Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH TURBIN PELTON

Untuk Memenuhi Tugas Dari Mata Kuliah Praktikum Mesin

Disusun oleh :
Nama : Muhamad Alfa Rezki
NIM : 181010350105
Kelas : 08 TMSE 002

FAKULTAS TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Witana Harja No. 18b, Pamulang Barat
Kec. Pamulang Kota Tangerang Selatan

2022
ABSTRAK

Turbin adalah sebuah mesin berputar yang mengambil energi dari aliran fluida. Turbin
pelton merupakan suatu alat yang merubah energi kinetik air menjadi mekanik. Prinsip kerja
dari turbin pelton adalah energi fluida dari air sebagai fluida kerja diubah menjadi energi
mekanis pada nosel dan diarahkan membentur sudu-sudu turbin. Setelah membentur sudu-
sudu turbin, arah kecepatan aliran akan berubah sehingga terjadi perubahan momentum
(impuls) yang nantinya digunakan untuk menghasilkan daya poros (mekanis) untuk memutar
motor listrik. Tujuan praktikum turbin pelton ini adalah untuk mengetahui performansi atau
efisiensi dan cara kerja dari turbin pelton. Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini
adalah turbin pelton, pompa, pressure gauge, spear, indikator gaya rem, rem prony, tachometer,
flow meter, dan motor. Data yang akan diperoleh adalah RPM, Head Statis, Kapasitas (Q),
Tekanan (P), dan Gaya Pembebanan (F). Variabel yang digunakan dalam praktikum turbin
pelton ini adalah sebagai berikut, dimana variabel kontrolnya adalah panjang lengan, dan
diameter pipa. Variabel manipulasi yang diberikan adalah RPM turbin, pada praktikum ini
terdapat enam variasi putaran Rpm yaitu pada putaran 1000 rpm, 1100 rpm, 1200 rpm, 1300
rpm, 1400 rpm dan 1500 rpm. Variabel responnya terdiri dari kapasitas (Q), tekanan (P), aliran
dan (F) gaya pembebanan. Kesimpulan dari praktikum turbin pelton ini adalah dengan
mengkonversi setiap data yang diperoleh dari percobaan turbin pelton maka kita dapat
mengetahui performasi atau efisiensi dari turbin pelton itu sendiri. Aplikasi turbin di bidang
marine terletak pada sistem penggerak utama kapal yaitu terdapat pada kapal yang
menggunakan waterjet sebagai penggerak utama kapal (prime mover). Sedangkan aplikasi
turbin di bidang non-marine adalah turbin pembangkit listrik tenaga air yang biasanya
diaplikasikan pada air terjun atau bendungan yang memiliki head tinggi dan aliran konstan.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara umum, mata kuliah mesin fluida mencakup pembahasan tentang defenisi dan
jenis-jenis fluida, sifat dan karakteristik fluida, aliran fluida, jenis-jenis dan spesifikasi
mesin fluida dan hubungan fluida dengan mesin fluida. Mesin fluida adalah mesin yang
berfungsi mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial atau sebaliknya
mengubah energi fluida (energi potensial dan energi kinetik) menjadi energi mekanik
poros. Fluida yang dimaksud merupakan fluida dalam fasa cair, gas atau uap.
Praktikum mesin fluida dilakukan sebagai penunjang pembelajaran mata kuliah mesin
fluida agar para mahasiswa teknik sistem perkapalan dapat memahami secara langsung
melalui pengamatan, pencatatan, pengolahan data, dananalisa bagaimana cara kerja dari
mesin fluida itu sendiri, dalam kesempatan kali ini yang menjadi pembahasan adalah
turbin pelton. Tujuan praktikum ini adalah setelah mengikuti serangkaian praktikum
turbin pelton diharapkan mahasiswa mahasiswa dapat memahami konsep, cara kerja,
performasi serta efisiensi dari turbin pelton.
Dalam mata kuliah mesin fluida dirasa perlu dilaksanakan praktikum untuk para
mahasiswa yang mengambil mata kuliah tersebut. Praktikum ini terbagi menjadi lima
serangkaian praktikum yaitu turbin pelton. Praktikum pompa sentrifugal, praktikum pipa
air, praktikum pipa udara dan praktikum sistem pneumatis. Praktikum ini berfungsi
sebagai salah satu sarana bagi para mahasiswa untuk belajar secara nyata tentang mesin
fluida itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara menghitung performasi atau efisiensi pada turbin pelton?
2. Bagaimana cara kerja turbin pelton?

1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum turbin pelton :
1. Mengetahui performasi atau efisiensi dan cara kerja dari turbin pelton.
2. Mengetahui cara kerja dari turbin pelton.
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengertian Turbin


Turbin adalah suatu alat atau mesin berputar yang mengambil energi dari aliran fluida.
Cara kerjanya secara rotari (gerak rotasi / berputar), di mana energi fluida kerjanya yang
langsung dipergunakan untuk memutar roda turbin melalui nosel di teruskan ke sudu-
sudunya. Bagian turbin yang berputar dinamakan rotor atau roda turbin, sedangkan
bagian yang tidak berputar dinamakan stator atau rumah turbin. Roda turbin terletak di
dalam rumah turbin dan roda turbin memutar poros daya yang menggerakan atau
memutar bebnya (generator listrik, pompa, kompresor, baling-baling dan mesin lainya).
Didalam turbin fluida kerja mengalami proses ekspansi, yaitu proses penurunan tekanan,
dan mengalir secara kontinu. Fluida kerjanya bisa berupa air, gas atau uap air.

Gambar 2.1 Turbin


Sumber : id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Turbine_ship_propulsion.jpg

2.2 Jenis-jenis Turbin

2.2.1 Berdasarkan Energi yang Digunakan

a) Turbin Uap (Steam Turbine)


Turbin uap menggunakan media uap air sebagai fluida kerjanya.
Banyak digunakan untuk pembangkit tenaga listrik dengan
menggunakan bahan bakar batubara, solar, atau tenaga nuklir. Prinsip
dari turbin ini adalah untuk mengkonversi energi panas dari uap air
menjadi energi gerak yang bermanfaat berupa putaran rotor.
Gambar 2.2.1 (a) Komponen Turbin Uap
Sumber : http://klikinfoinfo.blogspot.co.id/2016/02/pengertian-
turbin-uap.html

b) Turbin Air
Dalam pembangkit listrik tenaga air (PLTA), turbin air merupakan
peralatan utama selain generator. Turbin air adalah alat untuk
mengubah energi potensial air menjadi menjadi energi mekanik. Energi
mekanik ini kemudian diubah menjadi energi listrik oleh generator.
Turbin air dikembangkan pada abad ke-19 dan digunakan secara luas
untuk pembangkit tenaga listrik.

Gambar 2.2.1 (b) Komponen Turbin Air


Sumber : http://punyaneazat.blogspot.co.id/2017/04/jenis-jenis-
turbin-air.html

c) Turbin Angin
Turbin angin adalah kincir angin yang digunakan untuk
membangkitkan tenaga listrik. Turbin angin ini pada awalnya dibuat
untuk mengakomodasi kebutuhan para petani dalam melakukan
penggilingan padi, keperluan irigasi, dll. Turbin angin terdahulu banyak
dibangun di Denmark, Belanda, dan negara-negara Eropa lainnya dan
lebih dikenal dengan Windmill.
Kini turbin angin lebih banyak digunakan untuk mengakomodasi
kebutuhan listrik masyarakat dengan menggunakan prinsip konversi
energi dan menggunakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui
yaitu angin. Walaupun sampai saat ini pembangunan turbin angin
masih belum dapat menyaingi pembangkit listrik konvensional (Contoh:
PLTD,PLTU,dll), turbin angin masih lebih dikembangkan oleh para
ilmuwan karena dalam waktu dekat manusia akan dihadapkan dengan
masalah kekurangan sumber daya alam tak terbaharui (batubara,
minyak bumi) sebagai bahan dasar untuk membangkitkan listrik.

