Anda di halaman 1dari 10

BAB IV METODE KERJA

IV.1 PEKERJAAN PENDAHULUAN

IV.1.1 Persiapan
Kegiatan persiapan dilaksanakan segera setelah diterbitkannya Surat Perintah Menjalankan
Pekerjaan (SPMK). Secara umum pekerjaan persiapan terdiri dari:

1. Mobilisasi personil
1. Jumlah dan kualifikasi personil yang diperlukan berdasarkan pengalaman dan
pendidikan.
2. Kemampuan fisik personil terutama untuk personil lapangan.
3. Penyusunan deskripsi tugas dan tanggung jawab personil.
2. Mobilisasi alat dan bahan
1. Persiapan peralatan yang akan digunakan.
2. Persiapan bahan dan data yang akan digunakan.

IV.1.2 Pengumpulan Data Sekunder


Data-data sekunder yang dikumpulkan dalam pelaksanaan kegiatan "Penilaian Kinerja dan
AKNOP Bendungan (Bendungan Situ Lembang dan Bendungan Situ Sipatahunan)", terdiri
dari:

1. Peta rupa bumi


Peta rupa bumi yang dikumpulkan dalam pengumpulan data sekunder adalah peta
topografi yang menampilkan sebagian unsur-unsur alam dan buatan manusia. Peta rupa
bumi skala 1:25.000 untuk WS Citarum pada umumnya dan daerah tangkapan hujan
untuk kedua lokasi yang dikaji (Bendungan Situ Lembang dan Bendungan Situ
Sipatahunan) khususnya, dapat diperoleh dengan cara mendoneload di website BIG
(Badan Informasi Geospasial).

2. Peta wilayah sungai


Peta wilayah sungai yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan ini, yaitu peta WS
Citarum yang dapat diperoleh dari SIG SDA dengan cara mendoneload di website
Balitbang Kementerian PUPR.

METODE KERJA IV-1


Penilaian Kinerja dan AKNOP Bendungan (Bendungan Situ Lembang dan Bendungan Situ Sipatahunan)

3. Peta citra satelit


Peta citra satelit yang dimaksud yaitu peta citra satelit kedua bendungan dan daerah
sekitarnya yang menjadi lokasi kajian. Peta citra ini dapat diperoleh dengan melakukan
streaming di google earth.

4. Peta dan data geologi


Peta dan data geologi yang digunakan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan ini,
berupa peta dan data yang menjelaskan geologi teknis permukaan tanah di WS Citarum
pada umumnya dan kedua lokasi kajian khususnya. Peta dan data ini dapat diperoleh di
Departemen Geologi yang berada di Jalan Diponegoro Kota Bandung.

5. Peta dan data RTRW


Peta dan data RTRW dapat diperoleh di Bappeda yang wilayah administrasinya terdapat
bendungan yang menjadi lokasi kajian. Bappeda yang dimaksud, yaitu Kabupaten
Bandung Barat (Bendungan Situ Lembang) dan Kabupaten Bandung (Bendungan Situ
Sipatahunan).

6. Data daerah dalam angka


Data daerah dalam angka terbaru dapat diperoleh di BPS atau Bappeda yang wilayah
administrasinya terdapat bendungan yang menjadi lokasi kajian. Data daerah dalam
angka yang akan dikumpulkan untuk mendukung penyelesaian kegiatan ini terdiri dari:
1. Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka dan Kecamatan Parompong Dalam
Angka.
2. Kabupaten Bandung Dalam Angka dan Kecamatan Baleendah Dalam Angka.

7. Data hidrologi
Data hidrologi yang akan dikumpulkan untuk mendukung penyelesaian kegiatan ini,
yaitu curah hujan harian dari beberapa stasiun hujan yang berada di dalam WS Citarum.
Data hujan yang akan dikumpulkan memiliki time series yang memadai yaitu minimal
untuk 10 tahun terakhir. Data hujan tersebut rencana akan diperoleh dari BBWS
Citarum, BMKG Stasiun Geofisika Klas I Bandung, Puslibang Sumber Daya Air, dan
Perum Jasa Tirta II (PJT II).

