Anda di halaman 1dari 10

EFEKTIVITAS PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH DI KAWASAN BASIRIH

KOTA BANJARMASIN BERDASARKAN ANALISIS


METODE DIREKTORAT PKP DAN BPS

Ramadhayanti Safitri1 dan Henry Wardhana2


Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat
Jl. A. Yani Km. 35,8 Kalimantan Selatan, Indonesia

ABSTRAK

Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) merupakan upaya strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya
dalam rangka penuntasan permukiman kumuh. Salah satu program KOTAKU Kalimantan Selatan
terdapat di Kawasan Basirih Selatan yang telah selesai ditangani pada tahun 2019. Namun belum
dilakukan evaluasi lanjutan terkait tingkat efektifitas penanganan. Selain itu, perbedaan data
permukiman kumuh antara Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman (PKP) sebagai pelaksana
program dengan Badan Pusat Statistik (BPS) selaku Lembaga yang menangani survei sosial ekonomi
nasional dapat menyebabkan munculnya pertanyaan publik apakah program ini efektif dalam
mengurangi permukiman kumuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penanganan
permukiman kumuh di Kawasan Basirih Kota Banjarmasin berdasarkan analisis metode direktorat
PKP dan BPS.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang menghasilkan nilai numerik berupa data-data
pengukuran volume pekerjaan yang digunakan sebagai tolak ukur penilaian tingkat kumuh. Sedangkan
metode kualitatif digunakan sebagai bahan pertimbangan berdasarkan pendapat masyarakat yang
diperoleh melalui kuesioner untuk mengetahui kesinambungan antara nilai numerik yang dihasilkan
dengan fakta di lapangan.

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode Dit. PKP dan BPS diketahui bahwa penanganan
kumuh yang dilaksanakan efektif mengurangi nilai kumuh di kawasan tersebut. Hasil perhitungan
tersebut berbanding lurus dengan nilai tingkat persetujuan warga penerima manfaat dengan tingkat
persetujuan rata-rata sebesar 69,51%.

Kata Kunci: BPS, KOTAKU, Kumuh, Permukiman, PKP.

1 PENDAHULUAN kualitas air, pendangkalan sungai, dan banyak


sungai yang hilang tertutup hunian atau diuruk
Berdasarkan data baseline KOTAKU untuk berbagai pembangunan, serta dampak
Kalimantan Selatan, kawasan Basirih Selatan negatif lainnya. Sehingga sangat diperlukan
merupakan satu diantara kawasan kumuh yang penanganan permukiman kumuh untuk
terletak di Kota Banjarmasin. Sebelum menanggulangi berbagai macam permasalahan
dilakukan penanganan, kawasan Basirih tersebut.
Selatan memiliki berbagai persoalan Berdasarkan data dari Balai PPW
permukiman kumuh, antara lain perkembangan Kalimantan Selatan telah dilakukan
permukiman baru disepanjang bantaran sungai penanganan di kawasan Basirih Selatan pada
yang tidak terkendali. Menurut Setiawan, tahun 2019 khususnya pada wilayah rukun
2020. Permukiman kumuh pada kawasan tetangga (RT) yang memiliki tingkat
Basirih Selatan menimbulkan dampak negatif, kekumuhan berat. Namun penanganan
khususnya pada aspek sosial, lingkungan, dan permukiman kumuh yang telah dilakukan
kesehatan. masalah permukiman kumuh belum terlaksana secara menyeluruh pada
lainnya yang terjadi pada kawasan Basirih beberapa aspek, yaitu pada penanganan
Selatan adalah pencemaran lingkungan akibat kondisi bangunan gedung, kondisi pengelolaan
sampah dan limbah rumah tangga yang persampahan, dan kondisi proteksi kebakaran.
dibuang langsung ke sungai, menurunnya Selain itu, kurangnya koordinasi antara instanti
1
terkait yang menangani permukiman kumuh Data primer ini dikumpulkan dengan cara
menyebabkan sistem perbaruan nilai kumuh pengukuran langsung di lapangan.
cenderung lambat dan data dapat berbeda- Pengukuran dilakukan pada objek-objek
beda. Contohnya perbedaan data nilai kumuh penanganan yang telah dilakukan, seperti
antara Balai PPW Kalimantan Selatan yang panjang jalan yang telah diperbaiki,
menggunakan Metode Direktorat volume drainase yang dibangun, ataupun
Pengembangan Kawasan Permukiman (PKP) jumlah KK yang telah ditangani. Data
berbeda dengan Badan Pusat Statistik (BPS) sekunder merupakan data yang diperoleh
dapat menyebabkan permasalahan baru pada dari hasil kuesioner dan wawancara yang
saat pemeriksaan. Kemudian kondisi tersebut dilakukan oleh tim koordinator kota
mendorong perlunya dilakukan evaluasi dan (korkot) dan fasilitator masyarakat (FM)
monitoring lanjutan terhadap pelaksanaan Kotaku Banjarmasin kepada warga
program penanganan kumuh yang telah penerima manfaat. Kuesioner berisikan
dilakukan. hal-hal umum terkait pengetahuan dan
Berdasarkan latar belakang di atas, kebermanfaatan program yang telah
Efektifitas Penanganan Permukiman Kumuh di dilakukan dan Baseline tingkat kumuh
Kawasan Basirih Kota Banjarmasin kawasan Basirih Selatan.
Berdasarkan Analisis Metode Direktorat PKP 4. Pengolahan data, data primer hasil
dan BPS. Analisis dilakukan berdasarkan Surat penelitian melalui observasi dan
Edaran Menteri PUPR Nomor 14/PRT/M/2018 pengukuran lapangan disertai dengan
tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas data-data sekunder lainnya, selanjutnya
Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman
akan ditelaah dan diolah sehingga
Kumuh dibandingkan terhadap perhitungan
kumuh berdasarkan survei sosial ekonomi
menghasilkan suatu kesimpulan
nasional atau analisa BPS. Dengan adanya
Langkah-langkah dalam penelitian ini
penelitian ini diharapkan mampu memberikan
ditampilkan dalam diagram alir penelitian pada
gambaran bahkan menjadi acuan bagi
Gambar 1.
pemerintah Kota Banjarmasin maupun
pemerintah pusat tentang tingkat efektivitas
program penanganan permukiman kumuh yang
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
selama ini telah dilaksanakan di wilayah kota
Banjarmasin, khususnya pada kawasan Basirih
Selatan.

