliran
tersebut mengandung energi yang dapat dimanfaatkan untuk memutar roda
turbin (Dietzel, 1988).
Menurut Bernoulli apabila air dialirkan dalam pipa dari ketinggian tertentu
(z) dan tidak terdapat energi yang masuk atau keluar, maka besar energi yang
dikandung oleh air tersebut adalah :

W= Energi Tempat + Energi Tekanan + Energi Kecepatan

P V2
W=mgz+m +m
ρ 2

Dimana :

W = energi yang dikandung air ( Nm )


m = massa zat cair (kg)
g = Gravitasi bumi ( m/s2 )
z = Ketinggian suatu tempat yang dipakai sebagai referensi
P = Tekanan ( N/m2 )
ρ = Massa Jenis zat cair ( kg/m3)
v = Kecepatan aliran pada pipa ( m/s )

2.4 Orifice Flowmeter


Pada dasarnya orifice berupa pelat tipis dengan lubang di bagian tertentu
(umumnya di tengah), udara yang mengalir akan melewati penampang yang
lebih kecil sehingga terjadi perbedaan tekanan dan kecepatan. Titik terjadinya
kecepatan maksimum dan tekanan minimum disebut “Vena contracta”.
Dengan menggunakan persamaan Bernoulli dapat diperoleh laju aliran volume
dan massa.
Gambar 2.7. Orifice Flowmeter
Keterangan :
P1 = tekanan upstream
P2 = tekanan downstream (pada vena contracta)
P3 = tekanan setelah terjadi pemulihan (setelah melewati vena
contracta)

d1 = diameter dalam pipa

d2 = diameter orifice

Ada beberapa persamaan yang menjadi dasar dalam penurunan rumus


pada orifice:

a. Persamaan Bernoulli

P 1 V 21 P V2
+ + h 1 = 2 + 2 + h2
ρg 2g ρg 2g

Karena aliran pada pipa horizontal, maka h1 = h2 , sehingga

P 1−P2 V 21−V 22
=
ρg 2g

b. Persamaan Kontinuitas

ṁ 1= ṁ 2

ρ 1 A1 V1 = ρ 2 A2 V2
Untuk fluida inkompressibel ρ 1 = ρ 2, Sehingga

A1 V1 = A2 V2

A1
V2 = x V1
A2

d1 2
V2 =( ) x V1
d2

PA = P1 + ρ udara x g x (h + y)

PB = P2 + ρ udara x g x y x ρ minyak x g x h

_________________________________ _

0 = P1 - P2 + ρ air x g x h – ρ hg x g x h

( ρ hg - ρ air ) x g x h = P1 - P2

V 21−V 22
( ρ hg - ρ air ) x g x h = x ρ air x g
2g

ρHg d1
( – 1 ) 2. g. h = (( )4 – 1) V 21
ρair d2

ρHg


2. g . h( – 1)
ρair
V1 = ¿
d
( 1 )4 –1¿
d2

a) Debit air teoritis yang melalui pipa

Q th = A1 V1 ( m3/s )

b) Debit air aktual yang melalui pipa

Q act = Cd. Q th

2.5 Parameter Prestasi Turbin Pelton


2.5.1 Daya Turbin

Daya (Pact) = T x ω

Dimana :

T=Fxr
F=mxg

2 πn
ω=
60

2.5.2 Debit

Debit air merupakan hal yang sangat menentukan dalam perencanaan


turbin air, karena daya dihasilkan oleh turbin sangat tergantung pada debit air
yang tersedia. Menurut persamaan kontinuitas debit air (Lynkaran, 1992 )
yang mengalir dalam pipa bertekanan dapat ditentukan dengan persamaan :

Q th = A V

Dimana :

Q th= Debit air (m3/s)

v = kecepatan aliran air (m/s)

A = Luas penampang pipa (m2)