8. Data bendungan
Data yang dimaksud yaitu terdiri dari data dan informasi bendungan. Data bendungan
yang berada di WS Citarum dapat diperoleh di BBWS Citarum, BPSDA Provinsi Jawa
Barat, dan Pusat Bendungan Dirjen SDA yang dapat didoneload melalui website
sda.pu.go.id. Selain itu juga, data dan informasi bendungan di WS Citarum dapat

METODE KERJA IV-2


Penilaian Kinerja dan AKNOP Bendungan (Bendungan Situ Lembang dan Bendungan Situ Sipatahunan)

diperoleh dari SIG SDA dengan cara mendoneload di website Balitbang Kementerian
PUPR.

9. Studi terkait
Studi terkait dengan bendungan di WS Citarum, yaitu berupa laporan dan gambar yang
dapat dikumpulkan dari BBWS Citarum. Laporan tersebut dapat berupa laporan akhir,
laporan penunjang, dan gambar perencanaan. Laporan penunjang yang dimaksud yaitu
laporan lapangan dan laporan pendukung. Gambar perencanaan yang dimaksud
diantaranya, yaitu gambar hasil perencanaan dari kegiatan terkait.

10. Data pendukung RAB


Data ini mencakup harga bahan dan material, harga upah kerja, dan harga sewa alat di
Kabupaten yang wilayah administrasinya terdapat bendungan yang menjadi lokasi
kegiatan untuk tahun 2020. Data-data tersebut diperoleh di Dinas PUPR Kabupaten
Bandung Barat dan Kabupaten Bandung.

IV.1.3 Orientasi Lapangan


Orientasi lapangan yang dimaksud pada pekerjaan ini merupakan inventarisasi pendahuluan.

1. Lingkup
Lingkup kegiatan orientasi lapangan yang ada pada pekerjaan ini mencakup
pengumpulan data kondisi umum kegiatan OP bendungan.

2. Tujuan
Tujuan kegiatan orientasi lapangan, yaitu untuk mengumpulkan data kondisi umum
kegiatan OP bendungan yang akan dilakukan penilaian kinerja dan disusun angka
kebutuhan nyata OP nya.

3. Peralatan
Untuk melaksanakan kegiatan orientasi lapangan, dibutuhkan peralatan bantu yang
terdiri dari:
1. Form survei
2. Alat tulis
3. GPS yang dilengkapi dengan foto geotagging
4. Perlengkapan lapangan
5. Dan peralatan bantu lainnya
4. Pelaksanaan
1. Pemeriksaan visual
Melakukan pemeriksaan visual dengan cara menelusuri dan mengamati bendungan,
untuk mengetahui kondisi aktual yang ada di lapangan. Yang dimaksud dengan

METODE KERJA IV-3


Penilaian Kinerja dan AKNOP Bendungan (Bendungan Situ Lembang dan Bendungan Situ Sipatahunan)

pemeriksaan visual disini yaitu pemeriksaan terhadap bagian permukaan yang


terlihat pada bendungan.
2. Pencatatan
Kondisi bendungan yang diperoleh dari kegiatan pemeriksaan visual dicatat dalam
form orientasi lapangan sebagai dokumentasi tertulis. Selain dokumentasi tertulis,
kondisi yang ada didokumentasikan dengan foto geotagging sehingga gambar
mempunyai koordinat.

5. Hasil
Hasil dari kegiatan orientasi lapangan yaitu data kondisi umum kegiatan OP bendungan.

IV.1.4 Penyusunan Rencana Survei


Dari orientasi lapangan/ inventarisasi pendahuluan, kemudian dilakukan identifikasi
permasalahan sehingga didapatkan kondisi dan permasalahan umum kegiatan OP
bendungan. Dari kondisi dan permasalahan yang ada, Konsultan dapat menyajikan metode
survei inventarisasi kegiatan OP bendungan. Pada tahapan ini Konsultan akan menyusun
rencana detail jadual pelaksanaan survei lapangan. Semua hasil orientasi lapangan
dilaporkan dan dikonsultasikan kepada Pengguna Jasa sebagai dasar persiapan langkah
selanjutnya.

IV.2 PEKERJAAN SURVEI LAPANGAN

IV.2.1 Inventarisasi
Inventarisasi kegiatan OP bendungan merupakan pekerjaan pengumpulan data kondisi detail
dan permasalahan, berdasarkan kondisi umum yang ditemukan pada inventarisasi
pendahuluan.

1. Lingkup
Lingkup kegiatan inventarisasi yang ada pada pekerjaan ini mencakup pengumpulan
data kondisi detail dan permasalahan kegiatan OP bendungan.

