Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

MATERIAL TEKNIK
BENDING

OLEH:
HENDRA GUNAWAN 515210032
DAFOT CLESTIAL SINAGA 515210033
AMMARULLAH WIJNAYAKA DIGDA 515210034
THEODORUS BENEDICTUS SALIM 515210037
KRISTOFER SEVERIANO DINATA 515210038
ANDRE WIJAYA 515210039
TEMMY TRILUKITO 515210040

LABORATORIUM MATERIAL TEKNIK


PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Modul Praktikum: Bending
Nama : 1.Hendra Gunawan (NIM : 515210032)
2. Dafot Clestial Sinaga (NIM : 515210033)
3. Ammarullah Wijnayaka Digda(NIM : 515210034)
4. Theodorus Benedictus Salim (NIM : 515210037)
5. Kristofer Severiano Dinata (NIM : 515210038)
6. Andre Wijaya (NIM : 515210039)
7. Temmy Trilukito (NIM : 515210040)
Fakultas : Teknik
Prodi : Teknik Mesin
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal:.....
Nilai:...

Pembimbing Asisten

(Ir. Erwin Siahaan M.Si.) (Farrell Aristo Siva)

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur praktikkan panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat rahmat yang diberikan-Nya sehingga praktikkan dapat menyelesaikan
Laporan Praktikum Bending ini dengan baik.

Laporan Praktikum Bending dibuat dengan tujuan melakukan perbandingan


antara teori yang ada dengan hasil praktikum serta membuat pratikan lebih
memahami Bending dengan lebih baik

Penyusunan laporan ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak sehingga
laporan ini dapat diselesaikan dengan baik. Secara khusus pratikkan ingin
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Erwin Siahaan M.Si. selaku Dosen Pembimbing Praktikum


Material Teknik.
2. Farrell Aristo Siva sebagai Asisten Lab Bending
3. Pihak-pihak lainnya yang membantu dalam penyusunan dan pembuatan
laporan ini.

Namun dibalik itu semua, praktikkan menyadari bahwa laporan ini jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati praktikkan
memohon kepada pembaca untuk memberikan saran dan kritikan yang
membangun demi mencapai sebuah laporan yang semestinya. Praktikkan berharap
laporan praktikum bending ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semua orang
sebagai bahan penambah informasi.

Jakarta, 25 Mei 2022

Kelompok 5

iii
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBARv
DAFTAR TABE; vi
DAFTAR GRAFIK vii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Praktikum 1
1.3 Batasan 1
1.4 Metode 2
BAB 2 DASAR TEORI 3
2.1 Dasar Teori 3
BAB 3 METODE PENELITIAN 4
3.1 Alat dan Bahan 4
3.2 Jalannya Percobaan 5
3.3 Pertanyaan5
BAB 4 HASIL PRAKTIKUM 7
4.1 Hasil Pengujian 7
4.2 Pembahasan 8
4.3 Analisis 15
BAB 5 KESIMPULAN 17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Mesin Uji Bending 3
Gambar 3.2 Jangka Sorong3
Gambar 3.3 Spidol 3
Gambar 3.4 Penggaris 4
Gambar 3.5 Mesin Bubut 4
Gambar 4.1 Hasil Praktikum Flexural Test pada spesimen ST37 7

v
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Hasil Pengujian Flexural Test 6
Tabel 4.2 Data Perhitungan Tegangan 8
Tabel 4.3 Data Perhitungan Regangan 9
Tabel 4.4 Data Perhitungan Modulus Elastisitas 11
Tabel 4.5 Nilai Rata-rata Tegangan, Regangan, Modulus Elastisitas 12

vi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Nilai Tegangan Spesimen Batang Baja ST378
Grafik 4.2 Nilai Regangan Spesimen Bata Baja ST37 10
Grafik 4.3 Nilai Modulus Elastisitas Batang Baja ST37 11
Grafik 4.4 Nilai Rata-rata Tegangan, Regangan, Modulus Elastisitas 12