2 METODE PENELITIAN

Ada beberapa tahapan yang dilakukan


dalam penelitian ini. Tahapan yang dilakukan
pada penelitian ini terdiri dari:
1. Studi pendahuluan dan perumusan
masalah, dengan tujuan untuk mengetahui
dan mencari informasi terkait
permasalahan kumuh yang selama ini
dihadapi pada kawasan Basirih Selatan,
serta tingkat keberhasilan penanganannya.
2. Studi pustaka, yaitu mempelajari tentang
permukiman kumuh secara umum dan
permasalahan-permasalah yang terjadi
pada permukiman kumuh itu sendiri, baik
menurut Direktorat Pengembangan
Kawasan Permukiman (Dit.PKP) maupun
menurut Badan Pusat Statistik (BPS).
3. Pengumpulan data, data primer merupakan
data yang dikumpulkan dari sumber-
sumber asli untuk tujuan tertentu melalui
survei lapangan dengan menggunakan
semua metode pengumpulan data orisinil.
2
3 HASIL DAN PEMBAHASAN Lanjutan Tabel 1 Data Output (Penanganan)
RT.15
3.1 Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini terdapat dua OUTPUT
jenis data yang diperlukan, yaitu data ASPEK/KRITERIA
primer dan data sekunder. Vol. Sat.
a. Data Primer
b.Prasarana dan Sarana 9 Unit
Data primer yang diperlukan dalam
Pengelolaan Air Limbah Tidak
penelitian ini dikategorikan menjadi dua Sesuai dengan Persy Teknis
jenis data yaitu data berdasarkan analisa
KOTAKU dan data berdasarkan analisa 6. Kondisi Pengelolaan Persampahan
BPS. Unit
a.Prasarana dan Sarana
1) Untuk analisa KOTAKU, berdasarkan Persampahan Tidak Sesuai -
hasil pengukuran lapangan, diperoleh data dengan persyaratan Teknis
output/volume penanganan sebagai b.Sistem Pengelolaan Unit
berikut: Persampahan yang tidak sesuai -
Tabel 1 Data Output (Penanganan) RT.15 Standar Teknis
c.Tidakterpeliharanya Sarana Unit
OUTPUT
ASPEK/KRITERIA dan Prasarana Pengelolaan
Vol. Sat. Persampahan
7. Kondisi Proteksi Kebakaran
1. Kondisi Bangunan Gedung
a. Ketidaktersediaan Prasarana -
a. Ketidakteraturan Bangunan - - Proteksi Kebakaran
b. Kepadatan Bangunan tidak b.Ketidaktersediaan Sarana 69 Unit
- -
sesuai ketentuan Proteksi Kebakaran
c. Ketidaksesuaian dengan
- -
Persyaratan Teknis Bangunan Tabel 2 Data Output (Penanganan) RT.16
2. Kondisi Jalan Lingkungan OUTPUT
a. Cakupan Pelayanan Jalan 126 m ASPEK/KRITERIA
Lingkungan Vol. Sat.
b. Kualitas Permukaan Jalan 225 m
lingkungan 1. Kondisi Bangunan Gedung
3. Kondisi Penyediaan Air Minum