Gambar 2.2.1 (c) Bagian-bagian Turbin Angin


Sumber : http://www.alpensteel.com/article/116-103-energi-
angin--wind-turbine--wind-mill/2282--komponen-turbin-angin

d) Turbin Gas
Turbin gas adalah suatu penggerak mula yang memanfaatkan gas
sebagai fluida kerja. Di dalam turbin gas energi kinetik dikonversikan
menjadi energi mekanik berupa putaran yang menggerakkan roda
turbin sehingga menghasilkan daya. Bagian turbin yang berputar
disebut rotor atau roda turbin, dan bagian turbin yang diam disebut
stator atau rumah turbin. Rotor memutar poros daya yang
menggerakkan beban (generator listrik, pompa, kompresor atau yang
lainnya). Turbin gas merupakan salah satu komponen dari suatu sistem
turbin gas. Sistem turbin gas yang paling sederhana terdiri dari tiga
komponen yaitu kompresor, ruang bakar dan turbin gas.

Gambar 2.2.1 (d) Komponen Turbin Gas


Sumber :
http://engineandsystem.blogspot.co.id/2015/11/konsep-dasar-
prinsip-kerja-gas-turbine.htm
2.2.2 Berdasarkan Prinsip Kerja

a) Turbin Impuls
Energi potensial yang terdapat pada uapnya dikonversi menjadi
energi kinetik di dalam nosel atau laluan yang dibentuk oleh sudu-sudu
diam yang saling berdekatan, dan di dalam sudu-sudu gerak, kemudian
energi kinetik uap dikonversi menjadi energi mekanik.

Gambar 2.2.2 (a) Karakteristik Turbin Impuls dan Reaksi


Sumber : http://sim-energi.blogspot.co.id/2017/02/macam-
macam-turbin-berdasarkan-prinsip.html

b) Turbin Reaksi
Pada umumnya hanya sebagai turbin bertingkat saja. Turbin reaksi
mengalami ekspansi baik pada sudu pengarah maupun pada sudu
gerak sehingga mengerahkan dorongan pada sudu pada arah aksial.
Untuk mengurangi dorongan aksial ini, adalah dengan memasang
sudu-sudu gerak pada drum yang juga berfungsi sebagai rotor. Sudu-
sudu pengarah dipasang pada stator turbin.

Gambar 2.2.2 (b) Turbin Reaksi


Sumber : http://sim-energi.blogspot.co.id/2017/02/macam-
macam-turbin-berdasarkan-prinsip.html
c) Turbin Kombinasi Impuls-Reaksi
Adalah jenis turbin terbanyak yang dipakai, teridiri dari tingkat
pertama yang bekerja pada prinsip impuls (tingkat Curtis) yang
selanjutnya diikuti oleh sejumlah tingkat reaksi. Tingkat pertama itu
dapat berupa gabungan kecepatan baris-tunggal ataupun banyak baris.
Pemakaian tingkat impuls (pengatur) dengan tingkat kecepatan
memungkinkan untuk memanfaatkan penurunan kalor yang besar pada
nosel dan oleh sebab itu membantu dalam mendapatkan temperatur
dan tekanan yang lebih rendah pada tingkat selanjutnya yaitu tingkat
reaksi. Pemakaian tingkat impuls, yang beroperasi dengan penurunan
kalor sebesar 40 sampai 60 kkal/kg atau lebih, memungkinkan untuk
mengurangi jumlah tingkat reaksi.

2.3 Karakteristik Turbin Pelton


Turbin pelton termasuk dalam turbin impuls. Karakteristik umumnya adalah
pemasukan sebagian aliran air kedalam runner pada tekanan atmosfir. Pada turbin pelton
puntiran terjadi akibat pembelokan pancaran air pada mangkok ganda runner (lihat
gambar 2.3), oleh karenanya turbin pelton disebut turbin pancaran bebas.

Gambar 2.3 Pembelokan Pancaran


Sumber : http://engineeringjm.blogspot.co.id/2016/11/analisa-turbin-pelton.html

Dengan mengubah energi potensial air menjadi energi kinetik dalam bentuk pancaran
air, sehingga pancaran air yang keluar dari mulut nosel diterima oleh sudu-sudu pada
roda jalan beputar. Dari putaran inilah menghasilkan energi mekanik yang memutar poros
generator sehingga menghasilkan energi listrik.
2.4 Rumus yang digunakan
Rumus-rumus yang digunakan dalam percobaan turbin pelton adalah sebagai berikut :

2.4.1. Kecepatan Aliran


Kecepatan aliran merupakan hasil dari kapasitas/ debit air di bagi dengan luas
penampang dari pipa yang dialiri oleh fluida cair (Air). Arus merupakan suatu
gerakan air yang mengakibatkan perpindahan horizontal dan vertikal massa air.
𝑄
𝑣=
𝐴
Sumber : Tim Laboratorium Mesin Fluida dan Sistem, Modul Praktikum
Mesin Fluida 2016
Dimana:
v = Kecepatan aliran (m/s)
Q = Kapasitas / debit air (m3/s)
A = Luas penampang pipa (m2)

2.4.2. Momen Torsi


Momen gaya (torsi) adalah sebuah besaran yang menyatakan besarnya gaya
yang bekerja pada sebuah benda sehingga mengakibatkan benda tersebut
berotasi. Besarnya momen gaya (torsi) tergantung pada gaya yang dikeluarkan
serta jarak antara sumbu putaran dan letak gaya.
𝐹𝑥𝐿
𝑀𝑡 =
𝜂𝑟𝑒𝑚
Sumber : Tim Laboratorium Mesin Fluida dan Sistem, Modul Praktikum
Mesin Fluida 2016
Dimana:
Mt = Momen torsi turbin (Nm)
F = Gaya pada rem prony (N)
𝜂𝑟𝑒𝑚 = Efisiensi rem
L = Panjang lengan momen (m)

2.4.3. Head Total Turbin (Ht)


Head adalah energi persatuan berat yang harus disediakan untuk mengalirkan
sejumlah zat cair yang direncanakan yang sesuai dengan kondisi instalasi.
(𝑃1 − 𝑃2) ( 𝑉12 − 𝑉22)
𝐻 =[ + + (𝑍 − 𝑍 )]
1 2
𝑡 𝜌𝑔 2𝑔
Sumber : Tim Laboratorium Mesin Fluida dan Sistem, Modul Praktikum
Mesin Fluida 2016
Dimana:
Ht = Head turbin (m)
P1 = Tekanan pada permukaan fluida 1 (N/m2)
P2 = Tekanan pada permukaan fluida 2 (N/m2)
V1 = Kecepatan aliran dititik 1 (m/s)
V2 = Kecepatan aliran dititik 2 (m/s)
p = Massa jenis suatu fluida (kg/m3)
g = Gravitasi bumi (=9,8 m/s2)
Z1 = Tinggi aliran dititik 1 (m)
Z2 = Tinggi aliran dititik 2 (m)

2.4.4. Daya Air (WHP)


Daya yang berasal dari fluida yaitu dipengaruhi oleh besarnya kapasitas /
debit dan head dan juga berat jenis fluida atau dapat didefinisikan sebagai daya
efektif yang diterima oleh air dari pompa per satuan waktu.
𝑊𝐻𝑃 = 𝛾 . 𝑄 . 𝐻𝑡
Sumber : Tim Laboratorium Mesin Fluida dan Sistem, Modul Praktikum
Mesin Fluida 2016
Dimana:
γ = Berat Jenis (N/m3)
Q = Debit Air (m3/s)
Ht = Head total turbin (m)

