Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN

KEGIATAN DAN ANALISA

Bidang : Operator Turbin


Laporan ke- : Laporan TW 1
Tanggal : 8 Februari 2020
Materi :Kegiatan Operator turbin Grup D dan Analisa sistem
pendingin turbin Cooling Water System Di PLTU 3x10
MW Tanjung Enim

Nama : Wendi Triwahyudi


NIK OJT : OJ19941078
Mentor Utama :Riswanto
Mentor I :Lardi Suhendro
Mentor II :Sauji Arabiah
Pembina :Roslan
JumlahLembar : 37 lembar

ON THE JOB TRAINING


PT. BUKIT ENERGI SERVIS TERPADU
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Turbin merupakan sebuah alat yang salah satunya digunakan untuk
membangkitkan suatu energi. Di Indonesia telah tersebar berbagai macam turbin,
mulai dari turbin gas, turbin air dan turbin uap.Turbin sangat membantu dalam
kehidupan sehari-hari kita, salah satunya untuk memenuhi kebutuhan kita yang
tidak lepas dari alat tersebut, yaitu listrik.Dengan turbin kita dapat melakukan
kegiatan malam tanpa harus dalam kondisi gelap. Kegiatan malam akan berjalan
lancar dengan adanya listrik yang tidak lepas dari turbin tersebut.
Semakin banyaknya turbin dan pesatnya perkembangan turbin tersebut, kini
turbin tak asing lagi. Segala macam cara dilakukan untuk memodifikasi kembali
turbin tersebut hanya untuk meningkatkan kenyamanan bagi pemakai, baik
individu maupun kelompok. Terlebih lagi dengan adanya perkembangan teknologi
saat ini, proses pemodifikasian turbin tersebut menjadi lebih mudah dilakukan.
Turbin uap adalah suatu penggerak mula yang mengubah energi potensial
menjadi energi kinetik dan energi kinetik ini selanjutnya diubah menjadi energi
mekanik dalam bentuk putaran poros turbin. Poros turbin langsung atau dengan
bantuan elemen lain, dihubungkan dengan mekanisme yang digerakkan.
Tergantung dari jenis mekanisme yang digerakkan turbin uap dapat digunakan
pada berbagai bidang industri, seperti untuk pembangkit listrik.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Pengertian dari turbin uap
1.2.2 Prinsip kerja turbin uap
1.2.3 Klasisfikasi turbin uap
1.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kerugian dalam turbin uap

1.3 SASARAN PROGRAM


Setelah mengikuti On the Job Training (OJT) ini, diharapkan mampu:
1.3.1 Memeriksa kesiapan peralatan
1.3.2 Mengoperasikan peralatan
1.3.3 Mengatasi gangguan peralatan

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi penulis
Laporan ini dapat digunakan sebagai bukti penerapan pengetahuan
(aplikasi) yang didapat selama On the Job Training, serta dapat menambah
wawasan keilmuan dalam bidang keteknikan terutama turbin uap.

1
2

1.4.2 Bagi akademis


Hasil perancangan ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan
dapat digunakan sebagai bahan penelitian selanjutnya.
1.4.3 Bagi pembaca
Untuk para pembaca sekalian kiranya laporan On the Job Training ini
dapat memberikan suatu informasi baru yang bermanfaat untuk
memperluas wawasan dan pengetahuan.

1.5 Metode Pengumpulan Data


Data-data untuk penyusunan laporan ini penulis peroleh melalui
beberapa metode, yaitu :
1.5.1 Data primer
Dengan metode ini diperoleh data secara langsung untuk memperoleh data
primer tesebut dilakukan dengan survei untuk mengumpulkan data dari On
the Job Training dan diskusi tanya jawab.
1.5.2 Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dari buku-buku literature, arsip dan catatan
yang dapat memberikan informasi dari pihak lain sehubungan dengan
masalah yang dibahas.

1.6 Sistematika Penulisan Laporan

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan, manfaat, ruang
lingkup, didalamnya dijelaskan juga mengenai metode pengumpulan
data yang digunakan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bagian ini mencakup landasan teori, dan penjelasan secara umum
tentang turbin uap
BAB III METODE PENGAMATAN
Metode pengamatan dilakukan untuk mendapatkan data-
data fisik yang bekaitan dengan sarana dan fasilitas pembangkit
energi uap di PLTU 3 X 10 MW. Pengamatan dimulai dari steam
supply (pasokan uap) hingga mesin turbin yang mengonversi energi
uap menjadi energi listrik.
Metode Dokumentasi
Metode dekomentasi dilakukan untuk menghimpun semua data
empirik yang diperlukan dalam penelitian yaitu survei
lapangan untuk mendapatkan data tentang:
a. Tekanan masuk turbin;
b. Temperatur masuk turbin;
3

c. Tekanan keluar turbin;


BAB IV PEMBAHASAN HASIL ANALISA
Bagian ini memuat gambaran umum dari hasil perancangan,
pembahasan hasil perancangan, perbandingan hasil perancangan
dengan dengan yang terdahulu.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil On the Job Training
yang telah dijalani selama 1 semester (6 bulan).
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Uap


Pembangkit Listrik Tenaga Uap adalah pembangkit yang mengandalikan
energi kinetik dari uap untuk menghasilkan energi listrik. Bentuk utama
pembangkit listrik jenis ini adalah Generator yang di hubungkan ke turbin dimana
untuk memutar turbin diperlukan energi kinetik dari uap panas atau kering.
Pembangkit listrik tenaga uap menggunakan berbagai macam bahan bakar
terutama batu-bara dan minyak bakar serta MFO untuk start awal. Komponen-
komponen pada pembangkit listrik tenaga uap tersebut dapat dilihat pada Gambar
1.

Boile Turbi Generato


r n r

B
B Kondens
or
udar
a Coolin
g
tower

Pompa

Gambar 1. Komponen-komponen Pembangkit Listrik Tenaga Uap


Sistem kerja PLTU menggunakan bahan bakar minyak residu/MFO (solar)
dan gas alam. Kelebihan dari PLTU adalah daya yang dihasilkan sangat besar.
Konsumsi energi pada peralatan PLTU bersumber dari putaran turbin uap. PLTU
adalah suatu pembangkit yang menggunakan uap sebagai penggerak utama (prime
mover). Untuk menghasilkan uap, maka haruslah ada proses pembakaran untuk
memanaskan air. PLTU merupakan suatu sistem pembangkit tenaga listrik yang
mengkonversikan energi kimia menjadi energi listrik dengan menggunakan uap
air sebagai fluida kerjanya, yaitu dengan memanfaatkan energi kinetik uap untuk
5

menggerakkan proses sudu-sudu turbin menggerakkan poros turbin, untuk


selanjutnya poros turbin menggerakkan generator yang kemudian
dibangkitkannya energi listrik. Energi listrik yang dihasilkan akan menyuplai alat-
alat yang disebut beban.
PLTU 3 x 10 Tanjung Enim merupakan pembangkit penghasil energi
listrik yang menghasilkan daya yang senilai ±30 MW dan memiliki 3 unit
pembangkit. Generator PLTU 3 x 10 Tanjung Enim menghasilkan tegangan 6.3
kv pada masing-masing unit. Di tiap-tiap unit terhubung ke auxiliary trafo(trafo
PS) dan main trafo(trafo step up). Auxiliary trafo adalah trafo tenaga yang
berfungsi mengubah tegangan 6.3 kv menjadi 380 v untuk pemakaian sendiri di
PLTU 3 x 10 Tanjung Enim. Main trafo adalah trafo tenaga yang berfungsi
mengubah tegangan 6.3 kv dari generator menjadi 20 kv untuk disalurkan ke
Gardu Induk 20 kv Bukit Asam.

