PENGALIRAN
Dosen Pengampu : Agus Muldiyanto, S.T., M.T.
Asisten Laboratorium : Adelia Nurul Kharisma, S.T.
Disusun Oleh :
Kelompok 4 Kelas B (Sore)
LEMBAR ASISTENSI
TUGAS : PRAKTIKUM PENGALIRAN NAMA : KELOMPOK 4
ASISTENSI : NIM :
LEMBAR ASISTENSI
TUGAS : PRAKTIKUM PENGALIRAN NAMA : KELOMPOK 4
ASISTENSI : NIM :
Disahkan oleh :
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan petunjuk-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Pengaliran ini dengan lancar.
Laporan ini disusun guna melengkapi syarat mata kuliah Praktikum Pengaliran pada
Program S1 Teknik Sipil Universitas Semarang. Pada kesempatan ini penyusun
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Agus Muldiyanto, S.T., M.T., selaku Dosen Pengampu mata kuliah Praktikum
Pengaliran.
2. Adelia Nurul Kharisma, S.T., selaku Pembimbing laboratorium Praktikum Pengaliran.
3. Teman - teman yang senantiasa membantu tercapainya pembuatan laporan ini.
4. Serta berbagai pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Dalam penyajian Laporan Praktikum Pengaliran ini, penyusun menyadari atas segala
kekurangan yang ada. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun sehingga penyusunan Laporan Praktikum Pengaliran ini menjadi
lebih baik.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat berguna dan bermanfaat khususnya bagi
penyusun dan segenap pembaca pada umumnya.
Penyusun
LEMBAR ASISTENSI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR GRAFIK
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1.2.2 Tujuan Khusus
1.3 Tempat dan Waktu Praktikum
1.4 Jenis Praktikum
BAB II PERCOBAAN ALIRAN DALAM JARINGAN
2.1 Tujuan
2.2 Peralatan dan Perlengkapan
2.3 Bagian-Bagian Alat
2.4 Penggunaan Alat
2.5 Landasan Teori
2.6 Langkah Kerja
2.7 Data Praktikum
2.8 Hasil Percobaan
2.9 Perhitungan
2.9.1 Kehilangan Energi Aliran dalam Pipa karena Gesekan pada Pipa
2.9.2 Kehilangan Energi Aliran Penyempitan secara Mendadak
2.10 Dokumentasi
BAB III PERCOBAAN ALIRAN SALURAN TERBUKA
3.1 Deskripsi Alat
3.2 Landasan Teori
3.3 Jalannya Percobaan
3.4 Perhitungan
Gambar 2.1 Aliran Dalam Pipa dan Kehilangan Energi Mayor Maupun Minor…........ 7
Gambar 2.2 Turbulensi pada Fitting yang Menyebabkan Kehilangan Energi Minor.... 9
Gambar 2.3 Diagram Jaringan Pipa................................................................................ 11
Gambar 2.4 Data Praktikum Aliran Saluran Tertutup.................................................... 15
Gambar 2.5 Dokumentasi Cara Pengukuran Ketinggian Air......................................... 24
Gambar 2.6 Dokumentasi Pemasangan Slang................................................................ 24
Gambar 3.1 Data Praktikum Aliran Saluran Terbuka...................................................... 29
Gambar 3.2 Ambang Tajam (Thompson)....................................................................... 30
Gambar 3.3 Ambang Persegi.......................................................................................... 32
Gambar 3.4 Tampak Depan Ambang Lebar................................................................... 34
Gambar 3.5 Tampak Samping Ambang Lebar............................................................... 34
Gambar 3.6 Dokumentasi Pengukuran Tinggi Ambang................................................ 39
Gambar 3.7 Dokumentasi Pengukuran Volume Air Tiap Waktu yang Ditentukan....... 39
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
a. Saluran Tertutup
1) Memberikan visualisasi pada mahasiswa akan fenomena-fenomena
dalam aliran jaringan pipa secara lebih nyata.
2) Mempelajari pengaruh-pengaruh dari kehilangan energi akibat gesekan
sepanjang aliran di dalam pipa, perubahan luas penampang pipa,
belokan pipa dan katup/ kran.
3) Mempelajari pengaruh dari looping network pada debit aliran.
