1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi penulis
Laporan ini dapat digunakan sebagai bukti penerapan pengetahuan
(aplikasi) yang didapat selama On the Job Training, serta dapat menambah
wawasan keilmuan dalam bidang keteknikan terutama turbin uap.
1
2
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan, manfaat, ruang
lingkup, didalamnya dijelaskan juga mengenai metode pengumpulan
data yang digunakan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bagian ini mencakup landasan teori, dan penjelasan secara umum
tentang turbin uap
BAB III METODE PENGAMATAN
Metode pengamatan dilakukan untuk mendapatkan data-
data fisik yang bekaitan dengan sarana dan fasilitas pembangkit
energi uap di PLTU 3 X 10 MW. Pengamatan dimulai dari steam
supply (pasokan uap) hingga mesin turbin yang mengonversi energi
uap menjadi energi listrik.
Metode Dokumentasi
Metode dekomentasi dilakukan untuk menghimpun semua data
empirik yang diperlukan dalam penelitian yaitu survei
lapangan untuk mendapatkan data tentang:
a. Tekanan masuk turbin;
b. Temperatur masuk turbin;
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B
B Kondens
or
udar
a Coolin
g
tower
Pompa
sudah berubah menjadi uap kering yang mempunyai tekanan dan temperatur
tinggi, dan selanjutnya uap ini digunakan untuk menggerakkan sudu turbin
tekanan tinggi, untuk sudu turbin menggerakkan poros turbin. Hasil dari putaran
poros turbin kemudian memutar poros generator yang dihubungkan dengan
coupling, dari putaran ini dihasilkan energi listrik. Energi listrik yang dihasilkan
dari generator disalurkan dan didistribusikan lebih lanjut ke pelanggan. Uap bebas
dari turbin selanjutnya dikondensasikan dari kondensor dan bersama air dari make
up water pump dipompa lagi oleh pompa kondensat masuk ke pemanas tekanan
rendah, daerator, boiler feed water pump, pemanas tekanan tinggi, economizer,
dan akhirnya menuju boiler untuk dipanaskan menjadi uap lagi. Proses ini akan
terjadi berulang-ulang.
Keterangan:
rp = rasio tekanan
γ = Perbandingan panas spesifik pada tekanan konstan dan panas
spesifik pada volume konstan, untuk udara.
adalah siklus rankine. Siklus rankine berbeda dengan siklus – siklus udara ditinjau
dari fluida kerjanya yang mengalami perubahan fase selama siklus pada saat
evaporasi dan kondensasi. Perbedaan lainnya secara termodinamika siklus uap
dibandingkan dengan siklus gas adalah bahwa perpindahan kalor pada siklus uap
dapat terjadi secara isothermal.
Proses perpindahan kalor yang sama dengan proses perpindahan kalor
pada siklus carnot dapat dicapai pada daerah uap basah, perubahan entalpi fluida
kerja akan menhasilkan penguapan atau kondensasi, tetapi tidak pada perubahan
temperature. Temperature hanya diatur oleh tekanan uap fluida.
Kerja pompa pada siklus rankine untuk menaikkan tekanan fluida kerja
dalam fase cair akan jauh lebih kecil dibandingkan dengan pemampatan untuk
campuran uap dalam tekanan yang sama pada siklus carnot. Siklus rankine ideal
dapat digambarkan dalam diagram T-S dan H-S seperti pada gambar dibawah ini
Air masuk pompa pada kondisi 1 sebagai cairan jenuh (saturated liquid)
dan dikompresi samapi tekanan operasi boiler. Temperature air akan meningkat
selama kompresi isentropic karena menurunnya volume spesifik air. Air
memasuki boiler sebagai cairan terkompresi (compressed liquid) pada kondisi 2
dan akan menjadi uap superheated pada kondisi 3. Dimana panas diberikan oleh
boiler ke ar pada tekanan yang tetap. Boiler dan seluruh bagian yang dihasilkan
9
steam ini disebut sebagai steam generator. Uap superheated pada kondisi 3
kemudian akan memauki turbin untuk diekspansi secara isentropic dan akan
menghasilkan kerja untuk memutar shaft yang terhubung dengan generator listrik
sehingga dapat dihasilkan listrik. Tekanan dan temperature dari steam akan turun
selama proses ini menuju keadan 4 steam akan masuk kondensor dan biasnya
sudah berupa uap jenuh. Stem ini akan dicairkan pada tekanan konstan didalam
condenser dan akan meninggalkan kondensor sebagai cair jenuh yang akan masuk
pompa untuk melengkapi siklus ini.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
10
11
3.2.3. Rotor
Rotor turbin terdiri dari poros beserta cincin-cincin yang terbentuk dari
rangkaian sudu-sudu yang dipasangkan sejajar sepanjang poros.