2.4.5. Daya Turbin (BHP)


Daya yang dihasilkan oleh fluida penggerak turbin untuk menggerakkan
turbin pada torsi dan kecepatan tertentu, atau bisa disebut juga input power ke
turbin dari fluida.
𝐵𝐻𝑃 = 2𝜋 . 𝑀𝑡 . 𝑁
Sumber : Tim Laboratorium Mesin Fluida dan Sistem, Modul Praktikum
Mesin Fluida 2016
Dimana:
N = Putaran turbin (Rps)
Mt = Momen puntir (Nm)

2.4.6. Effisiensi (𝜼)


Perhitungan effisiensi pada turbin pelton dapat diketahui dengan menghitung
hasil bagi dari nilai brake horse power (BHP) dengan nilai water horse powernya.
𝐵𝐻𝑃
𝜂= 𝑥 100%
𝑊𝐻𝑃
Sumber : Tim Laboratorium Mesin Fluida dan Sistem, Modul Praktikum
Mesin Fluida 2016

Keterangan:
𝜂 = Efisiensi turbin pelton (%)
BHP = Nilai Brake Horse Power (watt)
WHP = Nilai Water Horse Power (watt)
2.5 Aplikasi Turbin Pelton di Bidang Marine & Non-Marine

2.5.1 Aplikasi Turbin Pelton di Bidang Marine

a) Turbin Gas sebagai Prime Mover Kapal


Keunggulan dari gas turbine ini terletak pada ukuran dan kapasitas
power yang dihasilkan dibandingkan dengan tenaga penggerak
lainnya. Selain itu, kesiapannya untuk beroperasi pada kondisi full load
sangat cepat, yaitu berkisar 15 menit untuk warming-up period.
Kenapa Marine Gas Turbine sangat jarang dijumpai pada kapal-kapal
niaga, hal ini disebabkan karena operasi dan investasinya yang relatif
mahal. Sehingga saat ini paling banyak dijumpai pada kapal-kapal
perang jenis, frigates, destroyers/perusak, kapal patroli, dan sebagainya.
Instalasinya pun kadang merupakan kombinasi dengan tipe permesinan
yang lainnya, yakni gabungan antara mesin diesel dan mesin turbin gas.
Prinsip kerja dari turbin gas tersebut, yaitu udara masuk kedalam
kompresor melalui saluran masuk udara (inlet). Kompresor berfungsi
untuk menghisap dan menaikkan tekanan udara tersebut, sehingga
temperatur udara juga meningkat. Kemudian udara bertekanan ini
masuk kedalam ruang bakar. Di dalam ruang bakar dilakukan proses
pembakaran dengan cara mencampurkan udara bertekanan dan bahan
bakar. Proses pembakaran tersebut berlangsung dalam keadaan
tekanan konstan sehingga dapat dikatakan ruang bakar hanya untuk
menaikkan temperatur. Gas hasil pembakaran tersebut dialirkan ke
turbin gas melalui suatu nozel yang berfungsi untuk mengarahkan
aliran tersebut ke sudu-sudu turbin. Daya yang dihasilkan oleh turbin
gas tersebut digunakan untuk memutar kompresornya sendiri dan
memutar beban lainnya seperti generator listrik, shaft propeller dll.
Setelah melewati turbin ini gas tersebut akan dibuang keluar melalui
saluran buang (exhaust)

Gambar 2.5.1 (a) Turbin Gas


Sumber: http://lokerpelaut.com/mesin-turbin-gas-gas-turbin-
engine.html
b) Turbin Uap Generator
Turbin generator adalah sumber yang populer pembangkit listrik
yang bersih di kapal, karena kebanyakan tidak menggunakan jenis
bahan bakar minyak yang memeng berat maupun menggunakan mesin
diesel. Uap digunakan untuk memproduksi listrik yang terjadi di
generator turbin. Uap adalah bentuk, yang mudah dan murah dan juga
ramah lingkungan sebagai bahan bakar pada kapal. generator turbin,
uap berasal dari pembangkit boiler kapal uap.
Dalam generator turbin, uap digunakan dengan bertekanan tinggi
untuk memutar turbin dimana energi panas uap akan dikonversi
menjadi gerakan berputar. Turbin dihubungkan dengan alternator's
rotor, maka konsep putar dari turbin digunakan untuk menghasilkan
tenaga listrik.
Pembangkit Propeller kapal dapat digerakkan oleh turbin uap melalui
motor berkecepatan rendah. Generator turbin secara langsung
memasokan listrik terhadap motor berkecepatan lambat yang
terhubung ke poros baling-baling kapal.

Gambar 2.5.1 (b) Turbin Uap Generator


Sumber: http://marinersgalaxy.com/2013/03/classification-of-
boilers-and-uses-of.html

2.5.2 Aplikasi Turbin Pelton di Bidang Non-Marine

a) Pembangkit Listrik Tenaga Air


Pemanfaatan turbin pelton biasa digunakan di bendungan atau di
dam dan air terjun. Energi kinetik yang timbul dari gerakan air melalui
sudu-sudu turbin dimanfaatkan sebagai salah satu sumber tenaga.
Semakin besar energi kinetik dari air yang melalui sudu-sudu turbin,
maka semakin besar pula tenaga yang dihasilkan sebagai sebuah
pembangkit.

Gambar 2.5.2 (a) Skema Pembangkit Listrik Tenaga Air


Sumber:
http://slideplayer.com/slide/5662030/6/images/11/PELTON+TUR
BINE+POWER+PLANT.jpg
BAB III

TAHAPAN PRAKTIKUM

3.1 Peralatan Praktikum


No. Nama Alat Gambar Fungsi

Digunakan untuk
Turbin mengubah energi kinetik
1.
Pelton dari air menjadi
energi mekanik.

Digunakan untuk
2. Pompa
menyuplai air ke turbin.

Digunakan untuk
3. Motor
menggerakkan pompa.
Digunakan untuk
Pressure
4. mengetahui tekanan air
Gauge
yang masuk ke turbin.

Digunakan untuk
mengatur aliran (luas
5. Spear
penampang pipa)
fluida.

Untuk mengetahui
Indikator
6. besar gaya rem pada
Rem Prony
turbin.

Untuk
7. Rem Prony mengerem/mengurangi
putaran turbin.
Untuk mengetahui
8. Tachometer kecepatan putaran
turbin.

Untuk mengetahui
9. Flowmeter debit air yang masuk di
bak air.

3.2 Rangkaian Praktikum

Gambar 3.2 Rangkaian Praktikum Turbin Pelton

Air dalam bak penampungan dialirkan oleh pompa menuju turbin, namum sebelum
sampai turbin, air melewati pressure gauge untuk diukur tekanannya. Setelah itu air
melewati spear dimana bagian ini diatur ukuran pancaran serta kecepatan sehingga air
memutar turbin dengan kecepatan yang bervariasi sehingga gaya pada rem prony
bervariasi pula. Begitu juga dengan ukuran putarannya yang diukur dengan tachometer.
3.3 Prosedur Praktikum

a) Memeriksa kelengkapan dan fungsi dari masing – masing peralatan yang meliputi:
• Memastikan gate valve pada keadaan terbuka penuh

• Memastikan bahwa spear dalam kondisi bukaan penuh

• Memastikan rem prony dalam keadaan tidak bekerja (longgar)

b) Menghubungkan kabel motor pompa menuju socket, dan menyalakan motor


pompa dengan spear dalam keadaaan bukaan penuh.
c) Mengatur kapasitas fluida yang menuju turbin dengan bukaan spear pada posisi
bukan penuh (cek tekanan aliran fluida pada nanometer).
d) Mengatur rem prony untuk mendapatkan variasi putaran turbin 1000 Rpm – 1500
Rpm.
e) Setelah putaran turbin sesuai, lalu mencatat hasil pengamatan yang meliputi gaya
rem (pada indikator gaya rem), putaran turbin (melalui tachometer) dan kapasitas
(melalui flowmeter) pada masing-masing percobaan sesuai variasi putaran turbin.
f) Mengulangi kembali percobaan c – e dengan mengubah bukaan gate valve untuk
mendapatkan tekanan fluida di manometer sesuai arahan dari teknisi atau grader.
g) Mematikan motor pompa saat percobaan telah selesai.
h) Mencabut kabel dari socket.

