Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGALIRAN
Dosen Pengampu : Agus Muldiyanto, S.T., M.T.
Asisten Laboratorium : Adelia Nurul Kharisma, S.T.

Disusun Oleh :
Kelompok 4 Kelas B (Sore)

1. Alwi Aji Nugroho C.131.19.0086


2. Demi Susanta Miranda C.131.19.0087
3. Muhammad Farouq Al-Farizy C.131.19.0089
4. Mirza risky Ananda C.131.19.0090
5. Muhammad Afandi Bagus S C.131.19.0091
6. Wahyu Andi Wawan C.131.19.0093
7. Maimun A’la C.131.19.0094
8. Cyiqi Khoiron Nugroho C.131.19.0097
9. Deva Alviantino C.131.19.0101
10. Husain Muhammad Fadililah C.131.19.0106

YAYASAN ALUMNI UNIVERSITAS DIPONEGORO


FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SEMARANG
2021
YAYASAN ALUMNI UNIVERSITAS
DIPONEGORO FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
SEMARANG

LEMBAR ASISTENSI
TUGAS : PRAKTIKUM PENGALIRAN NAMA : KELOMPOK 4
ASISTENSI : NIM :

NO TANGGAL KETERANGAN PARAF

HPLaporan Praktikum Pengaliran Kelompok 4| i


YAYASAN ALUMNI UNIVERSITAS
DIPONEGORO FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
SEMARANG

LEMBAR ASISTENSI
TUGAS : PRAKTIKUM PENGALIRAN NAMA : KELOMPOK 4
ASISTENSI : NIM :

NO TANGGAL KETERANGAN PARAF

HPLaporan Praktikum Pengaliran Kelompok 4| ii


LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENGALIRAN
Laporan ini telah disetujui oleh dosen pengampu mata kuliah Praktikum Pengaliran
Universitas Semarang

Disusun oleh : KELOMPOK 5

Tanggal pengesahan : 10 Juli 2020

Disahkan oleh :

Semarang, 3 Juli 2020

Asisten Pembimbing Dosen Pengampu


Praktikum Pengaliran Praktikum Pengaliran

Adelia Nurul Kharisma, S.T. Agus Muldiyanto, S.T., M.T.

HPLaporan Praktikum Pengaliran Kelompok 4| iii


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan petunjuk-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Pengaliran ini dengan lancar.
Laporan ini disusun guna melengkapi syarat mata kuliah Praktikum Pengaliran pada
Program S1 Teknik Sipil Universitas Semarang. Pada kesempatan ini penyusun
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Agus Muldiyanto, S.T., M.T., selaku Dosen Pengampu mata kuliah Praktikum
Pengaliran.
2. Adelia Nurul Kharisma, S.T., selaku Pembimbing laboratorium Praktikum Pengaliran.
3. Teman - teman yang senantiasa membantu tercapainya pembuatan laporan ini.
4. Serta berbagai pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Dalam penyajian Laporan Praktikum Pengaliran ini, penyusun menyadari atas segala
kekurangan yang ada. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun sehingga penyusunan Laporan Praktikum Pengaliran ini menjadi
lebih baik.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat berguna dan bermanfaat khususnya bagi
penyusun dan segenap pembaca pada umumnya.

Semarang, 29 Juni 2021

Penyusun

HPLaporan Praktikum Pengaliran Kelompok 4| iv


DAFTAR ISI

LEMBAR ASISTENSI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR GRAFIK
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1.2.2 Tujuan Khusus
1.3 Tempat dan Waktu Praktikum
1.4 Jenis Praktikum
BAB II PERCOBAAN ALIRAN DALAM JARINGAN
2.1 Tujuan
2.2 Peralatan dan Perlengkapan
2.3 Bagian-Bagian Alat
2.4 Penggunaan Alat
2.5 Landasan Teori
2.6 Langkah Kerja
2.7 Data Praktikum
2.8 Hasil Percobaan
2.9 Perhitungan
2.9.1 Kehilangan Energi Aliran dalam Pipa karena Gesekan pada Pipa
2.9.2 Kehilangan Energi Aliran Penyempitan secara Mendadak
2.10 Dokumentasi
BAB III PERCOBAAN ALIRAN SALURAN TERBUKA
3.1 Deskripsi Alat
3.2 Landasan Teori
3.3 Jalannya Percobaan
3.4 Perhitungan

HPLaporan Praktikum Pengaliran Kelompok 4| v


3.4.1 Debit Standar
3.4.2 Ambang Lebar
3.4.3 Ambang Tajam
3.5 Data Praktikum
3.6 Mencari Debit dan C pada Ambang
3.6.1 Ambang Tajam (Thompson)
3.6.2 Ambang Persegi
3.6.3 Ambang Lebar
3.7 Tabel Pengamatan
3.8 Grafik
3.9 Dokumentasi
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan dan Saran Percobaan Aliran dalam Saluran Tertutup
4.1.1 Kesimpulan
4.1.2 Saran
4.2 Kesimpulan dan Saran Percobaan Aliran dalam Saluran Terbuka
4.2.1 Kesimpulan
4.2.2 Saran

HPLaporan Praktikum Pengaliran Kelompok 4| vi


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Aliran Dalam Pipa dan Kehilangan Energi Mayor Maupun Minor…........ 7
Gambar 2.2 Turbulensi pada Fitting yang Menyebabkan Kehilangan Energi Minor.... 9
Gambar 2.3 Diagram Jaringan Pipa................................................................................ 11
Gambar 2.4 Data Praktikum Aliran Saluran Tertutup.................................................... 15
Gambar 2.5 Dokumentasi Cara Pengukuran Ketinggian Air......................................... 24
Gambar 2.6 Dokumentasi Pemasangan Slang................................................................ 24
Gambar 3.1 Data Praktikum Aliran Saluran Terbuka...................................................... 29
Gambar 3.2 Ambang Tajam (Thompson)....................................................................... 30
Gambar 3.3 Ambang Persegi.......................................................................................... 32
Gambar 3.4 Tampak Depan Ambang Lebar................................................................... 34
Gambar 3.5 Tampak Samping Ambang Lebar............................................................... 34
Gambar 3.6 Dokumentasi Pengukuran Tinggi Ambang................................................ 39
Gambar 3.7 Dokumentasi Pengukuran Volume Air Tiap Waktu yang Ditentukan....... 39

HPLaporan Praktikum Pengaliran Kelompok 4| vii


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hasil Percobaan 1........................................................................................ 16


Tabel 2.2 Tinggi Tekanan Percobaan 1....................................................................... 16
Tabel 2.3 Hasil Percobaan 2........................................................................................ 16
Tabel 2.4 Tinggi Tekanan Percobaan 2....................................................................... 6 16
Tabel 2.5 Hasil Percobaan 3........................................................................................ 16
Tabel 2.6 Tinggi Tekanan Percobaan 3....................................................................... 16

Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Ambang Tajam (Thompson)......................................... 36


Tabel 3.2 Hasil Pengamatan Ambang Persegi............................................................ 36
Tabel 3.3 Hasil Pengamatan Ambang Lebar............................................................... 36

HPLaporan Praktikum Pengaliran Kelompok 4| viii


DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1 Hubungan Q Standar dengan Cd (Koefisien Ambang)................................. 37


Grafik 3.2 Hubungan Q Standar dengan Ketinggian (H)............................................... 37
Grafik 3.3 Hubungan Cd dengan Ketinggian (H) Ambang Thompson........................... 38
Grafik 3.4 Hubungan Cd dengan Ketinggian (H) Ambang Persegi................................. 38
Grafik 3.5 Hubungan Cd dengan Ketinggian (H) Ambang Lebar.................................... 38
.

HPLaporan Praktikum Pengaliran Kelompok 4| ix


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pekerjaan teknik sipil mencakup dalam banyak aspek dan berhubungan dengan
berbagai macam hal terutama alam. Tanah, angin, air adalah beberapa hal yang menjadi
perhatian dalam pekerjaan teknik sipil. Air memiliki aspek yang luas untuk dibahas,
terutama mengenai sistem pengaliran. Guna mempelajari ini, maka dalam program studi
teknik sipil terdapat mata kuliah praktikum pengaliran yang bertujuan agar mahasiswa
lebih mengetahui perilaku air dalam aliran pada suatu saluran.
Aliran pada suatu saluran dapat berupa aliran terbuka dan aliran tertutup/ aliran di
dalam pipa. Kedua jenis aliran tersebut mempunyai kesamaan dalam banyak hal, namun
ada beberapa hal penting yang berbeda. Aliran terbuka harus mempunyai permukaan
bebas sedangkan aliran dalam saluran tertutup tidak, karena air harus mengisi saluran-
saluran yang ada.
a. Aliran Air pada Saluran Terbuka
Aliran air pada saluran terbuka, permukaan air mengalir bebas, tekanan yang
terjadi pada permukaan air adalah aliran udara yang arahnya tegak lurus terhadap
permukaan air (Ma). Di bawah dan di sisinya dengan bidang dinding dimana air
mengalami geseran-geseran dengan udara dapat diabaikan. Karena gesekan itu, maka
tekanan udara pada tiap titik tidak sama. Oleh karena itu, untuk memudahkan
penghitungan kecepatan maka diambil kecepatan rata-ratanya.
b. Aliran Air pada Saluran Tertutup (Dalam Pipa)
Aliran air pada saluran tertutup (dalam pipa), air yang mengalir di dalamnya
dibatasi oleh dinding-dinding dan tekanan-tekanan terhadap dinding akan sama
besar. Kecepatan aliran yang berbatasan dengan dinding akan kecil karena geseran-
geseran di atas dan akan bertambah cepat bila zat cair letaknya lebih jauh dari
dinding. Jika pipa tidak terisi penuh, maka sifat aliran akan sesuai dengan aliran
dalam saluran terbuka.
Zat cair dalam aliran terbuka maupun tertutup bergerak karena adanya gaya-gaya
yang bekerja pada benda cair. Jika zat cair itu sempurna (ideal) dan mengalir dengan
tidak mendapat tekanan lain, maka zat itu akan bergerak lebih cepat, tetapi kenyataanya
tidak demikian.