a. Ketidakteraturan Bangunan - -
a. Ketersediaan Akses Aman
- - b. Kepadatan Bangunan tidak
Air Minum - -
b. Tidak terpenuhinya sesuai ketentuan
- - c. Ketidaksesuaian dengan
Kebutuhan Air Minum - -
4. Kondisi Drainase Lingkungan Persyaratan Teknis Bangunan
a.Ketidakmampuan 2. Kondisi Jalan Lingkungan
- -
Mengalirkan Limpasan Air a. Cakupan Pelayanan Jalan 311 m
b. Ketidaktersediaan Drainase 351 m Lingkungan
c. Ketidakterhubungan dengan b. Kualitas Permukaan Jalan 540 m
- - lingkungan
Sistem Drainase Perkotaan
351 m 3. Kondisi Penyediaan Air Minum
d.Tidak terpeliharanya Drainase
a. Ketersediaan Akses Aman
e. Kualitas Konstruksi Drainase 351 m - -
Air Minum
b. Tidak terpenuhinya
5. Kondisi Pengelolaan Air Limbah - -
Kebutuhan Air Minum
a. Sistem Pengelolaan Air 38 KK
Limbah Tidak Sesuai
3
Lanjutan Tabel 2 Data Output Lanjutan Tabel 3 Data Output
(Penanganan) RT.16 (Penanganan) RT.17
OUTPUT OUTPUT
ASPEK/KRITERIA
Vol. Sat. ASPEK/KRITERIA
Vol. Sat.
4. Kondisi Drainase Lingkungan
c. Ketidaksesuaian dengan
a. Ketidakmampuan - -
- - Persyaratan Teknis Bangunan
Mengalirkan Limpasan Air
b. Ketidaktersediaan Drainase 851 m 2. Kondisi Jalan Lingkungan
a. Cakupan Pelayanan Jalan 163 m
c. Ketidakterhubungan dengan
- - Lingkungan
Sistem Drainase Perkotaan
b. Kualitas Permukaan Jalan 796 m
d. Tidak terpeliharanya 851 m lingkungan
Drainase
851 m 3. Kondisi Penyediaan Air Minum
e. Kualitas Konstruksi Drainase
a. Ketersediaan Akses Aman
- -
5. Kondisi Pengelolaan Air Limbah Air Minum
b. Tidak terpenuhinya
- -
a. Sistem Pengelolaan Air - KK Kebutuhan Air Minum
Limbah Tidak Sesuai Standar 4. Kondisi Drainase Lingkungan
Teknis a.Ketidakmampuan
b. Prasarana dan Sarana 14 Unit - -
Mengalirkan Limpasan Air
Pengelolaan Air Limbah Tidak 959 m
Sesuai dengan Persy Teknis b. Ketidaktersediaan Drainase
c. Ketidakterhubungan dengan
6. Kondisi Pengelolaan Persampahan - -
Sistem Drainase Perkotaan
a. Prasarana dan Sarana Unit d.Tidak terpeliharanya Drainase 959 m
Persampahan Tidak Sesuai -
e. Kualitas Konstruksi Drainase 959 m
dengan persyaratan Teknis
b. Sistem Pengelolaan Unit
Persampahan yang tidak sesuai - 5. Kondisi Pengelolaan Air Limbah
Standar Teknis a. Sistem Pengelolaan Air 24 KK
c. Tidakterpeliharanya Sarana - Unit
Limbah Tidak Sesuai Standar
dan Prasarana Pengelolaan Teknis
Persampahan b. Prasarana dan Sarana 14 Unit