3.4 Data Hasil Pengamatan Praktikum

a) Bukaan Gate Valve 1 (Posisi tekanan manometer 1) : Bukaan Penuh


No. RPM Turbin Q (l/s) P (kg/cm2) F (kgf) Head (cm)
1. 1000 3,5 1,4 1,05 29
2. 1100 3,75 1,4 1 29
3. 1200 3,5 1,4 0,95 29
4. 1300 3,5 1,4 0,95 29
5. 1400 3,5 1,4 0,9 29
6. 1500 3,5 1,4 1 29

b) Bukaan Gate Valve 2 (Posisi tekanan manometer 2) : 3 Kali Putaran


No. RPM Turbin Q (l/s) P (kg/cm2) F (kgf) Head (cm)
1. 1000 3,5 1,3 1,1 28,5
2. 1100 3,5 1,3 1 28,5
3. 1200 3,5 1,3 0,9 28,5
4. 1300 3,5 1,3 0,7 28,5
5. 1400 3,5 1,3 0,6 28,5
6. 1500 3,5 1,3 0,5 28,5

c) Bukaan Gate Valve 3 (Posisi tekanan manometer 3) : 6 Kali Putaran


No. RPM Turbin Q (l/s) P (kg/cm2) F (kgf) Head (cm)
1. 1000 3 1,2 0,4 27,5

2. 1100 3 1,2 0,35 27,5

3. 1200 3 1,2 0,3 27,5

4. 1300 3 1,2 0,35 27,5

5. 1400 3 1,2 0,35 27,5

6. 1500 3 1,2 0,35 27,5


d) Bukaan Gate Valve 4 (Posisi tekanan manometer 4) : 7 Kali Putaran
No. RPM Turbin Q (l/s) P (kg/cm2) F (kgf) Head (cm)
1. 1000 2,75 1 0,25 27

2. 1100 2,75 1 0,25 27

3. 1200 2,75 1 0,25 27

4. 1300 2,75 1 0,15 27

5. 1400 2,75 1 0,1 27

6. 1500 2,75 1 0,1 27


BAB IV

ANALISIS DATA

4.1 Perhitungan
Sebelum melakukan perhitungan, beberapa data satuan pada percobaan terlebih
dahulu harus dikonversi menjadi satuan besaran yang dibutuhkan. Nilai satuan besaran
yang dikonversi serta beberapa data tambahan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut
:
Kapasitas Aliran (Q) 1 l/s = 0,001 m3/s
Putaran 1 RPM = 0,0167 RPS
Gaya (F) 1 kgf = 9,8 m/s2
Tekanan (P) 1 Psi = 0,070307 kg/cm2
Tekanan (P) 1 kg/cm2 = 98066,5 N/m2
Gravitasi (g) = 9,8 m/s2
Massa Jenis Air (ρ) = 1000 kg/m3
Diameter Spear = 0,04 m
Efisiensi Rem = 0,95
Panjang Lengan = 0,17 m
Asumsi = P2 dan V2 = 0 karena diameter
nozzle tidak diketahui.

4.1.1 Percobaan bukaan spear pada bukaan penuh


a) Konversi Satuan
Di bawah ini merupakan tabel pengamatan yang satuannya sudah
dikonversi :
Tabel 4.1.1 (a) Konversi Satuan
No. RPS Turbin Q (m3/s) P (N/m2) F (N)

1. 16,70 0,0035 137293,100 10,29

2. 18,37 0,00375 137293,100 9,8

3. 20,04 0,0035 137293,100 9,31

4. 21,71 0,0035 137293,100 9,31

5. 23,38 0,0035 137293,100 8,82

6. 25,05 0,0035 137293,100 9,8

b) Menghitung Luas Penampang (A)


Dengan diketahui nilai diameter pada spear, maka dapat diketahui nilai
luas penampang pipa. Contoh perhitungan pada data I :
A = π x R2
= π x (1/2 x D)2
= 3,14 x (1/4) x (0,04)2
= 0,001256 m2
c) Menghitung Kecepatan Aliran Fluida (v)
Dengan sudah diketahuinya luas penampang, maka dapat untuk
mencari nilai kecepatan fluida. Contoh perhitungan pada data I :
𝑄
𝑣=
𝐴
= 0,0035 / 0,001256
= 2,78662 m/s

d) Menghitung Momen Torsi (Mt)


Rumus yang digunakan untuk mencari nilai momen torsi pada setiap
percobaan adalah sebagai berikut, contoh perhitungan pada data I :
𝐹𝑥𝐿
𝑀𝑡 =
𝜂𝑟𝑒𝑚
= (10,29 x 0,16) / 0,95
= 1,73305 m

e) Menghitung Head Total Turbin (Ht)


Rumus yang digunakan untuk mencari nilai head total turbin pada
setiap percobaan adalah sebagai berikut, contoh perhitungan pada
data I :
(𝑃1 − 𝑃2) (𝑉2 − 𝑉2)
1 2
𝐻𝑡 = [ + + (𝑍1 − 𝑍2)]
𝜌𝑔 2𝑔
Ht = [((137293,100–0) / 9800) + (((2,78662)2-(0)2 ) / ( 2 x 9.8)) +
0,29]
Ht = 14,69569 m

f) Menghitung Daya Air (WHP)


Rumus yang digunakan untuk mencari nilai daya air pada setiap
percobaan adalah sebagai berikut, contoh perhitungan pada data I :
𝑊𝐻𝑃 = 𝛾 . 𝑄 . 𝐻𝑡
= 9800 x 0,0035 x 14,69569
= 504,06208 Horse Power (HP)

g) Menghitung Daya Turbin (BHP)


Rumus yang digunakan untuk mencari nilai daya turbin pada setiap
percobaan adalah sebagai berikut, contoh perhitungan pada data I :
𝐵𝐻𝑃 = 2𝜋 . 𝑀𝑡 . 𝑁
= (2 x 3,14) x 1,73305 x 16,7
= 181,75563 Horse Power (HP)

h) Menghitung Effisiensi Turbin (ƞ)


Rumus yang digunakan untuk mencari nilai effisiensi turbin pada setiap
percobaan adalah sebagai berikut, contoh perhitungan pada data I :
𝐵𝐻𝑃
𝜂= 𝑥 100%
𝑊𝐻𝑃
Ƞ = (181,75563 / 504,06208) x 100%
Ƞ = 36,05818 %

Adapun nilai yang didapat dari penggunaan rumus diatas pada percobaan
No. v (m/s) Mt (Nm) Ht (m) WHP (HP) BHP (HP) Efisiensi Turbin (ƞ)
1 2,78662 1,73305 14,69569 504,06208 181,75563 36,05818 %
2 2,98567 1,65053 14,75431 542,22078 190,41066 35,11681 %
3 2,78662 1,56800 14,69569 504,06208 197,33468 39,14888 %
4 2,78662 1,56800 14,69569 504,06208 213,77924 42,41129 %
5 2,78662 1,48547 14,69569 504,06208 218,10675 43,26982 %
6 2,78662 1,65053 14,69569 504,06208 259,65090 51,51169 %
bukaan spear pada bukaan penuh dapat ditampilkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.1.1 (h) Menghitung Effisiensi Turbin (ƞ)