HPLaporan Praktikum Pengaliran Kelompok 4 | 1


Jika gaya yang mendorong menambah cepatnya aliran ditahan oleh gaya geser
tekanan pada dinding, maka semua gaya yang menahan akan kehilangan energi karena
zat cair satu sama lain saling berbenturan dan ini adalah suatu fungsi tekanan
berkecepatan.
Selain kehilangan energi akibat gesekan pipa, terjadi pula kehilangan energi akibat
sambungan pipa dengan tangki, sambungan antar pipa, kontraksi tiba-tiba (penyempitan
dan pembesaran), belokan yang menyebabkan adanya turbulensi dan dapat juga terjadi
jika air harus melalui katup (kran atau stop kran). Kehilangan energi ini disebut energi
minor.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
a. Saluran Tertutup
1) Memberikan visualisasi pada mahasiswa akan fenomena-fenomena
dalam aliran jaringan pipa secara lebih nyata.
2) Mempelajari pengaruh-pengaruh dari kehilangan energi akibat gesekan
sepanjang aliran di dalam pipa, perubahan luas penampang pipa,
belokan pipa dan katup/ kran.
3) Mempelajari pengaruh dari looping network pada debit aliran.
4) Mempelajari unjuk kerja dan kelakuan hidrolika aliran pada jaringan
pipa akibat dari pengaruh-pengaruh kehilangan energi dan looping di
atas.
b. Saluran Terbuka
1) Menentukan debit aliran baik secara langsung maupun tidak langsung.
2) Membiasakan mengguakan alat ukur debit saluran terbuka.
3) Mengenal tinggi tekanan pada saluran.
4) Mengenal geseran pada ambang.
5) Mengetahui kecepatan aliran untuk masing-masing waktu yang
berbeda.
6) Mengukur kecepatan aliran pada saluran terbuka.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Saluran Tertutup
Aliran air pada saluran tertutup, air yang mengalir di dalamnya di batasi
oleh dinding – dinding dan tekanan terhadap dinding akan sama besar.

HPLaporan Praktikum Pengaliran Kelompok 4 | 2


Kecepatan aliran di perbatasan dengan dinding akan kecil karena gesekan –
gesakan di atas.
Jika gaya mendorong menambah cepatnya aliran di tahan oleh gaya
gesek tekanan pada dinding, maka gaya yang menahan karena kehilangan
energi karena zat cair satu sama lain saling berbenturan.
Selain kehilangan energi akibat gesekan dari pipa, terjadi pula
kehilangan akibat sambungan pipa dengan tangki, sambungan antar pipa,
kontraksi tiba – tiba (penyempitan dan pembesaran), belokan yang
menyebabkan adanya turbulensi dan dapat juga terjadi jika air harus melalui
katub (kran). Kehilangan energi ini disebut energi minor.
b. Saluran Terbuka
Pada saluran terbuka permukaan air mengalir bebas, tekanan yang
terjadi pada permukaan air adalah aliran udara yang arahnya tegak lurus
terhadap permukaan air (Ma). Di bawah dan di sisinya dengan bidang
dinding dimana air mengalami gesekan dengan udara dapat diabaikan.
Karena gesekan itu maka tekanan udara pada tiap titik tidak sama. Oleh
karena itu untuk memudahkan perhitungan kecepatan maka diambil
kecepatan rata-rata.

1.3 Tempat dan Waktu Praktikum


Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Pengaliran Fakultas Teknik Universitas
Semarang. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 14 Juni 2020 pukul
11.00 s/d 13.30 WIB.

1.4 Jenis Praktikum


Praktikum yang dilaksanakan adalah percobaan aliran dalam jaringan pipa dan
percobaan aliran pada saluran terbuka.

HPLaporan Praktikum Pengaliran Kelompok 4 | 3


BAB II
PERCOBAAN ALIRAN DALAM JARINGAN

2.1 Tujuan
a. Memberikan visualisasi pada mahasiswa akan fenomena-fenomena dalam aliran
jaringan pipa secara lebih nyata.
b. Mempelajari pengaruh-pengaruh dari kehilangan energi akibat gesekan sepanjang
aliran di dalam pipa, perubahan luas penampang pipa, belokan pipa dan katup/ kran.
c. Mempelajari pengaruh dari looping network pada debit aliran.
d. Mempelajari unjuk kerja dan kelakuan hidrolika aliran pada jaringan pipa akibat dari
pengaruh-pengaruh kehilangan energi dan looping di atas.

2.2 Peralatan dan Perlengkapan


a. Instalasi pompa beserta instalasi aliran balik
b. Model aliran di saluran tertutup dalam bentuk jaringan pipa dan deskripsi model
c. Papan pengukur kehilangan tekanan/ manometer
d. Stopwatch
e. Ember
f. Gelas ukur
g. Alat tulis

2.3 Bagian-Bagian Alat


Bagian-bagian dari pipe flow Apparatus (alat pengukur kehilangan energi aliran
dalam pipa) dapat dilihat seperti gambar 2.3 di bawah ini . Alat pengukur kehilangan
energi dalam pipa ini terdiri dari beberapa macam bagian antara lain pipa PVC Wafin
dengan diameter 2”, diameter 1” dan diameter ½”.
Di samping itu juga digunakan fitting-fitting antara lain Sock, Tee, Knee, Sock
Draat, ball valve kitz dan stop kran merk Onda. Dari gambar 2.3 di bawah in dapat
diuraikan bagian-bagian dari model pipa flow apparatus sebagai berikut :
1. Pipa A mempunyai diameter 2” dengan permukaan bagian dalam pipa halus.

HPLaporan Praktikum Pengaliran Kelompok 4 | 4


2. Pipa B mempunyai diameter 2” dengan permukaan bagian dalam pipa dibuat kasar
dengan jalan dilapisi pasir kwarsa.
3. Pipa C mempunyai diameter 1” dengan permukaan bagian dalam tetap halus.
4. Pipa D mempunyai diameter 1” dengan permukaan bagian dalam dibuat kasar
dengan cara dilapisi pasir kwarsa.
5. Pipa E mempunyai diameter ½” dengan permukaan bagian dalam tetap halus.
6. Pipa F mempunyai diameter ½” dengan permukaan bagian dalam dibuat kasar
dengan cara dilapisi pasir kwarsa.
7. Katup yang dipakai ball valve yang berdiameter ½”, 1” dan 2”.
8. Titik-titik penempatan selang manometer berjumlah 26 titik yang diberi nomor
secara berurutan.

2.4 Penggunaan Alat


Prinsip simulasi airan air dalam pipa baik loop maupun tidak pada model pipe flow
apparatus ini, adalah membuat variasi simulasi baik untuk bukaan katup pada beberapa
node yang berbeda, maupun variasi jenis kekasaran pipa sehingga dapat dilihat
perbedaan kehilangan anergi aliran pipa yang disebabkan oleh gesekan atau friksi
dengan dinding pipa (kehilangan energi utama). Di samping itu, kehilangan energi
selain karena gesekan juga karena harus membelok sehingga terjadi turbulensi.
Kehilangan energi aliran di dalam pipa ini dapat dilihat pada bagian papan
manometer, sehingga kehilangan energi aliran di dalam pipa baik karena gesekan,
belokan, penyempitan, pembesaran dan katup dapat dilihat pada papan manometer.
Oleh karena itu titk-titik pengukuran dipasang dengan berbagai kondisi untuk
mengetahui kehilangan energi aliran di dalam pipa karena gesekan dengan pipa maka
selang manometer diletakkan di ujung-ujung pipa halus atau kasar, sedangkan untuk
mengetahui kehilangan energi aliran di dalam pipa karena belokan maka manometer di
pasang pada titik-titik sebelum reducer. Adapun titik lubang pada pipa untuk
menancapkan selang manometer terdiri dari 26 titik, yang diberi nomor berurutan.
Sehingga pada waktu simulasi ujung selang manometer terpasang dengan baik yang
tersambung ke pipa maupun tersambung ke papan manometer.
Dari jaringan pipa yang ada, kita buat variasi bukaan katup pada diameter pipa yang
akan kita pilih, baik itu katup yang terletak pada pipa maupun stop kran pada tiap ujung

HPLaporan Praktikum Pengaliran Kelompok 4 | 5


pipa pada diameter pipa yang berbeda-beda diameter nominalnya, sehingga dihasilkan
debit yang berbeda-beda yang keluar dari stop kran.
Untuk lebih jelasnya, akan diuraikan berbagai contoh simulasi yang bertujuan
mencari kehilangan energi aliran di dalam pipa akibat gesekan dengan dinding pipa,
belokan pipa, penyempitan/ pelebaran maupun pemasangan katup.