Diagram alur Proses PLTU Tanjung Enim


3x10 MW

2.2 Prinsip Kerja PLTU


Prinsip kerja dari PLTU adalah dengan menggunakan siklus air-uap-air
yang merupakan suatu sistem tertutup air dari kondensat atau air dari hasil proses
pengondensasian di kondensor dan air make up water (air yang dimurnikan)
dipompa oleh condensat pump ke pemanas tekanan rendah. Disini air dipanasi
kemudian dimasukkan oleh daerator untuk menghilangkan oksigen, kemudian air
ini dipompa oleh boiler feed water pump masuk ke economizer. Dari economizer
yang selanjutnya dialirkan ke pipa untuk dipanaskan pada tube boiler.
Pada tube, air dipanasi berbentuk uap air. Uap air ini dikumpulkan
kembali pada steam drum, kemudian dipanaskan lebih lanjut pada superheater
6

sudah berubah menjadi uap kering yang mempunyai tekanan dan temperatur
tinggi, dan selanjutnya uap ini digunakan untuk menggerakkan sudu turbin
tekanan tinggi, untuk sudu turbin menggerakkan poros turbin. Hasil dari putaran
poros turbin kemudian memutar poros generator yang dihubungkan dengan
coupling, dari putaran ini dihasilkan energi listrik. Energi listrik yang dihasilkan
dari generator disalurkan dan didistribusikan lebih lanjut ke pelanggan. Uap bebas
dari turbin selanjutnya dikondensasikan dari kondensor dan bersama air dari make
up water pump dipompa lagi oleh pompa kondensat masuk ke pemanas tekanan
rendah, daerator, boiler feed water pump, pemanas tekanan tinggi, economizer,
dan akhirnya menuju boiler untuk dipanaskan menjadi uap lagi. Proses ini akan
terjadi berulang-ulang.

2.3 Siklus Rankine


Siklus Rankine adalah siklus termodinamika yang mengubah panas menjadi
kerja. Panas yang disuplai secara eksternal pada aliran tertutup, yang biasanya
menggunakan air sebagai fluida bergerak. Pada steam boiler, ini akan menjadi
reversible tekanan konstan pada proses pemanasan air untuk menjadi uap air, lalu
pada turbin proses ideal akan menjadi reversible ekspansi adiabatik dari uap, pada
kondenser akan menjadi reversible tekanan konstan dari panas uap kondensasi
yang masih saturated liquid dan pada proses ideal dari pompa akan terjadi
reversible kompresi adiabatik pada cairan akhir dengan mengetahui tekanannya.
Ini adalah siklus reversible, yaitu keempat proses tersebut terjadi secara ideal
yang biasa disebut Siklus Rankine.
Salah satu peralatan yang sangat penting di dalam suatu pembangkit tenaga
listrik adalah Boiler (Steam Generator) atau yang biasanya disebut ketel uap. Alat
ini merupakan alat penukar kalor, dimana energi panas yang dihasilkan dari
pembakaran diubah menjadi energi potensial yang berupa uap. Uap yang
mempunyai tekanan dan temperatur tinggi inilah yang nantinya digunakan
sebagai media penggerak utama Turbin Uap. Energi panas diperoleh dengan jalan
pembakaran bahan bakar di ruang bakar.
Sistem boiler terdiri dari: sistem air umpan, sistem steam dan sistem bahan
bakar. Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai
dengan kebutuhan steam. Berbagai kran disediakan untuk keperluan perawatan
dan perbaikan. Sistem steam mengumpulkan dan mengontrol produksi steam
dalam boiler. Steam dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik pengguna. Pada
keseluruhan sistem, tekanan steam diatur menggunakan kran dan dipantau dengan
alat pemantau tekanan. Sistem bahan bakar adalah semua peralatan yang
digunakan untuk menyediakan bahan bakar untuk menghasilkan panas yang
dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan pada sistem bahan bakar tergantung pada
jenis bahan bakar yang digunakan pada sistem. Berikut ini adalah gambar diagram
siklus rankine
7

Gambar 2. Siklus Rankine Ideal

1-2 : Merupakan proses kompresi isentropik dalam kompressor, kondisi 1 adalah


udara atmosfer. Temperatur udara hasil kompresi T2 dapat diketahui dari
persamaan :

Keterangan:
rp = rasio tekanan
γ = Perbandingan panas spesifik pada tekanan konstan dan panas
spesifik pada volume konstan, untuk udara.

2-3 : Proses penambahan panas pada tekanan konstan dalam ruang


bakar. Panas yang ditambahkan dalam ruang bakar adalah :
Qin = Cp (T3 – T2)
3-4 : Proses ekspansi isentropik dalam turbin. Temperatur gas keluaran
dihitung melalui persamaan :
T4 = T3 ( )γ-1/γ
4-1 : Merupakan proses pelepasan kalor (heat rejection) ke lingkungan pada
tekanan konstan. Hal ini dapat dihitung melalui persamaan :
Qc = (h4 – h1)
2.4 Siklus Rankin Ideal
Siklus ideal yang mendasari siklus kerja dari suatu pembangkit daya uap
8

adalah siklus rankine. Siklus rankine berbeda dengan siklus – siklus udara ditinjau
dari fluida kerjanya yang mengalami perubahan fase selama siklus pada saat
evaporasi dan kondensasi. Perbedaan lainnya secara termodinamika siklus uap
dibandingkan dengan siklus gas adalah bahwa perpindahan kalor pada siklus uap
dapat terjadi secara isothermal.
Proses perpindahan kalor yang sama dengan proses perpindahan kalor
pada siklus carnot dapat dicapai pada daerah uap basah, perubahan entalpi fluida
kerja akan menhasilkan penguapan atau kondensasi, tetapi tidak pada perubahan
temperature. Temperature hanya diatur oleh tekanan uap fluida.
Kerja pompa pada siklus rankine untuk menaikkan tekanan fluida kerja
dalam fase cair akan jauh lebih kecil dibandingkan dengan pemampatan untuk
campuran uap dalam tekanan yang sama pada siklus carnot. Siklus rankine ideal
dapat digambarkan dalam diagram T-S dan H-S seperti pada gambar dibawah ini

Gambar 3. Sikus rankine sederhana

Siklus rankine ideal terdiri dari 4 tahapan proses:


1-2 kompresi isentropic dengan pompa.
2-3 penambahan panas dalam boiler
secara isobar 3-4 ekspansi isentropic
pada turbin
4-1 pelepasan panas pada condenser secara isobar dan isothermal

Air masuk pompa pada kondisi 1 sebagai cairan jenuh (saturated liquid)
dan dikompresi samapi tekanan operasi boiler. Temperature air akan meningkat
selama kompresi isentropic karena menurunnya volume spesifik air. Air
memasuki boiler sebagai cairan terkompresi (compressed liquid) pada kondisi 2
dan akan menjadi uap superheated pada kondisi 3. Dimana panas diberikan oleh
boiler ke ar pada tekanan yang tetap. Boiler dan seluruh bagian yang dihasilkan
9

steam ini disebut sebagai steam generator. Uap superheated pada kondisi 3
kemudian akan memauki turbin untuk diekspansi secara isentropic dan akan
menghasilkan kerja untuk memutar shaft yang terhubung dengan generator listrik
sehingga dapat dihasilkan listrik. Tekanan dan temperature dari steam akan turun
selama proses ini menuju keadan 4 steam akan masuk kondensor dan biasnya
sudah berupa uap jenuh. Stem ini akan dicairkan pada tekanan konstan didalam
condenser dan akan meninggalkan kondensor sebagai cair jenuh yang akan masuk
pompa untuk melengkapi siklus ini.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 TURBIN UAP


Fungsi Turbin Uap
Turbin uap merupakan mesin rotasi yang berfungsi untuk mengubah
energi panas yang terkandung dalam uap menjadi energi mekanik dalam bentuk
putaran poros.
3.2 Bagian - Bagian Turbin Uap
Turbin uap terdiri dari beberapa bagian utama seperti : Rumah turbin
(casing), bagian yang berputar (rotor), sudu-sudu yang dipasang pada rotor
maupun casing, bantalan untuk menyangga rotor.
3.2.1. Stator
Stator turbin pada dasarnya terdiri dari dua bagian, yaitu casing dan sudu
diam (fixed blade). Namun untuk tempat kedudukan sudu-sudu diam dipasang
diapragma.
3.2.2. Casing
Casing merupakan rumah turbin yang membentuk ruangan (chamber)
disekeliling rotor sehingga memungkinkan uap mengalir melintasi sudu-sudu.
Pedestal yang berfungsi untuk menempatkan bantalan sebagai penyangga rotor
juga dipasangkan pada casing. Umumnya salah satu pedestal diikat (anchored)
mati kepondasi. Sedang yang lain ditempatkan diatas rel peluncur (Sliding feet)
sehinggga casing dapat bergerak bebas akibat pengaruh pemuaian maupun
penyusutan (contraction).
Biasanya pedestal yang diikat pada pondasi adalah pedestal sisi tekanan
rendah atau sisi yang berdekatan dengan generator (generator end). Sedang sisi
yang lain dibiarkan untuk dapat bergerak dengan bebas. Ketika temperatur casing
dan rotor naik, maka seluruh konstruksi turbin akan memuai. Dengan penempatan
salah satu pedestal diatas rel peluncur, maka seluruh bagian turbin dapat bergerak
dan bebas ketika memuai seperti diilustrasikan pada gambar 4

Gambar 4. Konstruksi Casing Pada Pondasi.