7. Kondisi Proteksi Kebakaran Pengelolaan Air Limbah Tidak


Sesuai dengan Persy Teknis
a. Ketidaktersediaan Prasarana -
6. Kondisi Pengelolaan Persampahan
Proteksi Kebakaran
b. Ketidaktersediaan Sarana 136 Unit a.Prasarana dan Sarana Unit
-
Proteksi Kebakaran Persampahan Tidak Sesuai
b.Sistem Pengelolaan Unit
Tabel 3 Data Output (Penanganan) RT.17 Persampahan tidak sesuai -
Standar Teknis
OUTPUT c. Tidakterpeliharanya Sarana - Unit
ASPEK/KRITERIA dan Prasarana Pengelolaan
Vol. Sat. Persampahan
1. Kondisi Bangunan Gedung 7. Kondisi Proteksi Kebakaran

a. Ketidakteraturan Bangunan - - a. Ketidaktersediaan Prasarana -


Proteksi Kebakaran
b. Kepadatan Bangunan tidak
- - b. Ketidaktersediaan Sarana 110 Unit
sesuai ketentuan
Proteksi Kebakaran

4
Tabel 4 Data Output (Penanganan) RT.18 Lanjutan Tabel 4 Data Output
(Penanganan) RT.18
OUTPUT
ASPEK/KRITERIA
Vol. Sat. OUTPUT
ASPEK/KRITERIA
1. Kondisi Bangunan Gedung
Vol. Sat.
a. Ketidakteraturan
- - c. Tidakterpeliharanya - Unit
Bangunan
b. Kepadatan Bangunan Sarana dan Prasarana
- - Pengelolaan Persampahan
tidak sesuai ketentuan
c. Ketidaksesuaian dengan
7. Kondisi Proteksi Kebakaran
Persyaratan Teknis - -
Bangunan a. Ketidaktersediaan -
2. Kondisi Jalan Lingkungan Prasarana Proteksi
Kebakaran
a. Cakupan Pelayanan Jalan 141 m - Unit
b. Ketidaktersediaan Sarana
Lingkungan Proteksi Kebakaran
b. Kualitas Permukaan Jalan 1.084 m
lingkungan
2) Untuk analisa BPS berdasarkan hasil
3. Kondisi Penyediaan Air Minum
pengukuran lapangan, diperoleh data
a. Ketersediaan Akses Aman
- - output/volume penanganan sebagai
Air Minum
b. Tidak terpenuhinya
berikut:
- - Tabel 5 Data Output Analisa BPS
Kebutuhan Air Minum
4. Kondisi Drainase Lingkungan OUTPUT SAT.
KATEGORI
a. Ketidakmampuan RT 15 RT 16
- -
Mengalirkan Limpasan Air
b. Ketidaktersediaan 1225 m Air Minum Tidak
32 49 KK
Drainase Layak
c. Ketidakterhubungan
Sanitasi Tidak
dengan Sistem Drainase - - 0 0 KK
Perkotaan Layak
d. Tidak terpeliharanya 1225 m Sufficient Living
Drainase 28 14 Unit
Area
e. Kualitas Konstruksi 1225 m
Drainase Durability Of
14 2 Unit
5. Kondisi Pengelolaan Air Limbah Housing

a. Sistem Pengelolaan Air - KK


Tabel 6 Data Output Analisa BPS
Limbah Tidak Sesuai
Standar Teknis OUTPUT SAT.
b. Prasarana dan Sarana - Unit KATEGORI
Pengelolaan Air Limbah RT 17 RT 18
Tidak Sesuai dengan Persy Air Minum Tidak
Teknis 20 8 KK
Layak
6. Kondisi Pengelolaan Persampahan Sanitasi Tidak
0 0 KK
a. Prasarana dan Sarana Unit Layak
Persampahan Tidak Sesuai - Sufficient Living
dengan persyaratan Teknis 25 25 Unit
Unit Area
b. Sistem Pengelolaan
Persampahan yang tidak - Durability Of
sesuai Standar Teknis 46 13 Unit
Housing