1. Simulasi dengan tujuan mencari kehilangan energi aliran di dalam pipa karena
gesekan pada pipa.
Untuk simulasi ini, air dialirkan melalui pipa diameter 1” yang permukaan
bagian dalam pipa dibuat kasar. Pada simulasi ini semua debit air yang mengalir ke
jaringan dikeluarkan melalui kran nomor 3, ball valve yang dibuka hanya di
sepanjang pipa yang melalui aliran air seperti terlihat gambar 2.3 di bawah ini,
sedangkan aliran ke pipa diameter 2” dan diameter ½” ditutup. Untuk selang
manometer dipasang di titik di sepanjang pipa diameter 1” (kasa) yaitu pada titik
nomor 11 dan nomor 12.
2. Simulasi dengan tujuan mencari kehilangan energi karena belokan pada pipa.
Untuk simulasi ini, aliran air dialirkan melalui belokan 90o yang terletak pada
belokan pada pipa diameter ½”. Ujung-ujung selang manometer diletakkan pada
titik-titik pengukur yaitu pada titik nomor 19 dan titik nomor 20.
3. Simulasi dengan tujuan mencari kehilangan energi aliran karena penyempitan atau
pelebaran (Reducer).
Untuk simulasi ini, aliran air dialirkan melalui pipa diameter 1/2” (kasar) yang
sebelumnya dilewatkan melalui katup-katup, juga dilewatkan melalui reducer dari
pipa 2”. Untuk selang manometer diletakkan pada titik-titik sebelum Reducer
maupun sesudah Reducer. Air dikeluarkan ke bak sirkulasi melalui stop kran nomor
4.
4. Simulasi dengan tujuan mencari kehilangan energi karena pemasangan ball valve
(katup).
Untuk simulasi ini, aliran air dialirkan melalui pipa diameter 1”, kemudian
dialirkan menuju ke pipa diameter ½” yang permukaan bagian dalam halus, tetapi
sebelumnya dilewatkan melalui katup (ball Valve) 1”. Untuk selang manometer
diletakkan pada titik-titik sebalum maupun sesudah ball valve yaitu pada titik nomor
6 dan titik nomor 7. Air yang mengalir, semua dialirkan ke stop kran nomor 2.

HPLaporan Praktikum Pengaliran Kelompok 4 | 6


Simulasi ini dapat dibuat dengan variasi bukaan yang berbeda pada stop kran agar
didapat beda tekanan relative yang berbeda.

2.5 Landasan Teori


Pipe flow apperatus (alat ukur kehilangan tenaga pada pipa) merupakan alat yang
dapat dipakai untuk melakukan simulasi dengan variasi aliran dalam pipa.
Pengoperasiannya dilakukan dengan membuka dan menutup katup (kran atau stop kran)
yang telah dipasang, sehingga beda energi yang terjadi pada beberapa pengukuran dapat
terukur atau terlihat pada papan manometer (papan pengukur kehilanga energi).
Berkurangnya energi atau tinggi tekanan merupakan fungsi debit, panjang pipa,
diameter pipa dan koefisien gesek pipa yang disebut kehilangan energi mayor. Secara
matematis dapat ditulis sebagai Darcy-Weisbach :

2
L
Q
hf 8f 52
Dg

Dengan:
hf = kehilangan energi atau tekanan (major atau utama) (m)
Q = debit pipa (m3/dt)
f = koefisien gesek
L = panjang pipa (m)
D = diameter pipa (m)
g = percepatan gravitasi bumi (m/dt2)

HPLaporan Praktikum Pengaliran Kelompok 4 | 7


Gambar 2.1 Aliran Dalam Pipa dan Kehilangan Energi Mayor Maupun Minor

Gambar 2.1 kehilangan energi ditunjukkan oleh posisi titik-titik yang membentuk
garis yag disebut EGL. Energi awal adalah setinggi muka air, kemudian turun sepanjang
aliran dan akhirnya minimum di ujung pipa. Tinggi tekanan energi diukur dari suatu
datum tertentu. Datum adalah garis atau bidang horizontal (datar) yang dapat dipilih
sesuka kita. Selain garis energi, terdapat pula garis HGL yang merupakan garis yang
menunjukkan teknan air di setiap titik yang ditinjau. Perbedaaan tinggi antara EGL dan
HGL adalah V2/2g.

Selain kehilangan energi akibat gesekan dengan pipa terjadi pula kehilangan energi
akibat sambungan pipa dengan tangki dan pada saat air keluar dari pipa. Pada saat air
mulai masuk pipa EGL turun tajam walaupun dalam kualitas yang tidak begitu besar.
Kehilangan anergi ini disebut kehilangan energi minor.

Kehilangan energi minor dapat disebabkan oleh sambungan antar pipa, konstruksi
tiba-tiba (penyempitan dan pembesaran), dan belokan yang meyebabkan adanya
turbulensi. Kehilangan energi minor juga dapat terjadi jika air harus melalui katup
(kran/ stop kran). Seperti diketahui, katup mengganggu aliran sehingga dapat
mengurangi atau bahkan menghentikan aliran sama sekali. Walaupun disebut minor,
kehilangan di tempat-tempat tersebut mungkin saja jauh lebih besar dibandingkan
dengan kehilangan energi akibat gesekan dengan pipa. Dengan demikian, kehilangan
energi tersebut harus diperhatikan dalam perhitungan. Kehilangan energi minor dalam
bahasa matematika ditulis sebagai berikut :

Q2 V2
hf k 2 hf  k
2Agatau 2g

Dengan :
k = koefisien kehilangan energi minor
V = kecepatan aliran

HPLaporan Praktikum Pengaliran Kelompok 4 | 8


Koefisien k bervariasi tergantung pada bentuk fisik bangunan, penyempitan katus
dan sebagainya. Harga k ini (selain katup) biasanya berkisar antara 0 s/d 1 harga k
fitting sangat variatif, tergantung pada berbagai faktor. Selain itu pengaruh manusia
(man work) terutama dalam pelaksanaan penyambungan pipa kadang sangat
berpengaruh terhadap kehilangan tenaga pada fitting, terutama untuk berbagai macam
sambungan. Pipa telah direncanakan dan diproduksi oleh pabrik dengan
memperhitungkan kehilangan energi yang sekecil-kecilnya. Misalnya, penyambungan
pipa dibuat dengan ukuran diameter yang tepat dapat mengakomodasi diameter luar
pipa yang akan disambung dan panjang pipa yang masuk kedalam sambungan tertentu.
Jika yang menyambung tidak memasukkan pipa yang akan disambung secara sempurna
sesuai yang dimaksud oleh pabrik pipa, maka akan terjadi ekspansi tiba-tiba pada
sambungan tersebut beberapa kali sehingga menambah kehilangan energi. Gambar
tentang hal tersebut dapat dilihat pada gambar 1. Sulit kiranya untuk menguji harga k
untuk setiap bentuk belokan dan katup yang akan dipakai dalam jaringan penyedia air.
Biasanya jenis-jenis belokan yang digunakan sudah baku, sehingga pengujian koefisien
tidak terlalu banyak.

Katup agak lain dengan belokan dan penyempitan (perubahan diameter pipa).
Katup dapat diatur menutup dan membuka, yang berarti mengubah diameter pipa secara
variatif. Dengan demikian, kehilangan energi yang disebabkan oleh katup sangat variatif
atau k sangat bervariasi tergantung pada posisi katup. Pada hakikatnya harga k katup
dapat berkisar antara 0 hingga tak terhingga. Kejadian fisik pada fitting ditunjukkan
seperti gambar 2 dibawah ini:

HPLaporan Praktikum Pengaliran Kelompok 4 | 9


Gambar 2.2 Turbulensi pada Fitting yang Menyebabkan Kehilangan Energi Minor

Tangki untuk simulasi ini nantinya terletak pada elevasi ± 3 m dari lantai,
sedangkan untuk jaringan pipa elevasinya 1 m di atas lantai terletak di atas meja yang
berfungsi sebagai tempat perletakan pipa. Diharapkan dengan perbedaan elevasi sekitar
2 m ini, akan dihasilkan perbedaan tekanan relative pada node di sepanjang pipa yang
tidak terlalu tinggi.

