FINAL PROJECT
Dosen Pembimbing
Enggal Nurisman, MT
Disusun oleh:
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1. Turbin Pelton
Turbin Pelton merupakan turbin impuls, karena turbin pelton terjadi akibat
pembelokan pancaran air pada mangkok ganda runner. Oleh karena itu turbin pelton
disebut juga turbin pancaran bebas. Aliran air yang keluar dari nosel tekanannya
sama dengan tekanan atmosfir di sekitarnya. Energi tinggi tempat dan tekanan
ketika masuk sudu jalan turbin diubah menjadi energi kecepatan.
Pada roda turbin terdapat sudu, yaitu suatu konstruksi lempengan dengan
bentuk dan penampang tertentu, air sebagai fluida kerja mengalir melalui ruangan
diantara sudu tersebut, dengan demikian roda turbin akan dapat berputar dan pada
sudu akan ada gaya yang bekerja. Gaya tersebut akan terjadi karena ada perubahan
momentum dari fluida kerja air yang mengalir diantara sudu-sudunya. Sudu
hendaknya dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat terjadi perubahan momentum
pada fluida kerja air tersebut (Wiranto, 1997)
Prinsip kerja dari turbin pelton adalah mengubah energi potensial air
menjadi energi mekanis. Turbin pelton merupakan suatu alat yang merubah energi
kinetik dan energi potensial dari air menjadi energi gerak rotasi pada poros turbin.
Turbin pelton dipakai untuk tinggi air jatuh yang besar. Aliran air dalam pipa akan
keluar dengan kecepatan tinggi. Tinggi air jatuh ( H ) dihitung dari permukaan air
di atas sampai ke tengah-tengah pancaran air. Bentuk sudu turbin terdiri dari 2
bagian yang simetris. Dimaksudkan supaya bisa membalikkan pancaran air dengan
baik dan membebaskan sudu dari gaya-gaya samping. Tidak semua sudu menerima
pancaran air, hanya sebagian-sebagian saja secara bergantian tergantung posisi
sudu tersebut.
Jumlah noselnya tergantung pada kapasitas air. Air keluar melalui nosel
mula-mula dirubah menjadi energi kinetik, dan pancaran air yang tinggi akan
diterima sudu. Maka energi akan dipindah dari air ke bucket sehingga runner
berputar. Untuk turbin pelton dengan daya yang kecil bisa diatur dengan hanya
menggeserkan kedudukan jarum sudu. Maksudnya untuk menghindari adanya
tekanan tumbukan yang besar di dalam pipa pesat yang timbul akibat penutupan
nosel dengan tiba-tiba.
Tekanan statis dari tinggi air jatuh menghasilkan tekanan dinamis yang
bekerja dialiran air berupa energi kecepatan, bila aliran air ini dihentikan secara
tiba-tiba maka energi kecepatan ini berubah menjadi energi tumbukan. Untuk
menghindari tekanan tumbukan kerjanya jarum nosel dibantu dengan
perlengkapana yang disebut dengan pembelok pancaran. Pada saat beban turbin
berkurang dengan tiba – tiba pembelok pancaran berayun ke muka jarum nosel
lebih dulu, sehingga arah pancaran air dari nosel ke sudu jalan menjadi berbelok.
Kemudian baru jarum nosel bergeser memperkecil penampang keluar nosel,
pembelok pancaran akan tetap berada di pinggir pancaran air.
Besarnya arus yang dihasilkan oleh motor induksi tergantung pada besarnya
putaran alternator dan kekuatan medan magnet. Altenator menghasilkan listrik
dengan prinsip yang sama pada generator DC, yakni adanya arus pengumpan yang
disebut arus eksitasi saat terjadi medan magnet disekitar kumparan. Dari alternator
dapat di ukur arus (I) dan tegangan keluaran (V) yang kemudian digunakan untuk
menentukan besarnya daya yang dihasilkan. Generator memiliki 3 bagian yang
penting, yaitu :
3.6.1. Rotor
Rotor adalah bagian yang berputar yang menjadi satu dengan poros
alternator yang terdapat magnet permanen atau lilitan induksi magnet. Pada rotor
terdapat bagian yang berfungsi sebagai kutub magnet yang terletak pada sisi luar
dari lilitan. Rotor ditumpu oleh dua buah bearing, pada bagian depannya terdapat
puli. Rotor berfungsi menghasilkan medan magnet yang menginduksikan ke stator.