4.1.2 Percobaan bukaan spear pada 3 kali putaran


a) Konversi Satuan
Di bawah ini merupakan tabel pengamatan yang satuannya sudah
dikonversi :
Tabel 4.1.2 (a) Konversi Satuan
No. RPS Turbin Q (m3/s) P (N/m2) F (N)

1. 16,70 0,0035 127486,450 10,78

2. 18,37 0,0035 127486,450 9,8

3. 20,04 0,0035 127486,450 8,82

4. 21,71 0,0035 127486,450 6,86

5. 23,38 0,0035 127486,450 5,88

6. 25,05 0,0035 127486,450 4,9

b) Menghitung Luas Penampang (A)


Dengan diketahui nilai diameter pada spear, maka dapat diketahui nilai
luas penampang pipa. Contoh perhitungan pada data I :
A = π x R2
= π x (1/2 x D)2
= 3,14 x (1/4) x (0,04)2
= 0,001256 m2

c) Menghitung Kecepatan Aliran Fluida (v)


Dengan sudah diketahuinya luas penampang, maka dapat untuk
mencari nilai kecepatan fluida. Contoh perhitungan pada data I :
𝑄
𝑣=
𝐴
= 0,0035 / 0,001256
= 2,78662 m/s
d) Menghitung Momen Torsi (Mt)
Rumus yang digunakan untuk mencari nilai momen torsi pada setiap
percobaan adalah sebagai berikut, contoh perhitungan pada data I :
𝐹𝑥𝐿
𝑀𝑡 =
𝜂𝑟𝑒𝑚
= (10,78 x 0,16) / 0,95
= 1,81558 m

e) Menghitung Head Total Turbin (Ht)


Rumus yang digunakan untuk mencari nilai head total turbin pada
setiap percobaan adalah sebagai berikut, contoh perhitungan pada
data I :
(𝑃1 − 𝑃2) (𝑉2 − 𝑉2)
1 2
𝐻𝑡 = [ + + (𝑍1 − 𝑍2)]
𝜌𝑔 2𝑔
Ht = [((127486,450–0) / 9800) + (((2,78662)2-(0)2 ) / ( 2 x 9.8)) +
0,285]
Ht = 13,69001 m

f) Menghitung Daya Air (WHP)


Rumus yang digunakan untuk mencari nilai daya air pada setiap
percobaan adalah sebagai berikut, contoh perhitungan pada data I :
𝑊𝐻𝑃 = 𝛾 . 𝑄 . 𝐻𝑡
= 9800 x 0,0035 x 13,69001
= 469,56731 Horse Power (HP)

g) Menghitung Daya Turbin (BHP)


Rumus yang digunakan untuk mencari nilai daya turbin pada setiap
percobaan adalah sebagai berikut, contoh perhitungan pada data I :
𝐵𝐻𝑃 = 2𝜋 . 𝑀𝑡 . 𝑁
= (2 x 3,14) x 1,81558 x 16,7
= 190,41066 Horse Power (HP)

h) Menghitung Effisiensi Turbin (ƞ)


Rumus yang digunakan untuk mencari nilai effisiensi turbin pada setiap
percobaan adalah sebagai berikut, contoh perhitungan pada data I :
𝐵𝐻𝑃
𝜂= 𝑥 100%
𝑊𝐻𝑃
Ƞ = (190,41066 / 469,56731) x 100%
Ƞ = 40,55024 %
Adapun nilai yang didapat dari penggunaan rumus diatas pada percobaan
bukaan spear pada 3 kali putaran dapat ditampilkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.1.2 (h) Menghitung Effisiensi Turbin (ƞ)
No. v (m/s) Mt (Nm) Ht (m) WHP (HP) BHP (HP) Efisiensi Turbin (ƞ)
1 2,78662 1,81558 13,69001 469,56731 190,41066 40,55024 %
2 2,78662 1,65053 13,69001 469,56731 190,41066 40,55024 %
3 2,78662 1,48547 13,69001 469,56731 186,94865 39,81296 %
4 2,78662 1,15537 13,69001 469,56731 157,52154 33,54611 %
5 2,78662 0,99032 13,69001 469,56731 145,40450 30,96564 %
6 2,78662 0,82526 13,69001 469,56731 129,82545 27,64789 %

4.1.3 Percobaan bukaan spear pada 6 kali putaran


a) Konversi Satuan
Di bawah ini merupakan tabel pengamatan yang satuannya sudah
dikonversi :
Tabel 4.1.3 (a) Konversi Satuan
No. RPS Turbin Q (m3/s) P (N/m2) F (N)

1. 16,70 0,003 117679,800 3,92

2. 18,37 0,003 117679,800 3,43

3. 20,04 0,003 117679,800 2,94

4. 21,71 0,003 117679,800 3,43

5. 23,38 0,003 117679,800 3,43

6. 25,05 0,003 117679,800 3,43

b) Menghitung Luas Penampang (A)


Dengan diketahui nilai diameter pada spear, maka dapat diketahui nilai
luas penampang pipa. Contoh perhitungan pada data I :
A = π x R2
= π x (1/2 x D)2
= 3,14 x (1/4) x (0,04)2
= 0,001256 m2

c) Menghitung Kecepatan Aliran Fluida (v)


Dengan sudah diketahuinya luas penampang, maka dapat untuk
mencari nilai kecepatan fluida. Contoh perhitungan pada data I :
𝑄
𝑣=
𝐴
= 0,003 / 0,001256
= 2,38854 m/s
d) Menghitung Momen Torsi (Mt)
Rumus yang digunakan untuk mencari nilai momen torsi pada setiap
percobaan adalah sebagai berikut, contoh perhitungan pada data I :
𝐹𝑥𝐿
𝑀𝑡 =
𝜂𝑟𝑒𝑚
= (3,92 x 0,16) / 0,95
= 0,66021 m

e) Menghitung Head Total Turbin (Ht)


Rumus yang digunakan untuk mencari nilai head total turbin pada
setiap percobaan adalah sebagai berikut, contoh perhitungan pada
data I :
(𝑃1 − 𝑃2) (𝑉2 − 𝑉2)
1 2
𝐻𝑡 = [ + + (𝑍1 − 𝑍2)]
𝜌𝑔 2𝑔
Ht = [((117679,800–0) / 9800) + (((2,38854)2-(0)2 ) / ( 2 x 9.8)) +
0,275]
Ht = 12,57422 m

f) Menghitung Daya Air (WHP)


Rumus yang digunakan untuk mencari nilai daya air pada setiap
percobaan adalah sebagai berikut, contoh perhitungan pada data I :
𝑊𝐻𝑃 = 𝛾 . 𝑄 . 𝐻𝑡
= 9800 x 0,003 x 12,57422
= 369,68205 Horse Power (HP)

g) Menghitung Daya Turbin (BHP)


Rumus yang digunakan untuk mencari nilai daya turbin pada setiap
percobaan adalah sebagai berikut, contoh perhitungan pada data I :
𝐵𝐻𝑃 = 2𝜋 . 𝑀𝑡 . 𝑁
= (2 x 3,14) x 0,66021 x 16,7
= 69,24024 Horse Power (HP)

h) Menghitung Effisiensi Turbin (ƞ)


