BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang
Menurut Rivai (2003), sumber daya manusia adalah salah satu elemen masukan
atau input yang sama halnya dengan unsur lainnya seperti bahan, modal, mesin,
teknologi dan metode. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang
sangat penting bahkan tidak dapat dilepaskan dari sebuah organisasi, institusi,
maupun perusahaan. Dalam memajukan sumber daya manusia diperlukan
pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berfiikir untuk memecahkan suatu
masalah. Perkuliahan adalah salah satu contoh dalam meningkatkan sumber daya
manusia. Di dalam perkuliahan terdapat praktikum yang dapat meningkatkan
pengalaman mahasiswa dalam mempraktekan teori yang sudah didapatkan pada
perkuliahan di kelas.
Menurut Djamarah (2002), praktikum adalah proses pembelajaran dimana
peserta didik melakukan dan mengalami sendiri, mengikuti proses, mengamati
obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan suatu obyek, keadaan
dan proses dari materi yang dipelajari tentang gejala alam dan interaksinya.
Praktikum merupakan wadah yang diberikan oleh setiap universitas untuk membantu
mahasiswa dalam kegiatan belajar mengajar. Praktikum bertujuan untuk memberikan
pemahaman yang lebih mendalam kepada mahasiswa terhadap teori atau
pembelajaran yang telah diberikan dalam proses perkuliahan di kelas. Praktikum
biasanya dilakukan di laboratorium dimana mahasiswa menerapkan dan
mempraktekan apa yang telah dipelajari dalam perkuliahan tersebut. Praktikum
mempunyai peranan penting dalam membantu memahami teori, proses atau
karakteristik dari berbagai fenomena dan hasil rekayasa dalam bentuk rekayasa yang
kompleks sehingga akan sulit dipahami jika hanya mengandalkan perkuliahan di
kelas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bentuk sudu turbin terdiri dari dua bagian yang simetris. Sudu dibentuk
sedemikian sehingga pancaran air akan mengenai tengah-tengah sudu dan pancaran
air tersebut akan berbelok ke kedua arah sehinga bisa membalikkan pancaran air
dengan baik dan membebaskan sudu dari gaya-gaya samping. Untuk turbin dengan
daya yang besar, sistem penyemprotan airnya dibagi lewat beberapa nozzle. Dengan
demikian diameter pancaran air bisa diperkecil dan ember sudu lebih kecil. Turbin
Pelton untuk pembangkit skala besar membutuhkan head lebih kurang 150 m tetapi
untuk skala mikro head 20 m sudah mencukupi (Irwansyah, 2017).
2. Turbin Turgo
dioperasikan pada debit 20 liter/detik hingga 10 m 3/detik dan dengan head antara
1-200 m (Irwansyah, 2017).
b. Turbin Reaksi
Turbin air yang cara bekerjanya dengan merubah seluruh energi air yang
tersedia menjadi energi kinetik. Turbin jenis ini adalah turbin yang paling banyak
digunakan karena sudu pada turbin reaksi memiliki profil kusus dimana tekanan air
mengalami penurunan selama melalui sudu. Turbin reaksi disebut juga dengan turbin
tekanan lebih karena tekanan air yang masuk kesudu turbin lebih besar dari pada
tekanan air saat keluar sudu turbin. Dikatakan bahwa aliran air yang masuk kesudu
turbin mempunyai energi penuh, kemudian energi ini dipakai sebagian untuk
menggerakan sudu turbin dan sebagian dipakai untuk mengeluarkan air kesaluran
pembuangan. Berikut merupakan macam-macam turbin reaksi.
1. Turbin Francis
Turbin francis merupakan salah satu turbin reaksi. Turbin dipasang diantara
sumber air tekanan tinggi di bagian masuk dan air bertekanan rendah di bagian
keluar. Turbin Francis menggunakan sudu pengarah. Sudu pengarah mengarahkan
air masuk secara tangensial. Sudu pengarah pad turbin Francis dapat merupakan
suatu sudu pengarah yang tetap ataupun sudu pengarah yang dapat diatur sudutnya.