10
11

3.2.3. Rotor
Rotor turbin terdiri dari poros beserta cincin-cincin yang terbentuk dari
rangkaian sudu-sudu yang dipasangkan sejajar sepanjang poros.
Rotor adalah bagian dari turbin yang mengubah energi yang terkandung dalam
uap menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran poros. Secara umum ada 2
macam tipe rotor turbin yaitu rotor tipe piringan (disk) dan rotor tipe drum.
3.2.3.1. Rotor Tipe Disk
Pada rotor tipe ini, piringan-piringan (disk) dipasangkan pada poros,
sehingga membentuk jajaran piringan seperti terlihat pada gambar 5.

Gambar 5. Rotor Tipe Cakra (Disk).

3.2.3.2. Rotor Tipe Drum


Pada rotor tipe ini, poros dicor dan dibentuk sesuai yang dikehendaki dan
rangkaian sudusudu Iangsung dipasang pada poros. Rotor tipe drum sangat
fleksibel dan dapat dipakai hampir untuk semua jenis turbin. Ilustrasi rotor jenis
ini dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar. 6. Rotor Tipe Drum.


12

3.2.4. Sudu
Sudu adalah bagian dari turbin dimana konversi energi terjadi. Sudu
sendiri terdiri dari bagian akar sudu, badan sudu dan ujung sudu seperti terlihat
pada gambar 7.

Gambar 7. Sudu Turbin.

Sudu seperti terlihat pada gambar 7, tersebut kemudian dirangkai sehingga


membentuk satu lingkaran penuh. Rangkaian sudu tersebut ada yang difungsikan
sebagai sudu jalan dan ada yang difungsikan menjadi suhu tetap. Rangkaian sudu
jalan dipasang disekeliling Rotor sedang rangkaian sudu tetap dipasang
disekeliling casing bagian dalam.
Rangkaian sudu jalan berfungsi untuk kinetik uap menjadi energi mekanik dalam
bentuk putaran poros turbin. Sedangkan sudu tetap, selain ada yang berfungsi
untuk mengubah energi panas menjadi energi kinetik, tetapi ada jugs yang
berfungsi untuk membalik arah aliran uap. Contoh dari rangkaian sudu jalan dapat
dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Sudu Jalan.

Dalam gambar 8, terlihat bahwa bagian akar sudu ditanamkan kedalam alur - alur
disekeliling Rotor sedangkan bagian ujung-ujung sudu disatukan oleh plat baja
penghubung yang disebut "SHROUD". Shroud berfungsi untuk memperkokoh
serta mengurangi vibrasi dari rangkaian sudu-sudu. Sudu-sudu tetap umumnya
13

dirangkai membentuk setengah lingkaran pada sebuah segmen yang disebut


diapragma.

Gambar. 9. Sudu Tetap.


3.2.5. Bantalan
Sebagai bagian yang berputar, rotor memiliki kecenderungan untuk bergerak
baik dalam arah radial maupun dalam arah aksial.Karena itu rotor harus ditumpu
secara baik agar tidak terjadi pergeseran radial maupun aksial yang berlebihan.
Komponen yang dipakai untuk keperluan ini disebut bantalan (bearing). Turbin
uap umumnya dilengkapi oleh bantalan jurnal (journal bearing) dan bantalan
aksial (Thrust bearing) untuk menyangga rotor maupun untuk membatasi
pergeseran rotor. Gambar10, memperlihatkan contoh tipikal kedua jenis bantalan
tersebut.

Gambar 10. Bantalan.


14

Pada bantalan jurnal, permukaaan bagian dalam yang mungkin dapat kontak
langsung dengan permukaaan poros dilapisi oleh logam putih (white metal/babbit)
yang lunak. Disamping itu juga terdapat saluran-saluran tempat minyak pelumas
mengalir masuk ke bantalan dan saluran dimana minyak pelumas dapat mengalir
keluar meninggggalkan bantalan.
Sedangkan pada bantalan aksial (Thrust bearing), umumnya terdiri dari
piringan (Thrust Collar) yang merupakan bagian dari poros dan dua sepatu
(Thrust pad) yang diikatkan ke Casing.

3.3 KONDENSOR UTAMA (MAIN CONDENSOR).


3.3.1 Kondensor Utama (Main Condensor).
Seperti diketahui bahwa dalam siklus PLTU, uap yang keluar
meninggalkan tingkat akhir turbin tekanan rendah akan mengalir memasuki
kondensor. Kondensor PLTU umumnya merupakan perangkat penukar panas tipe
permukaan (surface) yang memiliki 2 fungsi utama yaitu sebagai wahana
penghasil vacum tinggi bagi uap keluar exhaust turbin serta untuk
mengkondensasikan uap bekas keluar dari exhaust turbin. Kedua fungsi tersebut
sekilas kurang begitu penting tetapi ternyata
keduanya merupakan faktor yang cukup vital dalam pengoperasian turbin maupun
efisiensi siklus. Media yang dialirkan ke kondensor untuk
mendinginkan/mengkondensasikan uap adalah air yang disebut air pendingin
utama (circulating water). Air pedingin mengalir didalam pipa - pipa kondensor
sedang uap bekas mengalir dibagian luar pipa. Melalui proses tersebut, panas
dalam uap bekas akan diserap oleh air pendingin sehingga uap akan terkondensasi
menjadi air yang dinamakan air kondensat. Air kondensat ini akan ditampung
dibagian bawah kondensor dalam sebuah penampung yang disebut hotwell. Air
kondesat dari dalam hotwell selanjutnya dipompakan lagi ke deaerator oleh
pompa kondensat.
Kondensor umumnya terletak dibagian bawah turbin (under slung) dan
tersambung ke exhaust turbin tekanan rendah. Penyambungan antara turbin
dengan kondensor harus cukup feksibel untuk mengakomodir adanya pemuaian
akibat variasi temperatur.
Ada 2 macam cara penyambungan turbin dengan kondensor yaitu Sambungan
Rigid dimana antara turbin exhaust dengan kondensor dihubungkan secara
langsung seperti terlihat pada gambar 11. Untuk mengakomodir pemuaian atau
penyusutan kondensor, bagian bawah kondensor ditumpu oleh pegas-pegas
sehingga memungkinkan kondensor bergerak keatas atau kebawah dengan bebas.
15

Gambar 11. Sambungan Turbin - Kondensor.

3.3.2 Sistem Penghisap Udara (Air Extraction).


Pada condensing turbin, efisiensi siklus maupun efisiensi turbin turut
ditentukan oleh vacum kondensor. Mengingat bahwa udara serta non condensable
gas lain senantiasa muncul dalam kondensor, baik disebabkan karena kebocoran -
kebocoran maupun yang terbawa bersama uap, maka akumulasi dari udara dan
gas-gas tersebut dapat mengganggu vacum kondensor. Agar tingkat kevacuman
kondensor dapat dipertahankan, maka kumulasi udara dan gas-gas tersebut harus
dikeluarkan dari kondensor secara kontinyu. Untuk keperluan ini, disediakan
perangkat penghisap udara (Air extraction plant) yang berfungsi untuk menghisap
udara dan non condensable gas dari kondensor. Ada 2 macam penghisap udara
yang banyak dipakai yaitu steam ejector dan vacum pump.