Rotor adalah bagian dari turbin yang mengubah energi yang terkandung dalam
uap menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran poros. Secara umum ada 2
macam tipe rotor turbin yaitu rotor tipe piringan (disk) dan rotor tipe drum.
3.2.3.1. Rotor Tipe Disk
Pada rotor tipe ini, piringan-piringan (disk) dipasangkan pada poros,
sehingga membentuk jajaran piringan seperti terlihat pada gambar 5.
3.2.4. Sudu
Sudu adalah bagian dari turbin dimana konversi energi terjadi. Sudu
sendiri terdiri dari bagian akar sudu, badan sudu dan ujung sudu seperti terlihat
pada gambar 7.
Dalam gambar 8, terlihat bahwa bagian akar sudu ditanamkan kedalam alur - alur
disekeliling Rotor sedangkan bagian ujung-ujung sudu disatukan oleh plat baja
penghubung yang disebut "SHROUD". Shroud berfungsi untuk memperkokoh
serta mengurangi vibrasi dari rangkaian sudu-sudu. Sudu-sudu tetap umumnya
13
Pada bantalan jurnal, permukaaan bagian dalam yang mungkin dapat kontak
langsung dengan permukaaan poros dilapisi oleh logam putih (white metal/babbit)
yang lunak. Disamping itu juga terdapat saluran-saluran tempat minyak pelumas
mengalir masuk ke bantalan dan saluran dimana minyak pelumas dapat mengalir
keluar meninggggalkan bantalan.
Sedangkan pada bantalan aksial (Thrust bearing), umumnya terdiri dari
piringan (Thrust Collar) yang merupakan bagian dari poros dan dua sepatu
(Thrust pad) yang diikatkan ke Casing.
campuran akan terkondensasi sementara fraksi udara dan non condensable gas
akan mengalalmi pengecilan volume (contracting). Campuran udara akan non
condensable gas dari shell tingkat pertama kemudian dihisap lagi oleh ejector
tingkat kedua. Akibat campuran ini sudah mengalami penurunan
volume/kontraksi, maka ejector tingkat kedua hanya memerlukan uap yang lebih
sedikit serta ukuran ejector yang lebih kecil. Campuran uap dengan udara dan non
condensable gas yang keluar dari ejector tingkat kedua kemudian masuk shell
tingkat kedua yang didinginkan oleh air condensate.
Hoging/ Starting Ejector.
Selain perangkat ejector seperti yang dijelaskan diatas, PLTU juga
dilengkapi dengan ejector lain yang berukuran lebih besar dan umumnya disebut
hoging atau starting ejector. Sesuai namanya, ejector ini hanya dioperasikan
sebelum turbin berputar. Fungsinya adalah untuk menghisap udara dalam jumlah
besar dari kondensor dalam waktu yang singkat dalam rangka membuat vacum
kondensor menjelang start turbin. Dalam keadaan normal operasi, ejector ini
umumnya tidak dioperasikan.
memiliki fungsi utama dan fungsi tambahan, maka konstruksinya juga terdiri dari
katup utama (main valve) dan katup bantu (pilot valve).