Untuk penggunaan pada berbagai kondisi aliran air penggunaan sudu pengarah
yang dapat diatur merupakan pilihan yang tepat.
2. Turbin Kaplan
yang masuk turbin. Jarum yang terdapat pada nozzle berguna untuk mengatur
kapasitas air dan mengarahkan konsentrasi air yang terpancar dari mulut nozzle.
Panjang jarum sangat berpengaruh terhadap tingkat konsentrasi dari air, semakin
panjang jarum nozzle air akan semakin terkosentrasi untuk memancarkan ke sudu
jalan turbin.
Roda jalan pada turbin berbentuk septi velg (rim) dengan sejumlah sudu
disekelilingnya, pelek ini berhubungan dengan porors dan seterusnya akan
menggurakan generator. Sudu turbin pelton berbentuk seperti mangkok atau
elipsoida bisa juga disebut dengan bucket dan ditengahnya mempunyai pemisah air
atau yang biasa kita sebut splitter.
A B
Gambar 2.7 A) Gambar Fluida Menabrak Sudu Turbin, B) Gambar Reaksi
Fluida Saat Manabrak Sudu Turbin
Sumber: Munson, 2003
Gambar 2.8 menunjukkan suatu segmen fluida ideal yang melewati sebuah
pipa dalam selang waktu ∆𝑡. Segmen awal fluida merupakan bagian yang tidak
berwarna di sebelah kiri (titik 1) dan bagian yang berwarna biru. Selama selang
waktu itu, ujung sebelah kirinya bergerak ke kanan sejauh jarak 𝑑𝑠1, yang merupakan
panjang dari bagian yang berwarna biru di sebelah kiri. Sementara itu, ujung sebelah
kanannya bergerak ke arah kanan sejauh jarak 𝑑𝑠2, yang merupakan daerah arisran
di sebelah kanan atas (titik 2). Segmen akhir fluida terdiri dari bagian yang tidak
berwarna dan bagian biru di sebelah kanan atas (Serway, 2010: 657).
Ketika diperlihatkan gaya-gaya yang bekerja dalam segmen fluida ini, maka
gaya yang dikerjakan oleh fluida di ujung kiri adalah 𝐹1 = 𝑝1 × 𝐴1. Usaha yang
dilakukan oleh gaya ini dalam selang waktu ∆𝑡 adalah 𝑊1 = 𝐹1 × ∆𝑥1 = 𝑝1𝑉 dengan
𝑉 adalah volume bagian 1. Melalui analisis yang sama, maka usaha yang dilakukan
oleh segmen fluida di ujung kanan selama selang waktu yang sama, ∆𝑡 dapat
ditentukan, yaitu : 𝑊2 = −𝐹2 × ∆𝑥2 = 𝑝2𝑉. (Volume bagian 1 sama dengan volume
bagian 2). Usaha ini bernilai negatif karena gaya pada segmen fluida arahnya ke kiri
sementara perpindahannya ke kanan. Oleh karena itu, total usaha yang diberikan pada
segmen fluida oleh gaya-gaya ini selama selang waktu Δ𝑡 adalah:
𝑊 = (𝑝1 – 𝑝2) 𝑉 (2.1)
Sebagian dari usaha ini mengubah energi kinetik dari segmen fluida, sedangkan
sebagian lainnya mengubah energi potensial gravitasinya. Perubahan energi kinetik
pada segmen fluidanya adalah:
1 1
∆𝐾 = 𝑚𝑣22 − 𝑚𝑣12 (2.2)
2 2
𝑊 = ∆𝐾 + ∆𝑈
1 1
(𝜌1 − 𝜌2 )𝑉 = 𝑚𝑣22 − 𝑚𝑣12 + 𝑚𝑔ℎ2 − 𝑚𝑔ℎ1 (2.4)
2 2
Diketahui 𝜌 = 𝑚⁄𝑉, jika persamaan di atas dibagi dengan 𝑉, maka akan menjadi:
1 1
(𝜌1 − 𝜌2 ) = 𝜌𝑣22 − 𝜌𝑣12 + 𝜌𝑔ℎ2 − 𝜌𝑔ℎ1 (2.5)
2 2
∆𝑚1 = ∆𝑚2
𝜌∆𝑣1 𝜌∆𝑣2
=
∆𝑡1 ∆𝑡2
∆𝑣1 ∆𝑣2
∆𝑡1
= ∆𝑡2
(2.8)
Dari persamaan 2.8, volume fluida per satuan waktu dikenal dengan debit
𝑉
atau laju aliran, sehingga persamaan debit (𝑄) dapat ditulis menjadi: 𝑄 = 𝑡 .