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini mengalami
kemajuan yang sangat pesat. Kemajuan teknologi itu tidak terlepas dari dukungan
dunia industri manufaktur dimana terdapat industri besar maupun industri kecil
dan menengah. Industri kecil ataupun bengkel produksi yang sedehana, masih
menggunakan alat atau mesin yang terbatas penggunaannya. Sebagai contoh
adalah proses pengerjaan plat, masih banyak bengkel yang memproduksi plat
dengan profil tekuk secara manual. Industri kecil masih melakukan penekukan
plat masih dengan menggunakan palu dan landasan besi sebagai alas. Hal tersebut
akan banyak menghabiskan waktu dengan hasil yang kurang terjamin kualitas.
Plat yang ditekuk bisa saja sobek/cacat saat pemukulan selain itu kepresisian dan
tampilan benda kerja kurang terjamin. Perkembangan teknologi pembentukan
logam ini ditandai dengan ditemukannya proses pembentukan dengan
menggunakan alat-alat pembentuk dengan menggunakan penekan sistem hidrolik.
Metode yang digunakan pada proses pembentukan logam diantaranya adalah
proses bending atau penekukan untuk proses bending, proses ini mampu menekuk
pelat sesuai dengan kebutuhan dan lebih presisi.

1.2 Tujuan
1. Untuk mempelajari defleksi pada batang
2. Untuk mempelajari pengaruh momen inersia
3. Untuk pengaruh pembebanan dan letak tumpuan
4. Untuk menghitung modulus elastisitas bahan
5. Untuk membuat diagram pembebanan dengan defleksi

1.3 Batasan
Percobaan ini memiliki ruang lingkup yang luas sehingga penulis membatasi
masalah yang akan dibahas pada laporan ini, yaitu meliputi cara pengujian dan
cara perhitungan. Oleh sebab itu, laporan ini terbagi menjadi lima bab, yaitu:
2

1. Latar Belakang
2. Landasan Teori
3. Hasil Praktikum
4. Pembahasan dan Analisis
5. Penutup

1.4 Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah pengujian langsung
menggunakan alat Universal Testing Machine serta perhitungan menggunakan
rumus-rumus tertentu untuk menghitung data yang diperlukan.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Landasan Teori


Proses pembengkokan (bending process) merupakan proses forming
secara cold working yang menyebabkan deformasi secara plastis logam
terhadap sumbu linier dengan hanya sedikit atau hampir tidak mengalami
perubahan penampang dengan bantuan tekanan piston pembentuk dan cetakan
(dies). Sepotong logam dapat menjadi bengkok akibat tekanan mesin
sederhana dengan menggunakan proses yang disebut bending. Biasanya
pekerjaan bending menggunakan sepotong logam panjang, lembaran logam
ataupun piring. Bending biasanya memakai dies berbentuk U, V, W atau yang
lainnya. Bending menyebabkan logam pada sisi luar sumbu netral mengalami
tarikan, sedangkan pada sisi lainnya mengalami tekanan.

Kekakuan adalah ketahanan suatu material terhadap deformasi elastis.


Moduluselastisitas (E) adalah harga kekakuan suatu material pada daerah
elastis. Modulus elastis juga berarti perbandingan tegangan dengan regangan
pada daerah elastis. Material yang lentur (tidak kaku) adalah material yang
dapat mengalami regangan bila diberi tegangan atau beban tertentu. Tegangan
atau beban yang diberikan pada spesimen uji (ST 37) haruslah dibawah harga
beban maksimum agar spesimen tidak mengalami deformasi plastis. Pada
praktikum uji bending kali ini metode yang dipakai adalah three point
bending.

Uji lengkung (bending test) merupakan salah satu bentuk pengujian untuk
menentukan mutusuatu material secara visual. Selain itu uji bending
digunakan untuk mengukur kekuatan material akibat pembebanan dan
kekenyalan hasil sambungan las baik di weld metal maupun HAZ.

