Disusun Oleh:
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2022
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PT. UNILAB PERDANA SURABAYA
20 Desember 2022
penyusun
i
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
Tabel 19. Data hasil pengujian parameter SO2 udara ambien....46
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. Tujuan PKL
Tujuan umum PKL adalah untuk melatih
mahasiswa memperluas wawasan siswa akan
memungkinkan mereka untuk mengetahui, memahami, dan
mengembangkan penerapan teori ilmiah ke dalam aplikasi
praktis di tempat kerja, memungkinkan mereka untuk
menyerap dan membentuk asosiasi dengan tempat kerja
secara keseluruhan. Sedangkan tujuan khususnya adalah:
Untuk memenuhi satuan kredit semester (sks) yang harus
ditempuh sebagai persyaratan akademis di jurusan S-1
Kimia FMIPA UNESA.
Mempelajari lebih lanjut tentang topik yang paling
diminati peserta, seperti teknik pengujian dan kalibrasi
sampel air dan tanah pada PT. Unilab Perdana Surabaya
Memperluas wawasan siswa akan memungkinkan
mereka untuk mengetahui, memahami, dan
mengembangkan penerapan teori ilmiah ke dalam
aplikasi praktis di tempat kerja, memungkinkan mereka
untuk menyerap dan membentuk asosiasi dengan tempat
kerja secara keseluruhan.
Pengembangan interaksi yang kooperatif dan terfokus
antara pendidikan tinggi dan tempat kerja, yang akan
berfungsi sebagai pengguna dari outputnya.
Menciptakan kemungkinan bagi pengguna dari dunia
kerja, dalam hal ini perguruan tinggi, untuk mengamati
secara langsung bakat mahasiswa yang sebenarnya
sebagai calon pemberi kerja, dimana hal ini diharapkan
menjadi bagian dari proses perekrutan.
Mengenali, meneliti, dan memahami bagaimana bidang
minat diterapkan untuk melakukan analisis masalah.
2
C. Manfaat PKL
Berikut manfaat yang dapat diperoleh dengan
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan :
a. Bagi Instansi
- Membantu menyelesaikan tugas dan pekerjaan
sehari-hari di instasi tempat magang
- Sebagai salah satu sarana penghubung antara
pihak instansi perusahaan dengan Jurusan
Kimia, Universitas Negeri Surabaya
c. Bagi Mahasiswa
3
- Untuk mengaplikasikan pengetahuan teoritis
yang diperoleh dibangku perkuliahan dengan
kondisi yang sebenarnya di lapangan
- Dapat menguji kemampuan pribadi dalam
berkreasi pada ilmu yang dimiliki serta dalam
tata cara hubungan dengan masyarakat di
lingkungan kerja
- Dapat mempersiapkan langkah-langkah yang
diperlukan untuk menyesuaikan diri dalam
dunia kerja di masa yang akan dating
- Sebagai sarana untuk memperoleh pengalaman
kerja guna meningkatkan kemampuan diri
- Untuk menciptakan pola pikir yang lebih maju
dalam menghadapi berbagai permasalahan
4
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN PKL
5
Gambar 1. Kantor Cabang Unilab Perdana Surabaya
6
Kendangsari, Kec.
Tenggilis Mejoyo, Kota
SBY, Jawa Timur 60292
(RUKO SEACTION ONE/
B3)
D Telepon : (031) 8415839
E Website : https://unilabperdana.id/
7
4. Struktur Organisasi PT Unilab Perdana Surabaya
Air Sungai
8
Salinitas SM APHA 23rd Ed., 2520
B,2017
Derajat Keasaman SNI 6989.11:2019
(pH)
Amonia (NH3-N) SNI 06-6989.30-2005
Nitrat (NO3-N) UP-SBY.IK.10.02.54
(Spektofotometri)
Nitrit (NO2-N) UP-SBY.IK.10.02.55
(Spektofotometri)
Kebutuhan Oksigen SNI 6989.2:2019
Kimiawi (COD)
Orthofosfat (PO4-P) SNI 06-6989.31-2005
Residu Klorin (Cl2) UP-SBY.IK.10.02.47
(Spektrofotometri)
Air Limbah
9
Orthofosfat (PO4-P) SNI 06-6989.31-2005
Residu Klorin (Cl2) UP-SBY.IK.10.02.47
(Spektrofotometri)
Air Minum
Kebisingan
Lingkungan Kerja
13
Temperatur UP-SBY.IK.10.04.01
(Elektrokimia)
Karbon Monoksida UP-SBY.IK.10.04.01
(CO), Sulfur (Elektrokimia)
Dioksida (SO₂ ),
Oksigen (O₂ ),
Karbon Dioksida
(CO₂ ), Nitrogen
Oksida (Nitogen
Monoksida (NO);
Nitrogen Dioksida
(NO2); Oksida
Nitrogen (NOx))
Tabel 9. Parameter Udara Emisi Sumber Tidak
Bergerak lanjutan
15
warna larutan berubah menjadi warna biru.
Selanjutnya dititrasi kembali dengan larutan tiosulfat
0,01 N sampai warna biru hilang. Hilangnya warna
setelah penambahan indikator dan dititrasi kembali
adalah tanda tercapainya titik akhir. Lakukan
pengujian berulang terhadap blanko dimana larutan
induk diganti menggunakan aquades. Penentuan
konsentrasi SO2 dalam larutan induk Na2S2O5 dapat
dilakukan dengan perhitungan berikut :
( )
C=
16
Detection). Disiapkan pula blanko menggunakan
aquades yang merupakan pelarut. Disiapkan labu
ukur 25 mL sesuai rencana pengujian. Setelah itu
seluruh blanko maupun deret ditambahkan 1 mL
larutan asam sulfamat, 2 mL larutan formaldehida,
serta 5 mL larutan pararosanilin secara berturut-turut.
Setelah itu larutan ditunggu selama 30 menit. Setelah
menunggu, dilakukan peneraan menggunakan
aquades hingga tanda batas dan dihomogenkan.
Setelah itu diukur pada spektrofotometri UV-Vis pada
panjang gelombang 550 nm. Setelah diketahui
absorbansinya, diolah menggunakan excel hingga
sedemikian rupa membentuk kurva kalibrasi SO 2.
17
Setelah mendapatkan larutan induk NH3 1000
g, diencerkan menjadi larutan standar hingga
konsentasi menjadi 10 g. Prosedurnya ialah dengan
memipet 1 mL larutan induk 1000 g ke dalam labu
ukur 100 mL. Kemudian ditera dengan penjerap NH 3
hingga tanda batas dan dihomogenkan. Maka
didapatkan larutan standar dengan konsentrasi 10 g.
Larutan standar 10 g harus selalu dibuat saat akan
melakukan pengujian. Setiap 1 mL larutan sebanding
dengan 10 g NH3.
18
3. Pembuatan Kurva Kalibrasi Parameter H2S Udara
Ambien Sesuai RSNI 7119.11.2007
Sesuai metode yang terdapat pada RSNI
7119.11.2007 maka menyiapkan seluruh alat dan
bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan deret.
Sebelum melakukan pembuatan deret, larutan induk
H2S harus dibuat terlebih dahulu. Kemudian
dilakukan prosedur hingga terbuat larutan standar
H2S serta larutan kerja H2S.
Untuk membuat larutan induk H2S yaitu
melarutkan 3,077 g Na2S.9H2O dalam labu ukur 100
mL menggunakan aquades. Tambahkan aquades
hingga tanda batas kemudian dihomogenkan.
Kemudian larutan standar dapat dibuat apabila sudah
terdapat hasil standarisasi yang memiliki volume
tersebut.
Untuk mendapatkan volume induk yang
dipipet, ma langkah yang harus dilakukan adalah
mencari faktor f dan penentuan konsentrasi H2S pada
larutan induk. Faktor f dapat ditentukan dengan
melarutkan 0,89 kalium iodat yang telah dioven pada
suhu 120 selama 2 jam dengan aquades ke labu ukur
250 mL. Kemudian ditera hingga tanda batas dan
dihomogenkan. Kemudian didapatkan larutan KIO3
0,1 N. Kemudian larutan tersebut dipipet sebanyak 25
mL ke dalam labu erlenmeyer. Ditambahkan aquades
hingga volume 100 mL. Kemudian ditambahkan 2 g
KI dan 5 mL H2SO4 (1:5). Titrasi larutan KIO3 tersebut
menggunakan larutan natrium tiosulfat hingga
berwarna kuning muda. Selanjutnya ditambahkan 5
mL indikator kanji yang membuat larutan menjadi
berwarna biru. Setelah itu tirasi kembali dengan
19
natrium tiosulfat. Hilangnya warna setelah
penambahan indikator dan dititrasi kembali adalah
tanda tercapainya titik akhir. Perhitungan faktor f
dapat dinyatakan dalam rumus berikut :
F=aX X X
Dimana a merupakan jumlah KIO3 yang
ditimbang (g), b merupakan kemurnian KIO3 (%), x
adalah volume natrium tiosulfat hasil titrasi (mL),
angka 0,003567 adalah jumlah KIO3 yang sebanding
dengan 1 mL natrium tiosulfat 0,1 N (g).
Selanjutnya dilakukan penentuan volume
larutan induk H2S dengan cara memipet 10 mL
larutan induk H2S ke labu erlenmeyer 100 mL.
Kemudian tambakan 25 mL larutan iodin, 1 mL asam
klorida pekat pada dinding erlenmeyer. Diamkan
selama 10 menit dalam ruang gelap. Kemudian tirasi
menggunakan natrium tiosulfat sampai warna kuning
muda. Selanjutnya ditambahkan 5 mL indikator kanji
yang membuat larutan menjadi berwarna biru. Setelah
itu tirasi kembali dengan natrium tiosulfat. Hilangnya
warna setelah penambahan indikator dan dititrasi
kembali adalah tanda tercapainya titik akhir. Blanko
menggunakan prosedur yang sama dengan larutan
induk yang diganti dengan 10 mL aquades.
Perhitungan volume volume larutan induk untuk
membuat larutan standar adalah sebagai berikut :
V=( )
Dimana V merupakan volume larutan induk
yang harus dipipet (mL), VB adalah volume hasil
titrasi blanko (mL), Vs adalah volume hasil titrasi
induk (mL), f merupakan faktor natrium tiosulfat 0,1
20
N, serta angka 89,3 merupakan angka faktor
berdasarkan JIS K0108.
Setelah mendapatkan volume larutan induk
yang dipipet untuk membuat larutan standar selesai,
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Kemudian
tera menggunakan aquades dan dihomogenkan.
Setelah mendapatkan larutan standar H2S, dilakukan
pembuatan larutan kerja dengan cara memipet 0,5 mL
larutan standar H2S ke dalam labu 100 mL. Kemudian
ditera dengan larutan penjerap dan dihomogenkan.
Maka didapatkan larutan kerja H2S dengan
konsentrasi 0,5 L H2S/mL.
Untuk membuat kurva kalibrasi diperlukan
deret larutan kerja H2S, pertama-tama disiapkan 6
buah labu ukur 25 mL dan dipipet secara berturut-
turut larutan kerja H2S sebanyak 0 mL, 5 mL, 10 mL,
15 mL, dan 20 mL. Selanjutnya ditambahkan pereaksi
yaitu 1,5 mL larutan p-aminodimentilfanilin
dihidroklorida, 1 tetes FeCl3. Selanjutnya ditera
menggunakan aquades hingga tanda batas,
dihomogenkan, dan ditunggu selama 30 menit.
Setelah itu diukur menggunakan spektrofotometer
UV-Vis pada panjang gelmbang 670 mL. Maka
didapatkan deret standar yang kemudian datanya
diolah menggunakan excel hingga mendapatkan
kurva kalibrasi standar.
24
Gambar 4. Ulir yang berisi sampel udara
27
dengan kurva kalibrasi sandar yang telah dibuat atau
belum. Untuk itu hanya dilakukan pengujian 1 titik
saja pada kurva kalibrasi. Kemudian jika berulang kali
hasil standar tengah tidak masuk maka yang harus
dianalisa larutan standarnya yang memungkinkan
untuk konsentrasinya turun atau terkontaminasi.
Untuk pengujian standar tengah dikerjakan secara
duplo serta penyiapan blanko dengan menggunakan
10 mL aquades.
Untuk persiapan preaparasi sampel disiapkan
labu ukur atau nessler sebanyak jumlah contoh uji
yang tersedia. Tambahkan pereaksi yaitu 1,5 mL
larutan p-aminodimetilanilin dihidroklorida dan 1
tetes FeCl3.
Untuk membuat larutan p-aminodimetilanilin
dihidroklorida yaitu dengan memasukkan 50 mL
H2SO4 pekat (97-98%) ke dalam gelas piala 100 mL
yang telah berisi aquades 30 mL. Kemudian
tambahkan 12 g N, N-dimetil-p-fenildiamin
dihidroklorida dan homogenkan. Selanjutnya pipet
larutan tersebut ke dalam labu 1000 mL dan tera
menggunakan larutan H2SO4 50% dan homogenkan.
Untuk membuat larutan FeCl3 yaitu
melarutkan 100 g FeCl3.8H2O ke dalam 30 mL aquades
dan ditambahkan 9 mL HCl pekat dalam gelas piala
100 mL. Kemudian ditambahkan aquades hingga 100
mL dan dihomogenkan.
Setelah penambahakan pereaksi, diukur
konsentrasi sampel menggunakan spektrofotometer
UV-Vis pada kurva yang telah input ke dalam
instrumen sehingga didapatkan konsentrasi sesuai
28
dengan persamaan regresi dari kurva kalibrasi
standar.
29
(Hg(CNS)2) dalam labu ukur 100 mL menggunakn metanol
hingga tanda batas lalu dihomogenkan.
30
larutan alizarin, 5 mL penyangga, dan 1 mL larutan
lantanum nitrat.
31
Blanko Sampel 0,000 (zero)
Nilai Sampel 1 X
Nilai Sampel 2 X
Nilai Sampel 3 X
Nilai Sampel 4 X
Nilai Sampel 5 X
32
C. Hasil Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
Dalam pelaksanaan praktik kerja lapangan, setelah
mendapatkan data yang telah dibahas sebelumnya. Data dan
pembahasan dapat dijabarkan sebagai berikut :
33
Gambar 5. Kurva kalibrasi standar SO2 udara ambien
34
2. Pembuatan Kurva Kalibrasi Parameter NH3 Udara
Lingkungan Kerja Sesuai SNI 19-7119.1-2005
Setelah dilakukan pembuatan deret standar
NH3, maka diperoleh data sebagai berikut dengan
mempertimbangkan LoQ, maka beberapa volume
induk yang diperlukan adalah 0,00 hingga 4,30 yang
memiliki selisish yang proporsional. Berikut ini
merupakan data deret standar yang telah diuji :
35
sebesar 20,209 dengan nilai regresi 0,9989 yang nanti
nya sebagai mengendalikan data hasil pengujian
sampel sehingga dapat menjamin kehandalan dan
keabsahan data yang dilaporkan dan menjaga
konsistensi hasil pengujian secara statistik sepanjang
waktu. Dan untuk persyaratan masuk nilai standart
pada uji sampel yaitu 90%-110% dari nilai standart
kurva kalibrasi.
36
Tabel 13. Data deret parameter NH3 udara lingkungan
kerja
37
Pembuatan kurva standar dilakukan setiap
satu bulan sekali untuk menjamin nilai tetap konsisten
sehingga preparasi mulai dari larutan induk hingga
larutan standar dilakukan setiap bulan. Apabila
berulang kali standar tengah tidak masuk dengan
kurva standar maka standar tersebut kemungkinan
sudah rusak sehingga harus mengganti dengan
larutan standar yang baru disertai dengan kurva
kalibrasi standar.
38
Gambar 8. Kurva kalibrasi standar HCl udara emisi
39
5. Pembuatan Kurva Kalibrasi Parameter HF Udara
Emisi Tidak Bergerak (Cerobong) Sesuai SNI 19-
7119.9-2005
Setelah dilakukan pembuatan deret standar
HF, maka diperoleh data sebagai berikut dengan
mempertimbangkan LoQ, maka beberapa volume
induk yang diperlukan adalah 0,00 hingga 15,00 yang
memiliki selisish yang proporsional. Berikut ini
merupakan data deret standar yang telah diuji :
40
keabsahan data yang dilaporkan dan menjaga
konsistensi hasil pengujian secara statistik sepanjang
waktu. Dan untuk persyaratan masuk nilai standart
pada uji sampel yaitu 95%-102% dari nilai standart
kurva kalibrasi.
42
Senyawa pararosanilin metil sulfonat
merupakan larutan berwarna ungu sehingga dapat
dikur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada
daerah visible dengan panjang gelombang 550 nm.
Senyawa kompleks berwarna ungu dapat terbentuk
karena adanya transisi elektromagnetik dari senyawa
sulfur dioksida akibat pengaruh tertentu (Maniur,
2012).
43
Pada preparasi sampel ini range nilai standart
sebesar 19,889, sehingga dapat dinyatakan nilai sudah
sesuai kurva kalibrasi standar. Lalu setelah itu, nilai
sampel maka di tulis dilembar data analisis lalu
diserahkan ke analis perusahan untuk diteliti kembali.
45
9. Analisis Parameter HCl Sampel Udara Emisi
Untuk menganalisis sampel, preparasi larutan
standar sudah dilakukan setelah itu baru menganalisa
sampel sehingga terdapat pengecekan cara pemipetan
serta kendali mutu yang digunakan sudah sesuai.
Berikut ini merupakan data hasil pengujian sampel
HCl :
47
ungu dan diukur serapannya pada panjang
gelombang 620 nm menggunakan spektrofotometer.
48
1. Hambatan
Dalam melakukan praktik kerja lapangan
terkadang terjadi beberapa hambatan-hambatan
yang mungkin dapat mempengaruhi hasil
analisa. Maka dari itu diperlukan pengecekan
terhadap suatu blanko atau standar sebelum
diperlakukan pada sampel. Beberapa hambatan
yang sempat ditemui ketika melakukan analisa
adalah :
49
menghubungi operator yang melayani
penggantian lampu.
Nilai konsentrasi sampel melebihi kurva
standar. Kurva kalibrasi standar merupakan
salah satu cara agar analis mengetahui apakah
pengujian yang dilakukan sudah benar atau
belum karena pengujian tersebut sudah sesuai
dengan SNI yang digunakan. Kurva tersebut
hanya memiliki rentang LoQ sebesar
demikian.
2. Solusi
Ketika terjadi hambatan, analis lebih baik
apabila dapat mengatasi hal tersebut. maka dari
itu dibutuhkan koordinasi antar analis maupun
pihak lainnya yang berhubungan dengan
laboratorium supaya hambatan tersebut dapat
terselesaikan. Beberapa solusi atas hambatan
yang telah disebutkan sebelumnya adalah
sebagai berikut :
50
maka dapat diuji coba pada standar terlebih
dahulu
Setiap laboratorium umumnya melakukan uji
kinerja pada setiap alat maupun instrumen
yang digunakan untuk analisis. Maka dari itu
saat melakukan uji kinerja, prosedur yang
dilakukan harus sesuai karena akan
mempengaruhi proses untuk mengetahui
suatu instrumen masih berjalan dengan baik
atau terdapat suatu kerusakan.
Konsentrasi sampel yang melibihi kurva
kalibrasi standar dapat dilakukan
pengenceran. Umumnya hal ini, terjadi pada
sampel yang memiliki volume contoh uji besar
seperti sampel udara formaldehid. Apabila
diencerkan nilai konsentrasi sudah masuk ke
dalam kurva kalibrasi standar, maka data
sampel sudah dapat digunakan untuk
diproses dalam bentuk lembar data analisis.
51
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Praktik kerja lapangan yang dilaksankan di PT.
Unilab Perdana cabang Surabaya meupkan pengalaman
berharga bagi kami karena selain mendapatkan kesempatan
untuk melakukan kegiatan di laboratorium tetapi juga
mendapatkan ilmu mengenai parameter NH3, SO2, HF, HCl,
dan H2S pada sampel udara baik udara ambien, udara
lingkungan kerja, atau udara emisi.
A. Saran
Untuk kedepannya diharapkan mahasiswa dapat
lebih baik lagi dalam membantu instansi perusahaan
sehingga Universitas Negeri Surabaya memiliki pandangan
positif dari instansi lain
52
DAFTAR PUSTAKA
RSNI3 7119.11.2007
SNI 19-7117.8-2005
SNI 7119-7-2017
SNI 19-7117.9-2005
SNI 19-7119.1-2005
53