Debit aktual (Qact) = Cd. Q th

2.5.3 Tinggi Jatuh Air (H)

Ada dua macam tinggi jatuh air pada suatu instalasi pembangkit listrik
yaitu : tinggi jatuh air aktual dan tinggi jatuh air efektif. Untuk jenis turbin air
tekanan sama tinggi jatuh air aktualnya dihitung dari permukaan air di kolam
penampung sampai ke tengah–tengah pancaran air dari nozzle . Sedangkan
untuk jenis air tekanan lebih tinggi jatuh air aktual dihitung dari permukaan
air di kolam penampung sampai ke permukaan air bawah.
Gambar 2.8. Tinggi Jatuh Air Aktual Untuk Turbin Tekanan Sama
(Dietzel, 1988)

Yang dimaksud dengan tinggi jatuh air efektif adalah tinggi jatuh air
aktual dikurangi total kerugian energi (Head losses) disepanjang saluran.
Dalam bentuk persamaan head efektif (Lynkaran, 1992) dapat dirumuskan
sebagai :

p
H ef =
ρx g
Dimana :
H ef = Head efektif (m)
P = Tekanan Zat Cair (N/m2)
g = Gravitasi Bumi (m/s2)

2.6 Penelitian Terdahulu


2.6.1 Pengujian Turbin Pelton
1. Metodologi Penelitian
Prosedur pengujian:
a. Tekan tombol emergency
b. Hubungkan sumber listrik
c. Buka katup bola (Ball Valve)
d. Atur katup spear valve pada nozel sampai jarum tidak tampak
e. Kedua spear valve tidak boleh tertutup
f. Pengatur beban terbuka
g. Putar atau lepaskan tombol emergency
h. Nyalakan pompa, putar saklar ke kanan
i. Lakukan pengaturan sesuai kebutuhan, berikan beban secukupnya
j. Setelah pengambilan data tekanan dapat diturunkan dengan mengatur
katup bola by pass
k. Mematikan, turunkan tekanan
l. Tekan tombol emergency

2. Hasil dan Analisa

P H, n, Kecepa
F, Daya Kecepa
Nozzl Vent Putar tan Daya Efisensi
N Beb meka tan
e uri an sembu hidrolik turbin
o. an nik Bucket
(Kg/c (mm (rpm ran Air (watt) (%)
(N) (watt) m/s
m²) Hg) ) m/s

1 1 62 10 472 9,880 385,340 1,92 91,76319 10,76742


533 8 718 489

12,62 492,289 92,50026 13,64623


2 1,2 63 10 603
28 2 2,304 281 15

12,60 491,472 93,23150 13,51674


3 1,4 59 10 602
187 8 2,688 156 751

18,27 712,717 91,02016 20,07774


4 1,6 61 10 823
48 2 3,072 311 912

21,43 835,993 94,67703 22,64089


5 1,8 66 10 1024
573 6 3,456 74 997

Tabel 2.1. Tabel Hasil Perhitungn Data Praktikum Nozel

Pada Tabel Grafik Putaran mesin (n) terhadp Beban (Nm) diberikan gaya
yaitu pada putaran 472 rpm sampai 1024 rpm gaya masih tetap konstan yaitu
menunjukkan angka 10 Newton.

Grafik 2.1. Grafik Putaran Mesin (rpm) Terhadap Gaya (N)

Pada grafik Putaran Mesin (n) terhadap Daya mekanik (watt) pada 472
rpm menunjukkan daya mekanik 9,8 watt. Peningkatan yang sanggat pesat
terjadi di 1024 rpm deya mekanik mencapai 21,4 watt.
Grafik 2.2. Grafik Putaran Mesin (rpm) Terhadap Daya Mekanik (kW)

Pada grafik Putaran Mesin (n) terhadap Kecepatan Bucket m/s pada 472
rpm menunjukkan Kecepatan Bucket 385,3408m/s. Pada putaran mesin
tertinggi yaitu 1024 rpm menunjukkan Kecepatan Bucket 835,9936 m/s.

