Anda di halaman 1dari 10

EFEKTIVITAS PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH DI KAWASAN BASIRIH

KOTA BANJARMASIN BERDASARKAN ANALISIS


METODE DIREKTORAT PKP DAN BPS

Ramadhayanti Safitri1 dan Henry Wardhana2


Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat
Jl. A. Yani Km. 35,8 Kalimantan Selatan, Indonesia

ABSTRAK

Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) merupakan upaya strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya
dalam rangka penuntasan permukiman kumuh. Salah satu program KOTAKU Kalimantan Selatan
terdapat di Kawasan Basirih Selatan yang telah selesai ditangani pada tahun 2019. Namun belum
dilakukan evaluasi lanjutan terkait tingkat efektifitas penanganan. Selain itu, perbedaan data
permukiman kumuh antara Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman (PKP) sebagai pelaksana
program dengan Badan Pusat Statistik (BPS) selaku Lembaga yang menangani survei sosial ekonomi
nasional dapat menyebabkan munculnya pertanyaan publik apakah program ini efektif dalam
mengurangi permukiman kumuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penanganan
permukiman kumuh di Kawasan Basirih Kota Banjarmasin berdasarkan analisis metode direktorat
PKP dan BPS.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang menghasilkan nilai numerik berupa data-data
pengukuran volume pekerjaan yang digunakan sebagai tolak ukur penilaian tingkat kumuh. Sedangkan
metode kualitatif digunakan sebagai bahan pertimbangan berdasarkan pendapat masyarakat yang
diperoleh melalui kuesioner untuk mengetahui kesinambungan antara nilai numerik yang dihasilkan
dengan fakta di lapangan.

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode Dit. PKP dan BPS diketahui bahwa penanganan
kumuh yang dilaksanakan efektif mengurangi nilai kumuh di kawasan tersebut. Hasil perhitungan
tersebut berbanding lurus dengan nilai tingkat persetujuan warga penerima manfaat dengan tingkat
persetujuan rata-rata sebesar 69,51%.

Kata Kunci: BPS, KOTAKU, Kumuh, Permukiman, PKP.