4) Mempelajari unjuk kerja dan kelakuan hidrolika aliran pada jaringan
pipa akibat dari pengaruh-pengaruh kehilangan energi dan looping di
atas.
b. Saluran Terbuka
1) Menentukan debit aliran baik secara langsung maupun tidak langsung.
2) Membiasakan mengguakan alat ukur debit saluran terbuka.
3) Mengenal tinggi tekanan pada saluran.
4) Mengenal geseran pada ambang.
5) Mengetahui kecepatan aliran untuk masing-masing waktu yang
berbeda.
6) Mengukur kecepatan aliran pada saluran terbuka.
2.1 Tujuan
a. Memberikan visualisasi pada mahasiswa akan fenomena-fenomena dalam aliran
jaringan pipa secara lebih nyata.
b. Mempelajari pengaruh-pengaruh dari kehilangan energi akibat gesekan sepanjang
aliran di dalam pipa, perubahan luas penampang pipa, belokan pipa dan katup/ kran.
c. Mempelajari pengaruh dari looping network pada debit aliran.
d. Mempelajari unjuk kerja dan kelakuan hidrolika aliran pada jaringan pipa akibat dari
pengaruh-pengaruh kehilangan energi dan looping di atas.
1. Simulasi dengan tujuan mencari kehilangan energi aliran di dalam pipa karena
gesekan pada pipa.
Untuk simulasi ini, air dialirkan melalui pipa diameter 1” yang permukaan
bagian dalam pipa dibuat kasar. Pada simulasi ini semua debit air yang mengalir ke
jaringan dikeluarkan melalui kran nomor 3, ball valve yang dibuka hanya di
sepanjang pipa yang melalui aliran air seperti terlihat gambar 2.3 di bawah ini,
sedangkan aliran ke pipa diameter 2” dan diameter ½” ditutup. Untuk selang
manometer dipasang di titik di sepanjang pipa diameter 1” (kasa) yaitu pada titik
nomor 11 dan nomor 12.
2. Simulasi dengan tujuan mencari kehilangan energi karena belokan pada pipa.
Untuk simulasi ini, aliran air dialirkan melalui belokan 90o yang terletak pada
belokan pada pipa diameter ½”. Ujung-ujung selang manometer diletakkan pada
titik-titik pengukur yaitu pada titik nomor 19 dan titik nomor 20.
3. Simulasi dengan tujuan mencari kehilangan energi aliran karena penyempitan atau
pelebaran (Reducer).
Untuk simulasi ini, aliran air dialirkan melalui pipa diameter 1/2” (kasar) yang
sebelumnya dilewatkan melalui katup-katup, juga dilewatkan melalui reducer dari
pipa 2”. Untuk selang manometer diletakkan pada titik-titik sebelum Reducer
maupun sesudah Reducer. Air dikeluarkan ke bak sirkulasi melalui stop kran nomor
4.
4. Simulasi dengan tujuan mencari kehilangan energi karena pemasangan ball valve
(katup).
Untuk simulasi ini, aliran air dialirkan melalui pipa diameter 1”, kemudian
dialirkan menuju ke pipa diameter ½” yang permukaan bagian dalam halus, tetapi
sebelumnya dilewatkan melalui katup (ball Valve) 1”. Untuk selang manometer
diletakkan pada titik-titik sebalum maupun sesudah ball valve yaitu pada titik nomor
6 dan titik nomor 7. Air yang mengalir, semua dialirkan ke stop kran nomor 2.
2
L
Q
hf 8f 52
Dg
Dengan:
hf = kehilangan energi atau tekanan (major atau utama) (m)
Q = debit pipa (m3/dt)
f = koefisien gesek
L = panjang pipa (m)
D = diameter pipa (m)
g = percepatan gravitasi bumi (m/dt2)
Gambar 2.1 kehilangan energi ditunjukkan oleh posisi titik-titik yang membentuk
garis yag disebut EGL. Energi awal adalah setinggi muka air, kemudian turun sepanjang
aliran dan akhirnya minimum di ujung pipa. Tinggi tekanan energi diukur dari suatu
datum tertentu. Datum adalah garis atau bidang horizontal (datar) yang dapat dipilih
sesuka kita. Selain garis energi, terdapat pula garis HGL yang merupakan garis yang
menunjukkan teknan air di setiap titik yang ditinjau. Perbedaaan tinggi antara EGL dan
HGL adalah V2/2g.