Alat-alat lain yang diperlukan untuk simulasi selain yang sudah disebutkan
sebelumnya adalah pompa untuk menaikkan air ke tangki dan bak air untuk menampung
air yang keluar dari kran sehingga dapat dipakai kembali untuk mengisi tangki dengan
mempergunakan pompa.

HPLaporan Praktikum Pengaliran Kelompok 4 | 10


RESERVOIR

PIPA HALUS Ø2"


1 D = 5,47 CM 2

BALL VALVE Ø2"

BALL VALVE Ø2"

PIPA HALUS Ø2"


3 D = 5,27 CM 4
5
6
BALL VALVE Ø1" BALL VALVE Ø2"

7 PIPA HALUS Ø1
8 9 D = 2,71 CM 10

BALL VALVE Ø1" BALL VALVE Ø1"


PIPA HALUS Ø1"
11 D = 2,51 CM 12
13
14
BALL VALVE Ø1/2" BALL VALVE Ø1/2"
PIPA HALUS Ø1/2"
15 D = 1,81 CM 18

16 17
BALL VALVE Ø1/2" BALL VALVE Ø1/2"
PIPA HALUS Ø1/2"
19
20 21 D = 1,76 CM 24 25 26

22 23

Gambar 2.3 Diagram Jaringan Pipa

Laporan Praktikum Pengaliran Kelompok 5HP | 11


2.6 Langkah Kerja
a. Jalankan mesin pompa air untuk mengisi bak air (reservoir).
b. Buka kran air yang menghubungkan jaringan pipa percobaan.
c. Biarkan terlebih dahulu air mengalir dengan stabil dengan membuka semua kran
pembuang yang ada di ujung.
d. Tutup kran dengan yang ada pada pipa dengan ø 1” dan ø ½”
e. Buka slang penutup yang ada di titik 1, 2, 3, dan 4, biarkan air mengalir terlebih
dahulu untuk menghilangkan gelembung udara yang ada di dalam pipa.
f. Bila sudah tidak ada gelembung, titik-titik selang 1, 2, 3, dan 4 dihubungkan dengan
papan manometer, biarkan sebentar agar tekanan air bisa stabil terlebih dahulu, baru
setelah stabil baca ukuran masing-masing titik slang pipa tersebut dengan jalan
membaca ukuran yang ada di papan manometer, diperoleh tinggi tekanan untuk titik
nomor 1 = 107,4 cm, titik nomor 2 = 107,1 cm , titik nomor 3 = 106,7 cm dan titik
nomor 4 = 106,3 cm.
g. Berikutnya kita pindah ke slang plastik yang menghubungkan titik-titik nomor 5, 6,
7, dan 8, tutup terlebih dahulu slang dari titik nomor 1, 2, 3, dan 4, lalu buka slang
titik nomor 5, 6, 7, dan 8, biarkan air mengalir terlebih dahulu untuk menghilangkan
gelembung udara yang ada di slang pastik tersebut.
h. Bila sudah tidak ada gelembung, titik-titik selang 5, 6, 7, dan 8 dihubungkan dengan
papan manometer, biarkan sebentar agar tekanan air bisa stabil terlebih dahulu, baru
setelah stabil baca ukuran masing-masing titik slang pipa tersebut dengan jalan
membaca ukuran yang ada di papan manometer, diperoleh tinggi tekanan untuk titik
nomor 5 = 82,9 cm , titik nomor 6 = 82,4 cm, titik nomor 7 = 82,3 cm dan titik
nomor 8 = 81,9 cm.
i. Langkah selanjutnya, mengukur debit air yang keluar dari pipa.
j. Persiapkan peralatan ember, gelas ukur, dan stopwatch.
k. Dengan bersamaan menekan tombol stopwatch, ember diletakkan pada saluran air
pembuang, ditunggu sampai air yang ada di ember penuh, stopwatch dimatikan dan
ember dipindah, setelah diukur diperoleh data pada pipa halus ø2” = 4,22 liter/ 15
detik dan pada pipa kasar ø2” = 3,98 liter/ 15 detik.
l. Berikutnya kita pindah ke slang plastik yang menghubungkan titik-titik nomor 9, 10,
11, dan 12, tutup terlebih dahulu slang dari titik nomor 5, 6, 7, dan 8, lalu buka slang
titik nomor 9, 10, 11, dan 12, biarkan air mengalir terlebih dahulu untuk
menghilangkan gelembung udara yang ada di slang pastik tersebut.

Laporan Praktikum Pengaliran Kelompok 4 | 12


m. Bila sudah tidak ada gelembung titik-titik selang 9, 10, 11, dan 12 dihubungkan
dengan papan manometer, biarkan sebentar agar tekanan air bisa stabil terlebih
dahulu, baru setelah stabil baca ukuran masing-masing titik slang pipa tersebut
dengan jalan membaca ukuran yang ada di papan manometer, diperoleh tinggi
tekanan untuk titik nomor 9 = 82,1 cm , titik nomor 10 = 81,9 cm , titik nomor 11 =
81,7 cm dan titik nomor 12 = 81,5 cm.
n. Berikutnya kita pindah ke slang plastik yang menghubung kan titik-titik nomor 13,
14, dan 15, tutup terlebih dahulu slang dari titik nomor 9, 10, 11, dan 12, lalu buka
slang titik nomor 13, 14, dan 15, biarkan air mengalir terlebih dahulu untuk
menghilangkan gelembung udara yang ada di slang pastik tersebut.
o. Bila sudah tidak ada gelembung titik-titik selang 13, 14, dan 15 dihubungkan dengan
papan manometer, biarkan sebentar agar tekanan air bisa stabil terlebih dahulu, baru
setelah stabil baca ukuran masing-masing titik slang pipa tersebut dengan jalan
membaca ukuran yang ada di papan manometer, diperoleh tinggi tekanan untuk titik
nomor 13 = 64,6 cm, titik nomor 14 = 64,4 cm, dan titik nomor 15 = 64,3 cm .
p. Langkah selanjutnya, mengukur debit air yang keluar dari pipa.
q. Persiapkan peralatan ember, gelas ukur dan stopwatch.
r. Dengan bersamaan menekan tombol stopwatch, ember diletakkan pada saluran air
pembuang, ditunggu sampai air yang ada di ember penuh, stopwatch dimatikan dan
ember dipindah, setelah diukur diperoleh data pada pipa halus ø1”= 2,86 liter/ 60
detik dan pada pipa kasar ø1”= 1,77 liter/ 60 detik.
s. Berikutnya kita pindah ke slang plastik yang menghubungkan titik-titik nomor 18,
19, dan 20, tutup terlebih dahulu slang dari titik nomor 13, 14, dan 15, lalu buka
slang titik nomor 18, 19, dan 20, biarkan air mengalir terlebih dahulu untuk
menghilangkan gelembung udara yang ada di slang pastik tersebut.
t. Bila sudah tidak ada gelembung titiktitik selang 18, 19, dan 20 dihubungkan dengan
papan manometer, biarkan sebentar agar tekanan air bisa stabil terlebih dahulu, baru
setelah stabil baca ukuran masing-masing titik slang pipa tersebut dengan jalan
membaca ukuran yang ada di papan manometer, diperoleh tinggi tekanan untuk titik
nomor 18 = 63,9 cm, titik nomor 19 = 64,5 cm, dan titik nomor 20 = 64,1 cm.
u. Berikutnya kita pindah ke slang plastik yang menghubungkan titik-titik nomor 21,
dan 24, tutup terlebih dahulu slang dari titik nomor 18, 19, dan 20, lalu buka slang
titik nomor 21 dan 24, biarkan air mengalir terlebih dahulu untuk menghilangkan
gelembung udara yang ada di slang pastik tersebut.

Laporan Praktikum Pengaliran Kelompok 4 | 13


v. Bila sudah tidak ada gelembung titik-titik selang 21 dan 24, dihubungkan dengan
papan manometer, biarkan sebentar agar tekanan air bisa stabil terlebih dahulu, baru
setelah stabil baca ukuran masing-masing titik slang pipa tersebut dengan jalan
membaca ukuran yang ada di papan manometer, diperoleh tinggi tekanan untuk titik
nomor 21 = 63,9 cm , titik nomor 24 = 63,6 cm.
w. Langkah selanjutnya, mengukur debit air yang keluar dari pipa.
x. Persiapkan peralatan ember, gelas ukur dan stopwatch.
y. Dengan bersamaan menekan tombol stopwatch, ember diletakkan pada saluran air
pembuang, ditunggu sampai air yang ada di ember penuh, stopwatch dimatikan dan
ember dipindah, setelah diukur diperoleh data pada pipa halus ø1/2” = 2,78 liter/ 60
detik dan pada pipa kasar ø1/2”= 1,19 liter/ 60 detik.
z. Setelah selesai bersihkan tempat dan peralatan, simpan peralatan di tempat semula.
aa.Menghitung jumlah debit air.