1 PENDAHULUAN kualitas air, pendangkalan sungai, dan banyak


sungai yang hilang tertutup hunian atau diuruk
Berdasarkan data baseline KOTAKU untuk berbagai pembangunan, serta dampak
Kalimantan Selatan, kawasan Basirih Selatan negatif lainnya. Sehingga sangat diperlukan
merupakan satu diantara kawasan kumuh yang penanganan permukiman kumuh untuk
terletak di Kota Banjarmasin. Sebelum menanggulangi berbagai macam permasalahan
dilakukan penanganan, kawasan Basirih tersebut.
Selatan memiliki berbagai persoalan Berdasarkan data dari Balai PPW
permukiman kumuh, antara lain perkembangan Kalimantan Selatan telah dilakukan
permukiman baru disepanjang bantaran sungai penanganan di kawasan Basirih Selatan pada
yang tidak terkendali. Menurut Setiawan, tahun 2019 khususnya pada wilayah rukun
2020. Permukiman kumuh pada kawasan tetangga (RT) yang memiliki tingkat
Basirih Selatan menimbulkan dampak negatif, kekumuhan berat. Namun penanganan
khususnya pada aspek sosial, lingkungan, dan permukiman kumuh yang telah dilakukan
kesehatan. masalah permukiman kumuh belum terlaksana secara menyeluruh pada
lainnya yang terjadi pada kawasan Basirih beberapa aspek, yaitu pada penanganan
Selatan adalah pencemaran lingkungan akibat kondisi bangunan gedung, kondisi pengelolaan
sampah dan limbah rumah tangga yang persampahan, dan kondisi proteksi kebakaran.
dibuang langsung ke sungai, menurunnya Selain itu, kurangnya koordinasi antara instanti
1
terkait yang menangani permukiman kumuh Data primer ini dikumpulkan dengan cara
menyebabkan sistem perbaruan nilai kumuh pengukuran langsung di lapangan.
cenderung lambat dan data dapat berbeda- Pengukuran dilakukan pada objek-objek
beda. Contohnya perbedaan data nilai kumuh penanganan yang telah dilakukan, seperti
antara Balai PPW Kalimantan Selatan yang panjang jalan yang telah diperbaiki,
menggunakan Metode Direktorat volume drainase yang dibangun, ataupun
Pengembangan Kawasan Permukiman (PKP) jumlah KK yang telah ditangani. Data
berbeda dengan Badan Pusat Statistik (BPS) sekunder merupakan data yang diperoleh
dapat menyebabkan permasalahan baru pada dari hasil kuesioner dan wawancara yang
saat pemeriksaan. Kemudian kondisi tersebut dilakukan oleh tim koordinator kota
mendorong perlunya dilakukan evaluasi dan (korkot) dan fasilitator masyarakat (FM)
monitoring lanjutan terhadap pelaksanaan Kotaku Banjarmasin kepada warga
program penanganan kumuh yang telah penerima manfaat. Kuesioner berisikan
dilakukan. hal-hal umum terkait pengetahuan dan
Berdasarkan latar belakang di atas, kebermanfaatan program yang telah
Efektifitas Penanganan Permukiman Kumuh di dilakukan dan Baseline tingkat kumuh
Kawasan Basirih Kota Banjarmasin kawasan Basirih Selatan.
Berdasarkan Analisis Metode Direktorat PKP 4. Pengolahan data, data primer hasil
dan BPS. Analisis dilakukan berdasarkan Surat penelitian melalui observasi dan
Edaran Menteri PUPR Nomor 14/PRT/M/2018 pengukuran lapangan disertai dengan
tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas data-data sekunder lainnya, selanjutnya
Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman akan ditelaah dan diolah sehingga
Kumuh dibandingkan terhadap perhitungan
menghasilkan suatu kesimpulan
kumuh berdasarkan survei sosial ekonomi
nasional atau analisa BPS. Dengan adanya
Langkah-langkah dalam penelitian ini
penelitian ini diharapkan mampu memberikan
ditampilkan dalam diagram alir penelitian pada
gambaran bahkan menjadi acuan bagi
Gambar 1.
pemerintah Kota Banjarmasin maupun
pemerintah pusat tentang tingkat efektivitas
program penanganan permukiman kumuh yang
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
selama ini telah dilaksanakan di wilayah kota
Banjarmasin, khususnya pada kawasan Basirih
Selatan.