Selain kehilangan energi akibat gesekan dengan pipa terjadi pula kehilangan energi
akibat sambungan pipa dengan tangki dan pada saat air keluar dari pipa. Pada saat air
mulai masuk pipa EGL turun tajam walaupun dalam kualitas yang tidak begitu besar.
Kehilangan anergi ini disebut kehilangan energi minor.
Kehilangan energi minor dapat disebabkan oleh sambungan antar pipa, konstruksi
tiba-tiba (penyempitan dan pembesaran), dan belokan yang meyebabkan adanya
turbulensi. Kehilangan energi minor juga dapat terjadi jika air harus melalui katup
(kran/ stop kran). Seperti diketahui, katup mengganggu aliran sehingga dapat
mengurangi atau bahkan menghentikan aliran sama sekali. Walaupun disebut minor,
kehilangan di tempat-tempat tersebut mungkin saja jauh lebih besar dibandingkan
dengan kehilangan energi akibat gesekan dengan pipa. Dengan demikian, kehilangan
energi tersebut harus diperhatikan dalam perhitungan. Kehilangan energi minor dalam
bahasa matematika ditulis sebagai berikut :
Q2 V2
hf k 2 hf k
2Agatau 2g
Dengan :
k = koefisien kehilangan energi minor
V = kecepatan aliran
Katup agak lain dengan belokan dan penyempitan (perubahan diameter pipa).
Katup dapat diatur menutup dan membuka, yang berarti mengubah diameter pipa secara
variatif. Dengan demikian, kehilangan energi yang disebabkan oleh katup sangat variatif
atau k sangat bervariasi tergantung pada posisi katup. Pada hakikatnya harga k katup
dapat berkisar antara 0 hingga tak terhingga. Kejadian fisik pada fitting ditunjukkan
seperti gambar 2 dibawah ini:
Tangki untuk simulasi ini nantinya terletak pada elevasi ± 3 m dari lantai,
sedangkan untuk jaringan pipa elevasinya 1 m di atas lantai terletak di atas meja yang
berfungsi sebagai tempat perletakan pipa. Diharapkan dengan perbedaan elevasi sekitar
2 m ini, akan dihasilkan perbedaan tekanan relative pada node di sepanjang pipa yang
tidak terlalu tinggi.
Alat-alat lain yang diperlukan untuk simulasi selain yang sudah disebutkan
sebelumnya adalah pompa untuk menaikkan air ke tangki dan bak air untuk menampung
air yang keluar dari kran sehingga dapat dipakai kembali untuk mengisi tangki dengan
mempergunakan pompa.
7 PIPA HALUS Ø1
8 9 D = 2,71 CM 10
16 17
BALL VALVE Ø1/2" BALL VALVE Ø1/2"
PIPA HALUS Ø1/2"
19
20 21 D = 1,76 CM 24 25 26
22 23
Titik 1 2 3 4
b. Percobaan 2
Titik 5 6 7 8 9 10 11 12
Tinggi Tekanan (cm) 380 378 375 372 323 321 317 315
Tabel 2.4 Tinggi Tekanan Percobaan 2
c. Percobaan 3
Titik 13 14 15 18 19 20 21 24
Tinggi Tekanan (cm) 310 308 306 304 296 294 291 289
2.9 Tabel 2.6 Tinggi Tekanan Percobaan 3Perhitungan
2.9.1 Kehilangan Energi Aliran dalam Pipa karena Gesekan pada Pipa