3.3.3 Steam Ejector.


Perangkat ini menggunakan ejector uap untuk menghisap udara dan non
condensable gas dari dalam kondensor. Ejector uap bertingkat (Multy Stage
Steam Ejector) yang terdiri dari 3 tingkat dengan 3 buah ejector yang masing-
masing berbeda ukurannya. Ketiga ejector tersebut dipasangkan pada sebuah
shell/tabung penukar panas tipe permukaan (Surface Heat Exchanger) dimana di
alirankan air kondensat sebagai media pendingin.
Pasokan uap berasal dari main steam katup pengatur tekanan, dialirkan ke Nozzle
ejector tingkat pertama (primary ejector). Akibat transformasi energi pada Nozzle,
maka tekanan dibagian leher Nozzle (Throat) akan turun sehingga udara dan non
condensable gas dari kondensor akan terhisap dan keluar dari mulut Nozzle
bersama uap. Campuran ini kemudian masuk shell tingkat pertama dan mengalir
dibagian dalam pipa-pipa pendingin (tube) dimana dibagian luar pipa dialirkan air
condesate sebagai pendingin. Akibat proses pendingin, fraksi uap dalam
16

campuran akan terkondensasi sementara fraksi udara dan non condensable gas
akan mengalalmi pengecilan volume (contracting). Campuran udara akan non
condensable gas dari shell tingkat pertama kemudian dihisap lagi oleh ejector
tingkat kedua. Akibat campuran ini sudah mengalami penurunan
volume/kontraksi, maka ejector tingkat kedua hanya memerlukan uap yang lebih
sedikit serta ukuran ejector yang lebih kecil. Campuran uap dengan udara dan non
condensable gas yang keluar dari ejector tingkat kedua kemudian masuk shell
tingkat kedua yang didinginkan oleh air condensate.
Hoging/ Starting Ejector.
Selain perangkat ejector seperti yang dijelaskan diatas, PLTU juga
dilengkapi dengan ejector lain yang berukuran lebih besar dan umumnya disebut
hoging atau starting ejector. Sesuai namanya, ejector ini hanya dioperasikan
sebelum turbin berputar. Fungsinya adalah untuk menghisap udara dalam jumlah
besar dari kondensor dalam waktu yang singkat dalam rangka membuat vacum
kondensor menjelang start turbin. Dalam keadaan normal operasi, ejector ini
umumnya tidak dioperasikan.

Gambar 12 Steam Air Ejector System.

3.4 Alat-alat Bantu Turbin


3.4.1 Katup Penutup Cepat (Stop Valve)
Stop valve adalah katup penutup cepat yang berfungsi untuk memblokir
aliran uap dari ketel ke Turbin. Katup ini dirancang hanya untuk menutup penuh
atau membuka pen pada sebagian turbin, Pembukaan katup ini juga dapat diatur
(Throtling) selama periode start turbin untuk mengatur aliran uap hingga putaran
turbin tertentu. Fungsi pengaturan ini bagi katup penutup cepat merupakan fungsi
tambahan. Fungsi utamanya adalah untuk memutus aliran uap secara cepat ketika
dalam kondisi emergensi. Sesuai dengan fungsi utamanya, maka stop valve
diharapkan menutup lebih cepat dibanding katup governor. Karena stop valve
17

memiliki fungsi utama dan fungsi tambahan, maka konstruksinya juga terdiri dari
katup utama (main valve) dan katup bantu (pilot valve).

3.4.2 Katup Pengatur (Governor Valve)


Fungsi katup governor adalah untuk mengatur aliran uap dari steam
chest yang akan masuk ke Turbin. Jadi tugas utamanya adalah mengatur putaran
atau beban yang dihasilkan oleh turbin seperti terlihat pada gambar 13.

Gambar 13. Katup Governor.

3.5 SISTEM PROTEKSI TURBIN


Turbin merupakan suatu mesin yang beroperasi pada tekanan, temperatur
dan putaran tinggi. Sehingga menyimpan potensi bahaya yang cukup besar bukan
hanya bagi turbinnya sendiri, tetapi juga bagi manusia. Dalam usaha untuk
memperkecil resiko bahaya, maka turbin dilengkapi dengan berbagai pengaman
(protection) yang antara lain terdiri dari
• Pengaman putaran lebih (over Speed Trip)
• Pengaman putaran lebih (over Speed Trip)
• Pengaman pelumas bantalan rendah (Low Bearing Oil Pressure Trip)
• Pengaman tekanan kondensor tinggi (Low Vacum Trip)
• Pengaman tekanan minyak bantalan aksial tinggi (Thrust Bearing Oil Pressure)
• Pengaman Manual Trip.
Pada prinsipnya, semua perangkat proteksi tersebut bermuara pada satu tujuan
yaitu mentrip turbin dengan cara membuka saluran drain sistem minyak kendali
control oil system). Pada gambar terlihat bahwa bila tuas dalam posisi horizontal,
berarti seluruh drain control oil system dalam keadaan tertutup. Kondisi ini adalah
kondisi normal operasi.
18

3.5.1 Proteksi Putaran Lebih (Over Speed Protection)


Seperti diketahui bahwa gaya sentrifugal berkaitan dengan putaran dimana
gaya sentrifugal merupakan fungsi kuadrat dari putaran sudu (w). Ini berarti
makin tinggi putaran turbin, makin besar gaya sentrifugal yang ditimbulkan. Pada
kondisi putaran tertentu, gaya sentrifugal yang timbul dapat membahayakan
turbin. Untuk itu disediakan peralatan proteksi putaranlebih (over speed
protection) untuk mengamankan turbin. Ada 2 macam sistem proteksi putaran
lebih yaitu system proteksi putaran lebih mekanik (mechanical over speed) dan
putaran lebih elektrik (electrical over speed). Gambar 14, memperlihatkan sistem
proteksi putaran lebih
mekanik.

Gambar 14. Mechanical Overspeed

Pada poros turbin dibuat alur melintang. Pada alur tersebut dimasukkan
logam berbentuk ujung peluru yang ditahan dalam poros oleh pegas tarik. Bila
poros berputar, maka akan timbul gaya sentrifugal ke arah luar yang cenderung
menarik bonggol peluru keluar poros melawan tarikan pegas. Pada putaran
nominal, gaya sentrifugal sebanding dengan gaya tarik pegas. Bila putaran naik
hingga mencapai harga tertentu (umumnya 110 %) gaya sentrifugal yang timbul
menjadi lebih besar dari gaya tarik pegas. Hal ini mengakibatkan bonggol peluru
akan menonjol keluar poros dan mendorong tuas pengunci. Terdorongnya tuas
pengunci akan mengakibatkan terbukanya saluran drain pada sistem minyak
kendali (control oil) sehingga semua katup uap ke turbin akan menutup yang
berarti turbin trip. Dengan tripnya turbin, diharapkan putaran turbin tidak
naik lagi sehingga turbin terhindar dari keadaan yang membahayakan. Sistem
proteksi putaran lebih elktrik biasanya merupakan cadangan (back up) yang juga
akan mentrip bila putaran turbin mencapai > 110%.