Rumus yang digunakan untuk mencari nilai effisiensi turbin pada setiap
percobaan adalah sebagai berikut, contoh perhitungan pada data I :
𝐵𝐻𝑃
𝜂= 𝑥 100%
𝑊𝐻𝑃
Ƞ = (369,68205 / 69,24024) x 100%
Ƞ = 18,72967 %
Adapun nilai yang didapat dari penggunaan rumus diatas pada percobaan
bukaan spear pada 6 kali putaran dapat ditampilkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.1.3 (h) Menghitung Effisiensi Turbin (ƞ)
No. v (m/s) Mt (Nm) Ht (m) WHP (HP) BHP (HP) Efisiensi Turbin (ƞ)
1 2,38854 0,66021 12,57422 369,68205 69,24024 18,72967 %
2 2,38854 0,57768 12,57422 369,68205 66,64373 18,02731 %
3 2,38854 0,49516 12,57422 369,68205 62,31622 16,85671 %
4 2,38854 0,57768 12,57422 369,68205 78,76077 21,30500 %
5 2,38854 0,57768 12,57422 369,68205 84,81929 22,94385 %
6 2,38854 0,57768 12,57422 369,68205 90,87781 24,58270 %

4.1.4 Percobaan bukaan spear pada 7 kali putaran


a) Konversi Satuan
Di bawah ini merupakan tabel pengamatan yang satuannya sudah
dikonversi :
Tabel 4.1.4 (a) Konversi Satuan
No. RPS Turbin Q (m3/s) P (N/m2) F (N)

1. 16,70 0,00275 98066,500 2,45

2. 18,37 0,00275 98066,500 2,45

3. 20,04 0,00275 98066,500 2,45

4. 21,71 0,00275 98066,500 1,47

5. 23,38 0,00275 98066,500 0,98

6. 25,05 0,00275 98066,500 0,98

b) Menghitung Luas Penampang (A)


Dengan diketahui nilai diameter pada spear, maka dapat diketahui nilai
luas penampang pipa. Contoh perhitungan pada data I :
A = π x R2
= π x (1/2 x D)2
= 3,14 x (1/4) x (0,04)2
= 0,001256 m2

c) Menghitung Kecepatan Aliran Fluida (v)


Dengan sudah diketahuinya luas penampang, maka dapat untuk
mencari nilai kecepatan fluida. Contoh perhitungan pada data I :
𝑄
𝑣=
𝐴
= 0,00275 / 0,001256
= 2,18949 m/s
d) Menghitung Momen Torsi (Mt)
Rumus yang digunakan untuk mencari nilai momen torsi pada setiap
percobaan adalah sebagai berikut, contoh perhitungan pada data I :
𝐹𝑥𝐿
𝑀𝑡 =
𝜂𝑟𝑒𝑚
= (2,45 x 0,16) / 0,95
= 1,81558 m

e) Menghitung Head Total Turbin (Ht)


Rumus yang digunakan untuk mencari nilai head total turbin pada
setiap percobaan adalah sebagai berikut, contoh perhitungan pada
data I :
(𝑃1 − 𝑃2) (𝑉2 − 𝑉2)
1 2
𝐻𝑡 = [ + + (𝑍1 − 𝑍2)]
𝜌𝑔 2𝑔
Ht = [((98066,500–0) / 9800) + (((2,18949)2-(0)2 ) / ( 2 x 9.8)) +
0,27]
Ht = 10,52137 m

f) Menghitung Daya Air (WHP)


Rumus yang digunakan untuk mencari nilai daya air pada setiap
percobaan adalah sebagai berikut, contoh perhitungan pada data I :
𝑊𝐻𝑃 = 𝛾 . 𝑄 . 𝐻𝑡
= 9800 x 0,003 x 10,52137
= 283,55094 Horse Power (HP)

g) Menghitung Daya Turbin (BHP)


Rumus yang digunakan untuk mencari nilai daya turbin pada setiap
percobaan adalah sebagai berikut, contoh perhitungan pada data I :
𝐵𝐻𝑃 = 2𝜋 . 𝑀𝑡 . 𝑁
= (2 x 3,14) x 0,41263 x 16,7
= 43,27515 Horse Power (HP)

h) Menghitung Effisiensi Turbin (ƞ)


Rumus yang digunakan untuk mencari nilai effisiensi turbin pada setiap
percobaan adalah sebagai berikut, contoh perhitungan pada data I :
𝐵𝐻𝑃
𝜂= 𝑥 100%
𝑊𝐻𝑃
Ƞ = (43,27515 / 283,55094) x 100%
Ƞ = 15,26186 %
Adapun nilai yang didapat dari penggunaan rumus diatas pada percobaan
bukaan spear pada 7 kali putaran dapat ditampilkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.1.4 (h) Menghitung Effisiensi Turbin (ƞ)
No. v (m/s) Mt (Nm) Ht (m) WHP (HP) BHP (HP) Efisiensi Turbin (ƞ)
1 2,18949 0,41263 12,57422 283,55094 43,27515 15,26186 %
2 2,18949 0,41263 12,57422 283,55094 47,60266 16,78805 %
3 2,18949 0,41263 12,57422 283,55094 51,93018 18,31423 %
4 2,18949 0,24758 12,57422 283,55094 33,75462 11,90425 %
5 2,18949 0,16505 12,57422 283,55094 24,23408 8,54664 %
6 2,18949 0,16505 12,57422 283,55094 25,96509 9,15712 %

4.2 Analisis Grafik

4.2.1 Analisa Grafik fungsi Q terhadap η

Grafik Fungsi Q terhadap η


60%

50%

40%
Gate Valve 1
η (%)

30%
Gate Valve 2
20%
Gate Valve 3
10% Gate Valve 4

0%
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00
Q (m3/s)

Grafik 4.2.1 Fungsi Q terhadap η

Dari Grafik 4.2.1 diatas, dapat diketahui semakin besar nilai kapasitas air (Q)
maka semakin rendah efisiensi turbin pelton (η) yang dihasilkan. Namun karena
adanya kesalahan pengukuran dan kesalahan sistematik, maka grafik tersebut
sedikit menyimpang dari bentuk grafik fungsi Q terhadap η yang seharusnya.
4.2.2 Analisa Grafik fungsi Q terhadap N

Grafik Fungsi Q terhadap N


30.00

25.00

20.00

N (rps)
Gate Valve 1
15.00
Gate Valve 2
10.00
Gate Valve 3
5.00 Gate Valve 4

0.00
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00
Q (m3/s)

Grafik 4.2.2 Fungsi Q terhadap N

Dari Grafik 4.2.2 diatas, dapat diketahui semakin besar nilai kapasitas air (Q)
maka semakin rendah putaran dari turbin pelton (N).

4.2.3 Analisa Grafik fungsi Q terhadap H

Grafik Fungsi Q terhadap H


0.30

0.29

0.29
Gate Valve 1
H (m)

0.28
Gate Valve 2
0.28
Gate Valve 3
0.27 Gate Valve 4

0.27
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00
Q (m3/s)

Grafik 4.2.3 Fungsi Q terhadap H

Dari Grafik 4.2.3 diatas, dapat diketahui bahwa semakin besar nilai kapasitas
air (Q) yang dihasilkan maka semakin besar head (H) yang dimiliki. Namun,
seharusnya nilai Q dan H berbanding terbalik, karena adanya kesalahan
pengukuran dan kesalahan sistematik, maka grafik tersebut sedikit menyimpang
dari bentuk grafik fungsi Q terhadap H yang seharusnya.
4.2.4 Analisa Grafik fungsi Q terhadap BHP

Grafik Fungsi Q terhadap BHP


300.00

250.00

200.00

BHP (watt)
Gate Valve 1
150.00
Gate Valve 2
100.00
Gate Valve 3
50.00 Gate Valve 4

0.00
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00
Q (m3/s)

Grafik 4.2.4 Fungsi Q terhadap BHP

Dari Grafik 4.2.4 diatas, dapat diketahui bahwa semakin tinggi kapasitas air
(Q) yang dihasilkan maka semakin tinggi pula BHP yang dihasilkan.