a. Percobaan I
1) Pipa Halus Ø 2” (1 – 2)
QA = 0,000137 m3/dt
hf = 697 – 693 = 4 cm = 0,04 m
D = 5,47 cm = 0,0547 m
L = 163 cm = 1,630 m
QA QA 0,000137
V = = = 1 = 0,058 m/dt
¼ x π x D2 x 3,14 x 0,05472
A 4
L V2
Hf = F(a) x x
D 2g
1,630 0,0582
0,004 = F(a) x x
0,0547 2 x 9,81
F(a) = 0,782
2) Pipa Kasar Ø 2” (3 – 4)
QB = 0,000248 m3/dt
hf = 683 – 679 = 4 cm = 0,04 m
D = 5,27 cm = 0,0527 m
L = 162 cm = 1,620 m
QB QB 0,000248
V = = = 1 = 0,114 m/dt
¼ x π x D2 x 3,14 x 0,05272
A 4
L V2
hf = F(b) x x
D 2g
1,620 0,1142
0,004 = F(b) x 0,052 x
7 2 x 9,81
F(b) = 0,197
b. Percobaan II
1) Pipa Halus Ø 1” (9 – 10)
QC = 0,000051 m3/dt
hf = 323 – 321 = 2 cm = 0,02 m
D = 2,71 cm = 0,0271 m
L = 164 cm = 1,64 m
Qc Qc 0,000051
V = = = 1 = 0,088 m/dt
¼ x π x D2 x 3,14 x 0,02712
A 4
L V2
Hf = F(c) x x
D 2g
1,64 0,0882
0,002 = F(c) x x
0,0271 2 x 9,81
Qd = 0,000020 m3/dt
hf = 317 – 315 = 2 cm = 0,02 m
D = 2,51 cm = 0,0251 m
L = 163 cm = 1,630 m
Qd Qd 0,000020
V = = = 1 = 0,040 m/dt
¼ x π x D2 x 3,14 x 0,02512
A 4
L V2
Hf = F(d) x x
D 2g
1,630 0,0402
0,002 = F(d) x x
0,0251 2 x 9,81
F(d) = 0,377
c. Percobaan III
Qe = 0,000019 m3/dt
hf = 306 – 304 = 2 cm = 0,02 m
D = 1,81 cm = 0,0181 m
L = 165 cm = 1,650 m
V = Qe = Qe = 0,000019 = 0,073m/dt
1
¼ x π x D2 x 3,14 x 0,01812
A 4
L V2
hf = F(e) x x
D 2g
1,650 0,0732
0,004 = F(e) x x
0,0181 2 x 9,81
F(e) = 0,016
Qf = 0,000007 m3/dt
hf = 294– 289 = 5 cm = 0,05 m
D = 1,76 cm = 0,0176 m
L = 184 cm = 1,840 m
Qf Qf 0,000007
V = = = 1 = 0,028 m/dt
¼ x π x D2 x 3,14 x 0,01762
A 4
L V2
hf = F(f) x x
D 2g
1,84 0,0282
0,005 = F(f) x x
0,0184 2 x 9,81
A2/ A1 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1
X 0,5 0,44 0,43 0,41 0,36 0,21 0,13 0,07 0,01 0
QC + QD QC + QD (0,000051+0,000020)
V = = = = 0,123 m/dt
A 1/4 x π x D2 1/4 x 3,14 x 0,02712
V2
hf = k x
2g
0,1232
0,005 = k x
2 x 9,81
0,0151
0,005 = k x
19,620
A2/ A1 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1
K 0,5 0,44 0,43 0,41 0,36 0,21 0,13 0,07 0,01 0
Qe + Qf Qe + Qf (0,000019+ 0,000007)
V = = = = 0,101 m/dt
A 1/4 x π x D2 1/4 x 3,14 x 0,01812
V2
hf = k x
2g
0,00 0,1012
= k x
2 2 x 9,81
0,00 0,0102
= k x
2 19,620
0,00 0,002
= k x 0,00052 k = = 3,846
2 0,00052
c. Kehilangan Energi karena Belokan pada Pipa (19-20)
90 90
k = sin² + 2 x 𝑠𝑖𝑛
2 2
= sin² 45 + 2 x 𝑠𝑖𝑛4 45
= 0,5 + 0,5
=1
Qf
V =
A
Qf
=
¼. π . D2
7 x 10−6
=
¼ x 3,14 x 0,01812
= 0,027 m/detik
V2
Hf = k x
2g
0,027 2
0,004 = k x
2 x 9,81
0,004 = k x 0,00003
0,004
k =
0,00003
= 133.3
2.10 Dokumentasi
Gambar 2.5
Dokumentasi Cara Pengukuran
Ketinggian Air
Gambar 2.6 Dokumentasi Pemasangan Slang
BAB III
PERCOBAAN ALIRAN SALURAN TERBUKA
2
v
Hh
.
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
.(
1)
2
g
qvg
2H
........
h ..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
.(
2)
Dimana :
qd
ebitp
eng
alira
nm 3/dt
Htin
ggim
u ir m
kaa
htin
ggim
ukaa
ird
iata
samb
angleb
ar m
gp
ercep
atang
ra si md
fita / t2
Vk
ecep
atana
lira /
nms
Debit maksimum didapat jika terjadi free overflow, hal ini diperoleh dengan
mendifferensialkan persamaan 2, sehingga didapatk :
3
22
g
q H.
.
2
.
.
..
..
.
..
..
.
..
..
.
..
..
.
..
..
.
..
.(
3)
33
Dimana :
qd
eb
i
tpe
ng
al
ira
nm
3
/d
t
gpe
rc
ep
at
ang
ra
f
it
as /d
im 2
t
2. Bendung Ambang Tajam (Sharp Crested Weir)
Ada beberapa bentuk ambang tajam yang kita kenal, namun yang sering
dipakai adalah bentuk V dan persegi panjang. Secara umum debit bendung ambang
tajam dalam kondisi free overflow dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
3
qC
H.
2
.
..
.
..
..
.
..
..
..
.
..
..
.
..
..
.
..
.(
4)
Dimana :
qd
eb
i
tpe
ng
al
ir
anm
3
/d
t
Ht
ing
gi
m u
ka
ai
rm
3.4 Perhitungan
3.4.1 Debit Standar
Debit standar yang dipakai adalah debit dari hasil pengukuran langsung
(dengan current meter atau pipa pitot). Debir dihitung dengan rumus berikut :
Q VA
N
Ai Vi
i1
Dimana :
Q = debit, m2/ dt
Vi = kecepatan pada segmen i, m/dt
Ai = luas penampang pada segmen i, m2
N = jumlah titik pengukuran
Dari hasil beberapa kali pengukuran, dibuat hubungan antara tinggi air
dengan debit, hasilnya ditampilkan dalam grafik.
3.4.2 Ambang Lebar
Rumus 2 diturunkan dengan asumsi tidak ada geseran, padahal kenyataanya
pasti ada geseran, sehingga rumus tersebut tidak dapat langsung diterapkan.
Untuk itu, perlu adanya kalibrasi untuk mendapatkan koefisien yang biasanya
ditulis dengan huruf C. biasanya nilai C diperoleh dengan membagi Q standar
dengan Qambang lebar, pada kondisi yang disesuaikan.
Harga C dihitung untuk tiap pengukuran/ debit, sehingga akan diperoleh
sejumlah harga C sesuai dengan banyaknya pengukuran. Hubungan antara C
terhadap H/L dapat dibuat. Dimana L panjang ambang ke arah aliran.
3.4.3 Ambang Tajam
Penyelesaian sama seperti pada ambang lebar dengan hasil akhir berupa
grafik hubungan C terhadap H, unutuk masing-masing bentuk ambang tajam.
Diketahui :
g = 9,81 m/dt²
h = 12 cm = 0,12 m
11,8 cm
Ditanya :
cd = .....?
Rumus :
8
2
5
Q c
dtg
gH 2
15
d
eng
an9
00
Dijawab :
1) Percobaan 1
Q1 = 8/15 x cd1 x √2 x g x H1 5/2
3 x 10-5 = 8/15 x cd1 x √2 x 9,81 x 0,01 5/2
3 x 10-5 = 8/15 x cd1 x 4,429 x 1x10-5
3 x 10-5 = cd1 x 2,362 x 10-5
cd1 = 3 x 10-5 / 2,362 x 10-5
cd1 = 1,270
2) Percobaan 2
Q2 = 8/15 x cd2 x √2 x g x H25/2
7,21 x 10-5 = 8/15 x cd2 x √2 x 9,81 x 0,0135/2
7,21 x 10-5 = 8/15 x cd2 x 4,429 x 1,926 x10-5
7,21 x 10-5 = cd2 x 4,521 x 10-5
cd2 = 7,21 x 10-5 / 4,521 x 10-5
cd2 = 1,594
3) Percobaan 3
Q3 = 8/15 x cd3 x √2 x g x H35/2
13,1 x 10-5 = 8/15 x cd3 x √2 x 9,81 x 0,025/2
13,1 x 10-5 = 8/15 x cd3 x 4,429 x 5.656 x10-5
13,1 x 10-5 = cd3 x 13,28 x 10-5
cd3 = 13,1 x 10-5 / 13,28 x 10-5
cd3 = 0,986
4) Percobaan 4
Q4 = 8/15 x cd4 x √2 x g x H45/2
20,9 x 10-5 = 8/15 x cd4 x √2 x 9,81 x 0,0225/2
20,9 x 10-5 = 8/15 x cd4 x 4,429 x 7,178 x 10-5
20,9 x 10-5 = cd4 x 16,850 x 10-5
cd4 = 20,9 x 10-5 / 16,850 x 10-5
cd4 = 1,240
Diketahui :
g = 9,81 m/dt²
b = 12,5 cm = 0,125 m
12,5 cm
Ditanya :
cd =.....?