3.5.2 Low Bearing Oil Pressure Low Trip


Kontinyuitas aliran dan tekanan minyak pelumas bantalan turbin
merupakan parameter yang penting bagi terbentuknya pelumasan film yang ideal
pada bantalan. Bila tekanan minyak pelumas turun dapat merusak karakteristik
19

pelumasan film di bantalan sehingga memungkinkan terjadinya kontak langsung


antara permukaan poros turbin dengan permukaan bantalan. Hal ini tentunya
dapat mengakibatkan kerusakan pada bantalan maupun poros turbin yang
tentunya tidak dikehendaki. Karena itu, bila tekanan pelumas bantalan turun
hingga harga tertentu, turbin harus trip. Pada gambar terlihat bellows disebelah
tuas yang dihubungkan ke tekanan pelumas bantalan. Bila tekanan pelumas
bantalan turun, resultan gaya - gaya berubah sehingga tuas tidak lagi dapat
bertahan dalam posisi seimbang (horizontal) Tuas akan berubah posisi dimana
bagian dari engsel akan turun kebawah. Kondisi ini mengakibatkan terbukanya
saluran drain control oil system sehingga turbin trip.

3.5.3 Low Condensor Vacum Trip


Sepeti diketahui, bahwa disamping putaran sudut, besarnya gaya
sentrifugal juga ditentukan oleh radius perputaran. Diataranya seluruh jajaran
sudu - sudu turbin, radius sudu yang paling besar adalah radius dari rangkaian
sudu tingkat akhir. Jadi gaya sudu yang paling besar adalah radius dari rangkaian
sudu tingkat akhir. Jadi gaya sentrifugal yang paling besar juga terjadi pada sudu-
sudu tingkat akhir dari turbin tekanan rendah (LP Turbine). Disamping itu bahwa
sudu-sudu tingkat akhir dari turbin tekanan rendah tingkat akhir inilah yang
berhubungan langsung dengan kondensor. Bila tekanan kondensor naik (vacum
rendah) terdiri dari temperatur saturated uap bekas yang keluar dari sudu akhir
dan akan terkondensasi di kondensor sudu-sudu akhir. Sedangkan kita ketahui
bahwa dengan naiknya temperatur, maka daya tahan dari logam akan berkurang.
Bila kenaikan temperatur cukup signifikan, maka turbin dapat berada
dalam kondisi berbahaya. Karena itu, perlu disediakan proteksi terhadap tekanan
kondensor tinggi. Pada gambar terlihat bahwa bellows dihubungkan ke
kondensor. Bila tekanan kondensor naik hingga mencapai harga tertentu, maka
tekanan di dalam bellows juga naik sehingga resultan gaya-gaya pada tuas
menjadi tak seimbang lagi. Tuas akan berubah dari posisi normal (horizontal).
Bagian tuas di sebelah kid engsel akan turun ke bawah dan ini akan membuka
saluran drain control oil system sehingga turbin trip.

3.5.4 Manual Trip


Selain semua perangkat proteksi yang telah dibahas di atas. Turbin juga masih
dilengkapi dengan fasilitas manual trip level yang umumnya ada di lokal serta
manual trip button yang terpasang di ruang kontrol (control room). Dengan
fasilitas ini, operator dapat mentrip turbin secara baik dari lokal maupun dari
control room bila mendapatkan bahwa turbin beroperasi dalam kondisi yang
berbahaya. Pada gambar 14 juga terlihat fasilitas trip manual yang terpasang
dilokal berupa tuas (manual trip level). Bila tuas ini digerakkan ke kiri, maka
turbin akan trip karena gerakan turbin tuas ini akan membuka saluran drain dari
sistem minyak kendali (control oil sistem). Pada gambar 14 juga terlihat fasilitas
20

trip manual yang terpasang dilokal berupa tuas (manual trip level). Bila tuas ini
digerakkan ke kiri, maka turbin akan trip karena gerakan turbin tuas ini akan
membuka saluran drain dari sistem minyak kendali (control oil sistem).

3.6 Sistem Pelumas Turbin


Sistem pelumas sistem yang cukup vital untuk turbin. Fungsinya bukan hanya
terbatas untuk pelumasan kerja saja, tetapi juga untuk memindahkan panas dan
memindahkan kotoran. Disamping itu, pada sebagian besar turbin saat ini, system
pelumasan juga memasok kebutuhan minyak hidrolik baik sebagai penggerak
actuator hidrolik (Power oil) maupun sebagai minyak kendali (control oil) pada
system pengaturan governor. Untuk turbin-turbin yang menggerakan generator
berpedingin hidrogen, sistem pelumas juga merupakan pasokan cadangan (Back
up oil) bagi sistem perapat poros generator (seal oil system). Mengingat
peranannya yang cukup vital, maka system pelumasan menerapkan sistem
sirkulasi bertekanan yang dilengkapi oleh berbagai komponen.
Komponen-komponen utama dalam sistem pelumasan antara lain adalah :
• Tangki pelumas
• Pompa pelumas
• Pendingin minyak pelumas
• Saringan-saringan
• Regulator
• Pemurni minyak (Purifier)

3.6.1 Tangki Pelumas


Tangki pelumas berfungsi sebagai penampung (reservoir) guna memasok
kebutuhan minyak bagi sistem pelumasan dan lainnya serta menampung minyak
yang kembali dari sistem pelumasan. Pada tangki pelumas juga yang beberapa
pompa pelumas seperti Pompa Pelumas Bantu (AOP), Turning Gear Oil Pump
(TGOP) dan Emergency Oil Pump (EOP). Didalam tangki sendiri juga dilengkapi
dengan beberapa lapis saringan (filter) untuk menyaring kotoran. Selain itu tangki
juga dilengkapi dengan oil vapour extractor untuk menghisap uap minyak yang
terbentuk serta saluran drain untuk membuang kotoran/ lumpur yang terbentuk
dalam minyak. Untuk melihat level minyak didalam tangki secara visual
disediakan gelas duga dan tongkat pengukur (deep stick).
3.6.2 Pompa - Pompa Pelumas
Pompa pelumas berfungsi untuk menjamin kontinyuitas aliran dan tekanan
minyak pelumas dalam sistem pelumasan. Demikian pentingnya kedua parameter
tersebut, sehingga dalam sistem pelumasan disediakan beberapa buah pompa yaitu
• Pompa pelumas utama (Main Lube Oil Pump)
• Pompa pelumas bantu (Auxiliary Lube Oil Pump)
• Turning Gear Oil Pump
• Pompa pelumas darurat (Emergency Oil Pump)
21

Pada sistem pelumasan, minyak pelumas dari tangki dipompakan oleh pompa
pelumas dan dialirkan melalui pendingin (Oil Cooler), melintasi pengontrol aliran
atau regulator tekanan dan selanjutnya mengalir kebantalan untuk akhirnya
kembali ke tangki pelumas. Dalam keadaan turbin sudah beroperasi normal,
minyak pelumas dipasok oleh Main Oil Pump yang digerakkan oleh poros turbin.
Tetapi dalam keadaan start/shutdown, maka pompa-pompa yang terpasang di
tangki pelumas yang beroperasi. Pompa Pelumas Utama (Main Oil Pump)
Merupakan pompa sentrifugal yang terpasang dipedestal turbin dan digerakkan
oleh poros turbin. Pompa ini memasok kebutuhan minyak untuk sistem pelumas
turbin, minyak pengatur (control oil) untuk governor, minyak penggerak
servomotor / actuator hidrolik (power oil) dan pasok cadangan (back up supply)
untuk minyak perapat poros generator (seal oil system). Karena pompa ini
digerakkan manakala putaran turbin sudah diatas 90 % dari putaran nominalnya.
Pada saat putaran turbin < 90%, maka diperlukan pompa pelumas lain (biasanya
AOP) untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Gambar 15, merupakan ilustrasi dari
pompa pelumas utama (MOP).

Gambar 15. Pompa Pelumas Utama.

Umumnya merupakan konstruksi double suction single stage. Pompa ini dipasok
oleh minyak dari ejektor minyak (oil ejector) pada tekanan 1 - 1,5 bar dengan
tekanan sisi tekan (discharge) proporsional dengan putaran. Pada putaran nominal,
tekanan keluar pompa berkisar antara 20-30 bar (tergantung desain).
3.6.3 Pendingin Minyak (Oil Cooler)
Seperti telah disinggung diatas bahwa minyak pelumas yang mengalir ke
bantalan bukan hanya berfungsi sebagai pelumas tetapi juga menyerap panas yang
timbul dibantalan. Panas yang diserap oleh minyak pelumas ini harus dikeluarkan
lagi dari minyak. Komponen yang dirancang untuk mengeluarkan panas dari
minyak adalah pendingin minyak (oil cooler). Didalam cooler, panas dari minyak
akan diserap leh air pendingin. Umumnya, untuk sistem pelumasan disediakan 2
buah cooler yaitu 1 cooler aktif sedang 1 cooler lainnya standby seperti terlihat
pada gambar 16.
22

Gambar 16. Pendingin Minyak Pelumas.

Cooler yang telah selesai dibersihkan harus dikembalikan ke kondisi standby.


Yang dimaksud kondisi standby adalah bahwa didalam cooler sudah tidak ada lagi
sisa udara dan seluruh volume cooler sudah terisi minyak pelumas. Cara
membuang udara dari cooler adalah dengan membuka saluran venting dan
bersamaan dengan itu minyak pelumas dialirkan kedalam cooler secara perlahan-
lahan. Minyak pelumas yang mengalir dan mengisi cooler akan mendorong keluar
udara dari dalam cooler. Bila dari saluran venting sudah mulai keluar minyak,
berarti udara sudah habis dan katup venting dapat ditutup. Kini cooler berada pada
kondisi standby. Pendingin minyak (oil cooler) merupakan komponen yang cukup
penting karenamenentukan temperatur minyak pelumas. Sedangkan temperatur
minyak pelumas merupakan fungsi dari viskositas minyak pelumas yang turut
menentukan terbentuknya lapisan film pelumas pada bantalan.
3.6.3.1 Pompa Pelumas Bantu (Auxiliary Oil Pump)
Pompa ini dipasang diatas tangki pelumas dan digerakkan oleh motor listrik
AC. Berfungsi sebagai pemasok minyak manakala pompa pelumas utama (MOP)
belum mampu menjalankan tugasnya misalnya saat start turbin, shutdown ataupun
adalah masalah lain (malfunction) pada MOP. AOP memasok kebutuhan minyak
untuk system pelumasan, minyak pengatur (control oil) dan minyak penggerak
(power oil) pada sistem governor, pasok cadangan bagi sistem perapat poros
generator (seal oil system) serta memasok minyak untuk sisi hisap MOP (MOP
suction). Switch pompa ini umumnya memiliki 3 posisi yaitu "RUN", "AUTO"
dan posisi "Lock". Posisi RUN untuk menjalankan pompa secara manual. Pada
posisi "AUTO", pompa akan start secara otomatis bila tekanan minyak pelumas
turun hingga mencapai harga tertentu. Posisi "Lock" adalah untuk memblokir agar
pompa ini tidak akan beroperasidalam kondisi apapun juga.
23

3.6.3.1Turning Gear Oil Pump


Pompa ini juga dipasang dibagian atas tangki pelumas turbin dan digerakkan
oleh motor listik AC. Umumnya hanya menyediakan pasokan bagi sistem
pelumas bantalan terutama pada saat rotor turbin sedang diputar oleh turbin gear.
Seperti halnya AOP, TGOP juga dilengkapi oleh switch 3 posisi. Dalam posisi
"AUTO", TGOP akan start secara otomatis bila tekanan pelumas turun hingga
mencapai harga tertentu.
3.6.3.2 Pompa Pelumas Darurat (Emergency Oil Pump)
Juga terpasang pada bagian atas tangki pelumas turbin. Pompa ini digerakkan
oleh motor listrik DC. Dengan demikian maka pompa ini merupakan pompa yang
masih dapat beroperasi meskipun dalam kondisi pasokan listrik AC tidak tersedia
misalnya dalam keadaan black out. Seperti halnya TGOP, pompa ini juga hanya
memasok sistem pelumasan turbin. EOP juga dilengkapi switch 3 posisi. Dalam
posisi "AUTO", meskipun pasokan listrik AC tetap tersedia, pompa ini juga akan
start secara otomatis bila tekanan minyak pelumas bantalan turun hingga
mencapai harga tertentu.
3.6.3.3 Jacking Oil Pump
Merupakan pompa yang berfungsi mengangkat (jack) poros turbin dengan
tekanan minyak yang tujuannya adalah menghindari terjadinya gesekan statik
ketika poros turbin akan mulai berputar dari keadaan diam (stand still). Sesuai
dengan fungsinya, pompa ini menghasilkan tekanan minyak yang sangat tinggi.
Meskipun demikian, tidak semua turbin dilengkapi dengan jacking oil pump.
3.6.4 Saringan (Oil Filter)
Berfungsi untuk menyaring kotoran sehingga minyak pelumas yang akan
mengalir ke komponen-komponen yang akan dilumasi dalam kondisi bersih.
3.6.5 Saluran Minyak Pelumas masuk dan Kembali (Supply & Return
Line)
Sistem pelumas turbin memiliki kapasitas dengan volume minyak yang
cukup besar. Disamping itu, saluran-saluran minyak pelumas harus melintasi
daerah daerah yang temperatur cukup tinggi disekitar turbin. Pada situasi yang
demikian, bila terjadi kebocoran minyak pada saluran, kondisinya akan sangat
membahayakan. Untuk mengurangi resiko, maka semua saluran minyak baik
saluran pasokan (supply) maupun saluran minyak kembali (return) ditempatkan
dalam suatu sungkup pelindung berupa pipa besar.
BAB IV
LAPORAN KEGIATAN
DAN ANALISA RECYCLED WATER SYTEM (SISTEM PENDINGIN)
TURBIN UAP PLTU 3X10 MW

4.1 Parameter Operasi


Merupakan nilai proses operasi yang harus dipenuhi dan dikendalikan
supaya sistem bekerja dengan optimal, aman dan handal. Secara umum parameter
operasi dikelompokkan atas tiga katagori, yaitu :
a. Aman/ normal: jika nilai parameter operasi berada pada batasan nilai yang
direkomendasikan oleh pabrikan
b.Tidak aman : jika nilai parameter operasi lebih rendah/tinggi dari nilai normal.
c. Bahaya :jika nilai parameter operasi menyimpang jauh dari nilai normalnya
sehingga dapat menyebabkan bahaya pada manusia, lingkungan dan mesin itu
sendiri.
Karena dalam prakteknya, parameter operasi sangat mungkin mengalami
penyimpangan, maka sistem control operasi harus dilengkapi dengan “Alarm dan
Proteksi”
a. Alarm
Untuk memberikan peringatan dini kepada operator jika nilai parameter operasi
sedikit lebih tinggi/rendah dari nilai normal Sehingga operator harus segera
mengambil tindakan untuk melakukan pengaturan operasi supaya kembali normal.
b. Proteksi
Sistem ini akan membuat mesin stop/berhenti secara automatis. Jadi proteksi
merupakan sistem pengaman terhadap bahaya rusaknya sebagian atau keseluruhan
mesin, jika nilai parameter operasi menyimpang jauh dari nilai normal.

Contoh : nilai setting alarm untuk parameter operasi


turbine.