2.2 Alat dan Bahan


1. Mesin Uji Bending
4

Gambar 2.1 Spesimen Baja ST 37


2. Jangka sorong

Gambar 2.2 Jangka Sorong


3. Penggaris

Gambar 2.3 Penggaris


4. Tip-ex
5

Gambar 2.4 Tip-ex


5. Universal Testing Machine

Gambar 2.5 Universal Testing Machine


2.3 Jalan Percobaan
1. Siapkan spesimen yang akan diuji dan alat ukur
2. Setelah itu ukurlah dimensi dari panjang (L), lebar (b), dan tebal
(d) dari spesimen tersebut dengan mistar dan jangka sorong yang
telah disiapkan sebelumnya.
3. Berilah tanda pada bagian tengah spesimen pada bagian Panjang
spesimen sebagai acuan untuk meletakkan spesimen pada
Universal Testing Machine.
6

Gambar 2.7 Spesimen yang Ditandai


4. Setelah itu, letakkan spesimen pada tumpuan di Universal Testing
Machine dan pastikan bagian tengah spesimen sejajar dengan
beban yang akan diberikan.

Gambar 2.8 Meletakkan Spesimen ke Span


5. Nyalakan mesin, lalu putar tuas pemutar ke load untuk memulai
pembebanan.
7

Gambar 2.9 Tuas Pemutar ke Load


6. Perhatikan jarum penunjuk pada layer untuk mendapatkan nilai F
max.

Gambar 2.10 Jarum pada Layar


7. Kemudian jika spesimen sudah melengkung, hentikan pembebanan
dan catat besar nilai pembebanan maksimumnya.

Gambar 2.11 Pembebanan Maksimum


8. Lakukan pengujian spesimen baja ST 37 sebanyak 3 kali.
8

2.4 Keterangan Universal Testing Machine

Gambar 2.12 Skema Alat Universal Testing Machine


Keterangan gambar:

1. Glass Panel
2. Skala
3. Figure Plate
4. Jarum Beban
5. Knop jarum beban maksimum
6. Jarum Beban maksimum
7. Puli
8. Tutup Recorder
9. Meja Knop load control
10. Knop load control
11. Switch lower cross head
12. Switch pompa
13. Auxiliary pointer
14. Zero adjusting knop
15. Panel
16. Panel pengontrol
17. Switch lampu
9

2.5 Pertanyaan
1. Apa kegunaan dari proses bending
2. Jelaskan rumus dari hasil perhitungan bending
3. Apa yang terjadi pada specimen saat proses bending
4. Tipe bending terdiri dari apa saja
5. Pengaruh momen lentur pada proses bending
BAB 3
HASIL PENELITIAN

3.1 Hasil Pengujian Flexural Test

Tabel 3.1 Data Hasil Pengujian Flexural Test

L Pelat
Spesimen
L span (mm)
Pelat Baja
(mm)
ST37
1 2 3 4 5

1 145 250 251 249 250 251

2 145 251 250 252 251 251

3 145 250 253 252 251 253

b d
(mm) (mm)

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

15,4 15,3 15,2 15,5 15,1 16,8 15,6 16,5 16,3 16,1

15,0 15,1 15,1 15,1 15,2 15,4 15,2 15,1 15,2 15,1

15,2 15,2 15,3 15,1 15,1 15,1 15,3 15,3 15,4 15,3

Spesimen Rata-rata
F max Defleksi
Pelat Baja (mm)
(kgf) (mm)
ST37
L B d=h

1 250,2 15,3 16.26 2110 74

2 251 15,1 15,2 2113 74


11

3 251,8 15,18 15,28 2096 71

Gambar 3.1 Hasil Praktikum Flexural Test pada Spesimen ST-37


BAB 4
PEMBAHASAN DAN ANALISIS

4.1 Pembahasan
a. Menentukan Tegangan (σ ) dari ketiga Spesimen Baja ST37
 Untuk Spesimen 1
3. P . L 3.2110 kgf .250,2 mm
σ= 2
σ=
2.b . h 2.15,3mm . ¿ ¿
kgf
σ =195.76 2
mm
 Untuk Spesimen 2
3. P . L
σ= 2
2.b . h
3.2113 kgf . 251 mm
σ=
2.15,1mm . ¿ ¿
kgf
σ =228,03 2
mm
 Untuk Spesimen 3