4.2.5 Analisa Grafik fungsi η terhadap N

Grafik Fungsi η terhadap N


30.00

25.00

20.00
N (rps)

Gate Valve 1
15.00
Gate Valve 2
10.00
Gate Valve 3
5.00 Gate Valve 4

0.00
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%
η (%)

Grafik 4.2.5 Fungsi η terhadap N

Dari Grafik 4.2.5 diatas, dapat diketahui bahwa besar efisiensi turbin pelton
(η) maka semakin rendah putaran turbin (N) yang dihasilkan, sehingga grafiknya
menurun. Namun karena adanya kesalahan pengukuran dan kesalahan
sistematik, maka pada grafik gate valve 1 dan gate valve 3 tersebut sedikit
menyimpang dari bentuk grafik fungsi Q terhadap η yang seharusnya.
4.2.6 Analisa Grafik fungsi η terhadap BHP

Grafik Fungsi η terhadap BHP


300.00

250.00

200.00

BHP (watt)
Gate Valve 1
150.00
Gate Valve 2
100.00
Gate Valve 3
50.00 Gate Valve 4

0.00
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%
η (%)

Grafik 4.2.6 Fungsi η terhadap BHP

Dari Grafik 4.2.6 diatas, dapat diketahui bahwa semakin besar efisiensi turbin
pelton (η) maka semakin tinggi pula BHP yang dihasilkan, sehingga grafiknya
naik.

4.2.7 Analisa Grafik fungsi η terhadap WHP

Grafik Fungsi η terhadap WHP


600.00

500.00

400.00
WHP (watt)

Gate Valve 1
300.00
Gate Valve 2
200.00
Gate Valve 3
100.00 Gate Valve 4

0.00
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%
η (%)

Grafik 4.2.7 Fungsi η terhadap WHP

Dari Grafik 4.2.7 diatas, semakin besar efisiensi turbin (η) yang dihasilkan
maka semakin besar pula WHP yang dihasilkan.
4.2.8 Analisa Grafik fungsi N terhadap F

Grafik Fungsi n terhadap F


12.00

10.00

8.00
Gate Valve 1
F (N)
6.00
Gate Valve 2
4.00
Gate Valve 3
2.00 Gate Valve 4

0.00
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00
N (rps)

Grafik 4.2.8 Fungsi N terhadap F

Dari Grafik 4.2.8 diatas, dapat diketahui bahwa semakin besar putaran turbin
pelton (N) maka semakin rendah gaya rem prony (F) yang dihasilkan. Namun
karena adanya kesalahan pengukuran dan kesalahan sistematik, maka pada grafik
gate valve 1 dan gate valve 3 tersebut sedikit menyimpang dari bentuk grafik
fungsi Q terhadap η yang seharusnya.

4.2.9 Analisa Grafik fungsi n terhadap WHP

Grafik Fungsi n terhadap WHP


600.00

500.00

400.00
WHP (watt)

Gate Valve 1
300.00
Gate Valve 2
200.00
Gate Valve 3
100.00 Gate Valve 4

0.00
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00
N (rps)

Grafik 4.2.9 Fungsi N terhadap WHP

Dari Grafik 4.2.9 diatas, dapat diketahui bahwa semakin besar putaran turbin
pelton (N) yang dihasilkan maka semakin tinggi pula WHP yang dihasilkan.
Namun karena adanya kesalahan pengukuran dan kesalahan sistematik, maka
grafik tersebut sedikit menyimpang dari bentuk grafik fungsi N terhadap WHP
yang seharusnya.
4.2.10 Analisa Grafik fungsi N terhadap BHP

Grafik Fungsi N terhadap BHP


300.00

250.00

200.00

BHP (watt)
Gate Valve 1
150.00
Gate Valve 2
100.00
Gate Valve 3
50.00 Gate Valve 4

0.00
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00
N (rps)

Grafik 4.2.10 Fungsi N terhadap BHP

Dari Grafik 4.2.10 diatas, dapat diketahui bahwa semakin besar putaran
turbin pelton (N) maka semakin rendah BHP yang dihasilkan. Namun karena
adanya kesalahan pengukuran dan kesalahan sistematik, maka pada grafik gate
valve 1 dan gate valve 3 tersebut sedikit menyimpang dari bentuk grafik fungsi Q
terhadap η yang seharusnya.
BAB V

PENUTUP

5.1 Jawaban Pertanyaan

1. Bagaimana pengaruh efisiensi turbin terhadap n ?


Berdasarkan data hasil percobaan yang telah dilakukan, bahwa efisiensi turbin
𝐵𝐻𝑃
terhadap jumlah puntiran turbin saat percobaan sesuai dengan rumus η = ×
𝑊𝐻𝑃
100% dengan BHP=2π x Mt x n, dimana dari rumus tersebut makin tinggi putaran
turbin maka efisiensi semakin besar. Pada tabel 1 dan 3 nilai putaran turbin (n)
dan efisiensi turbin cenderung mengalami peningkatan. Sedangkan pada tabel 2
dan 4 nilai efisiensi turbin cenderung mengalami penurunan saat putaran turbin
mengalami kenaikan.

2. Bagaimana pengaruh efisiensi turbin terhadap Q ?


Berdasarkan data hasil percobaan yang telah dilakukan, bahwa nilai efisiensi
turbin terhadap nilai Q menunjukkan grafik turun. Nilai Q pada tabel 2, 3 dan 4
adalah tetap namun pada tabel 1 (gate valve bukaan penuh) menunjukkan
kenaikan saat turbin berputar 1100 RPM, lalu mengalami penurunan saat turbin
berputar 1200 RPM. Kemudian nilai Q turbin tetap hingga 1500 RPM. Dari data
pada tabel, dapat dilihat bahwa hubungan antara efisiensi turbin dan kapasitas
𝐵𝐻𝑃
tidak sesuai dengan rumus efisiensi η = × 100% dimana WHP = γ.Q.Ht
𝑊𝐻𝑃
dimana kapasitas dan efisiensi berbanding terbalik namun pada hasil
pengamatan perubahan efisiensi tidak mempengaruhi nilai kapasitas.

3. Bagaimana pengaruh efisiensi turbin terhadap BHP ?


Berdasarkan data dari hasil percobaan yang telah dilakukan, semakin tinggi
efisiensi turbin maka semakin tinggi pula nilai BHP, begitu pula sebaliknya.
Kenaikan nilai BHP dan efisiensi turbin dapat dilihat pada tabel 1 dan 3 sedangkan
penurunan nilai BHP dengan efisiensi turbin dapat dilihat pada tabel 2 dan 4.Hal
𝐵𝐻𝑃
ini sesuai dengan rumus efisiensi η = × 100%.
𝑊𝐻𝑃

4. Bagaimana pengaruh efisiensi turbin terhadap WHP ?


Berdasarkan data dari hasil percobaan yang telah dilakukan, semakin tinggi nilai
efisiensi turbin maka nilai WHP akan tetap. Begitu pula bila efisiensi turbin
semakin kecil, nilai WHP akan tetap. Kenaikan nilai efisiensi turbin dapat dilihat
pada tabel 1 dan 3 sedangkan penurunan nilai efisiensi turbin dapat dilihat pada
tabel 2 dan 4. Pada tabel 1, terdapat perbedaan saat putaran turbin mencapai
1100 RPM, yang menyebabkan efisiensi turbin menurun dan nilai WHP naik. Nilai
WHP kembali stabil saat putaran turbin mencapai 1200 RPM.
5. Bagaimana pengaruh BHP terhadap kapasitas pompa ?
Berdasarkan data dari hasil percobaan yang telah dilakukan, semakin tinggi
ataupun semakin kecil nilai BHP, kapasitas pompa akan menunjukkan nilai yang
tetap. Hal ini sesuai dengan rumus BPH = 2π x Mt x n dimana nilai BHP tidak
dipengaruhi oleh kapasitas pompa. Namun terdapat sedikit perubahan pada
tabel 1 saaat putaran turbin mencapai 1100 RPM.