Description Unit Value Status

o
Steam Temp. Before <445 Alarm Low
C
MSAV >480 Alarm High

Steam Pressure Before MPa <4.6 Alarm Low


MSAV >5.1 Alarm High

Hot Wheel Level mm 300 Alarm Low


700 Alarm High

24
25

Excessive Axial Displ. mm >0.4 Alarm High

Excessive Brg. Vibra. um  30 Alarm High

o
Scavenge Oil Temp. > 65 Alarm High
C

Condenser Vacuum MPa > -0.70 Alarm High

Description Unit Value Status

Turbine Speed rpm >3300 Turbine Trip

Excessive Axial Displ. mm ± 0.7 Turbine Trip

Excessive Brg. Vibra. um  150 Turbine Trip

Lube Oil Pressure MPa < 0.03 Turbine Trip

Extraction Pressure MPa > 0.72 Turbine Trip

o
Scavenge Oil Temp. > 70 Turbine Trip
C

Condenser Vacuum MPa > -0.60 Turbine Trip

4.2 Keamanan dan Keselamatan Operasi Turbine Uap


Guna menjaga keamanan dan keselamatan operasi unit pembangkit,
khususnya unit turbine, maka dalam pelaksanaanya harus selalu berpedoman
kepada standar operasi yang direkomendasikan oleh pabrikan. Sebagai contoh,
26

beberapa hal yang perlu mendapat perhatian khusus dalam pengoperasian unit
turbine uap, antara lain :

1) Suhu uap ke turbine terlalu tinggi (Ti >Tn + 10 ‘C)


Akibat yang ditimbulkan :
 Pemuaian tidak merata pada dinding cylinder turbin
 Pemuaian tidak merata pada joint flange pipa-pipa jalur main steam
 Thermal stress pada bagian sudu-sudu dan poros turbine
2) Suhu uap ke turbine terlalu rendah (Ti < Tn – 15 ‘C)
Akibat yang ditimbulkan :
 Terjadi water hammer dalam cylinder turbine, sebab uap terlalu cepat
kondensasi
 Erosi atau pengikisan pada permukaan sudu-sudu turbine khususnya pada
suhu tingkat akhir
 Vibrasi turbine naik.
3) Melakukan perubahan sistem proteksi
Akibat yang ditimbulkan :
 Kerja sistem proteksi bisa tidak sempurna
 Turbine generator bisa trip jika perubahan dilakukan ketika unit dalam
kondisi operasi
4) Kualitas main steam jelek (Silica tinggi, oxigen content tinggi, atau
conductivity tinggi
Akibat yang ditimbulkan:
 Terjadi deposit dan atau korosi pada sudu-sudu turbine
 Terjadi deposit dan atau korosi pada bagian dalam dinding cylinder turbine

4.3 Penanganan Gangguan (Trouble Shooting) Turbine Uap


Apabila terjadi penyimpangan atau gangguan pada operasional turbine,
maka kontrol unit akan menampilkan pesan berupa alarm kepada operator.
Contoh gangguan-gangguan yang sering terjadi serta penanganan yang dapat
27

dilakukan oleh operator, dalam mengoperasikan turbine uap, antara lain :


28

4.4 Emergency Shut-Down


Emergency shut-down dilakukan jika terjadi kondisi abnormal operasi
yang dapat membahayakan mesin lingkungan dan manusia yang ada di sekitarnya.
Contoh beberapa kondisi bahaya operasi turbine uap yang membutuhkan
emergency shut-down :
1) Terjadi kebocoran uap, oil atau air yang sangat kritis pada sistem turbine-
generator
2) Terjadi kebakaran lube oil system
3) Terjadi vibrasi yang sangat tinggi pada unit turbine-generator
4) Terjadi gesekan yang sangat kritis antara static blade dengan rotating blade
turbine
5) Terjadi kegagalan semua sea water pump sehingga tidak ada air pendingin
yang mengalir ke tube side condenser
6. Dan gangguan-gangguan operasional lainnya yang sangat membahayakan
sesuai dengan nilai setting proteksi yang sudah ditetapkan oleh pihak pabrikan.

4.5 Persiapan Pengoperasian


4.5.1 Pastikan circulating water pump sudah beroperasi normal
 Untuk "start-up" circulating water pump bisa dioperasikan 1 unit dulu
untuk satu unit turbine.
 Pressure inlet cooling water condenser 0.05 ~ 0.12 Mpa (Atur pembukaan
return valve jika pressure terlalu rendah/tinggi).
 Pressure inlet oil cooler 0.05 ~ 0.12 Mpa (Atur pembukaan return valve
jika pressure terlalu tinggi/rendah).
 Pressure inlet generator air cooler 0.05 ~ 0.12 Mpa (Atur pembukaan
return valve jika pressure terlalu tinggi/rendah).
29

4.5.2 Pastikan boiler sudah siap mensuplay steam ke turbine.


 Temperature main steam 455 ~ 480 'C.
 Pressure main steam 4.6 ~ 5.1 Mpa.
 Pastikan level oil tank normal > 0 mm.
 Isi jet water tank dengan cooling water sampai level ± 90% .
 Isi hot whell condenser dengan demin water sampai level 500 ~ 700 mm.
 Pastikan level "lube oil" pada bearing pompa semua auxiliaries turbine-
generator sudah normal.

4.5.3 Pastikan semua stop valve jalur extraction turbine ke unit LPH, Deaerator,
Steam supply dan HPH tertutup rapat.

 Buka drain valve yang masuk ke drain flask tank turbine.


 Drain valve main steam pipe setelah automatic main steam valve.

 Drain valve dari extraction 1, 2, 3 sebelum check valve.

 Drain valve dari header sealing steam pipe.

 Continous venting valve drain flask tank ke neck condenser (buka sedikit).

 Drain valve condensate water dari drain flask tank ke hot wheel condenser.

4.5.4 Pastikan continous venting valve dan valve drain steam condensate dari
shell side LPH ke hot wheel condenser, tertutup rapat.

4.5.5 Pastikan semua power supply utama dan system kontrol semua auxiliaries
turbine sudah "ready“.

4.5.6 Pastikan semua alat ukur dan proteksi system turbine-generator dapat
berfungsi dengan baik.

4.5.7 Di governing system turbine, periksa :


 HP governor harus buka penuh (110 mm).

 LP governor harus buka penuh (160 mm).

 HP synchronizer posisi (0 mm).

 P synchronizer posisi (10 mm) di atas nol.

 Starting valve harus posisi tutup.


30

 mergency trip device posisi "release“.

 Extraction pressure regulator device posisi "cut out“.

 Axial oil pressure adjuster posisi "release“.

 Automatic main steam posisi "Close"

4.5.8 MOV 201 main steam valve dan bypass valve-nya masih posisi "Close“.

 Proteksi turbine di MIMIC panel masih posisi "Off“.


 Selector switch turbine protection interlock posisi "Off“.

 Selector switch generator main protection interlock posisi "Off“.

 Selector switch turbine speed too high protection interlock posisi "Off“.

 Selector switch lube

4.5.9 Oil pressure too low protection interlock posisi "Off“.

 Selector switch condenser vacuum too low protection interlock posisi


"Off“.

 Selector switch shaft vibration too high protection interlock posisi "Off“.

 Selector switch axial displacement too high protection interlock posisi


"Off“.

 Selector switch bearing line temperature too high protection interlock


posisi "Off“.

 Selector switch bearing temperature too high protection interlock posisi


"Off“.

 Lampu indikasi alarm turbine over speed padam.

 Lampu indikasi alarm exccessive axial displacement padam.


 Lampu indikasi alarm exccessive vibration of bearing padam.

 Lampu indikasi alarm high scavenge oil temperature padam.

 Lampu indikasi alarm low vacuum in condenser nyala.

 Lampu indikasi alarm low lube oil pressure nyala.


31

 Lampu indikasi alarm high bearing temperature padam.

 Lampu indikasi alarm steam temp./ front MSV H/L nyala.

 Lampu indikasi alarm generator front bearing metal temperature padam.

 Lampu indikasi shutdown turbine over speed padam’


 Lampu indikasi shutdown exccessive axial displacement padam.

 Lampu indikasi shutdown exccessive vibration of bearing padam.

 Lampu indikasi shutdown high scavenge oil temperature padam.

 Lampu indikasi shutdown low vacuum in condenser nyala.

 Lampu indikasi shutdown low lube oil pressure nyala.

 Lampu indikasi shutdown high bearing temperature padam.

 Lampu indikasi shutdown at high extraction pressure padam.

4.6 MEMULAI STAR-UP


4.6.1 Siapkan lembaran LOG SHEET RECORD untuk mencatat parameter
operasi turbine-generator dan semua alat-alat bantunya.

4.6.2 Memulai heating pipa main steam ke turbine.


 Buka penuh saluran drain pipa main steam yang terpasang sebelum dan
sesudah MOV 201.

 Buka penuh manual bypass valve sisi up stream MOV 201, sedangkan
manual bypass valve di sisi. down streamnya dibuka ± 25%.