Laporan Praktikum Pengaliran Kelompok 4 | 14


2.7 Data Praktikum
Gambar 2.4 Data Praktikum Aliran Saluran Tertutup
2.8 Hasil Percobaan
a. Percobaan 1

Nama Volume (Liter) Waktu (Detik) Debit (m3/detik)

Kran A 5,86 42,79 0,000137


Kran B 6,05 24,36 0,000248
Tabel 2.1 Hasil Percobaan 1

Titik 1 2 3 4

Tinggi Tekanan (cm) 697 693 683 679


Tabel 2.2 Tinggi Tekanan Percobaan 1

b. Percobaan 2

Nama Volume (Liter) Waktu (Detik) Debit (m3/detik)

Kran C 3,08 60 0,000051


Kran D 1,2 60 0,000020
Tabel 2.3 Hasil Percobaan 2

Titik 5 6 7 8 9 10 11 12

Tinggi Tekanan (cm) 380 378 375 372 323 321 317 315
Tabel 2.4 Tinggi Tekanan Percobaan 2

c. Percobaan 3

Nama Volume (Liter) Waktu (Detik) Debit (m3/detik)

Kran E 1,14 60 0,000019


Kran F 0,42 60 0,000007
Tabel 2.5 Hasil Percobaan 3

Titik 13 14 15 18 19 20 21 24

Tinggi Tekanan (cm) 310 308 306 304 296 294 291 289
2.9 Tabel 2.6 Tinggi Tekanan Percobaan 3Perhitungan
2.9.1 Kehilangan Energi Aliran dalam Pipa karena Gesekan pada Pipa
a. Percobaan I
1) Pipa Halus Ø 2” (1 – 2)

QA = 0,000137 m3/dt
hf = 697 – 693 = 4 cm = 0,04 m
D = 5,47 cm = 0,0547 m
L = 163 cm = 1,630 m
QA QA 0,000137
V = = = 1 = 0,058 m/dt
¼ x π x D2 x 3,14 x 0,05472
A 4

L V2
Hf = F(a) x x
D 2g

1,630 0,0582
0,004 = F(a) x x
0,0547 2 x 9,81

0,004 = F(a) x 0,0051

F(a) = 0,782

2) Pipa Kasar Ø 2” (3 – 4)
QB = 0,000248 m3/dt
hf = 683 – 679 = 4 cm = 0,04 m
D = 5,27 cm = 0,0527 m
L = 162 cm = 1,620 m

QB QB 0,000248
V = = = 1 = 0,114 m/dt
¼ x π x D2 x 3,14 x 0,05272
A 4
L V2
hf = F(b) x x
D 2g

1,620 0,1142
0,004 = F(b) x 0,052 x
7 2 x 9,81

0,004 = F(b) x 0,0203

F(b) = 0,197

b. Percobaan II
1) Pipa Halus Ø 1” (9 – 10)
QC = 0,000051 m3/dt
hf = 323 – 321 = 2 cm = 0,02 m
D = 2,71 cm = 0,0271 m
L = 164 cm = 1,64 m

Qc Qc 0,000051
V = = = 1 = 0,088 m/dt
¼ x π x D2 x 3,14 x 0,02712
A 4

L V2
Hf = F(c) x x
D 2g

1,64 0,0882
0,002 = F(c) x x
0,0271 2 x 9,81

0,002 = F(c) x 0,0238


F(c 0,084
=
)

2) Pipa Kasar Ø 1” (11 – 12)

Qd = 0,000020 m3/dt
hf = 317 – 315 = 2 cm = 0,02 m
D = 2,51 cm = 0,0251 m
L = 163 cm = 1,630 m

Qd Qd 0,000020
V = = = 1 = 0,040 m/dt
¼ x π x D2 x 3,14 x 0,02512
A 4

L V2
Hf = F(d) x x
D 2g

1,630 0,0402
0,002 = F(d) x x
0,0251 2 x 9,81

0,002 = F(d) x 0,0053

F(d) = 0,377

c. Percobaan III

1) Pipa Halus Ø 1/2” (15 – 18)

Qe = 0,000019 m3/dt
hf = 306 – 304 = 2 cm = 0,02 m
D = 1,81 cm = 0,0181 m
L = 165 cm = 1,650 m

V = Qe = Qe = 0,000019 = 0,073m/dt
1
¼ x π x D2 x 3,14 x 0,01812
A 4

L V2
hf = F(e) x x
D 2g

1,650 0,0732
0,004 = F(e) x x
0,0181 2 x 9,81

0,004 = F(e) x 0,024

F(e) = 0,016

2) Pipa Kasar Ø 1/2” (20 – 24)

Qf = 0,000007 m3/dt
hf = 294– 289 = 5 cm = 0,05 m
D = 1,76 cm = 0,0176 m
L = 184 cm = 1,840 m

Qf Qf 0,000007
V = = = 1 = 0,028 m/dt
¼ x π x D2 x 3,14 x 0,01762
A 4

L V2
hf = F(f) x x
D 2g

1,84 0,0282
0,005 = F(f) x x
0,0184 2 x 9,81

0,005 = Ff) x 0,0039


F(f) = 1,282

2.9.2 Kehilangan Energi Aliran Penyempitan secara Mendadak

a. Penyempitan Pipa dari Ø 2”- Ø 1” (5 – 6)

A2 1/4πD32 1/4 x 3,14 x 0,02712


= = = 0,246
y= A1 1/4πD22 1/4 x 3,14 x 0,05472

A2/ A1 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1
X 0,5 0,44 0,43 0,41 0,36 0,21 0,13 0,07 0,01 0

X = X1 + (y - y1) x (X2 - X1)


(y2 - y1)
= 0,44 + (0,246 - 0,2) x (0,43 - 0,44)
(0,3 - 0,2)
= 0,435

hf = tinggi tekanan 5 – tinggi tekanan 6


= 380 cm – 378 cm = 2 cm = 0,02 m

QC + QD QC + QD (0,000051+0,000020)
V = = = = 0,123 m/dt
A 1/4 x π x D2 1/4 x 3,14 x 0,02712

V2
hf = k x
2g
0,1232
0,005 = k x
2 x 9,81

0,0151
0,005 = k x
19,620

0,005 = k x 0,00077 k = 0,005 = 6,493


0,00077

b. Penyempitan Pipa dari Ø 1”- Ø 1/2” (13 – 14)

y A2 1/4πD52 1/4 x 3,14 x 0,01812


= = = 0,45
= A1 1/4πD42 1/4 x 3,14 x 0,02712

A2/ A1 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1
K 0,5 0,44 0,43 0,41 0,36 0,21 0,13 0,07 0,01 0

X = X1 + (y - y1) x (x2 - x1)


(y2 - y1)
= 0,41 + (0,45 - 0,4) x (0,36 – 0,41)
(0,5 - 0,4)
= 0,385

hf = tinggi tekanan 13 – tinggi tekanan 14


= 310 cm – 308cm = 2 cm = 0,02 m

Qe + Qf Qe + Qf (0,000019+ 0,000007)
V = = = = 0,101 m/dt
A 1/4 x π x D2 1/4 x 3,14 x 0,01812

V2
hf = k x
2g

0,00 0,1012
= k x
2 2 x 9,81

0,00 0,0102
= k x
2 19,620

0,00 0,002
= k x 0,00052 k = = 3,846
2 0,00052
c. Kehilangan Energi karena Belokan pada Pipa (19-20)

90 90
k = sin² + 2 x 𝑠𝑖𝑛
2 2

= sin² 45 + 2 x 𝑠𝑖𝑛4 45

= 0,5 + 0,5

=1

Hf = 296 – 294 = 0,02 m

Qf
V =
A

Qf
=
¼. π . D2

7 x 10−6
=
¼ x 3,14 x 0,01812

= 0,027 m/detik

V2
Hf = k x
2g

0,027 2
0,004 = k x
2 x 9,81

0,004 = k x 0,00003

0,004
k =
0,00003

= 133.3
2.10 Dokumentasi

Gambar 2.5
Dokumentasi Cara Pengukuran
Ketinggian Air
Gambar 2.6 Dokumentasi Pemasangan Slang
BAB III
PERCOBAAN ALIRAN SALURAN TERBUKA

3.1 Deskripsi Alat


Bagian utama alat ukur ini adalah plume dengan dinding tembus pandang, lebar 300
mm, kedalaman 450 mm dan panjang kerja 6 meter. Alat ini dilengkapi dengan
pembangkit gelombang, pengatur kemiringan, pengatur tinggi muka air di downstream,
beberapa tipe ambang serta alat ukur kedalaman air.