5
a. Data Sekunder RKSAW = Rata-Rata Kekumuhan Sektor Awal (%)
Data sekunder pada penelitian ini antara RKSAK = Rata-Rata Kekumuhan Sektor Akhir (%)
lain adalah volume awal tingkat kumuh
7) Menentukan tingkat kekumuhan akhir.
berdasarkan KOTAKU dan BPS, item Tingkat kekumuhan diperoleh berdasarkan
pekerjaan penanganan. serta informasi batas ambang nilai yang dapat dilihat pada
lainnya terkait pelaksanaan penanganan. Tabel 8 di bawah ini.
3.2 Pengolahan Data Tabel 8 Batas Ambang Nilai Tingkat
a. Analisa Direktorat PKP Kekumuhan
Setelah data output penanganan kumuh
Batas Ambang Nilai Tingkat Kekumuhan
diperoleh, langkah selanjutnya adalah nilai
71 -95 : Kumuh Berat
kumuh akhir setelah dilakukan penanganan.
Langkah-langkah perhitungan nilai kumuh 45 - 70 : Kumuh Sedang
akhir adalah sebagai berikut: 19 - 44 Kumuh Ringan
1) Melakukan perhitungan volume
output/realisasi kegiatan. < 19, Dinyatakan Tidak Kumuh
Volume output realisasi kegiatan diperoleh
dari hasil pengukuran lapangan b. Hasil Analisa Direktorat PKP
berdasarkan volume pekerjaan yang Tabel 9 Nilai Kumuh Akhir RT 15
dilaksanakan di lapangan. KONDISI KONDISI
2) Menentukan nilai numerik akhir setiap AWAL AKHIR
kriteria.
Perhitungan nilai numerik akhir dengan Nilai Kumuh 50 20
cara sebagai berikut: Kategori/Tingkat Kumuh Kumuh
NUM Akhir = NUM Output – NUM Awal (1)
Kekumuhan Sedang Ringan
3) Menghitung persentase volume masing-
masing kriteria. Rata2 Kumuh 52,25% 18,98%
Nilai persentase volume dapat dihitung Sektoral
berdasarkan formula yang telah
ditentukan. Kontribusi 0,00% 63,68%
4) Menentukan skor/pembobotan akhir setiap Penanganan
kriteria.
Nilai skor/pembobotan untuk setiap
Tabel 10 Nilai Kumuh Akhir RT 16
kriteria ditentukan sesuai besarnya nilai
KONDISI KONDISI
presentase kriteria yang diperoleh.
Tabel 7 Batas Ambang Skor AWAL AKHIR
Penilaian Kumuh Nilai Kumuh 44 15
Nilai Presentase Skor/
Ket. Kategori/Tingkat Kumuh Tidak Kumuh
Kriteria Bobot
76 - 100 5 Untuk nilai Kekumuhan Ringan
51 - 75 3 kriteria Rata2 Kumuh 44,04% 14,04%
< 25% maka
25 - 50 1 diberikan nilai 0 Sektoral
Kontribusi 0,00% 68,12%
5) Menghitung rata-rata kekumuhan aspek Penanganan
sektoral akhir.
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝐾𝑒𝑘𝑢𝑚𝑢ℎ𝑎𝑛
Jumlah Persentase Kriteria Bernilai>0 Tabel 11 Nilai Kumuh Akhir RT 17
= Jumlah Kriteria Aspek (2) KONDISI KONDISI
AWAL AKHIR
6) Menghitung persentase akhir kontribusi
Nilai Kumuh 54 24
penanganan.
𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛𝑎𝑛 (%) Kategori/Tingkat Kumuh Kumuh
RKSAW−RKSAK Kekumuhan Sedang Ringan
= RKSAW (3)
Rata2 Kumuh 53,14% 23.54%
Keterangan: Sektoral

6
Lanjutan Tabel 11 Nilai Kumuh Akhir 3) Menentukan total persentase kumuh pada
RT 17 masing-masing kategori.
Rumah Tangga Kumuh
KONDISI KONDISI = [(a x 15%) + (b x 15%) + (c x 35%) + (d x
AWAL AKHIR 35%)]
Dengan:
Kontribusi 0,00% 55,70% a = air minum layak/jumlah KK
Penanganan b = sanitasi layak/jumlah KK
c = sufficient living area/jumlah rumah
d = durability for housing/jumlah rumah
Tabel 12 Nilai Kumuh Akhir RT 18
KONDISI KONDISI
4) Menentukan kategori kumuh akhir.
AWAL AKHIR Jika rumah tangga kumuh memiliki nilai
Nilai Kumuh 38 18 kategori > 35% maka termasuk “Rumah
Tangga Kumuh”, sebaliknya jika nilai <
Kategori/Tingkat Kumuh Tidak Kumuh
= 35% dianggap “Rumah Tangga Bukan
Kekumuhan Ringan Kumuh”.
Rata2 Kumuh 34,93% 20.03%
d. Hasil Analisa BPS
Sektoral Tabel 13 Nilai Akhir
Kontribusi 0,00% 42.64% Rumah Tangga Kumuh RT 15
Penanganan KONDISI KONDISI
AWAL AKHIR