Pada poros turbin dibuat alur melintang. Pada alur tersebut dimasukkan
logam berbentuk ujung peluru yang ditahan dalam poros oleh pegas tarik. Bila
poros berputar, maka akan timbul gaya sentrifugal ke arah luar yang cenderung
menarik bonggol peluru keluar poros melawan tarikan pegas. Pada putaran
nominal, gaya sentrifugal sebanding dengan gaya tarik pegas. Bila putaran naik
hingga mencapai harga tertentu (umumnya 110 %) gaya sentrifugal yang timbul
menjadi lebih besar dari gaya tarik pegas. Hal ini mengakibatkan bonggol peluru
akan menonjol keluar poros dan mendorong tuas pengunci. Terdorongnya tuas
pengunci akan mengakibatkan terbukanya saluran drain pada sistem minyak
kendali (control oil) sehingga semua katup uap ke turbin akan menutup yang
berarti turbin trip. Dengan tripnya turbin, diharapkan putaran turbin tidak
naik lagi sehingga turbin terhindar dari keadaan yang membahayakan. Sistem
proteksi putaran lebih elktrik biasanya merupakan cadangan (back up) yang juga
akan mentrip bila putaran turbin mencapai > 110%.
trip manual yang terpasang dilokal berupa tuas (manual trip level). Bila tuas ini
digerakkan ke kiri, maka turbin akan trip karena gerakan turbin tuas ini akan
membuka saluran drain dari sistem minyak kendali (control oil sistem).
Pada sistem pelumasan, minyak pelumas dari tangki dipompakan oleh pompa
pelumas dan dialirkan melalui pendingin (Oil Cooler), melintasi pengontrol aliran
atau regulator tekanan dan selanjutnya mengalir kebantalan untuk akhirnya
kembali ke tangki pelumas. Dalam keadaan turbin sudah beroperasi normal,
minyak pelumas dipasok oleh Main Oil Pump yang digerakkan oleh poros turbin.
Tetapi dalam keadaan start/shutdown, maka pompa-pompa yang terpasang di
tangki pelumas yang beroperasi. Pompa Pelumas Utama (Main Oil Pump)
Merupakan pompa sentrifugal yang terpasang dipedestal turbin dan digerakkan
oleh poros turbin. Pompa ini memasok kebutuhan minyak untuk sistem pelumas
turbin, minyak pengatur (control oil) untuk governor, minyak penggerak
servomotor / actuator hidrolik (power oil) dan pasok cadangan (back up supply)
untuk minyak perapat poros generator (seal oil system). Karena pompa ini
digerakkan manakala putaran turbin sudah diatas 90 % dari putaran nominalnya.
Pada saat putaran turbin < 90%, maka diperlukan pompa pelumas lain (biasanya
AOP) untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Gambar 15, merupakan ilustrasi dari
pompa pelumas utama (MOP).
Umumnya merupakan konstruksi double suction single stage. Pompa ini dipasok
oleh minyak dari ejektor minyak (oil ejector) pada tekanan 1 - 1,5 bar dengan
tekanan sisi tekan (discharge) proporsional dengan putaran. Pada putaran nominal,
tekanan keluar pompa berkisar antara 20-30 bar (tergantung desain).
3.6.3 Pendingin Minyak (Oil Cooler)
Seperti telah disinggung diatas bahwa minyak pelumas yang mengalir ke
bantalan bukan hanya berfungsi sebagai pelumas tetapi juga menyerap panas yang
timbul dibantalan. Panas yang diserap oleh minyak pelumas ini harus dikeluarkan
lagi dari minyak. Komponen yang dirancang untuk mengeluarkan panas dari
minyak adalah pendingin minyak (oil cooler). Didalam cooler, panas dari minyak
akan diserap leh air pendingin. Umumnya, untuk sistem pelumasan disediakan 2
buah cooler yaitu 1 cooler aktif sedang 1 cooler lainnya standby seperti terlihat
pada gambar 16.
22
o
Steam Temp. Before <445 Alarm Low
C
MSAV >480 Alarm High
24
25
o
Scavenge Oil Temp. > 65 Alarm High
C
o
Scavenge Oil Temp. > 70 Turbine Trip
C
beberapa hal yang perlu mendapat perhatian khusus dalam pengoperasian unit
turbine uap, antara lain :
4.5.3 Pastikan semua stop valve jalur extraction turbine ke unit LPH, Deaerator,
Steam supply dan HPH tertutup rapat.
Continous venting valve drain flask tank ke neck condenser (buka sedikit).
