IV.1.1 Persiapan
Kegiatan persiapan dilaksanakan segera setelah diterbitkannya Surat Perintah Menjalankan
Pekerjaan (SPMK). Secara umum pekerjaan persiapan terdiri dari:
1. Mobilisasi personil
1. Jumlah dan kualifikasi personil yang diperlukan berdasarkan pengalaman dan
pendidikan.
2. Kemampuan fisik personil terutama untuk personil lapangan.
3. Penyusunan deskripsi tugas dan tanggung jawab personil.
2. Mobilisasi alat dan bahan
1. Persiapan peralatan yang akan digunakan.
2. Persiapan bahan dan data yang akan digunakan.
7. Data hidrologi
Data hidrologi yang akan dikumpulkan untuk mendukung penyelesaian kegiatan ini,
yaitu curah hujan harian dari beberapa stasiun hujan yang berada di dalam WS Citarum.
Data hujan yang akan dikumpulkan memiliki time series yang memadai yaitu minimal
untuk 10 tahun terakhir. Data hujan tersebut rencana akan diperoleh dari BBWS
Citarum, BMKG Stasiun Geofisika Klas I Bandung, Puslibang Sumber Daya Air, dan
Perum Jasa Tirta II (PJT II).
8. Data bendungan
Data yang dimaksud yaitu terdiri dari data dan informasi bendungan. Data bendungan
yang berada di WS Citarum dapat diperoleh di BBWS Citarum, BPSDA Provinsi Jawa
Barat, dan Pusat Bendungan Dirjen SDA yang dapat didoneload melalui website
sda.pu.go.id. Selain itu juga, data dan informasi bendungan di WS Citarum dapat
diperoleh dari SIG SDA dengan cara mendoneload di website Balitbang Kementerian
PUPR.
9. Studi terkait
Studi terkait dengan bendungan di WS Citarum, yaitu berupa laporan dan gambar yang
dapat dikumpulkan dari BBWS Citarum. Laporan tersebut dapat berupa laporan akhir,
laporan penunjang, dan gambar perencanaan. Laporan penunjang yang dimaksud yaitu
laporan lapangan dan laporan pendukung. Gambar perencanaan yang dimaksud
diantaranya, yaitu gambar hasil perencanaan dari kegiatan terkait.
1. Lingkup
Lingkup kegiatan orientasi lapangan yang ada pada pekerjaan ini mencakup
pengumpulan data kondisi umum kegiatan OP bendungan.
2. Tujuan
Tujuan kegiatan orientasi lapangan, yaitu untuk mengumpulkan data kondisi umum
kegiatan OP bendungan yang akan dilakukan penilaian kinerja dan disusun angka
kebutuhan nyata OP nya.
3. Peralatan
Untuk melaksanakan kegiatan orientasi lapangan, dibutuhkan peralatan bantu yang
terdiri dari:
1. Form survei
2. Alat tulis
3. GPS yang dilengkapi dengan foto geotagging
4. Perlengkapan lapangan
5. Dan peralatan bantu lainnya
4. Pelaksanaan
1. Pemeriksaan visual
Melakukan pemeriksaan visual dengan cara menelusuri dan mengamati bendungan,
untuk mengetahui kondisi aktual yang ada di lapangan. Yang dimaksud dengan
5. Hasil
Hasil dari kegiatan orientasi lapangan yaitu data kondisi umum kegiatan OP bendungan.
IV.2.1 Inventarisasi
Inventarisasi kegiatan OP bendungan merupakan pekerjaan pengumpulan data kondisi detail
dan permasalahan, berdasarkan kondisi umum yang ditemukan pada inventarisasi
pendahuluan.
1. Lingkup
Lingkup kegiatan inventarisasi yang ada pada pekerjaan ini mencakup pengumpulan
data kondisi detail dan permasalahan kegiatan OP bendungan.
2. Tujuan
Tujuan kegiatan inventarisasi adalah untuk mengumpulkan data kondisi detail dan
permasalahan OP bendungan yang akan dilakukan penilaian kinerja dan disusun angka
kebutuhan nyata OP nya.