c. Analisa BPS Nilai Rumah 40% 27%


Langkah-langkah analisa BPS adalah Tangga Kumuh
sebagai berikut: Kategori/Tingkat Rumah Rumah
1) Melakukan perhitungan volume
output/realisasi kegiatan. Kekumuhan Tangga Tangga
Volume output realisasi kegiatan atau nilai Kumuh Bukan
numerik akhir diperoleh dari hasil
Kumuh
pengukuran lapangan berdasarkan volume
pekerjaan yang dilaksanakan di lapangan.
Perhitungan volume output terdiri dari 4 Tabel 14 Nilai Akhir
variabel yaitu air minum layak, sanitasi Rumah Tangga Kumuh RT 16
layak, sufficient living area, dan durability KONDISI KONDISI
for housing. AWAL AKHIR
2) Menghitung persentase kumuh pada
masing-masing kategori. Nilai Rumah 21% 12%
Nilai numerik akhir yang selanjutnya Tangga Kumuh
dikalikan dengan persentase bobot
Kategori/Tingkat Rumah Rumah
maksimal yang telah ditentukan menurut
Analisa BPS. Kekumuhan Tangga Tangga
• Kategori air minum layak = (nilai numerik Bukan Bukan
akhir/jumlah KK) x 15% Kumuh Kumuh
• Kategori sanitasi layak = (nilai numerik
Tabel 15 Nilai Akhir
akhir/jumlah KK) x 15%
Rumah Tangga Kumuh RT 17
• Kategori sufficient living area = (nilai KONDISI KONDISI
numerik akhir/jumlah rumah) x 35% AWAL AKHIR