3. P . L
σ= 2
2.b . h
3.2906 kgf .251,8 mm
σ=
2.15,18 mm .¿ ¿
2
σ =309,68 kgf /mm
Tabel 4.1 Data Perhitungan Tegangan

Spesimen kgf
Tegangan ( 2)
mm

1 195.76

2 228.03

3 309.68
13

Nilai Tegangan antara 3 Spesimen


350
309.68
300

250 228.03
195.76
200
Tegangan

150

100

50

0
1 2 3

Grafik 4.1 Nilai Tegangan Spesimen Batang Baja ST 37

b. Menentukan Regangan (ε) dari Ketiga Spesimen Baja ST 37


 Untuk Spesimen 1

6. δ . h
ε=
L2
6.74 mm .16,26 mm
ε=
¿¿
ε =0,115

 Untuk Spesimen 2

6. δ . h
ε=
L2
6.74 mm .15,2mm
ε=
¿¿
ε =0,107

 Untuk Spesimen 3

6. δ . h
ε= 2
L
6.71mm .15,28 mm
ε=
¿¿
ε =0,102
14

Tabel 4.2 Data Perhitungan Regangan

Spesimen kgf
Regangan ( 2)
mm

1 0,115

2 0,107

3 0,102

Nilai Regangan antara 3 Spesimen


0.12

0.115
0.115

0.11
Regangan

0.107

0.105
0.102

0.1

0.095
1 2 3

Grafik 4.2 Nilai Regangan Spesimen Batang Baja ST 37

c. Menentukan Modulus Elastisitas (E) dari Ketiga Spesimen Baja ST


37
 Untuk Spesimen 1

σ
E=
ε
195.76 kgf /mm2
E=
0,115
kgf
E=1702.260 2
mm

 Untuk Spesimen 2
15

σ
E=
ε
2
228,03 kgf /mm
E=
0,107
kgf
E=2131,12 2
mm
 Untuk Spesimen 3

σ
E=
ε
309.68 kgf /mm2
E=
0,102

kgf
E=3036.07 2
mm
Tabel 4.3 Data Perhitungan Modulus Elastisitas

Spesimen Modulus Elastisitas

1 1702.26

2 2131.12

3 3036.07

Nilai Modulus Elastisitas antara 3 Spesimen


3500
3036.07
3000

2500
Modulus Elastisitas

2131.12
2000
1702.26
1500

1000

500

0
1 2 3

Grafik 4.3 Nilai Modulus Elastisitas Batang Baja ST37


16

d. Menghitung Rata-Rata Tegangan, Regangan, dan Modulus


Elastisitas dari ketiga Spesimen ST 37
 Tegangan

σf =σ f 1+ σ f 2 +σ f 3
195.76+ 228,03+ 309.68
σf =
3
kgf
σf =244,49 2
mm

 Regangan
ε =ε 1+ ε 2+ ε 3
0,115+0,107+0,102
ε=
3
ε =0,108
 Modulus Elastisitas

E=E1 + E2 + E3
1702.26+ 2131,12+3036.07
E=
3
kgf
E=2289.91
mm2
Tabel 4.4 Nilai Rata-rata Tegangan, Regangan, Modulus Elastisitas