2 METODE PENELITIAN

Ada beberapa tahapan yang dilakukan


dalam penelitian ini. Tahapan yang dilakukan
pada penelitian ini terdiri dari:
1. Studi pendahuluan dan perumusan
masalah, dengan tujuan untuk mengetahui
dan mencari informasi terkait
permasalahan kumuh yang selama ini
dihadapi pada kawasan Basirih Selatan,
serta tingkat keberhasilan penanganannya.
2. Studi pustaka, yaitu mempelajari tentang
permukiman kumuh secara umum dan
permasalahan-permasalah yang terjadi
pada permukiman kumuh itu sendiri, baik
menurut Direktorat Pengembangan
Kawasan Permukiman (Dit.PKP) maupun
menurut Badan Pusat Statistik (BPS).
3. Pengumpulan data, data primer merupakan
data yang dikumpulkan dari sumber-
sumber asli untuk tujuan tertentu melalui
survei lapangan dengan menggunakan
semua metode pengumpulan data orisinil.
2
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
5. Kondisi Pengelolaan Air Limbah
3.1 Pengumpulan Data 38 KK
a. Sistem Pengelolaan Air
Dalam penelitian ini terdapat dua
Limbah Tidak Sesuai
jenis data yang diperlukan, yaitu data
b.Prasarana dan Sarana 9 Unit
primer dan data sekunder.
Pengelolaan Air Limbah Tidak
a. Data Primer
Sesuai dengan Persy Teknis
Data primer yang diperlukan dalam
penelitian ini dikategorikan menjadi dua 6. Kondisi Pengelolaan Persampahan
jenis data yaitu data berdasarkan analisa
a.Prasarana dan Sarana Unit
KOTAKU dan data berdasarkan analisa
Persampahan Tidak Sesuai -
BPS. dengan persyaratan Teknis
1) Untuk analisa KOTAKU, berdasarkan b.Sistem Pengelolaan Unit
hasil pengukuran lapangan, diperoleh data Persampahan yang tidak sesuai -
output/volume penanganan sebagai Standar Teknis
berikut: c.Tidakterpeliharanya Sarana Unit
Tabel 1 Data Output (Penanganan) RT.15 dan Prasarana Pengelolaan
Persampahan
OUTPUT
ASPEK/KRITERIA 7. Kondisi Proteksi Kebakaran
Vol. Sat.
a. Ketidaktersediaan Prasarana -
1. Kondisi Bangunan Proteksi Kebakaran
b.Ketidaktersediaan Sarana 69 Unit
a. Ketidakteraturan Bangunan - - Proteksi Kebakaran
b. Kepadatan tidak sesuai
- -
ketentuan Tabel 2 Data Output (Penanganan) RT.16
c. Ketidaksesuaian dengan
Persyaratan Teknis Bangunan - - OUTPUT
ASPEK/KRITERIA
Vol. Sat.
2. Kondisi Jalan Lingkungan
126 m 1. Kondisi Bangunan
a. Cakupan Jalan Lingkungan
b. Kualitas Permukaan Jalan 225 m a. Ketidakteraturan Bangunan - -
lingkungan b. Kepadatan Bangunan tidak
- -
sesuai ketentuan
3. Kondisi Penyediaan Air Minum c. Ketidaksesuaian dengan
a. Ketersediaan Akses Aman Persyaratan Teknis Bangunan - -
- -
Air Minum