Artinya, debit fluida yang masuk ke dalam pipa sama dengan debit fluida yang
keluar dari pipa.
𝑄1 = 𝑄2
𝑉1 𝑉2
=
𝑡1 𝑡2
𝐴1 𝑠1 𝐴2 𝑠2
=
𝑡1 𝑡2
𝐴1𝑣1 = 𝐴1𝑣1 (2.9)
Sehingga dapat ditulis 𝐴1𝑣1 = 𝐴1𝑣1 adalah persamaan kontinuitas.
Dari Gambar 2.10, bahwa titik tengah mangkok, dimana semburan menabrak
pemecah dan terbagi dua, terdiri dari satu sisi masuk dan dua sisi keluar sehingga
semburan terbagi menjadi dua, dimana:
V = kecepatan mutlak air masuk
Vr = kecepatan relatif air dan mangkok pada sisi masuk
Vf = Kecepatan aliran pada sisi masuk
Vw = kecepatan pusar pada sisi masuk
v = kecepatan tangensial sudu
V1, Vr1, Vf1 = notasi yang sama untuk sisi keluar
D = diameter roda
d = diameter nozzle
N = putaran roda, rpm
F = sudut ujung sudu pada sisi keluar
H = head total air
Karena segitiga kecepatan pada sisi masuk berupa garis lurus, sehingga
kecepatan pusar pada sisi masuk:
𝑉𝑤 = 𝑉 dan 𝑉𝛾 = 𝑉 − 𝑣 (2.10)
Roda pelton mempunyai aliran aksial, sehingga:
𝑣 = 𝑣1 dan 𝑣𝑟1 = 𝑣𝑟 = 𝑉 − 𝑣 (2.11)
Dari segitiga sisi keluar, kita dapatkan kecepatan pusar:
𝑉𝑤1 = 𝑉𝑟1 cos 𝜑 𝑣 = (𝑉 − 𝑣) cos 𝜑 𝑣 (2.12)
Gaya per kg air:
1
= (𝑉𝑤 − 𝑉𝑤1 ) (2.13)
𝑔
Pada kondisi ini 𝑉𝑤1 adalah negatif karena arahnya berlawanan dengan 𝑉𝑤 .