Nilai Hasil

Tegangan 244.49

Regangan 0,108

Modulus Elastisitas 2289.91


17

Nilai Rata-rata Tegangan, Regangan, Modulus Elastisi-


tas
2500
2289.91

2000

1500
Rata-rata

1000

500
244.49
0.108
0
1 2 3

Grafik 4.4 Nilai Rata-rata Tegangan, Regangan, Modulus Elastisitas

4.2. Analisis

Nilai Tegangan pada ketiga spesimen ST 37 dapat dilihat pada grafik 4.1,
dengan nilai tegangan tertinggi terdapat pada spesimen 2 dengan 222.35kgf/mm2,
sehingga baja memiliki sifat ulet yang baik. Walaupun nilai tegangan yang
didapatkan antara spesimen tersebut memiliki perbedaan yang signifikan, nilai
regangan dari ketiga spesimen tersebut memiliki nilai yang berdekatan seperti
yang dapat dilihat pada grafik 4.2. Dapat dilihat dalam grafik tersebut, batang
kuning yang melambangkan spesimen pertama memiliki nilai regangan tertinggi
diantara batang biru dan biru tua yang melambangkan spesimen kedua dan ketiga,
sebesar 0,107. Nilai modulus elastisitas pada ketiga spesimen diperoleh dari
membagi nilai tegangan dengan regangan, yang berarti, semakin kecil nilai
regangan, semakin besar nilai modulus elastisitas. Dapar dilihat pada grafik 4.3,
batang biru tua, yang melambangkan spesimen 3 memiliki nilai modulus
elastisitas tertinggi dari antara spesimen lainnya, dan apabila dilihat grafik 4.2,
spesimen ketiga memiliki nilai regangan terendah. Hal ini menunjukkan bahwa
spesimen ketiga memiliki sifat keelastisitasan yang lebih bagus dibandingkan
spesimen lainnya.
BAB 5
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1. Uji bending dapat dilakukan pada benda yang dapat mengalami deformasi
platis dan deformasi elastis. Pengujian dilakukan dengan memberikan
pembebanan pada specimen hingga patah. Namun dalam percobaan kali
ini specimen mengalami deformasi plastis dan tidak patah.
2. Semakin besar panjang pelat baja, semakin besar pula nilai tegangan yang
dimiliki oleh baja, seperti yang dilihat pada grafik 4.1, dimana spesimen 2
memiliki Panjang rata-rata terbesar dengan nilai 251.8mm diantara
spesimen yang lain dan memiliki nilai tegangan terbesar dengan
kgf
309.68 2.
mm
3. Semakin besar diameter spesimen, semakin besar regangan yang dimiliki
oleh spesimen, seperti yang dilihat pada grafik 4.2, dimana spesimen 1
memiliki nilai diameter terbesar dengan 16,26mm dan memiliki regangan
terbesar dengan 0,115.

5.2 Faktor Kesalahan


1. Ketidaktepatan dalam menentukan ketepatan waktu dalam mengamati skala
selama proses bending sehingga menyebabkan ketidakakuratan pada hasil
praktikum
2. Ketidaktepatan dalam pembacaan jarum skala universal test machine
3. Kurang ketelitian dalam perhitungan dan pemrosesan data
LAMPIRAN
Tes awal sebelum praktikum

Soal:

1.Tujuan dari praktikum bending

2. Langkah kerja praktikum bending

3.Kenapa material uji pada praktikum bending dapat bengkok

Jawaban:

1. Untuk mengetahui kekuatan defleksi pada mterial uji serta sambungan pada
material mampu menjelaskan macam-macam Pengujian test.
2. – Siapkan bahan
- Potong bahan uji
- Berikan tanda pada bahan uji
- Ukur jarak
- Letakan benda kerja pada mesin
- Melakukan uji pada bahan
- Mesin akan menekan pada benda kerja
- Mencatat bahan dan mengamati tingkat kerusakan
3. Molekul benda kerja tertarik pada material uji tetapi masih tersambung dan
menjadikan deformasi pada molekul uji
LEMBAR ASISTENSI

Kelompok : 5

No. Tanggal Kegiatan Paraf Asisten


1. 27 April 2022 Praktikum Bending
2. 28 April 2022 Pembuatan Laporan
3 1 Mei 2022 Pengumpulan Laporan
4 21 Mei 2022 Revisi 1
-Margin
-Daftar Gambar
-Batasan dan Metode
-Dasar teori, dan sub bab
2.2-2.4
-Hasil Penelitian
-Grafik dan tabel
-Faktor Kesalahan, dan
Kesimpulan
-Tugas Akhir
5 29 Mei 2022 Revisi 2
-Nomor halaman
-Kata asing yang belum di-
italic
-Perhitungan dan tabel
-Kesimpulan disertai data
-Faktor kesimpulan 3
6 2 Juni 2022 Revisi 3
-Perbaikan grafik
-Perbaikan tabel
-Perbaikan perhitungan
-Perbaikan kesimpulan

Jakarta,…. Mei 2022


Mengetahui,
Pembimbing

(Ir. Erwin Siahaan M.Si.)

Anda mungkin juga menyukai