3.2 Landasan Teori


Bendung limpas (overflow weir) merupakan komponen yang penting untuk hampir
semua bangunan hidrolik. Bendung tersebut berfungsi untuk menaikkan muka air,
pengontrol kecepatan dan sebagai alat ukur debit.
Aliran di atas bendung merupakan aliran tidak seragam, berubah tiba-tiba (non
uniform, rapidly varied flow). Dalam pemakaian praktis aliran dapat berupa steady atau
unsteady, untuk kasus ini kita bahas khusus untuk aliran steady.
Ada beberapa bentuk bendung, dimana masing-masing mempunyai kekhususan
sendiri-sendiri. Secara umum dapat dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu bendung
ambang lebar, sempit, dan tajam.
1. Bendung Ambang Lebar (Broad Crested Weir)
Bendung ambang lebar adalah bendung yang mempunyai permukaan ambang
rata horizontal yang cukup panjang kearah aliran sehingga memungkinkan
terbentuknya garis aliran yang sejajar di atas ambang (Lihat Gambar 5). Hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah analisis karena distribusi tekanan air adalah
hidrostatistik.
Perhitungan debit dilakukan dengan mencari hubungan antar tingkat energi
dimuka bendung dan laju aliran yang melimpas ambang. Dengan asumsi bahwa
tidak ada geseran dan aliran bebas (free overflow), maka didapat persamaan sebagai
berikut :

2
v

Hh
.
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
.(
1)
2
g

qvg
2H
 ........
h ..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
.(
2)
Dimana :
qd
ebitp
eng
alira
nm 3/dt
Htin
ggim
u ir m
kaa 
htin
ggim
ukaa
ird
iata
samb
angleb
ar m
gp
ercep
atang
ra si md
fita / t2
Vk
ecep
atana
lira  /
nms

Debit maksimum didapat jika terjadi free overflow, hal ini diperoleh dengan
mendifferensialkan persamaan 2, sehingga didapatk :

3
22
g
q H.
.
2
.
.
..
..
.
..
..
.
..
..
.
..
..
.
..
..
.
..
.(
3)
33

Dimana :


qd
eb
i
tpe
ng
al
ira
nm
3
/d
t

gpe
rc
ep
at
ang
ra
f
it
as /d
im 2
t
2. Bendung Ambang Tajam (Sharp Crested Weir)
Ada beberapa bentuk ambang tajam yang kita kenal, namun yang sering
dipakai adalah bentuk V dan persegi panjang. Secara umum debit bendung ambang
tajam dalam kondisi free overflow dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

3

qC
H.
2
.
..
.
..
..
.
..
..
..
.
..
..
.
..
..
.
..
.(
4)

Dimana :

qd
eb
i
tpe
ng
al
ir
anm
3
/d
t

Ht
ing
gi
m u
ka
ai
rm

3.3 Jalannya Percobaan


a. Persiapkan semua peralatan yang dibutuhkan di lokasi yang mudah dijangkau.
b. Persiapkan flume dengan kemiringan yang ditentukan.
c. Buka kran dan atur suplai air untuk mengalirkan air ke flume.
d. Tunggu sampai aliran stabil, kemudian ukur tinggi muka air di masing-masing
ambang (ambang Thompson, ambang persegi dan ambang lebar).
e. Pada saat bersamaan, ukur kecepatan aliran dengan jalan aliran yang ada ditampung
dengan corong yang diberi pipa plastik yang ditampug di ember dan diukur jangka
waktunya dengan stopwatch. (pelaksanaan pengukuran waktu dengan penampungan
air harus bersama-sama biar data mendekati valid).
f. Setelah waktu tertentu atau ember sudah penuh, stopwatch dimatikan bersamaan
dengan penampungan dicabut.
g. Ukur jumlah liter air yang ada di ember dengan cara ditakar dengan gelas ukur.
Sehingga diperoleh data pada percobaan pertama ini yaitu jumlah air = 4,60 liter
dalam waktu 60 detik.
h. Untuk percobaan pertama diperoleh data tinggi air pada ambang Thomson (h1=
13,16 cm), ambang persegi (h1 = 11,5 cm) dan ambang lebar (h1 = 9 cm).
i. Percobaan kedua ukur tinggi muka air pada masing-masing ambang sehingga
diperoleh data, tinggi air pada ambang Thomson (h2 = 13,8 cm), ambang persegi (h2
= 11,7 cm) dan ambang lebar (h2 = 9,1 cm).
j. Pada saat bersamaan, ukur kecepatan aliran dengan jalan aliran yang ada ditampung
dengan corong yang diberi pipa plastik yang ditampug di ember dan diukur jangka
waktunya dengan stopwatch. (pelaksanaan pengukuran waktu dengan penampungan
air harus bersama-sama biar data mendekati valid).
k. Setelah waktu tertentu atau ember sudah penuh, stopwatch dimatikan bersamaan
dengan penampungan dicabut. Dan ukur jumlah air yang ada di ember, diperoleh
data pada percobaan kedua ini jumlah air = 6,14 liter dalam waktu 60 detik
l. Percobaan ketiga, ukur tinggi muka air pada masing-masing ambang sehingga
diperoleh data, tinggi air pada ambang Thomson (h3 = 14,3 cm), ambang persegi (h3
= 11,9 cm) dan ambang lebar (h3 = 9,4 cm).
m. Pada saat bersamaan, ukur kecepatan aliran dengan jalan aliran yang ada ditampung
dengan corong yang diberi pipa plastik yang ditampung di ember dan diukur jangka
waktunya dengan stopwatch. (pelaksanaan pengukuran waktu dengan penampungan
air harus bersama-sama biar data mendekati valid).
n. Setelah waktu tertentu atau ember sudah penuh, stopwatch dimatikan bersamaan
dengan penampungan dicabut. Dan ukur jumlah air yang ada di ember, diperoleh
data pada percobaan ketiga ini jumlah air = 8,62 liter dalam waktu 60 detik.
o. Percobaan ke empat, ukur tinggi muka air pada masing-masing ambang sehingga
diperoleh data, tinggi air pada ambang Thomson (h4 = 14,4 cm), ambang persegi (h4
= 12 cm) dan ambang lebar (h4 = 9,5 cm).
p. Pada saat bersamaan, ukur kecepatan aliran dengan jalan aliran yang ada ditampung
dengan corong yang diberi pipa plastik yang ditampug di ember dan diukur jangka
waktunya dengan stopwatch. (pelaksanaan pengukuran waktu dengan penampungan
air harus bersama-sama biar data mendekati valid).
q. Setelah waktu tertentu atau ember sudah penuh, stopwatch dimatikan bersamaan
dengan penampungan dicabut. Dan ukur jumlah air yang ada di ember, diperoleh
data pada percobaan keempat ini jumlah air = 11,69 liter dalam waktu 60 detik.
r. Dari keempat percobaan di atas, diperoleh jumlah debit Q1 = 7,667 x 10-5 m3/dt,
Q2 = 1,023 x 10-4 m3/dt, Q3= 1,437 x 10-4 m3/dt, Q4= 1,948 x 10-4 m3/dt.
s. Setelah selesai, lokasi dibersihkan dan alat-alat dikembalikan lagi ke tempat semula.

3.4 Perhitungan
3.4.1 Debit Standar
Debit standar yang dipakai adalah debit dari hasil pengukuran langsung
(dengan current meter atau pipa pitot). Debir dihitung dengan rumus berikut :

Q  VA
N
 Ai Vi
i1

Dimana :
Q = debit, m2/ dt
Vi = kecepatan pada segmen i, m/dt
Ai = luas penampang pada segmen i, m2
N = jumlah titik pengukuran

Dari hasil beberapa kali pengukuran, dibuat hubungan antara tinggi air
dengan debit, hasilnya ditampilkan dalam grafik.
3.4.2 Ambang Lebar
Rumus 2 diturunkan dengan asumsi tidak ada geseran, padahal kenyataanya
pasti ada geseran, sehingga rumus tersebut tidak dapat langsung diterapkan.
Untuk itu, perlu adanya kalibrasi untuk mendapatkan koefisien yang biasanya
ditulis dengan huruf C. biasanya nilai C diperoleh dengan membagi Q standar
dengan Qambang lebar, pada kondisi yang disesuaikan.
Harga C dihitung untuk tiap pengukuran/ debit, sehingga akan diperoleh
sejumlah harga C sesuai dengan banyaknya pengukuran. Hubungan antara C
terhadap H/L dapat dibuat. Dimana L panjang ambang ke arah aliran.
3.4.3 Ambang Tajam
Penyelesaian sama seperti pada ambang lebar dengan hasil akhir berupa
grafik hubungan C terhadap H, unutuk masing-masing bentuk ambang tajam.