b. Tidak terpenuhinya 2. Kondisi Jalan Lingkungan
Kebutuhan Air Minum - -
311 m
a. Cakupan Jalan Lingkungan
4. Kondisi Drainase Lingkungan
b. Kualitas Permukaan Jalan 540 m
a.Ketidakmampuan lingkungan
- -
Mengalirkan Limpasan Air
b. Ketidaktersediaan Drainase 351 m
3. Kondisi Penyediaan Air Minum
c. Ketidakterhubungan dengan a. Ketersediaan Akses Aman
- - - -
Sistem Drainase Perkotaan Air Minum
d.Tidak terpeliharanya Drainase 351 m b. Tidak terpenuhinya
Kebutuhan Air Minum - -
e. Kualitas Konstruksi Drainase 351 m

3
Lanjutan Tabel 2 Data Output
(Penanganan) RT.16 c. Ketidaksesuaian dengan
OUTPUT Persyaratan Teknis Bangunan - -
ASPEK/KRITERIA
Vol. Sat.
2. Kondisi Jalan Lingkungan
4. Kondisi Drainase Lingkungan 163 m
a. Ketidakmampuan a. Cakupan Jalan Lingkungan
- -
Mengalirkan Limpasan Air b. Kualitas Permukaan Jalan 796 m
b. Ketidaktersediaan Drainase 851 m lingkungan
c. Ketidakterhubungan dengan
- - 3. Kondisi Penyediaan Air Minum
Sistem Drainase Perkotaan
d. Tidak terpeliharanya 851 m a. Ketersediaan Akses Aman
- -
Drainase Air Minum
e. Kualitas Konstruksi Drainase 851 m b. Tidak terpenuhinya
Kebutuhan Air Minum - -

5. Kondisi Pengelolaan Air Limbah 4. Kondisi Drainase Lingkungan


a. Sistem Pengelolaan Air - KK a.Ketidakmampuan
- -
Limbah Tidak Sesuai Standar Mengalirkan Limpasan Air
Teknis b. Ketidaktersediaan Drainase 959 m
b. Prasarana dan Sarana 14 Unit
c. Ketidakterhubungan dengan
Pengelolaan Air Limbah Tidak - -
Sistem Drainase Perkotaan
Sesuai dengan Persy Teknis
d.Tidak terpeliharanya Drainase 959 m
6. Kondisi Pengelolaan Persampahan
e. Kualitas Konstruksi Drainase 959 m
a. Prasarana dan Sarana Unit
Persampahan Tidak Sesuai -
dengan persyaratan Teknis 5. Kondisi Pengelolaan Air Limbah
b. Sistem Pengelolaan Unit
a. Sistem Pengelolaan Air 24 KK
Persampahan yang tidak sesuai - Limbah Tidak Sesuai Standar
Standar Teknis Teknis
c. Tidakterpeliharanya Sarana - Unit
b. Prasarana dan Sarana 14 Unit
dan Prasarana Pengelolaan Pengelolaan Air Limbah Tidak
Persampahan Sesuai dengan Persy Teknis
7. Kondisi Proteksi Kebakaran 6. Kondisi Pengelolaan Persampahan
a. Ketidaktersediaan Prasarana - Unit
a.Prasarana dan Sarana
Proteksi Kebakaran -
Persampahan Tidak Sesuai
b. Ketidaktersediaan Sarana 136 Unit
b.Sistem Pengelolaan Unit
Proteksi Kebakaran Persampahan tidak sesuai -
Standar Teknis
Tabel 3 Data Output (Penanganan) RT.17 c. Tidakterpeliharanya Sarana - Unit
dan Prasarana Pengelolaan
OUTPUT Persampahan
ASPEK/KRITERIA
Vol. Sat. 7. Kondisi Proteksi Kebakaran