Karena itu gaya per kg air menjadi:
1
= 𝑔 (𝑉𝑤 + 𝑉𝑤1 ) (2.14)
𝑣
= {𝑉 + [(𝑉 − 𝑣 ) cos 𝜑 − 𝑣 ]}
𝑔 𝑤
𝑣
= (𝑉 + 𝑉 cos 𝜑 − 𝑣 cos 𝜑 − 𝑣 )
𝑔
𝑣
= [𝑉 (1 + cos 𝜑) − 𝑣(1 + cos 𝜑)]
𝑔
𝑣(𝑉−𝑣)(1 cos 𝜑)
= (2.15)
𝑔
Efisiensi hidrolik:
𝑣 (𝑉 − 𝑣 )(1 cos 𝜑)
𝑔
𝜂ℎ =
𝑉2
2𝑔
2𝑣(𝑉−𝑣)((1+cos 𝜑)
= 𝑉2
(2.16)
𝑉
𝑣= (2.17)
2
2.3.4 V-Notch
a. Torsi (T)
T=F×r (2.21)
Persamaan 2.21 tersebut memiliki arti dimana
T = torsi [Nm]
F = gaya [N]
r = jari-jari poros turbin [m]
Nilai head efektif saat penelitian didapatkan dari hasil konversi tekanan karena
turbin pelton pada praktikum ini menggunakan aliran air yang dipompa oleh motor
listrik yang dikombinasikan dengan bejana bertekanan bergerak. Data tekanan yang
didapatkan dalam satuan atm, kemudian dikonversikan kedalam satuan meter (meter
of head), di mana 1 atm setara dengan 10,335 meter (meter of head).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
2. Pipa Air, berfungsi untuk menyalurkan air pada sistem turbin pelton.
3. Valve, berfungsi untuk mengatur debit air yang akan digunakan pada sistem
turbin pelton.
5. Flow Divider, berfungsi untuk membagi aliran air bertekanan dari pompa
menuju ke nozzle.
6. Pressure Tank, berfungsi untuk menjaga kestabilan tekanan air pada sistem
turbin pelton.
9. Turbin Pelton, berfungsi untuk mengkonversi energi kinetik dari air yang
bertekanan menjadi energi mekanik berupa rotasi poros.
10. Pipa By Pass, digunakan untuk mengalirkan air menuju ke bak penampungan
tanpa melalui turbin.
b. Tachometer
Tachometer digunakan untuk mengukur kecepatar putaran. Kecepatan
putaran pada praktikum turbin Pleton diambil pada poros turbin. Berikut gambar
tachometer yang digunakan praktikum turbin Pleton.
c. Jangka Sorong
Jangka sorong digunakan untuk menentukan dimensi dari poros turbin.
Berikut gambar jangka sorong yang digunakan praktikum turbin Pleton.
d. Mistar
Mistar digunakan untuk menentukan tinggi head pada turbin Pleton. Berikut
gambar mistar yang digunakan praktikum turbin Pleton.
Mulai Praktikum
Persiapan
Mesin Dihidupkan
Memvariasikan
Debit Air
Pengambilan Data
Shaft Speed
Pressure
Load
Mematikan Mesin
Analisis
· Torsi
· Daya Turbin
· Daya Aliran Air
pada suatu
penampang
· Efisiensi Turbin
Kesimpulan
Selesai
b. Hentikan putaran pompa air dengan menekan saklar ke posisi off pada panel
kelistrikan.
c. Putuskan hubungan sistem kelistrikan turbin dari sumber arus listrik AC.
e. Pastikan seluruh instrumen turbin pelton dalam kondisi aman dan bersih
sebelum meninggalkan tempat praktikum.
a. Gunakan pakaian kerja (wear pack) dan alat pelindung diri (APD) sesuai
ketentuan saat praktikum.
b. Lakukan praktikum sesuai prosedur yang telah dituliskan.
e. Pastikan posisi aman dari sistem kelistrikan yang berpotensi terjadi hubungan
arus pendek (konsleting).
f. Rambut/hijab yang panjang harus diikat rapi.
BAB IV
HASIL PENGUJIAN
4.1 Data Pengujian
Data hasil pengujian diperoleh dengan memvariasikan debit air yang dialirkan
pada temperatur 25,3 °C dengan jari-jari shaft 15 mm. Adapun data-data yang
diambil adalah shaft speed, load, dan pressure yang dihasilkan dari kedua variasi
tersebut. Berikut tabel hasil pengujian yang telah dilakukan.
N: 600 rpm
T = F x r = 3,01 x 9,81 x 0,015 = 0,443 Nm
N: 500 rpm
T = F x r = 4,02 x 9,81 x 0,015 = 0,592 Nm
B. Debit Kode B
N: 700 rpm
T = F x r = 1,25 x 9,81 x 0,015 = 0,184 Nm
N: 600 rpm
T = F x r = 1,77 x 9,81 x 0,015 = 0,26 Nm
N: 500 rpm
T = F x r = 2,64 x 9,81 x 0,015 = 0,39 Nm
C. Debit Kode C
N: 700 rpm
T = F x r = 0,39 x 9,81 x 0,015 = 0,057 Nm
N: 600 rpm
T = F x r = 1,01 x 9,81 x 0,015 = 0,15 Nm
N: 500 rpm
T = F x r = 1,62 x 9,81 x 0,015 = 0,238 Nm
N: 500 rpm
Pt = T x ω = 0,592 x 500 x 0,105 = 30,98 Watt
B. Debit B
N: 700 rpm
Pt = T x ω = 0,184 x 700 x 0,105 = 13,49 Watt
N: 600 rpm
Pt = T x ω = 0,26 x 600 x 0,105 = 16,34 Watt
N: 500 rpm
Pt = T x ω = 0,39 x 500 x 0,105 = 20,42 Watt
C. Debit C
N: 700 rpm
Pt = T x ω = 0,057 x 700 x 0,105 = 4,18 Watt
N: 600 rpm
Pt = T x ω = 0,15 x 600 x 0,105 = 9,43 Watt
N: 500 rpm
Pt = T x ω = 0,238 x 500 x 0,105 = 12,46 Watt
4.2.3 Daya Aliran Air pada Suatu Penampang (Pi)
Daya ini diperoleh dari pengalian densitas air, percepatan gravitasi, head
efektif, serta debit air. Untuk nilai densitas air pada suhu 25,8 ℃, diperoleh dengan
interpolasi dan didapati nilai 996,85 𝑘𝑔/𝑚3 . Head efektif diperoleh dari nilai
pressure dikalikan 10,335 (meter of head). Maka diperoleh perhitungan sebagai
berikut.
Pi = ρ x g x H x Q = 996,85 x 9,81 x Pressure x 10,335 x Debit
A. Debit A
Pi = ρ x g x H x Q = 996,85 x 9,81 x 1,38 x 10,335 x 0,00035 = 48,82 Watt
B. Debit B
Pi = ρ x g x H x Q = 996,85 x 9,81 x 1,17 x 10,335 x 0,00027 = 31,95 Watt
C. Debit C
Pi = ρ x g x H x Q = 996,85 x 9,81 x 1,01 x 10,335 x 0,000183 = 18,69 Watt
Tiap tiap debit memiliki nilai daya aliran pada suatu penampang yang berbeda
dan tidak terpengaruh oleh putaran poros turbin.
4.2.4 Efisiensi Turbin (ηt)
Nilai efisiensi turbin dihitung dengan cara membagi daya turbin dengan daya
aliran air kemudian dikali 100%. Maka diperoleh perhitungan sebagai berikut.
ηt = (Pt/Pi) x 100%
A. Debit A
N: 700 rpm
ηt = (26,98/48,82) x 100% = 55,26 %
N: 600 rpm
ηt = (27,83/48,82) x 100% = 57 %
N: 500 rpm
ηt = (30,98/48,82) x 100% = 63,46 %
B. Debit B
N: 700 rpm
ηt = (13,49/31,95) x 100% = 42,22 %
N: 600 rpm
ηt = (16,39/31,95) x 100% = 51,14 %
N: 500 rpm
ηt = (20,42/31,95) x 100% = 63,91 %
C. Debit C
N: 700 rpm
ηt = (4,18/18,69) x 100% = 22,37 %
N: 600 rpm
ηt = (9,43/18,69) x 100% = 50,45 %
N: 500 rpm
ηt = (12,46/18,69) x 100% = 66,67 %
Tabel 4.2 Data Hasil Perhitungan