Rumus :
3
2
Q c
db2 2
gH
3
Dijawab :
1) Percobaan 1
Q1 = 2/3 x cd1 x b x √2 x g x H13/2
3 x 10-5 = 2/3 x cd1 x 0,125 x √2 x 9,81 x 0,002 3/2
3 x 10-5 = 2/3 x cd1 x 0,125 x 4,429 x 8,945 x 10-5
3 x 10-5 = cd1 x 2,821 x 10-5
cd1 = 3 x 10-5 / 99,652x 10-5
cd1 = 1,063
2) Percobaan 2
Q2 = 2/3 x cd2 x b x √2 x g x H23/2
7,21 x 10-5 = 2/3 x cd2 x 0,125 x √2 x 9,81 x 0,005 3/2
7,21 x 10-5 = 2/3 x cd2 x 0,125 x 4,429 x 35,355 x 10-5
7,21 x 10-5 = cd2 x 11,744 x 10-5
cd2 = 7,21x 10-5 / 11,744 x 10-5
cd2 = 0,613
3) Percobaan 3
Q3 = 2/3 x cd3 x b x √2 x g x H33/2
13,1 x 10-5 = 2/3 x cd3 x 0,125 x √2 x 9,81 x 0,009 3/2
13,1 x 10-5 = 2/3 x cd3 x 0,125 x 4,429 x 85,381 x 10-5
13,1x 10-5 = cd3 x 28,361 x 10-5
cd2 = 13,1 x 10-5 / 28,361 x 10-5
cd2 = 0,461
4) Percobaan 4
Q4 = 2/3 x cd4 x b x √2 x g x H43/2
20,9 x 10-5 = 2/3 x cd4 x 0,125 x √2 x 9,81 x 0, 012 3/2
20,9 x 10-5 = 2/3 x cd4 x 0,125 x 4,429 x 131,453 x 10-5
20,9 x 10-5 = cd4 x 43,665 x 10-5
cd4 = 20,9 x 10-5 / 43,665 x 10-5
cd4 = 0,479
Diketahui :
g = 9,81 m/dt²
b = 20 cm = 0,20 m
13 cm
5,5 cm
8,7 cm
20 cm
Gambar 3.5 Tampak Samping Ambang Lebar
Ditanya :
cd =.....?
Rumus :
3
Q0
,38
4d
c b2gH2
Q
d Standar
c
Q
Am
bangL eba
r
Dijawab :
1) Percobaan 1
Q1 = 0,384 x cd1 x b x √2 x g x H13/2
3 x 10-5 = 0,384 x cd1 x 0,20 x 4,429 x 0 3/2
3 x 10-5 = 0,384 x cd1 x 0,20 x 4,429 x 0
3 x 10-5 = cd1 x 0
cd1 = 3 x 10-5 / 0
cd1 = 0
2) Percobaan 2
Q2 = 0,384 x cd2 x b x √2 x g x H2 3/2
7,21 x 10-5 = 0,384 x cd2 x 0,20 x 4,429 x 0,004 3/2
7,21 x 10-5 = 0,384 x cd2 x 0,20 x 4,429 x 25,3 x 10-5
7,21 x 10-5 = cd2 x 8,606 x 10-5
cd2 = 7,21 x 10-5 / 8,606 x 10-5
cd2 = 0,837
3) Percobaan 3
Q3 = 0,384 x cd3 x b x √2 x g x H3 3/2
13,1 x 10-5 = 0,384 x cd3 x 0,20 x 4,429 x 0,007 3/2
13,1 x 10-5 = 0,384 x cd3 x 0,20 x 4,429 x 58,57 x 10-5
13,1 x 10-5 = cd3 x 19,92 x 10-5
cd3 = 13,1 x 10-5 / 19,92 x 10-5
cd3 = 0, 657
4) Percobaan 4
Q4 = 0,384 x cd4 x b x √2 x g x H4 3/2
20,9 x 10-5 = 0,384 x cd4 x 0,20 x 4,429 x 0,008 3/2
20,9 x 10-5 = 0,384 x cd4 x 0,20 x 4,429 x 71,55 x 10-5
20,9 x 10-5 = cd4 x 24,34 x 10-5
cd4 = 20,9 x 10-5 / 24,34 x 10-5
cd4 = 0,858
-5 -5
1 0,001 9,81 2,362 x 10 x cd1 3 x 10 1,270 1,272
-5 -5