3.6.2. Stator
Stator adalah bagian yang statis pada altenator yang berupa inti besi yang
dibungkus dengan kawat tembaga. Bagian ini berupa lilitan yang berfungsi untuk
menghasilkan arus bolak-balik (AC).
3.6.3. Dioda
Dioda mengkonversi arus bolak-balik yang dihasilkan oleh pasangan rotor
dan stator menjadi arus searah.
BAB III
PERHITUNGAN
3.1. Berikut adalah contoh perhitungan untuk turbin dengan jumlah sudu 16 dan
dengan diameter nosel ¾ inchi
= 7,40 x 3,18
= 23,51 Watt
3.2. Berikut adalah contoh perhitungan Untuk turbin dengan jumlah sudu 16
dengan diameter nosle ½ inchi
= 13,43 x 4,45
= 59,73 Watt
Dari Gambar 1 bisa dilihat bahwa daya maksimal yang dihasilkan nosel
dengan jumlah sudu 16 diameter ½ inchi adalah sebesar 75 watt pada putaran 309
rpm, sedangkan daya maksimal yang dihasilkan nosel dengan diameter ¾ inchi
adalah sebesar 42 watt pada putaran 218 rpm.
Turbin pelton dengan jumlah sudu 16 yang dihubungkan dengan generator
menghasilkan putaran maksimal sebesar 526,03 rpm, dengan menggunakan nosel
berdiameter ½ inchi sedangkan dengan menggunakan nosel berdiameter ¾ inchi
putaran maksimal yang mampu dihasilkan sebesar 379,27 rpm. Dari Gambar 4.1
dapat dilihat bahwa pada turbin dengan jmlah sudu 16 yang mengalami perubahan
diameter nosel yang digunakan dari ½ inchi menjadi ¾ inchi mengakibatkan daya
yang dihasilkan turbin pelton menurun sebesar 44 %.
4.2. Hubungan efisiensi dengan putaran generator
Dihasilkan grafik hubungan antara efisiensi dengan putaran yang mampu
dihasilkan turbin jumlah sudu 16 dengan noselberdiameter½ inchi dan ¾ inchi
seperti pada Gambar 2
5.1. Kesimpulan
1. Pada turbin pelton dengan sudu 16 dan menggunakan nosel ½ inchi mampu
menghasilkan daya sebesar 75 watt pada putaran 309 rpm. Turbin ini
mempunyai nilai efisiensi sebesar 25,2 %.
2. Pada turbin pelton dengan sudu 16 dan menggunakan nosel ¾ inchi mampu
menghasilkan daya sebesar 42 watt pada putaran 218 rpm. Turbin ini
mempunyai nilai efisiensi sebesar 11,7 %.
5.2. Saran
1. Sambungan pipa dibuat minimal, pembuatan nosel dibuat dengan tingkat
kehalusan yang maksimal supaya rugi-rugi yang terjadi kecil.
2. Sambungan pipa dibuat minimal, pembuatan nosel dibuat dengan tingkat
kehalusan yang maksimal supaya rugi-rugi yang terjadi kecil.
3. Pembuatan poros hendaknya menggunakan bahan yang lebih tahan
terhadap korosi supaya turbin bisa bertahan lama.
4. Pembuatan poros hendaknya menggunakan bahan yang lebih tahan
terhadap korosi supaya turbin bisa bertahan lama.
5. Konstruksi hendaknya dibuat agar mudah dibongkar dan dipasang kembali,
sehingga tidak memerlukan waktu yang lama untuk mengganti sudu yang
patah.
DAFTAR PUSTAKA
Dietzel, Fritz, 1996, Turbin Pompa dan Kompresor, cetakan ke-5, Penerbit,
Erlangga, Jakarta.
Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen
Mesin, Cetakan ke-11. Jakarta: PT. Pradnya.
Thake, Jeremy, 2000, The Micro-Hydro Pelton Turbine Manual, ITDG,
Southampton Row, London.