1. Kondisi Bangunan a. Ketidaktersediaan Prasarana -


Proteksi Kebakaran
a. Ketidakteraturan Bangunan - - b. Ketidaktersediaan Sarana 110 Unit

b. Kepadatan Bangunan tidak Proteksi Kebakaran


- -
sesuai ketentuan

4
Tabel 4 Data Output (Penanganan) RT.18 b. Sistem Pengelolaan Unit
Persampahan yang tidak -
OUTPUT
sesuai Standar Teknis
ASPEK/KRITERIA
c. Tidakterpeliharanya - Unit
Vol. Sat.
Sarana dan Prasarana
Pengelolaan Persampahan
1. Kondisi Bangunan
a. Ketidakteraturan 7. Kondisi Proteksi Kebakaran
- -
Bangunan a. Ketidaktersediaan -
b. Kepadatan Bangunan Prasarana Proteksi
- -
tidak sesuai ketentuan Kebakaran
c. Ketidaksesuaian dengan - Unit
b. Ketidaktersediaan Sarana
Persyaratan Teknis
- - Proteksi Kebakaran
Bangunan

2) Untuk analisa BPS berdasarkan hasil


2. Kondisi Jalan Lingkungan pengukuran lapangan, diperoleh data
a. Cakupan Jalan 141 m output/volume penanganan sebagai
Lingkungan berikut:
b. Kualitas Permukaan Jalan 1.084 m Tabel 5 Data Output Analisa BPS
lingkungan
OUTPUT SAT.
KATEGORI
3. Kondisi Penyediaan Air Minum RT 15 RT 16
a. Ketersediaan Akses Aman Air Minum Tidak
- -
Air Minum 32 49 KK
b. Tidak terpenuhinya Layak
Kebutuhan Air Minum - - Sanitasi Tidak
0 0 KK
Layak
4. Kondisi Drainase Lingkungan
Sufficient Living
a. Ketidakmampuan 28 14 Unit
- - Area
Mengalirkan Limpasan Air
b. Ketidaktersediaan 1225 m Durability Of
Drainase 14 2 Unit
Housing
c. Ketidakterhubungan
dengan Sistem Drainase - -
Perkotaan Tabel 6 Data Output Analisa BPS
d. Tidak terpeliharanya 1225 m
OUTPUT SAT.
Drainase KATEGORI
e. Kualitas Konstruksi 1225 m RT 17 RT 18
Drainase
Air Minum Tidak
20 8 KK
Layak
5. Kondisi Pengelolaan Air Limbah
Sanitasi Tidak
a. Sistem Pengelolaan Air - KK 0 0 KK
Layak
Limbah Tidak Sesuai
Standar Teknis Sufficient Living
25 25 Unit
b. Prasarana dan Sarana - Unit Area
Pengelolaan Air Limbah Durability Of
Tidak Sesuai dengan Persy 46 13 Unit
Teknis Housing
a. Data Sekunder
6. Kondisi Pengelolaan Persampahan
Data sekunder pada penelitian ini antara
a. Prasarana dan Sarana Unit lain adalah volume awal tingkat kumuh
Persampahan Tidak Sesuai - berdasarkan KOTAKU dan BPS, item
dengan persyaratan Teknis
5
pekerjaan penanganan. serta informasi 7) Menentukan tingkat kekumuhan akhir.
lainnya terkait pelaksanaan penanganan. Tingkat kekumuhan diperoleh berdasarkan
3.2 Pengolahan Data batas ambang nilai yang dapat dilihat pada
a. Analisa Direktorat PKP Tabel 8 di bawah ini.
Setelah data output penanganan kumuh Tabel 8 Batas Ambang Nilai Tingkat
diperoleh, langkah selanjutnya adalah nilai Kekumuhan
kumuh akhir setelah dilakukan penanganan. Batas Ambang Nilai Tingkat Kekumuhan
Langkah-langkah perhitungan nilai kumuh 71 -95 : Kumuh Berat
akhir adalah sebagai berikut: 45 - 70 : Kumuh Sedang
1) Melakukan perhitungan volume
19 - 44 Kumuh Ringan
output/realisasi kegiatan.
Volume output realisasi kegiatan diperoleh < 19, Dinyatakan Tidak Kumuh
dari hasil pengukuran lapangan
berdasarkan volume pekerjaan yang
b. Hasil Analisa Direktorat PKP
dilaksanakan di lapangan.
Tabel 9 Nilai Kumuh Akhir RT 15
2) Menentukan nilai numerik akhir setiap
KONDISI KONDISI
kriteria.
Perhitungan nilai numerik akhir dengan AWAL AKHIR
cara sebagai berikut: Nilai Kumuh 50 20
NUM Akhir = NUM Output – NUM Awal (1)
3) Menghitung persentase volume masing- Kategori/Tingkat Kumuh Kumuh
masing kriteria. Kekumuhan Sedang Ringan
Nilai persentase volume dapat dihitung Rata2 Kumuh 52,25% 18,98%
berdasarkan formula yang telah
ditentukan. Sektoral
4) Menentukan skor/pembobotan akhir setiap Kontribusi 0,00% 63,68%
kriteria.
Penanganan
Nilai skor/pembobotan untuk setiap
kriteria ditentukan sesuai besarnya nilai
presentase kriteria yang diperoleh. Tabel 10 Nilai Kumuh Akhir RT 16
Tabel 7 Batas Ambang Skor KONDISI KONDISI
Penilaian Kumuh AWAL AKHIR
Nilai Presentase Skor/
Ket. Nilai Kumuh 44 15
Kriteria Bobot
76 - 100 5 Untuk nilai Kategori/Tingkat Kumuh Tidak Kumuh
51 - 75 3 kriteria
< 25% maka Kekumuhan Ringan
25 - 50 1 diberikan nilai 0 Rata2 Kumuh 44,04% 14,04%
Sektoral
5) Menghitung rata-rata kekumuhan aspek
Kontribusi 0,00% 68,12%
sektoral akhir.
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝐾𝑒𝑘𝑢𝑚𝑢ℎ𝑎𝑛 Penanganan

= (2)
Tabel 11 Nilai Kumuh Akhir RT 17
KONDISI KONDISI
6) Menghitung persentase akhir kontribusi
penanganan. AWAL AKHIR
𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛𝑎𝑛 (%) Nilai Kumuh 54 24

= (3) Kategori/Tingkat Kumuh Kumuh


Kekumuhan Sedang Ringan
Keterangan: Rata2 Kumuh 53,14% 23.54%
RKSAW = Rata-Rata Kekumuhan Sektor Awal (%) Sektoral
RKSAK = Rata-Rata Kekumuhan Sektor Akhir (%)