• Kategori durability for housing = (nilai


Nilai Rumah 40% 30%
numerik akhir/jumlah rumah) x 35%
Tangga Kumuh

7
Lanjutan Tabel 15 Nilai Akhir Rumah f. Permasalahan Kumuh yang Belum Teratasi
Tangga Kumuh RT 17 dan Alternatif Solusi
KONDISI KONDISI Permasalahan kumuh yang belum teratasi
terletak pada aspek kondisi bangunan gedung.
AWAL AKHIR
Hal tersebut dikarenakan masyarakat setempat
Kategori/Tingkat Rumah Rumah menolak adanya pembebasan lahan. Penolakan
Kekumuhan Tangga Tangga masyarakat ini juga dilandasi karena tidak
tersediannya opsi-opsi yang dapat membantu
Kumuh Bukan meringankan proses pembebasan lahan, seperti
Kumuh adanya hunian/tempat tinggal sementara atau
bantuan lainnya dari pemerintah untuk
menunjang kebutuhan tempat tinggal
Tabel 16 Nilai Akhir
masyarakat.
Rumah Tangga Kumuh RT 18 Perencanaan yang matang dan pembebasan
KONDISI KONDISI lahan secara bertahap menjadi focus utama
AWAL AKHIR pemerintah untuk penanganan permukiman
Nilai Rumah 30% 16%
kumuh Kawasan Basirih Selatan.
Pembangunan rusunawa dapat dijadikan
Tangga Kumuh sebagai salah satu solusi sehingga warga
Kategori/Tingkat Rumah Rumah setempat tidak perlu khawatir untuk mencari
hunian baru yang layak dan terjangkau. Salah
Kekumuhan Tangga Tangga
satu rusunawa yang telah dibangun di Kota
Bukan Bukan Banjarmasin, yaitu rusunawa teluk kelayan.
Kumuh Kumuh Rusunawa teluk kelayan ini mampu mengubah
kondisi permukiman kumuh di sekitar teluk
kelayan menjadi lebih tertata dan indah, yang
e.Perbandingan Hasil Perhitungan Berdasarkan juga berdampak positif bagi kondisi kesehatan
Metode Dit. PKP dan BPS maupun ekonomi sosial warga.
Berdasarkan hasil metode Dit. PKP
penanganan kumuh yang telah dilakukan 4 KESIMPULAN
menyebabkan nilai kumuh pada masing- Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
masing RT menjadi berkurang. Begitu juga ada beberapa hal yang dapat disimpulkan:
berdasarkan metode BPS, penanganan kumuh 1. Permasalahan-permasalahan kumuh yang
juga memberikan kontribusi terhadap sudah ditangani dengan adanya program
penurunan nilai rumah tangga kumuh. penanganan kumuh ini terdiri dari
Dari perbedaan jumlah aspek/kriteria yang beberapa aspek yaitu, aspek kondisi jalan
menjadi indikator kumuh antara analisa Dit. lingkungan, aspek penyediaan air minum,
PKP dengan BPS dapat dikatakan bahwa aspek kondisi drainase lingkungan, aspek
analisa Dit. PKP lebih detail dengan 7 aspek pengelolaan air limbah, aspek pengelolaan
indikator serta telah memuat 4 aspek/kriteria persampahan, serta aspek proteksi
indikator BPS. kebakaran. Sedangkan permasalahan
Analisa Dit. PKP memiliki 4 kategori kumuh yang belum ditangani terletak
kekumuhan (kumuh berat, sedang. ringan, dan pada aspek kondisi bangunan Gedung
tidak kumuh) sedangkan BPS hanya memiliki yang dikarenakan kurangnya alokasi
2 kategori kumuh (kumuh dan tidak kumuh). anggaran dan sulitnya pelaksanaan
Dengan 4 kategori tersebut analisa Dit. PKP pembebasan lahan.
dapat lebih representatif dalam 2. Hasil penurunan tingkat kumuh di
menggambarkan kondisi permukiman kumuh Kawasan Basirih berdasarkan Analisis
dibandingkan BPS. Metode Direktorat PKP dan Badan Pusat
Persamaan kedua analisa terletak pada objek Statistik sama-sama menunjukan adanya
yang diteliti, yaitu rumah warga yang berada di penurunan tingkat kumuh. Dengan
lingkungan tersebut. Sehingga penilaian penurunan nilai kumuh ini, maka dapat
kumuh yang dilakukan telah menujukan dikatakan bahwa penanganan kumuh yang
analisa yang mendalam untuk dapat telah dilaksanakan efektif dalam
menyimpulkan suatu permukiman termasuk mengurangi kekumuhan di Kawasan
dalam kategori kumuh atau tidak. Basirih Selatan. Penurunan ini tergambar
dari adanya perbaikan jalan lingkungan,
8
ketersediaan drainase, penggunaan ipal Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh
biofil untuk air limbah, sarana dan dan Permukiman Kumuh. Jakarta:
prasarana pembuangan sampah yang baik, Kementerian Pekerjaan Umum dan
serta adanya sumber air di sekitar rumah Perumahan Rakyat.
warga sebagai proteksi kebakaran. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
3. Strategi penyelesaian permukiman kumuh Rakyat. 2018. Peraturan Menteri