2 0,013 9,81 4,521 x 10 x cd2 7,21 x 10 1,594
-5 -5
3 0,02 9,81 13,28 x 10 x cd3 13,1 x 10 0,986
-5 -5
4 0,022 9,81 16,850 x 10 x cd4 20,9 x 10 1,240
-5 -5
1 0,002 0,125 1 9,81 2,821 x 10 x cd1 3 x 10 1,063 0,654
-5 -5
2 0,005 0,125 1 9,81 11,744 x 10 x cd2 7,21 x 10 0,613
-5 -5
3 0,009 0,125 1 9,81 28,361 x 10 x cd3 13,1 x 10 0,461
-5 -5
4 0,012 0,125 1 9,81 43,665 x 10 x cd4 20,9 x 10 0,479
-5
1 0 0,20 9,81 0 x cd1 3 x 10 0 0,588
-5 -5
2 0,004 0,20 9,81 8,606 x 10 x cd2 7,21 x 10 0,837
-5 -5
3 0,007 0,20 9,81 19,92 x 10 x cd3 13,1 x 10 0,657
-5 -5
4 0,008 0,20 9,81 24,34 x 10 x cd4 20,9 x 10 0,858
1.2 1.06
0.99
1 0.84 0.86
0.8 0.61 0.66
0.6 0.46 0.48
0.4
0.2
0
0
0 5 10 15 20 25
Q Standar ( x 10-5 m3/dt )
0.02 0.01
H (meter)
0.01
0.01 0.01
0.01
0.01
0.01
0.01 0
0
0
0
0
0 5 10 15 20 25
0.02 0.01
H (m)
0.01
0.01
0
0
1.27 1.59 0.99 1.24
Cd (Koefisien Ambang)
Ambang Thompson
0.01 0.01
00
0
0
1.06 0.61 0.46 0.48
Cd (Koefisien Ambang)
Ambang Persegi
0 Lebar
0
0
00
0
0 0.84 0.66 0.86
Cd (Koefisien Ambang)
Ambang Lebar
3.9 Dokumentasi
Gambar 3.6 Dokumentasi Pengukuran Tinggi Ambang
4.1.2 Saran
a. Dengan semakin bertambahnya usia peralatan maka perlu adanya kalibrasi
ulang agar alat yang dipakai untuk percobaan hasilnya lebih valid.
b. Faktor manusia yang melaksanakan percobaan juga akan dipengaruhi oleh
ketelitian pembacaan pada manometer.
c. Pengukuran debit air yang dilakukan secara manual akan banyak kesalahan
yang ada, terutama dalam melakukan penampungan dan start awal
penekanan stopwatch, untuk itu baik dipasang peralatan yang elektik
hasilnya akan lebih valid.
d. Dalam pelaksanaan praktik hendaknya dilakukan secara terorganisir.
4.2.2 Saran
a. Alat ukur yang digunakan masih berupa manual yaitu dengan menggunakan
rol meter maka ketepatan ukuran yang ada akan dipengaruhi oleh
penglihatan orang yang mengukur dan posisi alat ukur yang kurang tepat
juga akan berpengaruh terhadap data yang diperoleh.
b. Alat pengukur kecepatan dengan menggunakan takaran juga dipengaruhi
dari start awal mengambil air dengan menekan tombol start pada stopwacth,
untuk lebih baik dipakai alat ukur elektik serta takaran diganti dengan gelas
ukur sehingga hasil yang diperoleh akan lebih baik.