6
Lanjutan Tabel 11 Nilai Kumuh Akhir Rumah Tangga Kumuh
RT 17 = [(a x 15%) + (b x 15%) + (c x 35%) + (d x
KONDISI KONDISI 35%)]
AWAL AKHIR Dengan:
a = air minum layak/jumlah KK
Kontribusi 0,00% 55,70% b = sanitasi layak/jumlah KK
Penanganan c = sufficient living area/jumlah rumah
d = durability for housing/jumlah rumah
Tabel 12 Nilai Kumuh Akhir RT 18
KONDISI KONDISI 4) Menentukan kategori kumuh akhir.
Jika rumah tangga kumuh memiliki nilai
AWAL AKHIR kategori > 35% maka termasuk “Rumah
Nilai Kumuh 38 18 Tangga Kumuh”, sebaliknya jika nilai <
= 35% dianggap “Rumah Tangga Bukan
Kategori/Tingkat Kumuh Tidak Kumuh
Kumuh”.
Kekumuhan Ringan
Rata2 Kumuh 34,93% 20.03% d. Hasil Analisa BPS
Tabel 13 Nilai Akhir
Sektoral
Rumah Tangga Kumuh RT 15
Kontribusi 0,00% 42.64% KONDISI KONDISI
Penanganan AWAL AKHIR
Nilai Rumah 40% 27%
c. Analisis BPS Tangga Kumuh
Langkah-langkah analisis BPS sebagai
Kategori/Tingkat Rumah Rumah
berikut:
1) Melakukan perhitungan volume Kekumuhan Tangga Tangga
output/realisasi kegiatan. Kumuh Bukan
Volume output realisasi kegiatan atau nilai
Kumuh
numerik akhir diperoleh dari hasil
pengukuran lapangan berdasarkan volume
pekerjaan yang dilaksanakan di lapangan. Tabel 14 Nilai Akhir
Perhitungan volume output terdiri dari 4 Rumah Tangga Kumuh RT 16
variabel yaitu air minum layak, sanitasi KONDISI KONDISI
layak, sufficient living area, dan durability
AWAL AKHIR
for housing.
2) Menghitung persentase kumuh pada Nilai Rumah 21% 12%
masing-masing kategori. Tangga Kumuh
Nilai numerik akhir yang selanjutnya
Kategori/Tingkat Rumah Rumah
dikalikan dengan persentase bobot
maksimal yang telah ditentukan menurut Kekumuhan Tangga Tangga
Analisa BPS. Bukan Bukan
 Kategori air minum layak = (nilai numerik
Kumuh Kumuh
akhir/jumlah KK) x 15%
 Kategori sanitasi layak = (nilai numerik Tabel 15 Nilai Akhir
akhir/jumlah KK) x 15% Rumah Tangga Kumuh RT 17
KONDISI KONDISI
 Kategori sufficient living area = (nilai
AWAL AKHIR
numerik akhir/jumlah rumah) x 35%
 Kategori durability for housing = (nilai Nilai Rumah 40% 30%