Drain valve condensate water dari drain flask tank ke hot wheel condenser.
4.5.4 Pastikan continous venting valve dan valve drain steam condensate dari
shell side LPH ke hot wheel condenser, tertutup rapat.
4.5.5 Pastikan semua power supply utama dan system kontrol semua auxiliaries
turbine sudah "ready“.
4.5.6 Pastikan semua alat ukur dan proteksi system turbine-generator dapat
berfungsi dengan baik.
4.5.8 MOV 201 main steam valve dan bypass valve-nya masih posisi "Close“.
Selector switch turbine speed too high protection interlock posisi "Off“.
Selector switch shaft vibration too high protection interlock posisi "Off“.
Buka penuh manual bypass valve sisi up stream MOV 201, sedangkan
manual bypass valve di sisi. down streamnya dibuka ± 25%.
Jika kondensasi air sudah terbuang habis dari pipa main steam, maka
MOV valve di main steam header sudah bisa dibuka perlahan-lahan
sampai penuh, kemudian tutup bypass valvenya. Hal ini untuk menaikan
temperature dan pressure main steam ke ke turbine, sebelum automatic
main steam valve supaya mencapai parameter yang dibutuhkan untuk
memulai memutar turbine.
Catatan:
Untuk start-up turbine "Cold State" T ≥ 410 'C, P > 4.6 Mpa.
32
Untuk start-up turbine "Warm/Hot State" temperature main steam > 450
'C.
Pastikan tidak ada kebocoran pada semua lube oil system turbine-
generator.
Periksa tekanan lube oil system di lokal panel turbine harus normal 0.08 ~
0.12 Mpa.
Di DCS mode interlock auto start DC oil pump ubah ke posisi "Lock“.
Di MIMIC panel lampu indikasi shutdown low lube oil pressure padam.
Periksa indikasi ampere meter motor turning gear harus normal < 6.8A
Pastikan tidak ada noise, atau suara gesekan yang abnormal di dalam
cylinder turbine, generator maupun pada semua bearing turbine-generator.
bearing yang signifikan antara sebelum dan sesudah turning gear device
operasi)
(Catatan: Turning gear device harus sudah dioperasikan min. 3 jam sebelum
rolling turbin)
33
Level control valve hot wheel condenser operasikan mode manual dan
buka penuh.
Start pompa dari DCS,
Fungsi air yag mengalir ke oil cooler bertujuan untuk menjaga temperature
oli agar tetap dalam kondisi stabil/ normal.
5.1 Kesimpulan
Secara keseluruhan dalam pengopersian turbin uap ada beberapa hal yang
harus diperhatikan, yaitu :
Persiapan dan Pemeriksaan Peralatan dan sistem-sistem seperti:
Sistem air pendingin ok
Sistem pelumas ok
Sistem udara kontrol ok
Turning gear ok
Sistem drain ekstraksi siap
Pemantauan Operasional Turbin:
perbedaan pemuaian
thermal stress
vibrasi
putaran
tekanan dan temperatur uap masuk MSV
Cek lokal turbin: parameter suhu dan pressure unit pendukung turbin dan
cek oli bearing secara berkala (logsheet)
Dari OJT Turbin ini juga diharapkan operator mampu mengoperasikan start stop
turbin uap, khususnya turbin uap PLTU.
5.2 Saran
Dalam OJT ini saya menyadari pengetahuan dibidang turbin belum
menguasai sepenuhnya. Aktif di satuan kerja turbin terhitung kurang lebih 3 bulan
dan selama OJT hanya mengikuti proses start up turbin 2kali, shutdown 2kali dan
trouble blackout 1kali. Operator turbin bisa dikatakan kompeten apabila sering
menemui trouble dan jam terbang dalam mengoperasikan turbin sering khususnya
dalam start stop turbin.
Cek lokal turbin: parameter suhu dan pressure unit pendukung
turbin dan cek oli bearing secara berkala (logsheet)
Lakukan pembersihan/ cleaning pada area yang terdapat air atau oli
di lantai
Kuras air di bak kondensor agar motor CEP tetap aman
Utamakan keselamatan kerja dan menggunakan APD
37