yang belum teratasi yaitu aspek kondisi Pekerjaan Umum dan Perumahan
bangunan gedung dapat dilakukan dengan Rakyat Republik Indonesia No.
cara pengalokasian anggaran dan 14/PRT/M/2018 Tentang Pencegahan
pembebasan lahan secara bertahap dan Peningkatan Kualitas Terhadap
sehingga penanganan kumuh yang Perumahan Kumuh dan Permukiman
dilakukan dapat dijadikan sebagai Kumuh. Jakarta: Kementerian Pekerjaan
program jangka panjang bagi instansi Umum dan Perumahan Rakyat.
yang menangani. Selain itu, penyediaan Khomarudin. 1997. Menelusuri Pembangunan
infrastruktur permukiman seperti Perumahan dan Permukiman. Jakarta:
pembangunan rusunawa dapat membantu Yayasan Real Estate Indonesia.
menghilangkan keresahan warga terkait Kurniasih, Sri. 2007. Usaha Perbaikan
tersediannya hunian setelah adanya Permukiman Kumuh di Petukangan
pembebasan lahan. Utara Jakarta Selatan. Jakarta: Fakultas
Teknik Arsitektur Universitas Budi
Luhur.
DAFTAR RUJUKAN Muta’ali, Luthfi. 2019. Perkembangan
Program Penanganan Permukiman
Badan Pengawasan Keuangan dan Kumuh. Yogyakarta: UGM Press.
Pembangunan. 2020. Kebijakan Audit Prayitno, Budi. 2016. Skema Inovatif
2020 Program Kota Tanpa Kumuh Penanganan Permukiman Kumuh.
(KOTAKU). Jakarta: Badan Pengawasan Yogyakarta: UGM Press.
Keuangan dan Pembangunan. Raharjo, Sahid. 2017. Cara Melakukan Uji
Direktorat Jenderal Cipta Karya. 2016. Reliabilitas Alpha Cronbach’s Dengan
Pedoman Umum Program Kota Tanpa SPSS.
Kumuh (KOTAKU). Jakarta: Direktorat https://www.spssindonesia.com/2014/01
Pengembangan Kawasan Permukiman /uji-reliabilitas-alpha-spss.html (diakses
Kementerian Pekerjaan Umum dan pada 3 Juni 2020).
Perumahan Rakyat. Raharjo, Sahid. 2019 Tutorial Analisis
Direktorat Jenderal Cipta Karya. 2018. Korelasi Rank Spearman dengan SPSS.
Panduan Penyusunan Rencana https://www.spssindonesia.com/2017/04
Pencegahan dan Peningkatan Kualitas /analisis-korelasi-rank-spearman.html
Permukiman Kumuh Perkotaan. Jakarta: (diakses pada 3 Juni 2020).
Direktorat Pengembangan Kawasan Rudiyantono. 2000. Model Program Intervensi
Permukiman Kementerian Pekerjaan dalam Penanggulangan Permukiman
Umum dan Perumahan Rakyat. Kumuh Perkotaan Studi Kasus
Direktorat Jenderal Cipta Karya. 2018. Permukiman Penerima Program
Pedoman Penyusunan Rencana Intervensi di Surabaya. Surabaya:
Program Investasi Jangka Menengah Program Pasca Sarjana Teknik
(RPIJM) Bidang Cipta Karya Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh
Kabupaten/Kota. Jakarta: Direktorat November.
Cipta Karya Kawasan Permukiman Sobirin. 2001. Distribusi Permukiman dan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Prasarana Kota Studi Kasus Dinamika
Perumahan Rakyat. Pembangunan Kota Indonesia. Jakarta:
Gamal Rindarjano, Mohammad. 2012. Slum UI Press.
Kajian Permukiman Kumuh dalam Syaiful Rahman, Ira Mentayani,
Perspektif. Yogyakarta: Media Perkasa. Rusmilyansari, Emmy Sri Mahreda.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan 2019. Jurnal Pengelolaan Sumber Daya
Rakyat. 2016. Peraturan Menteri Alam dan Lingkungan, Volume 1 Nomor
Pekerjaan Umum dan Perumahan 2. Identifikasi Karakteristik Permukiman
Rakyat Republik Indonesia No. Kumuh Tepian Sungai di Kelurahan
12/PRT/M/2016 Tentang Peningkatan Sungai Bilu Kota Banjarmasin.
9
Banjarmasin: Program Studi S2
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Universitas Lambung
Mangkurat.
Titisari, Ema Yunita, dan Farid Kurniawan.
1999. Kajian Permukiman Desa
Pinggiran Kota Mengukur Tingkat
Kekumuhan. Surabaya: Institut
Teknologi Sepuluh November.
Wajib, Nurwino. 2016. Alternatif Model
Penanganan Permukiman Kumuh.
http://kotaku.pu.go.id:8081/wartaarsipde
til.asp?mid=8338&catid=2&/alternatif
(diakses pada 26 April 2020).
Yuliani, Ariezki. 2016. Kajian Alternatif
Penataan Infrastruktut Kawasan
Permukiman Kumuh Kelurahan
Kertapati Kecamatan Kertapati
Palembang. Palembang: Program Studi
S2 Teknik Sipil Manajemen
Infrastruktur Universitas Sriwijaya.
Zeannyta, Erika. 2020. Proposal Tesis Analisis
Kelayakan Permukiman Kawasan
Pelambuan-Rawasari Banjarmasin
Barat. Banjarmasin: Magister Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas
Lambung Mangkurat.

10

Anda mungkin juga menyukai