Grafik 2.3. Grafik Putaran Mesin (rpm) Terhadap Kecepatan Bucket (m/s)

Pada grafik putaran mesin terhadap kecepatan semburan air rata-rata di


setiap kenaikan putaran mesin menungukan kenaikan pula pada kecepatan
semburan air dan yang tertinggi pada 1024 rpm menunjukan kecepatan
semburan air 3.456 m/s.

Grafik Putaran Mesin (rpm) Terhadap Kecepatan Semburan Air (m/s)


4
3.46
Kecepatan semburan Air m/s

3.5 3.07
3 2.69
2.5 2.3
1.92
2
1.5
1
0.5
0
472 603 602 823 1024
Putaran (rpm)

Grafik 2.4. Grafik Putaran Mesin (rpm) Terhadap Kecepatan Semburan Air (m/s)

Pada grafik putaran mesin (rpm) terhadap daya mesin (watt) pada 472 rpm
Menunjukan daya 111,58 watt pada 602 rpm terjadi penurunan daya yaitu
108,97 watt , Akan tetapi kenaikan daya yang paling besar terjadi di 1024
rpm yaitu 115,123 watt.

Grafik 2.5. Grafik Putaran Mesin (rpm) Terhadap Daya Hidrolik (kW)

Pada grafik Putaran Mesin (rpm) Terhadap Efisiensi Turbin pada


kecepatan 472 rpm Menunjukkan Efisiensi 10,7 % . Terjadi kenaikan yang
sangat segifikan pada kecepatan 823 yaitu 20 % .dan yang paling tinggi
efisiensinya pada kecepatan putaran 1024 rpm yaitu 22 %.
Grafik 2.6. Grafik Putaran Mesin (rpm) Terhadap Efisiensi Turbin

2.6.2 Evaluasi Untuk Kerja Turbin Air Pelton Terbuat dari Kayu dan
Bambu Sebagai Pembangkit Listrik Ramah Lingkungan untuk
Pedesaan
1. Metodologi Penelitian

Pengujian dilakukan menggunakan sarana fasilitas uji turbin air yang telah
ada di Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM . Fasilitas uji terdiri dari
bak penampung atau reservoir , pipa pesat, gate valve, dudukan turbin uji dan
rumah uji. Roda turbin dibuat dari papan kayu yang disusun dan dipola
berbentuk lingkaran. Di sisi luar dari roda turbin dibuat slot atau alur sebagai
dudukan untuk sudu-sudu. Sudu-sudu turbin atau runer dibuat dengan
menggunakan ruas bambu petung yang sudah dipilih berdasar pada kesamaan
diameter bambu dan ketebalannya.
Setiap sudu dibuat menggunakan satu ruas bambu yang dibelah setangkup
atau sama. Salah satu ujung belahan bambu tersebut yaitu bagian pangkal
dibiarkan dengan setengah buku atau nodia yang masih utuh untuk
ditempatkan sebagai bagian lingkaran terluar dari konstruksi roda turbin dan
sudu. Ini dimaksud agar pancaran air dari nosel yang mengenai sudu tidak
akan mengalir keluar keatas, namun akan tetap mengikuti lengkung atau
cekung ruas bambu tersebut. Selanjutnya bagian belahan yang lain yaitu
bagian ujung yang tidak bernodia dimasukan ke dalam dudukan sudu yang
sudah dibuat di sekeliling roda turbin dan dikunci menggunakan batang (pin)
pengunci. Dengan demikian sudu tersebut akan duduk secara tetap
disekeliling roda turbin. Tinggi sudu dibuat hingga % dari panjang ruas.
Poros dipasang tetap pada pusat roda turbin dan dengan sistem belt and pulley
disambung ke generator. Variasi percobaan dilakukan dengan berbagai
pembukaan katup (gate valve) pada pipa pasat untuk menvariasikan debit
aliran, Guna memperoleh variasi pancaran nosel agar dapat diperoleh variasi
daya yang dihasilkan, maka dibuat dua jenis nosel dengan bentuk penampang
geometri empat persegi panjang dan lingkaran dengan luasan yang sama.
Nosel dengan penampang lingkaran adalah geometri standar yang umum
dipakai pada turbin Pelton.
Untuk nosel berpenampang empat persegi panjang dibuat panjangnya
sama dengan tinggi sudu dan lebarnya dibuat cukup tipis untuk memperoleh
penampang pancaran air yang dapat mengikuti lengkung sudu. Unjuk kerja
turbin dengan menggunakan dua jenis penampang geometri nosel tersebut
kemudian dibandingkan. Posisi nosel terhadap sudusudu turbin saat kerja.
2. Hasil dan Pembahasan
Pengujian pertama dilakukan dengan kondisi turbin tanpa beban dengan
variasi tinggi jatuh, bentuk nosel dan debit aliran air, untuk melihat unjuk
kerjanya terhadap putaran. Hubungan debit air dengan kecepatan putar untuk
geometri nosel berpenampang empat persegi panjang disajikan pada Grafik
2.7. Hasil uji pada Grafik 2.7 menunjukkan bahwa hubungan antara debit air
dengan kecepatan putar menunjukkan kecenderungan yang normal, yaitu
semakin beşar debit air yang maşuk ke turbin mengakibatkan putaran turbin
semakin beşar untuk berbagai tinggi jatuh yang dibuat tetap.