6. Bagaimana pengaruh F terhadap putaran ?


Berdasarkan data dari hasil percobaan yang telah dilakukan, pengaruh gaya
putaran pada rem prony adalah cenderung berbanding terbalik. Pada tabel 1 saat
gate valve terbuka penuh, gaya putaran turbin tidak stabil. Sedangkan pada tabel
2, semakin tinggi putaran maka semakin kecil gaya putaran turbin. Pada tabel 3
menunjukkan nilai gaya putaran yang relatif stabil. Sedangkan pada tabel 4,
menunjukkan gaya putaran yang relatif menurun saat putaran turbin meningkat.
𝐹𝑥𝐿
Hal ini tidak sesuai dengan rumus 𝐵𝐻𝑃 = 2𝜋 𝑥 𝑀𝑡 𝑥 𝑁 dimana 𝑀𝑡 = , yang
𝜂𝑟𝑒𝑚

dapat diartikan jika semakin tinggi putaran turbin maka semakin kecil nilai F atau
gaya putaran turbin.

5.2 Kesimpulan

a) Dari hasil pengamatan, hal yang mempengaruhi performansi atau efisiensi dari
turbin pelton adalah nilai BHP dan WHP. Nilai BHP dipengaruhi oleh momen
puntir, gaya pada rem prony, dan jumlah putaran turbin. Sedangkan nilai WHP
dipengaruhi oleh head turbin dan kapasitas turbin.
b) Berdasarkan data hasil percobaan yang telah dilakukan, bahwa efisiensi turbin
𝐵𝐻𝑃
terhadap jumlah putaran turbin saat percobaan sesuai dengan rumus η = ×
𝑊𝐻𝑃
100% dengan BHP=2π x Mt x n, dimana dari rumus tersebut makin tinggi putaran
turbin maka efisiensi semakin besar. Pada tabel 1 dan 3 nilai putaran turbin (n)
dan efisiensi turbin cenderung mengalami peningkatan. Sedangkan pada tabel 2
dan 4 nilai efisiensi turbin cenderung mengalami penurunan saat putaran turbin
mengalami kenaikan. Perbedaan ini dapat terjadi saat pembacaan dikarenakan
kesalahan pengamatan saat membaca tachometer. Dapat juga diakibatkan
karena kelalaian dalam mengatur rem prony.
c) Berdasarkan data hasil percobaan yang telah dilakukan, bahwa nilai efisiensi
turbin terhadap nilai Q menunjukkan grafik turun. Nilai Q pada tabel 2, 3 dan 4
adalah tetap namun pada tabel 1 (gate valve bukaan penuh) menunjukkan
kenaikan saat turbin berputar 1100 RPM, lalu mengalami penurunan saat turbin
berputar 1200 RPM. Kemudian nilai Q turbin tetap hingga 1500 RPM. Perbedaan
nilai tersebut dapat terjadi karena kesalahan saat mengatur rem prony maupun
pembacaan flow meter yang tidak tepat. Dari data pada tabel, dapat dilihat bahwa
hubungan antara efisiensi turbin dan kapasitas tidak sesuai dengan rumus
𝐵𝐻𝑃
efisiensi η = × 100% dimana WHP = γ.Q.Ht dimana kapasitas dan efisiensi
𝑊𝐻𝑃
berbanding terbalik namun pada hasil pengamatan perubahan efisiensi tidak
mempengaruhi nilai kapasitas.
d) Berdasarkan data dari hasil percobaan yang telah dilakukan, semakin tinggi
efisiensi turbin maka semakin tinggi pula nilai BHP, begitu pula sebaliknya.
Kenaikan nilai BHP dan efisiensi turbin dapat dilihat pada tabel 1 dan 3 sedangkan
penurunan nilai BHP dengan efisiensi turbin dapat dilihat pada tabel 2 dan 4. Hal
𝐵𝐻𝑃
ini sesuai dengan rumus efisiensi η = × 100%. Perbedaan kenaikan dan
𝑊𝐻𝑃
penurunan ini terjadi karena kurang teliti saat pembacaan nilai pada
tachometer/flowmeter/indicator gaya selain itu dapat dipengaruhi oleh
kesalahan saat mengatur rem prony.
e) Berdasarkan data dari hasil percobaan yang telah dilakukan, semakin tinggi nilai
efisiensi turbin maka nilai WHP akan tetap. Begitu pula bila efisiensi turbin
semakin kecil, nilai WHP akan tetap. Kenaikan nilai efisiensi turbin dapat dilihat
pada tabel 1 dan 3 sedangkan penurunan nilai efisiensi turbin dapat dilihat pada
tabel 2 dan 4. Pada tabel 1, terdapat perbedaan saat putaran turbin mencapai
1100 RPM, yang menyebabkan efisiensi turbin menurun dan nilai WHP naik. Nilai
WHP kembali stabil saat putaran turbin mencapai 1200 RPM. Perbedaan nilai
tersebut dapat terjadi karena kesalahan saat mengatur rem prony maupun
pembacaan flow meter yang tidak tepat.
f) Berdasarkan data dari hasil percobaan yang telah dilakukan, semakin tinggi
ataupun semakin kecil nilai BHP, kapasitas pompa akan menunjukkan nilai yang
tetap. Hal ini sesuai dengan rumus BPH = 2π x Mt x n dimana nilai BHP tidak
dipengaruhi oleh kapasitas pompa. Namun terdapat sedikit perubahan pada
tabel 1 saaat putaran turbin mencapai 1100 RPM. Perbedaan nilai tersebut dapat
terjadi karena kesalahan saat mengatur rem prony maupun pembacaan flow
meter yang tidak tepat.
g) Berdasarkan data dari hasil percobaan yang telah dilakukan, pengaruh gaya
putaran pada rem prony adalah cenderung berbanding terbalik. Pada tabel 1 saat
gate valve terbuka penuh, gaya putaran turbin tidak stabil. Sedangkan pada tabel
2, semakin tinggi putaran maka semakin kecil gaya putaran turbin. Pada tabel 3
menunjukkan nilai gaya putaran yang relatif stabil. Sedangkan pada tabel 4,
menunjukkan gaya putaran yang relatif menurun saat putaran turbin meningkat.
𝐹𝑥𝐿
Hal ini tidak sesuai dengan rumus 𝐵𝐻𝑃 = 2𝜋 𝑥 𝑀𝑡 𝑥 𝑁dimana 𝑀𝑡 = , yang
𝜂𝑟𝑒𝑚

dapat diartikan jika semakin tinggi putaran turbin maka semakin kecil nilai F atau
gaya putaran turbin. Perbedaan nilai tersebut dapat terjadi karena kesalahan saat
mengatur rem prony maupun pembacaan indicator gaya rem yang tidak tepat.
h) Hasil pengamatan pada kapasitas, pada tabel 2, 3 dan 4 menunjukkan nilai yang
tetap. Sedangkan pada tabel satu menunjukkan nilai yang naik pada 1100 RPM
lalu turun kembali saat 1200 RPM dan nilainya tetap hingga 1500 RPM. Perbedaan
pada tabel satu terjadi diakibatkan kesalahan saat membaca tachometer,
peletakan sensor tachometer maupun saat mengatur rem prony pada turbin
pelton.
5.3 Saran

a) Praktikan diharapkan lebih teliti dalam praktikum baik dalam pemasangan alat
maupun saat pemasangan alat.
b) Diharapkan praktikan dapat meningkatkan koordinasi atau kerja sama tim saat
praktikum.

Anda mungkin juga menyukai