numerik akhir/jumlah rumah) x 35% Tangga Kumuh

3) Menentukan total persentase kumuh pada


masing-masing kategori.
7
Lanjutan Tabel 15 Nilai Akhir Rumah f. Permasalahan Kumuh yang Belum Teratasi
Tangga Kumuh RT 17 dan Alternatif Solusi
KONDISI KONDISI Permasalahan kumuh yang belum teratasi
terletak pada aspek kondisi bangunan gedung.
AWAL AKHIR
Hal tersebut dikarenakan masyarakat setempat
Kategori/Tingkat Rumah Rumah menolak adanya pembebasan lahan. Penolakan
Kekumuhan Tangga Tangga masyarakat ini juga dilandasi karena tidak
tersediannya opsi-opsi yang dapat membantu
Kumuh Bukan meringankan proses pembebasan lahan, seperti
Kumuh adanya hunian/tempat tinggal sementara atau
bantuan lainnya dari pemerintah untuk
menunjang kebutuhan tempat tinggal
Tabel 16 Nilai Akhir
masyarakat.
Rumah Tangga Kumuh RT 18 Perencanaan yang matang dan pembebasan
KONDISI KONDISI lahan secara bertahap menjadi focus utama
AWAL AKHIR pemerintah untuk penanganan permukiman
Nilai Rumah 30% 16% kumuh Kawasan Basirih Selatan.
Pembangunan rusunawa dapat dijadikan
Tangga Kumuh sebagai salah satu solusi sehingga warga
Kategori/Tingkat Rumah Rumah setempat tidak perlu khawatir untuk mencari
hunian baru yang layak dan terjangkau. Salah
Kekumuhan Tangga Tangga
satu rusunawa yang telah dibangun di Kota
Bukan Bukan Banjarmasin, yaitu rusunawa teluk kelayan.
Kumuh Kumuh Rusunawa teluk kelayan ini mampu mengubah
kondisi permukiman kumuh di sekitar teluk
kelayan menjadi lebih tertata dan indah, yang
e.Perbandingan Hasil Perhitungan Berdasarkan juga berdampak positif bagi kondisi kesehatan
Metode Dit. PKP dan BPS maupun ekonomi sosial warga.
Berdasarkan hasil metode Dit. PKP
penanganan kumuh yang telah dilakukan 4 KESIMPULAN
menyebabkan nilai kumuh pada masing- Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
masing RT menjadi berkurang. Begitu juga ada beberapa hal yang dapat disimpulkan:
berdasarkan metode BPS, penanganan kumuh 1. Permasalahan-permasalahan kumuh yang
juga memberikan kontribusi terhadap sudah ditangani dengan adanya program
penurunan nilai rumah tangga kumuh. penanganan kumuh ini terdiri dari
Dari perbedaan jumlah aspek/kriteria yang beberapa aspek yaitu, aspek kondisi jalan
menjadi indikator kumuh antara analisa Dit. lingkungan, aspek penyediaan air minum,
PKP dengan BPS dapat dikatakan bahwa aspek kondisi drainase lingkungan, aspek
analisa Dit. PKP lebih detail dengan 7 aspek pengelolaan air limbah, aspek pengelolaan
indikator serta telah memuat 4 aspek/kriteria persampahan, serta aspek proteksi
indikator BPS. kebakaran. Sedangkan permasalahan
Analisa Dit. PKP memiliki 4 kategori kumuh yang belum ditangani terletak
kekumuhan (kumuh berat, sedang. ringan, dan pada aspek kondisi bangunan Gedung
tidak kumuh) sedangkan BPS hanya memiliki yang dikarenakan kurangnya alokasi
2 kategori kumuh (kumuh dan tidak kumuh). anggaran dan sulitnya pelaksanaan
Dengan 4 kategori tersebut analisa Dit. PKP pembebasan lahan.
dapat lebih representatif dalam 2. Hasil penurunan tingkat kumuh di
menggambarkan kondisi permukiman kumuh Kawasan Basirih berdasarkan Analisis
dibandingkan BPS. Metode Direktorat PKP dan Badan Pusat
Persamaan kedua analisa terletak pada objek Statistik sama-sama menunjukan adanya
yang diteliti, yaitu rumah warga yang berada di penurunan tingkat kumuh. Dengan
lingkungan tersebut. Sehingga penilaian penurunan nilai kumuh ini, maka dapat
kumuh yang dilakukan telah menujukan dikatakan bahwa penanganan kumuh yang
analisa yang mendalam untuk dapat telah dilaksanakan efektif dalam
menyimpulkan suatu permukiman termasuk mengurangi kekumuhan di Kawasan
dalam kategori kumuh atau tidak. Basirih Selatan. Penurunan ini tergambar
dari adanya perbaikan jalan lingkungan,
8
ketersediaan drainase, penggunaan ipal dan Permukiman Kumuh. Jakarta:
biofil untuk air limbah, sarana dan Kementerian Pekerjaan Umum dan
prasarana pembuangan sampah yang baik, Perumahan Rakyat.
serta adanya sumber air di sekitar rumah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
warga sebagai proteksi kebakaran. Rakyat. 2018. Peraturan Menteri
3. Strategi penyelesaian permukiman kumuh Pekerjaan Umum dan Perumahan