Grafik 2.7. Grafik hubungan debit dengan putaran untuk nosel


berpenampang empat persegi panjang.
Putaran akan menuju ke titik maksimum untuk setiap tinggi jatuh yang
diberikan. Pada penelitian ini diperoleh kecepatan putar maksimum dengan
menggunakan nosel empat persegi panjang adalah sebesar 794,40 rpm pada
tinggi jatuh 9.15 m dengandebit 0,0064 m3/s tanpa beban. Untuk nosel
berpenampang lingkaran, hasil yang diperoleh disajikan pada Grafik 2.8.
Kecenderungan hasil yang sama diperoleh dari nosel berpenampang empat
persegi panjang sebagaimana juga dapat dilihat pada Grafik 2.8. Putaran yang
diperolah dengan menggunakan nosel berpenampang lingkaran terlihat lebih
kecil dibanding dengan putaran menggunakan nosel berpenampang empat
persegi panjang. Ini diperkirakan karena penampang pancaran atau jet
berbentuk lingkaran yang mengenai sudu yang berbentuk lengkung
memanjang, mengakibatkan proses konversi momentumnya tidak optimum.
Kecepatan putar maksimum yang diperoleh untuk penggunaan nosel
berpenampang lingkaran adalah sebesar 663 rpm pada tinggi jatuh 9,15 m
dengan debit 0,0064 m3/s tanpa beban.

Grafik 2.8. Grafik hubungan debit dengan putaran untuk nosel


berpenampang lingkaran.
Perbandingan kecepatan putar yang dihasilkan antara nosel berpenampang
empat persegi panjang terhadap nosel berpenampang lingkaran dapat dilihat
pada Grafik 2.9. Penggunaan nosel empat persegi panjang menghasilkan
peningkatan putaran sekitar 25% terhadap nosel dengan penampang lingkaran
untuk kondisi tinggi jatuh yang sama. Hal ini diperkirakan berasal dari proses
perubahan momentum saat pancaran air dari nosel menumbuk sudu yang
dipengaruhi oleh penampang geometri pancaran.

Grafik 2.9. Grafik perbandingan kecepatan putaran kedua jenis nosel.


Hasil ini secara konsisten juga dapat diamati dari unjuk kerja berupa daya
luaran yang diperoleh untuk kedua jenis nosel sebagaimana diberikan pada
Grafik 2.10. Pada penelitian ini diperoleh kenaikan daya luaran sekitar 40%
pada penggunaan nosel berpenampang empat persegi panjang dibanding
nosel berpenampang lingkaran untuk kondisi debit dan tinggi jatuh yang
sama. Debit aliran air yang menghasilkan daya maksimum untuk masing-
masing penampang geometri nosel terlihat hampir sama.