 Buka pelan-pelan manual bypass valve MOV di main steam header,


supaya kenaikan temperature pipa main steam max. ± 10 'C/menit.

 Jika kondensasi air sudah terbuang habis dari pipa main steam, maka
MOV valve di main steam header sudah bisa dibuka perlahan-lahan
sampai penuh, kemudian tutup bypass valvenya. Hal ini untuk menaikan
temperature dan pressure main steam ke ke turbine, sebelum automatic
main steam valve supaya mencapai parameter yang dibutuhkan untuk
memulai memutar turbine.
Catatan:

 Untuk start-up turbine "Cold State" T ≥ 410 'C, P > 4.6 Mpa.
32

 Untuk start-up turbine "Warm/Hot State" temperature main steam > 450
'C.

4.6.3 Start AC lube oil pump


 Pastikan inlet dan outlet valve pompa sudah terbuka penuh.

 Start AC lube oil pump dari DCS.

 Pastikan tidak ada kebocoran pada semua lube oil system turbine-
generator.

 Periksa tekanan lube oil system di lokal panel turbine harus normal 0.08 ~
0.12 Mpa.

 Di DCS mode interlock auto start DC oil pump ubah ke posisi "Lock“.

 Periksa indikasi ampere meter motor harus normal < 12.9A.


 Di MIMIC panel lampu indikasi alarm low lube oil pressure padam.

 Di MIMIC panel lampu indikasi shutdown low lube oil pressure padam.

4.6.4 Start turning gear device


 Start motor turning gear dari local panel.

 Pastikan putaran motor dan shaft turbine-generator sudah benar.

 Periksa indikasi ampere meter motor turning gear harus normal < 6.8A

 Pindah switch "Manual-Interlock" di local panel turning gear device ke


posisi "Interlock" .

 Pastikan tidak ada noise, atau suara gesekan yang abnormal di dalam
cylinder turbine, generator maupun pada semua bearing turbine-generator.

 Pastikan temperature bearing turbine-generator tetap normal (tidak ada


kenaikan temperature

 bearing yang signifikan antara sebelum dan sesudah turning gear device
operasi)

(Catatan: Turning gear device harus sudah dioperasikan min. 3 jam sebelum
rolling turbin)
33

4.6.5 Memulai mengoperasikan vacuum system condenser


 Temperature main steam sebelum main steam valve sudah mencapai 260 ~
390 'C.

 Operasikan satu unit condensate pump (sirkulasi).


 Buka penuh inlet/outlet valve pompa.

 Buka valve sealing water pompa secukupnya.

 Buka valve air extractor pompa secukupnya.

 Main stop valve condensate water ke deaerator ditutup rapat.

 Level control valve hot wheel condenser operasikan mode manual dan
buka penuh.
 Start pompa dari DCS,

 Cek ampere motor < 41 A.


(Catatan : untuk menjaga air di hotweel tetap dingin saat start-up, maka valve
make-up bisa tetap dibuka, dan valve drain pipa header outlet condensate pump
diatur pembukaanya supaya level hotwheel condenser tetap normal).

4.6.6 Operasikan jet water pump satu unit


 Buka penuh inlet/outlet pompa.
 Buka penuh semua valve air mixture dari condenser ke jet ejector.
 Tutup rapat vacuum breakable valve.
 Start pompa dari DCS.
 Cek ampere motor < 41 A.
 Buka valve sealing/gland steam ke front and rear side shaft turbine, atur
pembukaan valve supaya sealing steam tidak bocor terlalu besar dari
labyrinth shaft turbine. Karena jika kebocoran terlalu besar, maka steam
dapat masuk ke rumah bearing turbine, sehingga akan mencemari minyak
pelumas.

4.7 Langkah-langkah Mengatasi BlackOut


 Start motor DC
 Emergensi
 Tutup MSV
 Tutup main steam inlet to ejector dan open valve hauging injector dan
menutup inlet main steam to equal dan spray equal
 Buka drain (drain sebelum dan sesudah MSV serta HP drain tank)
34

 Seelah itu menunggu power masuk


 Sesudah power masuk, reset semua motor dan auqularry
 Start AOP untuk menyuplai oli pada bearing-bearing
 Start condensate pump untuk menurunkan level hot weel
 Start service pump untuk pendinginan oli pada motor
 Start CWP dan CTF untuk pendinginan generator dan proses kondensasi
 Start BFWP untuk menyuplai air ke economizer (Boiler)
 Tunggu speed turbin berada diposisi 0 rpm
 Star turning gear
 Stop motor AOP dan start AC
 Turbin dalam keadaan stanby dan siap menerima perintah atasan untuk
beroperasi

4.8 Langkah-langkah Shutdown Turbin


 Penurunan beban
 Setelah beban 0 MW start motor AOP
 Stop emergensi local
 Close MSV
 Open valve hauging ejector untuk merusak pemakuman kondensor
 Open valve make up to condenser untuk menjaga level hot weel 600-800
mm
 Open valve drain sebelum dan sesudah MSV serta HP drain tank
 Menjaga pressure dan temperature equal (0.02-0.03 Mpa, 180-250°C)
 Tunggu speed pada posisi 0 rpm
 Start turning gear
 Start motor AOP dan AC
 Tutup valve inlet main steam to ejector
 Tutup valve main steam to equal dan tutup valve spray equal
 Tutup valve make up to kondensor dan stop CEP
 Turbin dalam keadaan stanby

4.9 Analisa Sistem Pendingin Turbin


Air yang di bak cooling tower dipompa melalui pompa Circulating Water
Pump (CWP), kemudian dipompa menuju condenser dan Generator serta Oil
Cooler.

 Fungsi air yang mengaliri ke condenser bertujuan untuk proses


pendinginan atau proses kondensasi dari uap menjadi air.
 Fungsi air yang mengalir ke ruang generator bertujuan untuk menjaga
suhu temperatur ruang generator agar eksiter generator tidak terbakar.
35

 Fungsi air yag mengalir ke oil cooler bertujuan untuk menjaga temperature
oli agar tetap dalam kondisi stabil/ normal.

Gambar Cooling Water Pump & Cooling Tower Fun

Gambar Lintasan Air Inlet & Outlet dari CWP ke Kondensor


36

Gambar Dari CWP ke Generator

Gambar dari CWP ke Oil Cooler


BAB V
KESIMPULAN & SARAN

5.1 Kesimpulan
Secara keseluruhan dalam pengopersian turbin uap ada beberapa hal yang
harus diperhatikan, yaitu :
Persiapan dan Pemeriksaan Peralatan dan sistem-sistem seperti:
 Sistem air pendingin ok
 Sistem pelumas ok
 Sistem udara kontrol ok
 Turning gear ok
 Sistem drain ekstraksi siap
Pemantauan Operasional Turbin:
 perbedaan pemuaian
 thermal stress
 vibrasi
 putaran
 tekanan dan temperatur uap masuk MSV
 Cek lokal turbin: parameter suhu dan pressure unit pendukung turbin dan
cek oli bearing secara berkala (logsheet)
Dari OJT Turbin ini juga diharapkan operator mampu mengoperasikan start stop
turbin uap, khususnya turbin uap PLTU.

5.2 Saran
Dalam OJT ini saya menyadari pengetahuan dibidang turbin belum
menguasai sepenuhnya. Aktif di satuan kerja turbin terhitung kurang lebih 3 bulan
dan selama OJT hanya mengikuti proses start up turbin 2kali, shutdown 2kali dan
trouble blackout 1kali. Operator turbin bisa dikatakan kompeten apabila sering
menemui trouble dan jam terbang dalam mengoperasikan turbin sering khususnya
dalam start stop turbin.
 Cek lokal turbin: parameter suhu dan pressure unit pendukung
turbin dan cek oli bearing secara berkala (logsheet)
 Lakukan pembersihan/ cleaning pada area yang terdapat air atau oli
di lantai
 Kuras air di bak kondensor agar motor CEP tetap aman
 Utamakan keselamatan kerja dan menggunakan APD

37

Anda mungkin juga menyukai