yang belum teratasi yaitu aspek kondisi Rakyat Republik Indonesia No.
bangunan gedung dapat dilakukan dengan 14/PRT/M/2018 Tentang Pencegahan
cara pengalokasian anggaran dan dan Peningkatan Kualitas Terhadap
pembebasan lahan secara bertahap Perumahan Kumuh dan Permukiman
sehingga penanganan kumuh yang Kumuh. Jakarta: Kementerian Pekerjaan
dilakukan dapat dijadikan sebagai Umum dan Perumahan Rakyat.
program jangka panjang bagi instansi Khomarudin. 1997. Menelusuri Pembangunan
yang menangani. Selain itu, penyediaan Perumahan dan Permukiman. Jakarta:
infrastruktur permukiman seperti Yayasan Real Estate Indonesia.
pembangunan rusunawa dapat membantu Kurniasih, Sri. 2007. Usaha Perbaikan
menghilangkan keresahan warga terkait Permukiman Kumuh di Petukangan
tersediannya hunian setelah adanya Utara Jakarta Selatan. Jakarta: Fakultas
pembebasan lahan. Teknik Arsitektur Universitas Budi
Luhur.
DAFTAR RUJUKAN Muta’ali, Luthfi. 2019. Perkembangan
Program Penanganan Permukiman
Badan Pengawasan Keuangan dan Kumuh. Yogyakarta: UGM Press.
Pembangunan. 2020. Kebijakan Audit Prayitno, Budi. 2016. Skema Inovatif
2020 Program Kota Tanpa Kumuh Penanganan Permukiman Kumuh.
(KOTAKU). Jakarta: Badan Pengawasan Yogyakarta: UGM Press.
Keuangan dan Pembangunan. Raharjo, Sahid. 2017. Cara Melakukan Uji
Direktorat Jenderal Cipta Karya. 2016. Reliabilitas Alpha Cronbach’s Dengan
Pedoman Umum Program Kota Tanpa SPSS.
Kumuh (KOTAKU). Jakarta: Direktorat https://www.spssindonesia.com/2014/01
Pengembangan Kawasan Permukiman /uji-reliabilitas-alpha-spss.html (diakses
Kementerian Pekerjaan Umum dan pada 3 Juni 2020).
Perumahan Rakyat. Raharjo, Sahid. 2019 Tutorial Analisis
Direktorat Jenderal Cipta Karya. 2018. Korelasi Rank Spearman dengan SPSS.
Panduan Penyusunan Rencana https://www.spssindonesia.com/2017/04
Pencegahan dan Peningkatan Kualitas /analisis-korelasi-rank-spearman.html
Permukiman Kumuh Perkotaan. Jakarta: (diakses pada 3 Juni 2020).
Direktorat Pengembangan Kawasan Rudiyantono. 2000. Model Program Intervensi
Permukiman Kementerian Pekerjaan dalam Penanggulangan Permukiman
Umum dan Perumahan Rakyat. Kumuh Perkotaan Studi Kasus
Direktorat Jenderal Cipta Karya. 2018. Permukiman Penerima Program
Pedoman Penyusunan Rencana Intervensi di Surabaya. Surabaya:
Program Investasi Jangka Menengah Program Pasca Sarjana Teknik
(RPIJM) Bidang Cipta Karya Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh
Kabupaten/Kota. Jakarta: Direktorat November.
Cipta Karya Kawasan Permukiman Sobirin. 2001. Distribusi Permukiman dan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Prasarana Kota Studi Kasus Dinamika
Perumahan Rakyat. Pembangunan Kota Indonesia. Jakarta:
Gamal Rindarjano, Mohammad. 2012. Slum UI Press.
Kajian Permukiman Kumuh dalam Syaiful Rahman, Ira Mentayani,
Perspektif. Yogyakarta: Media Perkasa. Rusmilyansari, Emmy Sri Mahreda.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan 2019. Jurnal Pengelolaan Sumber Daya
Rakyat. 2016. Peraturan Menteri Alam dan Lingkungan, Volume 1 Nomor
Pekerjaan Umum dan Perumahan 2. Identifikasi Karakteristik Permukiman
Rakyat Republik Indonesia No. Kumuh Tepian Sungai di Kelurahan
12/PRT/M/2016 Tentang Peningkatan Sungai Bilu Kota Banjarmasin.
Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Banjarmasin: Program Studi S2
9
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Universitas Lambung
Mangkurat.
Titisari, Ema Yunita, dan Farid Kurniawan.
1999. Kajian Permukiman Desa
Pinggiran Kota Mengukur Tingkat
Kekumuhan. Surabaya: Institut
Teknologi Sepuluh November.
Wajib, Nurwino. 2016. Alternatif Model
Penanganan Permukiman Kumuh.
http://kotaku.pu.go.id:8081/wartaarsipde
til.asp?mid=8338&catid=2&/alternatif
(diakses pada 26 April 2020).
Yuliani, Ariezki. 2016. Kajian Alternatif
Penataan Infrastruktut Kawasan
Permukiman Kumuh Kelurahan
Kertapati Kecamatan Kertapati
Palembang. Palembang: Program Studi
S2 Teknik Sipil Manajemen
Infrastruktur Universitas Sriwijaya.
Zeannyta, Erika. 2020. Proposal Tesis Analisis
Kelayakan Permukiman Kawasan
Pelambuan-Rawasari Banjarmasin
Barat. Banjarmasin: Magister Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas
Lambung Mangkurat.

10

Anda mungkin juga menyukai