Grafik 2.10. Grafik hubungan debit dengan daya luaran kedua jenis nosel
untuk beban yang sama.
Selanjutnya unjuk kerja turbin dianalisis terhadap efısiensi konversi
energi yang dihasilkan oleh kedua jenis penampang nosel yang diuji.

Grafik 2.11 menunjukkan efısiensi konversi energi pada turbin untuk


kedua jenis nosel tersebut untuk pembebanan yang diberikan sebesar 300
Watt. Hasil pengujian memberikan bahwa nosel dengan penampang empat
persegi panjang memberikan efisiensi yang lebih baik dibanding nosel
dengan penampang lingkaran. Peningkatan efisiensi turbin rerata sekitar 6%
dapat diperoleh terhadap penggunaan nosel dengan penampang lingkaran.
Untuk nosel berpenampang lingkaran, efısiensi yang dihasilkan adalah rerata
sekitar 21,58% untuk berbagai debit aliran air pada tinggi jatuh 7 m.
Sementara itü nosel dengan penampang empat persegi panjang mampu
menghasilkan efisiensi rerata sebesar 27,59%.

Efisiensi turbin Pelton dengan sudu yang terbuat dari bambu masih lebih
rendah dibanding dengan umumnya turbin Pelton yang menggunakan sudu
terbuat dari logam yang bentuk sudunya dapat dirancang dan dimanufaktur
namun banyak memberikan limbah pencemar dalam rantai proses
produksinya.
Grafik 2.11. Grafik perbandingan efisiensi dengan debit air kedua jenis
nosel untuk beban yang sama.

Keterbatasan geometri lengkung memanjang dari bambu yang terbentuk


secara alamiah kelihatannya menjadi penyebab diperolehnya unjuk kerja
yang kurang baik. Namun demikian pembuatan turbin yang relatif sederhana
serta dapat dilakukan pada tingkat teknologi dan material yang tersedia di
pedesaan dan dengan sifat ramah lingkungan, menjadikan turbin dengan
sudu terbuat dari bambu dan roda turbin dari kayu perlu terus dikembangkan
dan diimplementasikan terlebih untuk mendukung program kemandirian
energi di pedesaan. Peningkatan unjuk kerja dapat dilakukan dengan
perubahan bentuk penampang nosel menjadi empat persegi panjang yang
secara baik menyesuaikan dengan bentuk lengkung dan memanjang alamiah
bambu yang ada sehingga perubahan momentum pada sudu dapat
berlangsung lebih optimum.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Instalasi Alat Uji


Skema Alat Peraga Turbin Pelton dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Skema Prosedur Pengoperasian Alat Peraga Turbin Pelton

3.2 Prosedur PengujianAlat Peraga Turbin Pelton


Adapun prosedur dalam pengujian Alat Peraga Turbin Pelton adalah
sebagai berikut:
1. Buka penuh katup by pass dan tutup penuh katup utama.
2. Hidupkan pompa merubah posisi stop kontak pompa pada posisi ON.
3. Tutup katup by pass 20o dan buka katup utama hingga air memutar sudu
turbin.
4. Ukur beda ketinggian air raksa pada saat air melewati orifice dengan
menggunakan diffrential manometer dan
5. Beri beban pada dynamometer sebesar 0,25 kg
6. Ukur kecepatan poros turbin dengan tachometer, lakukan pencatatan
data
7. Ulangi langkag ke-4 dan ke-5 dengan variasi beban berbeda hingga
putaran poros berhenti
8. Variasikan bukaan katup utama hingga maksimal debit dapat terukur
ulangi langkah 4 hingga langkah 7
9. Setelah selesai pengujian stop kontak pada pompa dikembalikan pada
posisi Off.

Anda mungkin juga menyukai