3.5 Data Praktikum

Gambar 3.1 Data Praktikum Aliran Saluran Terbuka


3.6 Mencari Debit dan C pada Ambang
3.6.1 Ambang Tajam (Thompson)

Diketahui :
g = 9,81 m/dt²
h = 12 cm = 0,12 m

Debit Standard (Q) = Volume (m3) / waktu (detik)


Q1 = 1,80 x 10-3 m3/60dt = 3x 10-5 m3/dt
Q2 = 8,66x 10-3 m3/120 dt = 7,21 x 10-5 m3/dt
Q3 = 20,08 x 10-3 m3/159dt = 13,1 x 10-5 m3/dt
Q4 = 9,4 x 10-3 m3/45dt = 20,9 x 10-5 m3/dt

H = Tinggi air – tinggi ambang


H1 = 13– 12 = 1 cm = 0,01 m
H2 = 13,3 – 12 = 1,3 cm = 0,013 m
H3 = 14– 12 = 2cm = 0,02 m
H4 = 14,2 – 12 = 2,2cm = 0,022 m
16 cm
12 cm

11,8 cm

Gambar 3.2 Ambang Tajam (Thompson)

Ditanya :
cd = .....?
Rumus :
8
2
5
Q c 
dtg 
gH 2

15
d
eng
an9
00

Dijawab :
1) Percobaan 1
Q1 = 8/15 x cd1 x √2 x g x H1 5/2
3 x 10-5 = 8/15 x cd1 x √2 x 9,81 x 0,01 5/2
3 x 10-5 = 8/15 x cd1 x 4,429 x 1x10-5
3 x 10-5 = cd1 x 2,362 x 10-5
cd1 = 3 x 10-5 / 2,362 x 10-5
cd1 = 1,270

2) Percobaan 2
Q2 = 8/15 x cd2 x √2 x g x H25/2
7,21 x 10-5 = 8/15 x cd2 x √2 x 9,81 x 0,0135/2
7,21 x 10-5 = 8/15 x cd2 x 4,429 x 1,926 x10-5
7,21 x 10-5 = cd2 x 4,521 x 10-5
cd2 = 7,21 x 10-5 / 4,521 x 10-5
cd2 = 1,594

3) Percobaan 3
Q3 = 8/15 x cd3 x √2 x g x H35/2
13,1 x 10-5 = 8/15 x cd3 x √2 x 9,81 x 0,025/2
13,1 x 10-5 = 8/15 x cd3 x 4,429 x 5.656 x10-5
13,1 x 10-5 = cd3 x 13,28 x 10-5
cd3 = 13,1 x 10-5 / 13,28 x 10-5
cd3 = 0,986

4) Percobaan 4
Q4 = 8/15 x cd4 x √2 x g x H45/2
20,9 x 10-5 = 8/15 x cd4 x √2 x 9,81 x 0,0225/2
20,9 x 10-5 = 8/15 x cd4 x 4,429 x 7,178 x 10-5
20,9 x 10-5 = cd4 x 16,850 x 10-5
cd4 = 20,9 x 10-5 / 16,850 x 10-5
cd4 = 1,240

3.6.2 Ambang Persegi

Diketahui :
g = 9,81 m/dt²
b = 12,5 cm = 0,125 m

Debit Standard (Q) = Volume (m3) / waktu (detik)


Q1 = 1,80 x 10-3 m3/60dt = 3x 10-5 m3/dt
Q2 = 8,66x 10-3 m3/120 dt = 7,21 x 10-5 m3/dt
Q3 = 20,08 x 10-3 m3/159dt = 13,1 x 10-5 m3/dt
Q4 = 9,4 x 10-3 m3/45dt = 20,9 x 10-5 m3/dt

H = Tinggi air – tinggi ambang


H1 = 11– 10,8 = 0,2 cm = 0,002 m
H2 = 11,3 – 10,8 = 0,5 cm = 0,005 m
H3 = 11,7 – 10,8 = 0,9 cm = 0,009 m
H4 = 12,0 – 10,8 = 1,2 cm = 0,012 m
10,8 cm

12,5 cm

Gambar 3.3 Ambang Persegi

Ditanya :
cd =.....?
Rumus :
3
2

Q c 
db2 2
gH
3

Dijawab :
1) Percobaan 1
Q1 = 2/3 x cd1 x b x √2 x g x H13/2
3 x 10-5 = 2/3 x cd1 x 0,125 x √2 x 9,81 x 0,002 3/2
3 x 10-5 = 2/3 x cd1 x 0,125 x 4,429 x 8,945 x 10-5
3 x 10-5 = cd1 x 2,821 x 10-5
cd1 = 3 x 10-5 / 99,652x 10-5
cd1 = 1,063

2) Percobaan 2
Q2 = 2/3 x cd2 x b x √2 x g x H23/2
7,21 x 10-5 = 2/3 x cd2 x 0,125 x √2 x 9,81 x 0,005 3/2
7,21 x 10-5 = 2/3 x cd2 x 0,125 x 4,429 x 35,355 x 10-5
7,21 x 10-5 = cd2 x 11,744 x 10-5
cd2 = 7,21x 10-5 / 11,744 x 10-5
cd2 = 0,613

3) Percobaan 3
Q3 = 2/3 x cd3 x b x √2 x g x H33/2
13,1 x 10-5 = 2/3 x cd3 x 0,125 x √2 x 9,81 x 0,009 3/2
13,1 x 10-5 = 2/3 x cd3 x 0,125 x 4,429 x 85,381 x 10-5
13,1x 10-5 = cd3 x 28,361 x 10-5
cd2 = 13,1 x 10-5 / 28,361 x 10-5
cd2 = 0,461

4) Percobaan 4
Q4 = 2/3 x cd4 x b x √2 x g x H43/2
20,9 x 10-5 = 2/3 x cd4 x 0,125 x √2 x 9,81 x 0, 012 3/2
20,9 x 10-5 = 2/3 x cd4 x 0,125 x 4,429 x 131,453 x 10-5
20,9 x 10-5 = cd4 x 43,665 x 10-5
cd4 = 20,9 x 10-5 / 43,665 x 10-5
cd4 = 0,479

3.6.3 Ambang Lebar

Diketahui :
g = 9,81 m/dt²
b = 20 cm = 0,20 m

Debit Standard (Q) = Volume (m3) / waktu (detik)


Q1 = 1,80 x 10-3 m3/60dt = 3x 10-5 m3/dt
Q2 = 8,66x 10-3 m3/120 dt = 7,21 x 10-5 m3/dt
Q3 = 20,08 x 10-3 m3/159dt = 13,1 x 10-5 m3/dt
Q4 = 9,4 x 10-3 m3/45dt = 20,9 x 10-5 m3/dt

H = Tinggi air – tinggi ambang


H1 = 8,7– 8,7 = 0cm = 0m
H2 = 9,1 – 8,7 = 0,4 cm = 0,004 m
H3 = 9,4 – 8,7 = 0,7 cm = 0,007 m
H4 = 9,5 – 8,7 = 0,8 cm = 0,008 m
8,7 cm

13 cm

Gambar 3.4 Tampak Depan Ambang Lebar

5,5 cm
8,7 cm

20 cm
Gambar 3.5 Tampak Samping Ambang Lebar

Ditanya :
cd =.....?
Rumus :
3
Q0
,38
4d
c b2gH2

Q
d Standar
c
Q
Am
bangL eba
r

Dijawab :
1) Percobaan 1
Q1 = 0,384 x cd1 x b x √2 x g x H13/2
3 x 10-5 = 0,384 x cd1 x 0,20 x 4,429 x 0 3/2
3 x 10-5 = 0,384 x cd1 x 0,20 x 4,429 x 0
3 x 10-5 = cd1 x 0
cd1 = 3 x 10-5 / 0
cd1 = 0

2) Percobaan 2
Q2 = 0,384 x cd2 x b x √2 x g x H2 3/2
7,21 x 10-5 = 0,384 x cd2 x 0,20 x 4,429 x 0,004 3/2
7,21 x 10-5 = 0,384 x cd2 x 0,20 x 4,429 x 25,3 x 10-5
7,21 x 10-5 = cd2 x 8,606 x 10-5
cd2 = 7,21 x 10-5 / 8,606 x 10-5
cd2 = 0,837

3) Percobaan 3
Q3 = 0,384 x cd3 x b x √2 x g x H3 3/2
13,1 x 10-5 = 0,384 x cd3 x 0,20 x 4,429 x 0,007 3/2
13,1 x 10-5 = 0,384 x cd3 x 0,20 x 4,429 x 58,57 x 10-5
13,1 x 10-5 = cd3 x 19,92 x 10-5
cd3 = 13,1 x 10-5 / 19,92 x 10-5
cd3 = 0, 657
4) Percobaan 4
Q4 = 0,384 x cd4 x b x √2 x g x H4 3/2
20,9 x 10-5 = 0,384 x cd4 x 0,20 x 4,429 x 0,008 3/2
20,9 x 10-5 = 0,384 x cd4 x 0,20 x 4,429 x 71,55 x 10-5
20,9 x 10-5 = cd4 x 24,34 x 10-5
cd4 = 20,9 x 10-5 / 24,34 x 10-5
cd4 = 0,858

3.7 Tabel Pengamatan


a. Tabel Ambang Tajam (Thompson)

No. H g Q Ambang Tajam Q Standar cd Keterangan


(m) ( m/dt² ) (mᵌ / dt ) (mᵌ / dt ) (mᵌ / dt ) C rata-rata

-5 -5
1 0,001 9,81 2,362 x 10 x cd1 3 x 10 1,270 1,272
-5 -5
2 0,013 9,81 4,521 x 10 x cd2 7,21 x 10 1,594
-5 -5
3 0,02 9,81 13,28 x 10 x cd3 13,1 x 10 0,986
-5 -5
4 0,022 9,81 16,850 x 10 x cd4 20,9 x 10 1,240

Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Ambang Tajam (Thompson)

b. Tabel Ambang Persegi


No. H b m g Q Ambang Persegi Q Standar cd Keterangan
(m) (m) ( m/dt² ) (mᵌ / dt ) (mᵌ / dt ) (mᵌ / dt) C rata-rata

-5 -5
1 0,002 0,125 1 9,81 2,821 x 10 x cd1 3 x 10 1,063 0,654
-5 -5
2 0,005 0,125 1 9,81 11,744 x 10 x cd2 7,21 x 10 0,613
-5 -5
3 0,009 0,125 1 9,81 28,361 x 10 x cd3 13,1 x 10 0,461
-5 -5
4 0,012 0,125 1 9,81 43,665 x 10 x cd4 20,9 x 10 0,479

Tabel 3.2 Hasil Pengamatan Ambang Persegi

c. Tabel Ambang Lebar

No. H b g Q Ambang Lebar Q Standar cd Keterangan


(m) (m) ( m/dt² ) (mᵌ / dt ) (mᵌ / dt ) (mᵌ / dt) C rata-rata

-5
1 0 0,20 9,81 0 x cd1 3 x 10 0 0,588
-5 -5
2 0,004 0,20 9,81 8,606 x 10 x cd2 7,21 x 10 0,837
-5 -5
3 0,007 0,20 9,81 19,92 x 10 x cd3 13,1 x 10 0,657
-5 -5
4 0,008 0,20 9,81 24,34 x 10 x cd4 20,9 x 10 0,858

Tabel 3.3 Hasil Pengamatan Ambang Lebar


3.8 Grafik

Hubungan Q Standar dengan Cd (Koefisien Ambang)


1.8
1.59
1.6
1.4 1.27 1.24
Cd (Koefisien Ambang)

1.2 1.06
0.99
1 0.84 0.86
0.8 0.61 0.66
0.6 0.46 0.48
0.4
0.2
0
0
0 5 10 15 20 25
Q Standar ( x 10-5 m3/dt )

Ambang Thompson Ambang Persegi Ambang Lebar

Grafik 3.1 Hubungan Q Standar dengan Cd (Koefisien Ambang)

Hubungan Q Standar dengan Ketinggian (H)


0.03
0.02
0.02
0.02

0.02 0.01
H (meter)

0.01

0.01 0.01
0.01
0.01
0.01
0.01 0
0
0
0
0
0 5 10 15 20 25

Q Standar ( x 10-5 m3/dt )

Ambang Thompson Ambang Persegi Ambang Lebar

Grafik 3.2 Hubungan Q Standar dengan Ketinggian (H)


Hubungan Cd dengan Ketinggian (H) Ambang Thompson
0.03 0.02
0.02
0.02

0.02 0.01
H (m)

0.01

0.01
0
0
1.27 1.59 0.99 1.24
Cd (Koefisien Ambang)

Ambang Thompson

Grafik 3.3 Hubungan Cd dengan Ketinggian (H) Ambang Thompson

Hubungan Cd dengan Ketinggian (H) Ambang Persegi


0.01 0.01
0.01
0.01 0.01
0.01
H (m)

0.01 0.01
00
0
0
1.06 0.61 0.46 0.48
Cd (Koefisien Ambang)

Ambang Persegi

Grafik 3.4 Hubungan Cd dengan Ketinggian (H) Ambang Persegi


Hubungan Cd dengan Ketinggian (H) Ambang Lebar Grafik 3.5
0.01 0.01 Hubungan Cd
0.01 0.01 dengan
0.01
Ketinggian
0.01
0.01
(H) Ambang
0
H (m)

0 Lebar
0
0
00
0
0 0.84 0.66 0.86
Cd (Koefisien Ambang)

Ambang Lebar

3.9 Dokumentasi
Gambar 3.6 Dokumentasi Pengukuran Tinggi Ambang

Gambar 3.7 Dokumentasi


Pengukuran Volume Air Tiap Waktu yang Ditentukan
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan dan Saran Percobaan Aliran dalam Saluran Tertutup


4.1.1 Kesimpulan
Hasil praktikum pengaliran yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Kehilangan energi di dalam pipa karena gesekan pada pipa didapatkan
koefisien gesekan :
fa = 0,566
fb = 0,197
Hasil praktikum menunjukkan fa (koefisien pipa halus) > fb (koefisien pipa
kasar), tidak sesuai ketentuan (koefisien pipa kasar lebih besar dari koefisien
pipa halus).
fc = 0,084
fd = 0,377
Hasil praktikum menunjukkan fc (koefisien pipa halus) < fd (koefisien pipa
kasar), sudah sesuai ketentuan (koefisien pipa kasar lebih besar dari
koefisien pipa halus).
fe = 0,016
ff = 1,282
Hasil praktikum menunjukkan fe (koefisien pipa halus) < ff (koefisien pipa
kasar), sudah sesuia ketentuan (koefisien pipa kasar lebih besar dari
koefisien pipa halus).
b. Kehilangan energi aliran karena penyempitan mendadak :
1. Penyempitan pipa dari diameter 2” – diameter 1” (5 – 6)
K tabel = 0,435 sedangkan pada K praktek = 6,493
2. Penyempitan pipa dari diameter 1” – diameter 0,5” (13 – 14)
K tabel = 0,385 sedangkan pada K praktek = 3,846
c. Kehilangan energi karena belokan pada pipa (19-20)
K tabel = 1 sedangkan pada K praktek = 133,3
Perbedaan antara teori dan hasil praktek, disebabkan karena :
1. Adanya gelembung udara dalam selang manometer yang menyebabkan
tidak tepatnya ketinggian air pada papan manometer.
2. Pembacaan waktu dan volume air yang kurang cermat.
3. Pembacaan papan manometer kurang teliti.

4.1.2 Saran
a. Dengan semakin bertambahnya usia peralatan maka perlu adanya kalibrasi
ulang agar alat yang dipakai untuk percobaan hasilnya lebih valid.
b. Faktor manusia yang melaksanakan percobaan juga akan dipengaruhi oleh
ketelitian pembacaan pada manometer.
c. Pengukuran debit air yang dilakukan secara manual akan banyak kesalahan
yang ada, terutama dalam melakukan penampungan dan start awal
penekanan stopwatch, untuk itu baik dipasang peralatan yang elektik
hasilnya akan lebih valid.
d. Dalam pelaksanaan praktik hendaknya dilakukan secara terorganisir.

4.2 Kesimpulan dan Saran Percobaan Aliran dalam Saluran Terbuka


4.2.1 Kesimpulan
a. Dari hasil percobaan dan hasil perhitungan yang telah dilakukan pada
saluran terbuka, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Untuk Ambang Tajam ( Thompson )
Percobaan I = 1,270
Percobaan II = 1,594
Percobaan III = 0,986
Percobaan IV = 1,240
Koefisien debit rata-rata = 1,272

2. Untuk Ambang Persegi


Percobaan I = 1,063
Percobaan II = 0,613
Percobaan III = 0,461
Percobaan IV = 0,479
Koefisien debit rata-rata = 0,654
3. Untuk Ambang Lebar
Percobaan I =0
Percobaan II = 0,837
Percobaan III = 0,657
Percobaan IV = 0,858
Koefisien debit rata-rata = 0,588

b. Dengan bertambahnya tinggi permukaan air pada masing-masing ambang,


maka volume air yang mengalir semakin bertambah/ meningkat, sehingga
debit air juga semakin bertambah.
c. Pada masing-masing ambang mempunyai ketinggian yang berbeda-beda,
ketinggian ambang Thompson lebih tinggi dari ambang persegi dan ambang
lebar, sedangkan ambang persegi lebih tinggi dari ambang lebar. Dengan
demikian, maka kecepatan laju aliran akan bertambah dengan berjalannya
waktu.
d. Berdasarkan grafik hubungan Q dan Cd dari masing-masing ambang dapat
diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi nilai Q maka nilai Cd akan
semakin rendah.
e. Berdasarkan grafik hubungan Q dan H dari masing-masing ambang dapat
diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi nilai Q maka nilai H akan
semakin tinggi.
f. Berdasarkan grafik hubungan Cd dan H dari masing-masing ambang dapat
diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi nilai Cd maka nilai H akan
semakin tinggi.

4.2.2 Saran
a. Alat ukur yang digunakan masih berupa manual yaitu dengan menggunakan
rol meter maka ketepatan ukuran yang ada akan dipengaruhi oleh
penglihatan orang yang mengukur dan posisi alat ukur yang kurang tepat
juga akan berpengaruh terhadap data yang diperoleh.
b. Alat pengukur kecepatan dengan menggunakan takaran juga dipengaruhi
dari start awal mengambil air dengan menekan tombol start pada stopwacth,
untuk lebih baik dipakai alat ukur elektik serta takaran diganti dengan gelas
ukur sehingga hasil yang diperoleh akan lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai