Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI

DI PT UNILAB PERDANA – JAKARTA SELATAN

oleh
Haifa Alliya Faisal
NIS 12.58.07291

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri
Sekolah Menengah Kejuruan SMAK
Bogor
2016

i
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
DI PT UNILAB PERDANA CIPULIR-JAKARTA SELATAN

Laporan Praktik Kerja Industri sebagai Syarat Mengikuti Ujian Lisan

Semester Genap Tahun Ajaran 2015/2016

oleh
Haifa Alliya Faisal

12.58.07291

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri
Sekolah Menengah Kejuruan – SMAK
Bogor
2016

ii
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN)
DI LABORATORIUM UDARA − PT UNILAB PERDANA

“SAMPLING DAN ANALISIS KADAR SO2 METODE PARAROSANILIN


DALAM UDARA AMBIEN DAN UDARA LINGKUNGAN KERJA”

Sebagai Syarat untuk Mengikuti Ujian Akhir Sekolah Menengah Kejuruan-


SMAK Bogor Tahun Ajaran 2015/2016

oleh
Haifa Alliya Faisal
NIS 12.58.07291

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri
Sekolah Menengah Kejuruan - SMAK
Bogor
2016

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat melaksanakan kegiatan Prakerin (Praktik
Kerja Industri) di PT Unilab Perdana maupun menyusun laporan Prakerin dengan
judul “Sampling dan Analisis Gas SO2 dalam Udara Ambien dan Udara
Lingkungan Kerja Metode Pararosanilin secara spektrofotometri”. Analisis
pemeriksaan kadar SO2 mengacu pada standar nasional yaitu yaitu SNI 7119.7-
2005.
Laporan Prakerin ini dimaksudkan sebagai latihan penyusunan laporan,
dan juga sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian akhir di SMK SMAK
Bogor.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis baik berupa moril maupun materil. Untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dra. Hj. Hadiati Agustine sebagai Kepala Sekolah Menengah Kejuruan SMAK
Bogor.
2. Ibu Amilia Sari Ghani selaku Waka Bidang Hubungan Kerja Industri.
3. Ibu Diah Andianingsari. selaku pembimbing institusi PT Unilab Perdana atas
bimbingan dan saran yang diberikan kepada penulis.
4. Ibu Riyanti, ST. selaku pembimbing institusi PT Unilab Perdana atas
bimbingan dan saran yang diberikan kepada penulis.
5. Ibu Nurul Hasanah S.Si. selaku pembimbing penulis di Sekolah Menengah
Kejuruan SMAK Bogor atas semua ilmu pengetahuan dan semua saran yang
diberikan kepada penulis.
6. Mamah, Aba, Nenek, Ajib, Yaya dan Haura atas segala pengorbanan dan
bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
7. Bapak dan Ibu guru serta staf pegawai Sekolah Menengah Kejuruan SMAK
Bogor dan PT Unilab Perdana.
8. Kak Faizal, kak Ihkwan, kak Mutia, kak Mutya, kak Nadia, kak Titi, kak Yuniar,
kak Priadi, kak Via, kak Milzam, kak Cici, kak Reda, dan Kakak-kakak lab air
dan lab mikrobiologi yang telah memberikan bimbingan ilmu kepada penulis
selama melakukan kegiatan prakerin.

iv
9. Agung Hanif, selaku teman prakerin yang telah membantu dan memberikan
ilmu selama kegiatan prakerin. Nida, Savira dan seluruh teman-teman
seperjuangan angkatan 58 “Chepatrov Zenova” atas semua kebersamaanya
dan semangatnya.
10. Serta seluruh pihak yang telah membantu dengan ikhlas hingga
terselesaikannya laporan ini.
Penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca
umumnya dan siswa-siswi SMK SMAK Bogor.

Jakarta, Februari 2016 Penulis,

v
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................i


DAFTAR ISI ............................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Maksud dan Tujuan Praktik Kerja Industri .............................. 1
B. Status Praktik Kerja Industri ................................................... 2
C. Materi Praktik Kerja Industri ................................................... 2
D. Tujuan Penyusunan Laporan Praktik Kerja Industri ............... 2
E. Pelaksanaan .......................................................................... 3
BAB II INSTITUSI TEMPAT PRAKERIN.................................................... 4
A. Tinjauan Umum Perusahaan.................................................. 4
B. Visi dan Misi ........................................................................... 4
C. Kepegawaian ......................................................................... 5
D. Jasa Yang Ditawarkan ........................................................... 5
E. Disiplin Kerja .......................................................................... 6
F. Administrasi Laboratorium Udara ........................................... 7
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 8
A. Latar Belakang Pemilihan Judul Laporan ............................... 8
B. Kegiatan Prakerin ................................................................... 8
C. Tinjauan Pustaka ................................................................... 9
BAB IV METODE ANALISIS .................................................................... 20
A. Kadar SO2 dalam Udara Lingkungan Kerja dan Udara Ambien
..............................................................................................20
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 24
A. Larutan penyerap ................................................................. 24
B. Melakukan Analisis .............................................................. 24
C. Hasil Analisis ........................................................................ 25
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 29
A. Kesimpulan .......................................................................... 29
B. Saran............................................. ....................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 30
LAMPIRAN .............................................................................................. 31

vi
A. SOP Spektrofotometer Hach DR 2800 ................................. 31
B. Perhitungan Volume Udara .................................................. 32
C. Perhitungan Konsentrasi Contoh Uji di Udara Ambien ......... 33
D. Formulir Kurva Kalibrasi Belerang Dioksida Ambien ............ 34
E. Pembuatan Larutan Induk SO2 ............................................ 35
F. Standarisasi Larutan Natrium Tio Sulfat 0,01N .................... 35
G. Penentuan Konsentrasi SO2 dalam larutan induk Na2SO3 ... 36
H. Pembuatan Larutan Standar SO2 ......................................... 37
I. Pembuatan Deret Standar.................................................... 38
J. Pembuatan Pereaksi ............................................................ 39

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pengaruh SO2 Terhadap Manusia ....................................................... 16


Tabel 2. Pembuatan Larutan Induk SO2............................................................. 35
Tabel 3. Standarisasi Larutan Natrium Tio Sulfat 0,01N..................................... 35
Tabel 4. Penentuan Konsentrasi SO2 dalam larutan induk Na2SO3.................... 36
Tabel 5. Pembuatan Larutan Standar SO2 ......................................................... 37
Tabel 6. Pembuatan Deret Standar H2S ............................................................ 38

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. PT. Unilab Perdana ............................................................................ 4


Gambar 2. Air Sampler Impinger ....................................................................... 10
Gambar 3. Prinsip Kerja Air Sampler Impinger .................................................. 11
Gambar 4. Struktur Sulfur Dioksida ................................................................... 14
Gambar 5. Spektrofotometer Hach DR 2800 ..................................................... 16
Gambar 6. Prinsip Kerja Spektrofotometer......................................................... 18
Gambar 7. Grafik Konsentrasi Hasil Pemantauan SO2 di udara Ambien ........... 25
Gambar 8. Grafik konsentrasi SO2 Hasil Pemantauan di ULK ........................... 27

ix
BAB I PENDAHULUAN

A. Maksud dan Tujuan Praktik Kerja Industri

Praktik Kerja Industri (Prakerin) ini adalah program kurikulum wajib


pendidikan akhir di Sekolah Menengah Kejuruan – SMAK Bogor untuk
siswa/i kelas XIII. Prakerin bertujuan untuk mengembangkan kualitas
pendidikan tenaga analis kimia yang siap pakai. Sejalan dengan
meningkatnya pembangunan di sektor industri maka Sekolah Menengah
Kejuruan – SMAK Bogor diharuskan mampu menghadapi tuntutan dan
tantangan untuk masuk kedalam dunia industri. Mengingat tuntutan dan
tantangan masyarakat industri di tahun-tahun mendatang akan semakin
meningkat yang bersifat padat pengetahuan dan keterampilan, maka
pengembangan pendidikan menengah kejuruan khususnya rumpun kimia
analisis harus difokuskan kepada kualitas lulusan. Berdasarkan dengan hal
tersebut, maka pola pengembangan yang digunakan dalam pembinaan
sistem pendidikan menjadi sangat penting.
Tujuan prakerin meliputi:
1. Meningkatkan kemampuan dan memantapkan keterampilan siswa/i
sebagai bekal kerja yang sesuai dengan program keahlian analis kimia.
2. Menumbuhkembangkan kemampuan dan memantapkan sikap
profesional siswa/i dalam rangka memasuki dunia kerja.
3. Meningkatkan wawasan siswa/i pada aspek-aspek yang potensial dalam
dunia kerja, diantaranya struktur organisasi, disiplin, lingkungan, dan
sistem kerja.
4. Meningkatkan pengetahuan dan siswa/i dalam hal penggunaan
instrumen kimia analisis yang lebih modern dibanding dengan fasilitas
yang tersedia di SMK – SMAK Bogor.
5. Memperoleh masukan-masukan dan umpan balik guna memperbaiki
dan mengembangkan pendidikan di SMK – SMAK Bogor.
6. Memperkenalkan fungsi dan tugas seorang analis kimia kepada
lembaga-lembaga penelitian dan perusahaan industri di tempat
pelaksanaan Prakerin (sebagai konsumen tenaga analis kimia).

1
2

B. Status Praktik Kerja Industri

Praktik Kerja Industri merupakan kegiatan intrakurikuler yang wajib


diikuti oleh seluruh siswa kelas XIII sesuai dengan struktur program
kurikulum yang berlaku di SMK – SMAK Bogor.

C. Materi Praktik Kerja Industri

Salah satu misi SMK – SMAK Bogor adalah menghasilkan sumber


daya manusia dalam bidang kimia analisis tingkat menegah yang terampil
dan produktif. Materi yang diberikan meliputi:
1. Struktur organisasi, fungsi organisasi, disiplin kerja, dan administrasi
(terutama administrasi laboratorium) institusi dimana siswa
melaksanakan prakerin.
2. Pengetahuan tentang komoditi yang dianalisis, baik secara teoritis
maupun praktis.
3. Pengetahuan tentang metoda analisis kimia yang dilaksanakan secara
teoritis maupun praktis.
4. Pengetahuan tentang instrumen analisis kimia yang digunakan secara
teoritis maupun praktis.
5. Pengetahuan tentang proses pelaksanaan pengendalian mutu.

Materi yang diberikan dititikberatkan pada latihan analisis kimia yang


merupakan pekerjaan sehari-hari, dan bukan penelitian seperti halnya pada
program diploma atau sarjana. Perlu disampaikan bahwa sebelum
melaksanakan Prakerin siswa/i SMK – SMAK Bogor telah melakukan praktik
analisis dasar gravimetri, titrimetri, analisis instrumental meliputi
Spektrofotometer UV-Visible dan Infrared, Flamefotometer, AAS (Atomic
Absorption Spectroscopy), Konduktometer, pH-meter, Khromatografi Gas,
HPLC (High Performance Liquid Chromatography) dan jenis analisis
konvensional lainnya.

D. Tujuan Penyusunan Laporan Praktik Kerja Industri

Selama melaksanakan prakerin siswa/i mencatat segala kegiatan


praktiknya, kemudian mengumpulkannya dalam bentuk laporan. Laporan
tersebut disahkan oleh pembimbing dan diketahui oleh kepala sekolah
sebagai syarat dapat mengikuti ujian lisan. Laporan ini merupakan dokumen
3

pertanggungjawaban yang diemban selama melaksanakan tugas. Tujuan


penyusunan laporan prakerin ini dimaksudkan agar siswa/i dapat:
1. Memantapkan siswa/i dalam pengembangan dan penerapan pelajaran
dari sekolah di institusi tempat prakerin.
2. Mampu membuat suatu laporan prakerin dengan baik dan benar.
3. Menambah perbendaharaan perpustakaan sekolah sehingga dapat
menunjang peningkatan pengetahuan bagi siswa/i juga peminat lain.
4. Laporan kerja yang dibuat dapat dipertanggungjawabkan.

E. Pelaksanaan

Praktik kerja Industri ini dimulai pada tanggal 5 Januari 2016 hingga
29 Februari 2016, bertempat di Laboratorium Lingkungan Hidup PT Unilab
Perdana Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Ruang lingkup prakerin
dikhususkan pada laboratorium udara.
BAB II INSTITUSI TEMPAT PRAKERIN

A. Tinjauan Umum Perusahaan

PT UNILAB PERDANA didirikan pada tanggal 30 Oktober 1990,


merupakan laboratorium swasta pertama yang memberikan jasa layanan
bidang lingkungan hidup. Pada tanggal 21 Januari 2004 mendapat sertifikat
sebagai Laboratorium Penguji dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) No.LP-
195-IDN.

Gambar 1. PT. Unilab Perdana

Pada tanggal 22 Desember 2009 mendapat Sertifikat Kompetensi


Laboratorium Lingkungan dari Kementrian Lingkungan Hidup
No.001/LPJ/labling-1/LRK/KL. Pada tahun 2013 perusahaan
mengembangkan kegiatannya, dengan membuka jasa laboratorium
Kalibrasi.
Pada Tahun 2016 Laboratorium kalibrasi telah mendapat sertifikat
akreditasi dengan 4 ruang lingkup akreditasi. Pada tahun yang sama
Laboratorium Lingkungan Hidup PT Unilab Perdana juga mengembangkan
kemampuan teknisnya dengan menambah jumlah parameter uji yang
terakreditasi menjadi 201 parameter. Perusahaan juga meningkatkan
kemampuan sumberdaya dengan melengkapi berbagai peralatan uji maupun
peralatan untuk sampling seperti AAS, ICPE 9000, GCMS, Apex Isokinetik,
Minivol PM 10:2,5:1, dll.

B. Visi dan Misi


1. Visi
Menjadi laboratorium lingkungan hidup yang handal, terpercaya, dan
mitra usaha yang tepat dalam menjaga dan melestarikan lingkungan.

4
5

2. Misi
a. Memberikan jasa layanan pengujian laboratorium dalam bidang
lingkungan hidup yang berorientasi pada kepuasan pelanggan.
b. Meningkatkan nilai dan citra perusahaan yang bersih dan kuat
diantara perusahaan sejenis.

C. Kepegawaian

Struktur organisasi PT unilab memiliki beberapa divisi dibawah naungan


direksi, bagiannya yaitu:
1. Marketing
2. Laboratorium Penguji
3. Finance
4. Umum
Sedangkan laboratorium penguji memiliki sub bagian yaitu:
1. K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
2. Sampling
3. Teknis
4. Quality Assurance
5. LHP (Lembar Hasil Pengujian)
Laboratorium Udara merupakan sub bagian dari bagian teknis, dengan
rincian :
1. Laboratorium Air
2. Laboratorium Udara
3. Laboratorium Mikrobiologi
4. Laboratorium Tanah

D. Jasa Yang Ditawarkan

PT Unilab Perdana (UP) merupakan laboratorium swasta yang


mengkhususkan diri dalam bidang lingkungan hidup dan kalibrasi. Bisnis
usaha yang dilakukan pada Laboratorium Lingkungan Hidup PT Unilab
Perdana adalah jasa sampling dan analisis untuk contoh uji air, udara, tanah,
dan sludge. Jasa yang ditawarkan antara lain:
6

1. Udara ambient dan lingkungan kerja meliputi pemeriksaan kualitas


udara ambient (PPRI 41/1999) dan pemeriksaan kualitas udara
lingkungan kerja (PerMaNaKer Trans 13/1011).
2. Udara emisi sumber tidak bergerak/bergerak meliputi pemeriksaan
kualitas emisi cerobong (KEPMEN-LH No.13/1995), Incenerator (KEP
BAPEDAL No.03/1995) dan emisi kendaraan bermotor (PERMEN-LH
No.05/2006). Udara emisi sumber tidak bergerak/bergerak meliputi
pemeriksaan kualitas emisi cerobong (KEPMEN-LH No.13/1995),
Incenerator (KEP BAPEDAL No.03/1995) dan emisi kendaraan bermotor
(PERMEN-LH No.05/2006).
3. Kualitas air meliputi pemeriksaan kualitas air (air minum, air bersih, air
sungai, air limbah, air laut dan air untuk industri).
4. Biota air meliputi pemeriksaan kulaitas biota air terdiri dari (plankton dan
benthos).
5. Sedimen/Sludge meliputi pemeriksa kualitas tanah dan sedimen
(fisika/kimia) serta pemeriksaan kualitas.(PPRI 85/1999).
6. Sedimen/Sludge B3 meliputi pemeriksaan kualitas B3 (PPRI 101/2014)
7. Kesehatan Kerja meliputi pemeriksaan penerangan di ruang kerja,
pemeriksaan kebisingan. Pemeriksaan kebauan, pemeriksaan getaran
dan pemeriksaan iklim kerja (ISBB).
Bisnis usaha pada jasa kalibrasi memiliki 4 ruang lingkup, yaitu:
1. Kalibrasi alat Lux meter
2. Kalibrasi alat Spektrofotometer
3. Kalibrasi alat Glossy meter
4. Kalibrasi alat Sound Level meter

E. Disiplin Kerja

Peraturan yang diterapkan di PT Unilab Perdana mengacu pada


aturan kementerian tenaga kerja dan transmigrasi dan telah disahkan oleh
Dinas Tenaga Kerja. Jam kerja yang berlaku di PT Unilab Perdana adalah 8
jam, masuk pukul 08.00 WIB, istirahat pukul 12.00-13.00 WIB (khusus hari
Juma’at pukul 11.30-13.00 WIB) dan pulang pukul 17.00 WIB.
7

F. Administrasi Laboratorium Udara

Penerapan sistem ISO 17025:2005, di PT UP yang


diintegrasikan dengan sistem data base, maka administrasi di
dalam laboratorium udara didokumentasikan dengan baik mulai dari
penerimaan sampel dari bagian PCU sampai dengan pengiriman
sertifikat laporan hasil pengujian kepada costumer. Pelaksanaan
analisis didokumentasikan dalam bentuk lembar pengukuran
kemudian dipindahkan data nya menjadi format lembar data analisis
(LDA). Pelaksanaan dokumentasi terhadap hasil-hasil kurva analisis
dan lembar kerja disimpan dalam bentuk soft copy berkode dan
hardcopy yang disusun rapi dan diidentifikasi sehingga jelas
penelusurannya.
BAB III TINJAUAN PUSTAKA

A. Latar Belakang Pemilihan Judul Laporan

Pemilihan judul laporan prakerin didasarkan pada kemampuan


siswa dalam menguasai materi yang didapat dari pekerjaan yang
dilakukan selama melakukan kegiatan prakerin. Proses penerimaan
sampel diterima dari PCU kemudian harus segera dianalisis karena rata-
rata parameter pengujian di laboratorium udara memiliki holding time
analisis yang sangat singkat. Sampel yang diterima dari PCU sudah diberi
nomor identifikasi dan diletakkan pada laboratorium udara untuk
dilakukan analisis.
Kegiatan prakerin yang dilakukan yaitu menganalisis sampel
parameter udara seperti SO2, NO2, OX, NH3 Udara Ambien, NH3 Udara
Lingkungan Kerja, H2S Udara Ambien, H2S Udara Lingkungan Kerja,
praktek pengambilan sampel juga dilakukan yaitu sampling parameter
SO2.
Judul laporan prakerin yang dipilih berdasarkan analisis yang
sering dilakukan dan penguasaan materi analisis sampel, yaitu
pengambilan sampel SO2 dan analisis SO2 metode pararosanilin
spektrofotometri dalam udara lingkungan kerja dan udara ambien.

B. Kegiatan Prakerin

Kegiatan prakerin dilakukan pada laboratorium udara PT Unilab


perdana. Laboratorium udara bertanggung jawab menganalisis sampel
mengenai udara, seperti udara ambien (parameter SO2, NO2, O3, H2S,
NH3, logam-logam berat dan formaldehida), udara lingkungan kerja
(parameter SO2, NO2, O3, H2S, NH3, logam-logam berat dan
formaldehida), udara emisi (NH3, HCl, H2S, HF), kebisingan (sesaat dan
24 jam), iklim kerja, cahaya kerja dan getaran (getaran kejut dan getaran
seluruh tubuh). Laporan ini mengacu pada proses sampling dan analisis
SO2 di udara ambien dan udara lingkungan kerja.

8
9

C. Tinjauan Pustaka
a. Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk didalamnya
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lainnya (UU No.32/2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup)
b. Udara Ambien
Udara Ambien adalah daerah tempat tinggal penduduk
(pemukiman) dimana diperkirakan seorang mengalami keterpaan
terhadap zat pencemar yang berangsur selama 24 jam. Sehingga,
konsentrasi zat pencemar udara harus sekecil mungkin dan
memenuhi baku mutu udara yang dipersyaratkan (SNI 19-7119.7-
2005).
c. Udara Lingkungan Kerja
Udara Lingkungan Kerja adalah daerah dimana seorang
bekerja selama periode waktu tertentu. Biasanya seseorang bekerja
di industri atau di pabrik selama 8 jam per hari, sehingga terpaan zat
pencemaran terhadap seseorang yang bekerja diharapkan tidak
mengganggu kesehatannya (SNI 19-7119.7-2005).
d. Kerusakan lingkungan hidup
Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung atau
tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan
hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup (UU
No.32/2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup).
e. Baku mutu lingkungan hidup
Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar
makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada
dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam
suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup(UU
No.32/2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup).
10

f. Pencemaran lingkungan
Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau berubahnya
tatanan lingkungan oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya (UU No.32/2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup).
g. Pengendalian pencemaran udara
Pengendalian pencemaran udara adalah kegiatan yang
mencankup upaya pencegahan dan atau penanggulangan terjadinya
pencemaran udara (Kepmen : Perindustrian No.20 tahun 1986).
h. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3
adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat,
konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup,
dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain (UU
No.32/2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup).
i. Sampling
Sampling udara adalah pengambilan suatu contoh udara pada
tempat-tempat tertentu, dimana diharapkan konsentrasi zat pencemar
yang didapat dari hasil pengukuran dapat mewakili konsentrasi
contoh secara keseluruhan (Hadi, 2015).
1) Air Sampler Impinger

Gambar 2. Air Sampler Impinger


11

Peralatan impinger secara keseluruhan terdiri dari :


 Pompa vakum : Pompa vakum dibuat dengan sistem vibrasi
ganda yang tahan korosi. Kecepatan hisap stabil dan dapat
diatur dengan potensiometer
 Tabung impinger : Tabung impinger merupakan tempat reaksi
antara kontaminan udara dengan larutan penangkap. Dapat
lebih dari satu tabung.
 Moisture adsorber : Moisture adsorber merupakan tabung
berisi bahan penyerap uap air (desikan) untuk melindungi
pompa dari korosi.
 Flow meter, yaitu alat pengukur kecepatan aliran udara
dengan metoda bubble flow.
Prinsip dasar air sampler impinger :

Gambar 3. Prinsip Kerja Air Sampler Impinger

Sampling udara dengan impinger pada hakikatnya terdiri dari


beberapa langkah yaitu:
 Menarik udara dengan pompa hisap ke dalam tabung
impinger yang berisi larutan penangkap.
 Mengukur kontaminan yang tertangkap atau bereaksi dengan
larutan penangkap baik dengan metoda konvensional maupun
instrumental.
 Menghitung kadar kontaminan dalam udara berdasarkan
jumlahudara yang dipompa dan hasil pengukuran.

2) Penentuan Titik sampling


Kriteria dalam penentuan lokasi sampling terdapat pada
keputusan kepala BAPEDAL Nomor KEP.205/BAPEDAL/1996,
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi adalah :
12

 Pertimbangan dalam menetapkan lokasi pemantauan ambient


meliputi : arah angin, tata guna lahan, karakteristik sumber
pencemaran dan luas sebaran bahan.
 Titik lokasi pemantauan dapat dilakukan melalui pendekatan
dengan model disperse atau pengamatan lapangan.
 Pada arah angin dominan, titik pemantauan kualitas udara
ambient minimum 2 titik dengan mengutamakan pada daerah
pemukiman atau tempat-tempat sensitif. Sedang kan
pada arah angin lainnya minimum 1 titik dengan kriteria
penetapan lokasi seperti pada arah angin dominan.
 Area dengan konsentrasi pencemar tinggi dan area dengan
kepadatan penduduk tinggi.

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan


sampel di udara ambien adalah:
a) Faktor meteorologi, yaitu arah dan kecepatan angin dominan
serta temperatur dan kelembapan udara.
b) Faktor geografi, seperti relief atau topografi (tinggi rendahnya
di permukaan bumi); jenis tanah; flora dan fauna; air tanah
dan kondisi pembuangan air; sumber-sumber mineral (barang
tambang).
c) Tata guna lahan yaitu pemanfaatan lahan dan penataan lahan
yang dilakukan sesuai dengan kodisi eksisting alam, tata guna
lahan dapat berupa kawasan pemukiman,perkebunan,
perdagangan, industri dan lain-lain.

Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan titik


pengambilan contoh uji adalah:
 Hindari tempat yang dapat merubah konsentrasi akibat
adanya absorpsi, atau adsorpsi (seperti dekat dengan
gedung-gedung atau pohon-pohonan).

 Hindari tempat dimana pengganggu kimia terhadap bahan


pencemar yang akan diukur dapat terjadi: emisi dari
kendaraan bermotor yang dapat mengotori pada saat
mengukur ozon, amoniak dari pabrik refrigerant yang dapat
mengotori pada saat mengukur gas-gas asam.
13

 Hindari tempat dimana pengganggu fisika dapat menghasilkan


suatu hasil yang mengganggu pada saat mengukur debu
(partikulat matter) tidak boleh dekat dengan incinerator baik
domestik maupun komersial, gangguan listrik terhadap
peralatan pengambil contoh uji dari jaringan listrik tegangan
tinggi
 Letakkan peralatan di daerah dengan gedung/bangunan yang
rendah dan saling berjauhan.
 Apabila pemantauan berada dipinggir jalan maka sebaiknya
penempatan peralatan berjarak 1 m sampai dengan 5 m dari
pinggir jalan yang akan diambil contoh uji dan pada ketinggian
1,5 m sampai dengan 3 m dari permukaan jalan.

Perhitungan volume udara pada pelaksanaan sampling


udara diperlukan untuk memperoleh konsentrasi zat pencemar di
udara, berikut ini beberapa faktor yang harus dilakukan ketika
melakukan sampling udara, antara lain :

 Arah angin
 Kecepatan angin (m/s)
 Waktu dan lama pengambilan contoh (jam)
 Tekanan udara (mmHg)
 Temperatur udara (oC)
 Kelembaban udara (%)

Tahapan sampling udara di udara ambien selama 1 jam,


menurut SNI 19-7119.7-2005 yaitu:
 Peralatan untuk sampling disiapkan
 Disiapkan larutan penjerap SO2 sebanyak 10 ml ke masing-
masing botol penjerap. Atur botol penjerap agar terlindung
dari hujan dan sinar matahari langsung.
 Pompa penghisap udara dihidupkan dan diatur kecepatan
alirnya sebesar 0,5 L/menit sampai 1 L/menit setelah stabil
catat laju alir awal F1 (L/menit).
 Dilakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam, kemudian
dicatat temperatur dan tekanan udara.
14

 Setelah 1 jam, laju alir akhir F2 (L/menit) dicatat kemudian


pompa penghisap dimatikan
 Didiamkan selama 20 menit setelah pengambilan contoh uji
untuk menghilangkan pengganggu.

j. Sulfur Dioksida

Gambar 4. Struktur Sulfur Dioksida


Sumber : khopkar, dasar-dasar kimia analitik

Sulfur Dioksida (SO2) mempunyai nama lain oksida belerang,


asam belerang anhidrida, dan dioksida belerang. SO2 adalah gas tidak
berwarna dan berbau tajam. Di udara stabil dalam beberapa hari pada
kondisi udara kering sedangkan jika kelembaban tinggi SO 2 terikat pada
uap air. (Fitria, 2008).

 Sumber Gas SO2

Sepertiga dari jumlah sulfur yang terdapat di atmosfir merupakan


hasil kegiatan manusia dan kebanyakan dalam bentuk SO2, dua pertiga
bagian lainnya berasal dari sumber-sumber alam seperti vulkano dan
terdapat dalam bentuk H2S dan oksida. Masalah yang ditimbulkan oleh
bahan pencemar yang berasal dari manusia adalah dalam hal
distribusinya yang tidak merata sehingga terkonsentrasi pada daerah
tertentu. Sedangkan pencemaran yang berasal dari sumber alam
biasanya lebih tersebar merata. Pembakaran bahan bakar pada
sumbernya merupakan sumber pencemaran SOx, misalnya pembakaran
arang, minyak bakar gas, kayu dan sebagainya.
Secara umum, proses pembentukan gas sulfur oksida hasil
pembakaran bahan bakar fosil mengikuti mekanisme reaksi sebagai
berikut: S + O2 SO2
2 SO2 + O2 SO3
15

Sumber SOx yang lain adalah dari proses-proses industri seperti


pemurnian petroleum, industri asam sulfat, industri peleburan baja dan
sebagainya. Pabrik peleburan baja merupakan industri terbesar yang
menghasilkan SOx. Beberapa reaksi yang terjadi pada proses peleburan
logam adalah :

2 ZnS + 3 O2 2 ZnO + 2 SO2

2 PbS + 3 O2 2 PbO + 2 SO2

Untuk produksi tembaga, penanganan CuS akan membentuk


metal melalui reaksi :
Cu2S + O2 2 Cu + SO2

Dari reaksi ini tampak bahwa, SO2 juga dihasilkan dari hasil
samping industri logam.
Sulfur merupakan kontaminan yang tidak dikehandaki didalam
logam dan biasanya lebih mudah untuk menghasilkan sulfur dari logam
kasar dari pada menghasilkannya dari produk logam akhirnya. SO2
secara rutin diproduksi sebagai produk samping dalam industri logam dan
sebagian akan terdapat di udara. (PPRI No. 41 Tahun 1999).

 Dampak Pencemaran SO2

Pencemaran SO2 menimbulkan dampak terhadap manusia dan


hewan, kerusakan pada tanaman terjadi pada kadar sebesar 0,5 ppm.
Pengaruh utama polutan SO2 terhadap manusia adalah iritasi sistem
pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan
terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih. Bahkan pada beberapa
individu yang sensitif, iritasi sudah terjadi pada paparan 1-2 ppm saja.
Bagi penderita yang mempunyai penyakit kronis pada system
pernapasan dan kardiovaskular dan lanjut usia gas ini merupakan
polutan yang berbahaya karena dengan paparan yang rendah saja ( 0,2
ppm) sudah dapat menyebabkan iritasi tenggorokan. Tabel 2
menunjukkan pengaruh SO2 dalam berbagai kadar (ppm) terhadap
kesehatan manusia (Fitria, 2008).
16

Tabel 1. Pengaruh SO2 Terhadap Manusia

Konsentrasi SO2 (ppm) Pengaruh terhadap kesehatan

3-5 Sudah berbau

8-12 Menimbulkan iritasi saluran pernapasan

20 Menimbulkan iritasi pada mata

20 Menyebabkan batuk

20 Maksimum konsentrasi untuk pemaparan yang lama

Maksimum konsentrasi untuk pemaparan selama 30


50-100
menit

Maksimum konsentrasi untuk pemaparan yang tidak


500
lama

Sumber : Philip Kristanto, Ekologi Industri

k. Spektrofotometri UV-Vis

Gambar 5. Spektrofotometer Hach DR 2800

Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran


energi cahaya oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu
(Day, 2002). Sinar ultraviolet (UV) mempunyai panjang gelombang antara
200-400 nm, dan sinar tampak (visible) mempunyai panjang gelombang
400-750 nm. Pengukuran spektrofotometri menggunakan alat
spektrofotometer yang melibatkan energi elektronik yang cukup besar
17

pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih


banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Spektrum
UV-Vis sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi
dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban
pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum
Lambert-Beer (Rohman, 2007).
Spektrofotometer yang digunakan di laboratorium udara PT Unilab
Perdana merupakan Spektrofotometer portabel Hach DR 2800.
Digunakan spektrofotometer portable agar mudah dibawa kemana-mana
ketika sampling dan diukur di tempat pengukuran. Spektrofotometer ini
memiliki banyak kelebihan, selain dapat dibawa berpergian,
spektrofotometer ini dapat menyimpan metode analisis sehingga dapat
menyimpan kurva yang dapat digunakan berkali-kali.
Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linearitas antara
absorban dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik
dengan transmitan. Pada hukum Lambert-Beer terdapat beberapa
pembatasan, yaitu :
- Sinar yang digunakan dianggap monokromatis.
- Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang
yang sama.
- Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung
terhadap yang lain dalam larutan tersebut.
- Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan.

Hukum Lambert-Beer dinyatakan dalam rumus sbb :

A = e.b.c

Dimana :

A = absorban
e = absorptivitas molar
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi
18

Instrumen Spektrofotometri UV-Vis

Gambar 6. Prinsip Kerja Spektrofotometer

1. Sumber cahaya

Sumber cahaya pada spektrofotometer harus memiliki pancaran


radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber cahaya pada
spektrofotometer UV-Vis ada dua macam :

a. Lampu Tungsten (Wolfram), lampu ini digunakan untuk mengukur


sampel pada daerah tampak. Bentuk lampu ini mirip dengan bola
lampu pijar biasa. Memiliki panjang gelombang antara 350-2200 nm
dan spektrum radiasinya berupa garis lengkung. Umumnya memiliki
waktu 1000 jam pemakaian.
b. Lampu Deuterium, lampu ini dipakai pada panjang gelombang 190-380
nm. Spektrum energi radiasinya lurus, dan digunakan untuk mengukur
sampel yang terletak pada daerah uv. Memiliki waktu 500 jam
pemakaian.

2. Wadah Sampel

Spektrofotometri mengukur larutan dengan wadah sampel


berupa sel/kuvet, dimana berkas cahaya spektrofotometer diteruskan ke
daerah spektral yang diminati. Kuvet kaca digunakan pada daerah
tampak atau visible, sel kuarsa atau kaca silica tinggi digunakan pada
daerah ultraviolet.
19

3. Monokromator
Monokromator adalah alat yang memecah cahaya polikromatis
menjadi cahaya tunggal (monokromatis) dengan komponen panjang
gelombang tertentu. Bagian-bagian monokromator, yaitu :

a. Prisma
Prisma mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar mungkin
supaya di dapatkan resolusi yang baik dari radiasi polikromatis.

b. Grating (kisi difraksi)


Kisi difraksi memberi keuntungan lebih bagi proses spektroskopi.
Dispersi sinar akan disebarkan merata, dengan pendispersi yang
sama, hasil dispersi akan lebih baik. Selain itu kisi difraksi dapat
digunakan dalam seluruh jangkauan spektrum.

c. Celah optis
Celah ini digunakan untuk mengarahkan sinar monokromatis yang
diharapkan dari sumber radiasi. Apabila celah berada pada posisi
yang tepat, maka radiasi akan dirotasikan melalui prisma, sehingga
diperoleh panjang gelombang yang diharapkan.

d. Filter
Filter berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga
cahaya yang diteruskan merupakan cahaya berwarna yang sesuai
dengan panjang gelombang yang dipilih.

4. Detektor
Detektor berfungsi untuk menangkap sinar yang diteruskan
oleh larutan. Sinar kemudian diubah menjadi sinyal listrik oleh amplifier
dan dalam rekorder ditampilkan dalam bentuk angka-angka pada
reader (komputer).

5. Visual display/recorder
Visual display/recorder merupakan system baca yang
memperagakan besarnya isyarat listrik, menyatakan dalam bentuk
Absorbansi.
BAB IV METODE ANALISIS

Metode analisis udara lingkungan kerja dan udara ambien sulfur


dioksida (SO2) mengacu pada standar nasional yaitu SNI 7119.7-2005,
parameter SO2 pada udara ambien dan udara lingkunga kerja
merupakan parameter yang telah terkareditasi oleh komite akreditasi
nasional (KAN).

A. Kadar SO2 dalam Udara Lingkungan Kerja dan Udara Ambien

Prinsip
Gas sulfur dioksida (SO2) diserap dalam larutan penjerap
tetrakloromerkurat membentuk senyawa kompleks
diklorosulfonatomerkurat. Dengan menambahkan larutan pararosanilin
dan formaldehida, kedalam senyawa diklorosulfonatomerkurat maka
terbentuk senyawa pararosanilin metil sulfonat yang berwarna ungu.
Konsentrasi larutan diukur pada panjang gelombang 550 nm.
Reaksi:

[HgCl4]2- + SO2 + H2O [HgCl2SO3]2- + Cl + 2H+

[HgCl2SO3]2- + HCOH + 2H+ HgCl2 + HO-CH2-SO3H


+
CINH2

H2NIC + C N+H2Cl+ HO-CH2SO3H

Cl

OH-CH2-SO3H

Cl + H2N-H2C-OH OH-CH2-SO3H
C

20 Cl
21

Cara kerja

1. Pembuatan Larutan Penyerap


a. Siapkan alat dan bahan (labu ukur 2 L).
b. Dilarutkan sebanyak 10.86 g merkuri (II) klorida (HgCl2) dengan
800 mL air suling kedalam gelas piala 1000 mL.
c. Ditambahkan berturut-turut 5.96 g kalium klorida (KCl) dan 0.066 g
EDTA [(HOCOCH2)2N(CH2)2N(CH2COONa)2.2H2O], lalu diaduk
hingga homogen.
d. Ditambahkan air suling sampai tanda tera, dihomogenkan.

2. Sampling

a. Disiapkan alat dan bahan (air sampler impinger, tabung impinger


dan tabung ulir yang berisi larutan penyerap).
b. Diatur posisi pengambilan, untuk Udara Lingkungan kerja,
sampling dilakukan di dua tempat yaitu di dalam dan di luar
ruangan.
c. Di set alat air sampler impinger, dibilas tabung impinger dengan air
suling dan dituangkan larutan penyerap ke tabung impinger.
d. Dinyalakan alat air sampler impinger dan diatur flow 0.5 L/menit.
e. Pastikan flow meter diatur sebesar 0.5 L/menit selama sampling
dilakukan.
f. Sampling dilakukan selama 1 jam, pastikan laju alir 0,5 L/menit.
g. Diturunkan flow, dimatikan alat air sampler impinger dan
dituangkan larutan penyerap ke tabung ulir kembali dan diberi
nomor sampel serta titik lokasi.
h. Tabung ulir disimpan kedalam ice box dan diserahkan ke PCU.

3. Preparasi
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Ditulis nomor sampel dan titik lokasi di lembar pengukuran.
c. Dituang 10 ml sampel pada labu ukur 25 mL.
d. Ditambahkan 1 mL larutan asam sulfamat 0,6%, kemudian
didiamkan 10 menit.
e. Ditambahkan 2 mL larutan formaldehyde 0,2%.
f. Ditambahkan 5 mL larutan Pararosanilin.
22

g. Ditera, dihimpitkan dan dihomogenkan. Ditunggu selama 60 menit.


h. Dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 550nm.

4. Pembuatan Kurva

1. Pembuatan larutan induk SO2


1) Ditimbang 0,4 gram Na2SO3 ke dalam piala gelas 100mL.
2) Dilarutkan dengan air suling yang telah didihkan.
3) Dilarukan di labu ukur 500mL, ditera dengan air suling dan
dihomogenkan.

2. Standarisasi larutan natrium tiosulfat 0,01 N


1) Dipanaskan kalium iodat (KIO3) di dalam oven pada suhu 180
0
C selama 2 jam, dan didinginkan di dalam desikator.
2) Ditimbang 0.09 gram kalium iodat yang telah di oven, kemudian
dimasukan ke dalam labu ukur 250 ml ditera dengan air suling
dan dihomogenkan.
3) Dipipet 25 ml larutan kalium iodat ke dalam erlemyer asah,
kemudian ditambahkan 1 gram KI dan 10 ml HCl (1:10) ke
dalam erlenmeyer asah.Ditutup dan disimpan di ruang tertutup
selama 5 menit.
4) Larutan dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0.01 N sampai
warna larutan kuning muda.
5) Ditambahkan 5 ml indikator kanji, dan titrasi dilanjutkan hingga
titik akhir yaitu warna biru tepat hilang.

3. Penentuan kadar SO2 dalam Na2SO3


1) Dipipet 25mL larutan standar induk Na2SO3 menggunakan pipet
volume ke dalam erlenmeyer asah dan pipet 50 ml larutan iod
0,01 N ke dalam erlenmeyer asah dan simpan dalam ruang
tertutup selama 5 menit.
2) Larutan dititrasi dengan larutan tio 0,01 N sampai warna larutan
kuning muda.
3) Ditambahkan 5 ml indikator kanji, dan lanjutkan titrasi sampai
titik akhir (warna biru tepat hilang)
23

4) Dilakukan blanko dengan memipet 25 ml air suling,kemudian


diperlakukan seperti langkah-langkah diatas.
4. Pembuatan larutan standar kerja SO2
1) Dipipet 2mL larutan induk NH3 menggunakan pipet volume.
2) Dilarutkan kedalam labu ukur 100mL, ditera dengan air suling
dan dihomogenkan (Larutan I).

3) Dipipet 10mL larutan I, Dilarutkan kedalam labu ukur 100mL,


ditera dengan larutan penjerap SO2 dan dihomogenkan.

5. Pembuatan deret standar


1) Dipipet larutan standar sebanyak 0 mL(0µL) ;0,5mL(0,2302 µL);
1mL(0,4599); 2,0mL(0,9190 µL); 3,0mL(1,3784 µL);
4,0mL(1,8380 µL) ; kedalam labu ukur 25 mL.
2) Ditambahkan larutan penyerap hingga volume 10 mL.
3) Ditambahkan pereaksi, 1 mL larutan asam sulfamat 0,6%, 2 mL
larutan formaldehid 0,2% dan 5 mL larutan pararosanilin.
4) Ditambahkan air suling hingga tanda tera.
5) Dihomogenkan dan didiamkan selama 60 menit.
6) Dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 550nm.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Larutan penyerap

Pengambilan sampel udara ambien dilakukan dengan


mengalirkan udara melalui larutan penyerap dalam botol impinger.
Larutan penyerap merupakan bagian yang sangat penting dalam
melakukan sampling gas di udara. Larutan penyerap untuk setiap jenis
gas berbeda tergantung dari kemampuan larutan penyerap dalam
menangkap gas yang spesifik. Larutan penyerap untuk SO 2 adalah
tetracloromercurat, yang terdiri dari 10.86 g merkuri (II) klorida (HgCl2),
5.96 g kalium klorida (KCl) dan 0.066 g EDTA
[(HOCOCH2)2N(CH2)2N(CH2COONa)2.2H2O].
Penyerap TCM ini apabila bereaksi dengan SO2 akan
membentuk senyawa kompleks yang bernama
monochlorosulfonatomercurat(II) dan senyawa kompleks yang terbentuk
ini dapat mencegah oksidasi SO2 oleh oksigen di udara. Larutan EDTA
(Etilendiamin-tetraaceticacid) berfungsi untuk mengkomplekskan logam-
logam pengganggu. Logam-logam pengganggu dapat disebabkan dari
debu yang mengandung logam-logam yang dapat menjadi katalis yang
mempercepat proses oksidasi SO2 yang dan menyebabkan kadar SO2
berkurang. Larutan penyerap TCM ini dapat stabil selama 6 bulan, bila
terbentuk endapan maka sebaiknya penyerap diganti karena larutan
sudah rusak.

B. Melakukan Analisis

Analisis dilakukan di dalam laboratorium udara PT Unilab


Perdana. Pada penetapan kadar SO2 dari larutan penyerap dicatat pada
lembar pengukuran yang disediakan, kemudian disiapkan labu ukur 25
mL yang sudah dibilas dengan aquades lalu larutan penyerap
dituangkan kedalam labu ukur tersebut. Kemudian disiapkan larutan
asam sulfamat 0,6% dan larutan formaldehid 0,2% yang terdiri dari 30
mL. Kedua larutan tersebut harus fresh, setiap melakukan penetapan
kadar SO2 udara ambient maka larutan harus dibuat larutan baru.

24
25

Penambahan asam sulfamat berfungsi sebagai larutan yang


dapat menghancurkan senyawa NOX yang berasal dari atmosfer.
Sementara formaldehid berikatan dengan SO2 agar dapat bereaksi
dengan pararosanilin membentuk senyawa pararosanilin metil sulfonat
yang berwarna ungu dan dapat dibaca di spektrofotometer pada
panjang gelombang 550 nm.

C. Hasil Analisis

Contoh yang diambil berasal dari 2 titik udara lingkungan kerja


dan 2 titik udara ambien hasil yang didapatkan dibandingkan dengan Nilai
Ambang Batas mengacu pada PERMENAKENTRANS 13/X/2011 untuk
udara lingkungan kerja dan PP No. 41 Tahun 1999 untuk udara ambien.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, didapatkan data sebagai
berikut :
1. Udara Ambien

Konsentrasi SO2 Udara Ambien


14

12
konsentrasi (µg /Nm3)

10

0
I II III
Depan PT.UP 11.97 13.21 13.1
Belakang PT.UP 8.16 9.83 8.06

Gambar 7. Grafik Konsentrasi Hasil Pemantauan SO2 di udara Ambien

Keterangan : NAB untuk SO2 sebesar 900 µg /Nm3


(PP No. 4 Tahun1999).
Sampling udara ambien dilakukan di dua titik, yaitu titik sampling
up wind yang dilakukan di depan PT UP, dan titik sampling down wind
dilakukan di belakang PT UP. Pada saat sampling kondisi cuaca cerah,
suhu 350C, dan kelembaban 40%. Berdasarkan hasil analisis di kedua
26

titik tersebut, kadar SO2 yang didapatkan masuk dalam Nilai ambang
batas PPRI No. 4 Tahun 1999, sehingga daerah sekitar PT.UP tidak
tercemar dari gas SO2.
Hasil pengukuran gas SO2 di udara ambien pada kedua titik
sampling memiliki perbedaan, pada gambar 7 (grafik konsentrasi hasil
pemantauan SO2 di udara ambien) kadar SO2 di depan PT.UP lebih
besar untuk pengukuran I,II,III sebesar (11.97 g/Nm3, 13.21 g/Nm3,
13.1 g/Nm3) dari kadar SO2 di belakang PT.UP untuk pengukuran
I,II,III sebesar (8.16 g/Nm3, 9.83 g/Nm3, 8,06 g/Nm3), hal ini
disebabkan karena kondisi di depan PT UP 2 meter berada di dekat
jalan raya, sementara di belakang unilab berada dekat pepohonan dan
perumahan warga, sumber pencemar gas SO2 di depan PT.UP berasal
dari aktivitas jalan raya, kendaraan bermotor yang lalulalang, yang
menghasilkan emisi hasil pembakaran. Sumber pencemar gas SO2 di
belakang PT.UP berasal dari aktivitas kegiatan rumah tangga yaitu
aktivitas memasak.
Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali (triplo), namun hasil yang
didapatkan antara pengukuran I, II, III, berbeda hal ini karena
pengambilan sampel dan pengujian parameter kualitas udara memiliki
sifat yang tidak stabil. Polutan lingkungan mempunyai sifat yang dinamis
serta bermigrasi seiring dengan pengaruh situasi dan kondisi setempat.
Karakteristik udara yang tidak bersifat homogen, kondisi meteorologi
seperti (arah dan kecepatan angin dominan serta temperatur dan
kelembapan udara), jumlah polutan yang ada, kecepatan lepasnya
polutan ke lingkungan, sumber emisi, aktivitas kendaraan yang
lalulalang dan interferensi dari manusia sangat mempengaruhi
kecepatan migrasi polutan lingkungan.
Hal ini sangat berpengaruh terhadap konsentrasi SO2 pada saat
sampling. Aturan sampling udara sesuai dengan SNI dilakukan sekali
saja (simplo) dengan teknik pengendalian mutu dan jaminan mutu yang
sesuai yaitu orang melaksanakan sampling kompeten serta alat yang
digunakan terkalibrasi.
27

2. Udara Lingkungan Kerja

Konsentrasi SO2 Udara Lingkungan Kerja


0.016
0.014
0.012
konsentrasi (mg/Nm3)

0.01
0.008
0.006
0.004
0.002
0
I II III
Lab Air 0.0098 0.0067 0.0148
Lab Udara 0.0095 0.0064 0.0131

Gambar 8. Grafik konsentrasi SO2 Hasil Pemantauan di Udara Lingkungan Kerja

Keterangan : NAB untuk SO2 sebesar 0,25 mg /Nm3


(PERMENAKERTRAS No. 13 Tahun 2011).

Sampling udara lingkungan kerja dilakukan di dua titik yaitu


laboratorium udara dan air dengan 3 kali pengukuran pada waktu yang
bersamaan, hasil yang didapatkan masuk nilai ambang batas
PERMENAKERTRAS No. 13 Tahun 2011 yaitu sebesar 0,25 mg /Nm3
Berdasarkan hasil pengukuran dan analisis gas SO2 kondisi di
laboratorium udara dan air tidak tercemar dari gas SO2 sehingga setiap
orang yang beraktivitas di kedua laboratorium ini masih aman untuk
melakukan aktivitas kerja.
Berdasarkan gambar 9. (grafik konsentrasi so2 hasil pemantauan
di udara lingkungan kerja), kadar SO2 di laboratorium air sedikit lebih
besar daripada di lab udara karena pada saat sampling, banyak aktivitas
analis yang melakukan analisis di lab air seperti analisis COD (Chemical
Oxygen Demand), sementara di lab udara sedang tidak ada kegiatan
analisis. Seharusnya kadar SO2 di laboratorium udara lebih besar, karena
aktivitas analisis SO2 dilakukan di laboratorium udara. Sampling SO2
sebaiknya dilakukan pada saat sedang analisis SO2 di laboratorium untuk
mengetahui ada atau tidaknya cemaran SO2 pada saat analisis.
28

Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali (triplo), namun hasil yang


didapatkan antara pengukuran I, II, III, berbeda. Faktor yang
berpengaruh pada sampling udara lingkungan kerja adalah mengenai
pengaturan flow. Pada saat sampling tidak dilakukan pengecekan flow
secara berkala yaitu sebesar 0,5 L/menit, sehingga terdapat kemungkinan
flow alat berubah-ubah(tidak stabil). Semakin tinggi flow maka semakin
banyak pula gas SO2 yang dijerap, begitu pula sebaliknya semakin
rendah flow maka semakin sedikit pula gas SO2 yang dijerap sehingga
flow harus diatur sesuai standar yaitu 0,5 L/menit dan sebaiknya
dilakukan pengecekan flow secara berkala pada saat sampling agar flow
stabil dan tidak berubah-ubah.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengukuran SO2 dalam udara ambien dan


udara lingkungan kerja di PT UP, dari 4 titik pengambilan sampel yaitu di
halaman depan PT UP, dan halaman belakang PT UP, laboratorium
udara, laboratorium air.
1. Kadar SO2 di udara ambien masuk nilai ambang batas sehingga untuk
udara ambien daerah sekitar PT UP tidak tercemar gas SO2 dan masih
aman dari dampak bahaya cemaran gas SO2.
2. PT UP tidak menyebabkan pencemaran bagi lingkungan sekitar,
sehingga warga yang tinggal disekitar PT UP juga aman dari bahaya
gas SO2.
3. Kadar SO2 untuk udara lingkungan kerja tidak tercemar dari gas SO2,
sehingga pekerja yang melakukan aktivitas baik di laboratorium udara
maupun air aman untuk bekerja di kedua lab tersebut.

B. Saran

Pada kesempatan kali ini penulis akan memberikan saran yang


diharapkan dapat membantu demi terciptanya laboratorium yang lebih PT
Unilab Perdana yang lebih baik. Adapun saran-saran tersebut adalah :
1. Sebaiknya semua sampel yang datang dari PCU (Penerima Contoh Uji)
langsung dianalisis, karena sampel gas SO2 memiliki holding time
analisis 24 jam, disimpan pada suhu 50C.
2. Untuk mengurangi masuknya zat pencemar dari aktivitas kendaraan
bermotor di jalan raya lingkungan PT Unilab Perdana, sebaiknya
dilakukan lebih banyak penghijauan di halaman depan PT UP.
3. Jarak pengambilan titik sampling di depan PT UP dari pinggir jalan
sebaiknya berada 1 m sampai dengan 5 m dari pinggir jalan yang akan
diambil contoh uji dan pada ketinggian 1,5 m sampai dengan 3 m dari
permukaan jalan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional. 2005. Standar Nasional Indonesia 19-7119.7-

2005 Cara Uji Kadar Sulfur Dioksida (SO2) dengan Metoda Pararosanilin

Menggunakan Spektrofotometer. BSN. Jakarta.

Badan Standardisasi Nasional. 2005. Standar Nasional Indonesia 19-7119.6-


2005 Penentuan Lokasi Pengambilan Contoh Uji Pemantauan Kualitas
Udara Ambien. BSN. Jakarta.

Badan Standardisasi Nasional. 2005. Standar Nasional Indonesia 19-7119.9-


2005 Penentuan Lokasi Pengambilan Contoh Uji Pemantauan Kualitas
Udara Roadside. BSN. Jakarta.

Day, RA dan A.L Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.
Diterjemahkan oleh R. Soendoro. Erlangga. Jakarta.
Fitria. L., Ririn, dkk.2008. Kualitas Udara dalam Ruang Perpustakaan Universitas
“X” Ditinjau dari Kualitas Biologi, Fisik, dan Kimiawi, Vol.12, No.2,
Desember 2008 : 77-83.

Hadi, Anwar. 2015. Pengambilan Sampel Lingkungan. Jakarta: Erlangga.

Harrison, Roy M. 2007. Principles of Environmental Chemistry. RSC Publishing.


United Kingdom.

Lodge, James. 1986. Methods of Air Sampling and Analysis. 1988, Third Edition.
American Public Health Association. Washington DC, USA. Method no
704A.

Presiden Republik Indonesia. 1999. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. PPRI.
Jakarta.
Susanto.J.P. 2005.Monitoring Kandungan SO2 Udara Ambien dengan Passive
Sampler,P3LL-BPPT Vol.6, No.1, 2005 :324-329.

30
LAMPIRAN

A. SOP Spektrofotometer Hach DR 2800

1. Menyalakan Alat
a. Sambungkan power dupply dengan sumber arus listrik atau
masukkan baterai.
b. Tekan tombol on/off (dibagian belakang instrument) selama ± 1
detik untuk menghidupkan spektrofotometer.
c. Alat akan melakukan self-check selama kurang lebih dua menit.

2. Analisa Contoh Uji


a. Setelah muncul menu utama, tekan user program dan pilih
parameter yang akan diuji, lalu tekan start.
b. Masukkan larutan blanko ke dalam kuvet, lalu masukkan ke dalam
ruang kuvet, lalu tutup ruang kuvet, lalu tekan zero.
c. Ganti larutan blanko dengan sampel, lalu masukkan ke dalam
ruang kuvet, lalu tekan start. Catat absorbansi/konsentrasi yang
didapat. Lakukan langkah tersebut hingga seluruh sampel
dianalisa.

3. Mematikan Instrumen
a. Setelah menggunakan spektrofotometer selesai, kembalikan
tampilan ke menu utama (main menu).
b. Matikan alat dengan menekan tombol on/off yang berada di
bagian belakang spektrofotometer selama ± 2 detik.
c. Cabut power supply dari sumber listrik.

31
32

B. Perhitungan Volume Udara

𝐹1+𝐹2 𝑃𝑎 298
VN = 2
𝑥 𝑡 𝑥 𝑇𝑎 𝑥 760

0,5+0,5 755,6 298


VN = 𝑥 60 𝑥 𝑥
2 309,6 760

VN = 27,56 mL

Keterangan :

V = adalah volume udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi

normal 25C, 760 mmHg;

F1 = adalah laju alir awal (L/menit);

F2 = adalah laju alir akhir (L/menit);

t = adalah durasi pengambilan contoh uji (menit);

Pa = adalah tekanan barometer rata-rata selama pengambilan

contoh uji (mmHg);

Ta = adalah temperatur rata-rata selama pengambilan contoh uji (K);

298 = adalah konversi temperatur pada kondisi normal (25C) ke

dalam Kelvin;

760 = adalah tekanan udara stadard (mmHg)


33

C. Perhitungan Konsentrasi Contoh Uji di Udara Ambien

𝑎
C = 𝑉
𝑥 1000 𝑥 𝐹𝑝

mg/Nm3 = (g/Nm3) / 1000

24.45
ppm = (g/Nm3) x 𝑀
x 10-3

0.330
C = 27,56
𝑥 1000 𝑥 1

C = 11,97 g/Nm3

C mg/Nm3 = 11,97 /1000

C mg/Nm3 = 0,01197 mg/Nm3


24.45
ppm = (0,01197) x x 10-3
64,07

ppm = 0,005 ppm

Keterangan :

C = konsentrasi contoh (g/Nm3)

a = Jumlah contoh udara dari pembacaan pada alat (g)

V = Volume udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal 25C,

760 mmHg

M = Berat Molekul (SO2 = 64,07 g/mol)

24,45 = Volume udara yang sebanding dengan 1 mol gas dikoreksi

pada kondisi normal 25C, 1 atm

1000 = Faktor konversi dari Liter ke m3

Fp = Faktor pengenceran sampel (SO2 = 1)


34

D. Formulir Kurva Kalibrasi Belerang Dioksida Ambien

Linieritas
Adalah kemampuan suatu metode analisis untuk menghasilkan hasil yang proporsional
(sebanding)
dengan konsentrasi analit dalam contoh pada kisaran konsentrasi yang ada.

STANDARISASI BELERANG DIOKSIDA

Tanggal Standarisasi : 19 Januari 2015


Nama Larutan Induk : Na2SO3 ( Natrium Sulfit )
Konsentrasi : 229.60 µg/mL
Metode : Pararosanilin
Nomor Lot : K11416657
Mampu Telusur : SNI 19-7119.7-2005

Pembuatan Deret Standar Belerang Dioksida Spektrofotometer DR 2800 No. Seri


1190371

Volume Larutan Konsentrasi Deret Abs


Induk (mL) Standar Terkoreksi (µg) Pembacaan
0,0000 0,0000 0,000
0,5015 0,2302 0,013
1,0016 0,4599 0,023
2,0014 0,9190 0,047
3,0018 1,3784 0,073
4,0017 1,8380 0,097

Kriteria :
Pembuatan kurva kalibrasi larutan standar, dilakukan setiap pergantian larutan penjerap
, kecuali :
1. Jika Pengecekan control chart melewati batas yang telah ditentukan
2. Jika Pengecekan antara melewati batas yang telah ditentukan
3. Jika standar yang digunakan sudah kadaluarsa
y = 0.0527x - 0.0003
Kurva Kalibrasi Belerang Dioksida R² = 0.9994

0.120

0.100

0.080
Absorbansi

0.060

0.040

0.020

0.000
0.0000 0.2000 0.4000 0.6000 0.8000 1.0000 1.2000 1.4000 1.6000 1.8000 2.0000
Konsentrasi (ug)
35

Nilai Regresi yang didapat lebih besar dari nilai regresi minimal yang tercantum dalam SNI
yakni lebih besar dari 0.998

E. Pembuatan Larutan Induk SO2

Tabel 2. Pembuatan Larutan Induk SO2

No Nama Alat Volume Koreksi No Kalibrasi

K12186AD
1 Labu ukur 500 ml 499,80

Data Penimbangan Na2SO3

Bobot Kosong + Na2SO3 = 17,53335 gram


Bobot Kosong = 17,13265 gram
Bobot Na2SO3 = 0,40070 gram

F. Standarisasi Larutan Natrium Tio Sulfat 0,01N


Tabel 3. Standarisasi Larutan Natrium Tio Sulfat 0,01N
No Nama Alat Volume Koreksi No Kalibrasi

1 Labu Ukur 250 Ml 249,86 491

2 Pipet Volumetri 25 mL 24,99 549

Data Titrasi
Volume titrasi simplo = 25,05 mL
Volume titrasi duplo = 26,20 mL
Volume rata-rata = 26,20 mL
36

Data Penimbangan KIO3


Bobot Kosong + KIO3 = 16,93602 gram
Bobot Kosong = 16,84562 gram

Bobot KIO3 = 0,09040 gram

Perhitungan
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐾𝐼𝑂3 𝑋 1000 𝑋 𝑉𝑏
N = 35,67 𝑥 250 𝑥 𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖

0,09040 𝑋 1000 𝑋 24,99


= 35,67 𝑥 249,86 𝑥 26,20

= 0,0097 N

G. Penentuan Konsentrasi SO2 dalam larutan induk


Na2SO3
Tabel 4. Penentuan Konsentrasi SO2 dalam larutan induk Na2SO3

No Nama Alat Volume Koreksi No Kalibrasi

443
1 Pipet Volumetri 25 mL 25,00

2 Pipet Volumetri 25 mL 25,00 444

Data Titrasi
Volume Blanko I = 48,30 mL
Volume titrasi simplo = 29,80 mL
Volume titrasi duplo = 29,85 mL
Volume rata-rata = 29,285 mL

Perhitungan
(𝑉𝑏−𝑉𝑎)𝑥 𝑁 𝑥 32,03 𝑥 1000
C= 𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
(48,30−29,825)𝑥 0,0097 𝑥 32,03 𝑥 1000
= 25

= 229.60 µg/mL
37

H. Pembuatan Larutan Standar SO2

Tabel 5. Pembuatan Larutan Standar SO2


No Nama Alat Volume Koreksi No Kalibrasi

1 Labu ukur 100 Ml 100,02 K12186AI

2 Pipet Volume 10 mL 100,01 10052B

3 Pipet 2 mL 2,00 476

4 Pipet 10 mL 10,00 455

Perhitungan
100,02
Fp 1 = 2,00
100,01
Fp 2 = 10,00

Fp total = 500,1

𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑑 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘


Konsentrasi Standar kerja =
𝐹𝑝 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

229,6
Konsentrasi Standar kerja = 500,1

= 0,4592 µL/mL
38

I. Pembuatan Deret Standar


Tabel 6. Pembuatan Deret Standar H2S
No Nama Alat Volume Koreksi No Kalibrasi

0,5015 ; 1,0016
1 Pipet Ukur 5 mL ;2,0014 ; 3,0018; 517
4,0017

Perhitungan
Konsentrasi deret standar terkoreksi (µL) = konsentrasi larutan standar x
volume koreksi
1. 0,5 µL
Konsentrasi deret standar terkoreksi = 0,4592 x 0,5015
= 0,2302 µL
2. 1,0 µL
Konsentrasi deret standar terkoreksi = 0,4592 x 1,0016
= 0,4599 µL
3. 2,0 µL
Konsentrasi deret standar terkoreksi = 0,4592 x 2,0014
= 0,9190 µL
4. 3,0 µL
Konsentrasi deret standar terkoreksi = 0,4592 x 3,0018
= 1,3784 µL
5. 4,0 µL
Konsentrasi deret standar terkoreksi = 0,4592 x 4,0017
= 1,8380 µL
39

J. Pembuatan Pereaksi

2. Larutan Induk Iod (I2) 0,1 N


a) Ditimbang 12,7 g iod dan 40 g kalium iodida(KI)
b) Dilarutkan dengan 25 mL air suling
c) Dipindahkan ke dalam labu ukur 1000 mL, diencerkan dengan air
suling, ditera lalu dihomogenkan.

3. Larutan iod 0,01 N


a) Dipipet 50 mL larutan iod 0,1 N
b) Dimasukan ke dalam labu ukur 500 mL, diencerkan dengan air
suling, ditera lalu dihomogenkan.

4. Indikator Kanji
a) Ditimbang 0,4 g kanji dan 0,002 g merkuri (II) Iodida (HgI2)
b) Dilarutkan dengan air mendidih sampai volume 200 mL
c) Dipanaskan hingga jernih.

5. Larutan Asam Klorida (1:10)


a) Diencerkan 10 mL HCl pekat dengan 100 mL air suling.

6. Larutan Natrium tio sulfat (Na2S2O3) 0,1 N


a) Ditimbang 24,82 g Na2S2O3.5 H2O dan 0,1 g Na2CO3, larutkan
dengan 200 mL air bebas O2
b) Dipindahkan ke dalam labu ukur 1000 mL, diencerkan, dihimpitkan,
kemudian dihomogenkan.
c) Larutan ini didiamkan selama sehari sebelum distandarisasi.

7. Larutan Natrium tio sulfat (Na2S2O3) 0,01 N


a) Dipipet 50 mL larutan natrium tio sulfat 0,1 N
b) Dimasukan ke dalam labu ukur 500 mL, diencerkan dengan air
suling, ditera lalu dihomogenkan.
40

Anda mungkin juga menyukai