3. Peralatan
Untuk melaksanakan kegiatan inventarisasi, dibutuhkan peralatan bantu yang terdiri
dari:
1. Form survei
2. Alat tulis
3. Pita ukur
4. GPS yang dilengkapi dengan foto geotagging
5. Perlengkapan lapangan
6. Dan peralatan bantu lainnya
4. Pelaksanaan
1. Pemeriksaan visual
Pemeriksaan visual dilaksanakan dengan mengacu pada peraturan perundangan,
serta standar dan pedoman yang berlaku di Indonesia; yaitu antara lain:
PP No. 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah.
Keputusan Dirjen SDA No. 05/KPTS/2003 tentang Pedoman Kajian
Keamanan Bendungan, Pedoman Kriteria Umum Desain Bendungan,
serta Pedoman Inspeksi dan Evaluasi Keamanan Bendungan.
Manual Inspeksi Visual Bendungan Urugan, Ditjen SDA 2004.
Yang dimaksud dengan pemeriksaan visual disini yaitu pemeriksaan terhadap
bagian permukaan yang terlihat pada bendungan. Pemeriksaan visual dilakukan
dengan cara menelusuri dan mengamati bendungan secara detail, untuk mengetahui
kerusakan yang ada pada bendungan. Penelusuran dan pengamatan dilakukan
dengan mengacu pada kondisi dan permasalahan yang ditemukan pada inventarisasi
pendahuluan.
2. Pengukuran dan pencatatan
Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan dimensi bendungan, beserta ukuran
kerusakannya sehingga dapat dihitung secara kuantitatif besar volume
kerusakannya. Hasil pengukuran tersebut dicatat dalam form inventarisasi sebagai
dokumentasi tertulis. Selain dokumentasi tertulis, kerusakan yang ada
didokumentasikan dengan foto geotagging sehingga gambar mempunyai koordinat.
3. Wawancara dan diskusi
Wawancara dan diskusi dilakukan kepada pengelola bendungan, khususnya
petugas OP yang ada di lokasi bendungan. Pada saat kunjungan untuk melakukan
wawancara dan diskusi dengan petugas OP, dilakukan juga pengumpulan data-data
teknis yang diperlukan untuk evaluasi kinerja bendungan.
5. Hasil
Hasil dari kegiatan inventarisasi yaitu data kondisi detail dan permasalahan OP
bendungan yang akan dilakukan penilaian kinerja dan disusun angka kebutuhan nyata
OP nya.
1. Lingkup
Lingkup kegiatan pengukuran topografi yang ada pada pekerjaan ini mencakup
pengukuran badan waduk.
2. Tujuan
Pengukuran topografi mempunyai tujuan untuk mendapatkan bentuk permukaan tanah/
kontur badan waduk.
3. Peralatan
Untuk melaksanakan kegiatan pengukuran topografi, dibutuhkan peralatan bantu yang
terdiri dari:
1. GPS
2. Total station
3. Waterpass
4. Sounder
5. Perahu
6. Rambu
7. Kompas
8. Pita ukur
9. Perlengkapan lapangan
10. Kamera digital
11. Alat tulis
12. Perlengkapan lapangan
13. Dan peralatan bantu lainnya
4. Pelaksanaan
Dalam melaksanakan kegiatan pengukuran topografi mengacu pada beberapa standar
teknis yang berlaku di Indonesia, diantaranya yaitu:
1. Keputusan Dirjen SDA No. 39/KPTS/D/2009 tentang Pedoman Survei dan
Monitoring Sedimentasi Bendungan.
2. SNI 19-6724-2002 tentang Jaring Kontrol Horizontal.
5. Hasil
Hasil dari kegiatan survei topografi yaitu data koordinat (X, Y, Z) titik-titik pengukuran
badan waduk.
(CMB atau PMP) mendapatkan hasil yang akurat, maka time series data curah
hujan yang dibutuhkan yaitu minimal 30 tahun.
kegiatan OP bendungan untuk suatu item pekerjaan dilakukan dalam satu tahun. Frekuensi
yang dimaksud berkaitan dengan kegiatan OP rutin.
IV.5.3 Biaya OP
Dalam menghitung biaya OP mengacu kepada Surat Edaran Nomor 01/SE/D/2016
tentang Pedoman Tata Cara Perhitungan Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan
Pemeliharaan (AKNOP) Bendungan. Besarnya AKNOP ditetapkan berdasarkan
perhitungan seperti berikut:
AKNOP = Volume kegiatan × Frekuensi Kegiatan × Harga Satuan Pekerjaan