2. Tujuan
Tujuan kegiatan inventarisasi adalah untuk mengumpulkan data kondisi detail dan
permasalahan OP bendungan yang akan dilakukan penilaian kinerja dan disusun angka
kebutuhan nyata OP nya.

METODE KERJA IV-4


Penilaian Kinerja dan AKNOP Bendungan (Bendungan Situ Lembang dan Bendungan Situ Sipatahunan)

3. Peralatan
Untuk melaksanakan kegiatan inventarisasi, dibutuhkan peralatan bantu yang terdiri
dari:
1. Form survei
2. Alat tulis
3. Pita ukur
4. GPS yang dilengkapi dengan foto geotagging
5. Perlengkapan lapangan
6. Dan peralatan bantu lainnya
4. Pelaksanaan
1. Pemeriksaan visual
Pemeriksaan visual dilaksanakan dengan mengacu pada peraturan perundangan,
serta standar dan pedoman yang berlaku di Indonesia; yaitu antara lain:
 PP No. 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah.
 Keputusan Dirjen SDA No. 05/KPTS/2003 tentang Pedoman Kajian
Keamanan Bendungan, Pedoman Kriteria Umum Desain Bendungan,
serta Pedoman Inspeksi dan Evaluasi Keamanan Bendungan.
 Manual Inspeksi Visual Bendungan Urugan, Ditjen SDA 2004.
Yang dimaksud dengan pemeriksaan visual disini yaitu pemeriksaan terhadap
bagian permukaan yang terlihat pada bendungan. Pemeriksaan visual dilakukan
dengan cara menelusuri dan mengamati bendungan secara detail, untuk mengetahui
kerusakan yang ada pada bendungan. Penelusuran dan pengamatan dilakukan
dengan mengacu pada kondisi dan permasalahan yang ditemukan pada inventarisasi
pendahuluan.
2. Pengukuran dan pencatatan
Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan dimensi bendungan, beserta ukuran
kerusakannya sehingga dapat dihitung secara kuantitatif besar volume
kerusakannya. Hasil pengukuran tersebut dicatat dalam form inventarisasi sebagai
dokumentasi tertulis. Selain dokumentasi tertulis, kerusakan yang ada
didokumentasikan dengan foto geotagging sehingga gambar mempunyai koordinat.
3. Wawancara dan diskusi
Wawancara dan diskusi dilakukan kepada pengelola bendungan, khususnya
petugas OP yang ada di lokasi bendungan. Pada saat kunjungan untuk melakukan
wawancara dan diskusi dengan petugas OP, dilakukan juga pengumpulan data-data
teknis yang diperlukan untuk evaluasi kinerja bendungan.

METODE KERJA IV-5


Penilaian Kinerja dan AKNOP Bendungan (Bendungan Situ Lembang dan Bendungan Situ Sipatahunan)

5. Hasil
Hasil dari kegiatan inventarisasi yaitu data kondisi detail dan permasalahan OP
bendungan yang akan dilakukan penilaian kinerja dan disusun angka kebutuhan nyata
OP nya.

IV.2.2 Pengukuran Topografi


Pengukuran topografi dilakukan pada 2 bendungan yang menjadi lokasi kajian. Dalam
kegiatan pengukuran topografi dilakukan dengan dua cara, yaitu pengukuran topografi darat
(teristris) dan pengukuran topografi perairan (bathimetri).

1. Lingkup
Lingkup kegiatan pengukuran topografi yang ada pada pekerjaan ini mencakup
pengukuran badan waduk.

2. Tujuan
Pengukuran topografi mempunyai tujuan untuk mendapatkan bentuk permukaan tanah/
kontur badan waduk.

3. Peralatan
Untuk melaksanakan kegiatan pengukuran topografi, dibutuhkan peralatan bantu yang
terdiri dari:
1. GPS
2. Total station
3. Waterpass
4. Sounder
5. Perahu
6. Rambu
7. Kompas
8. Pita ukur
9. Perlengkapan lapangan
10. Kamera digital
11. Alat tulis
12. Perlengkapan lapangan
13. Dan peralatan bantu lainnya
4. Pelaksanaan
Dalam melaksanakan kegiatan pengukuran topografi mengacu pada beberapa standar
teknis yang berlaku di Indonesia, diantaranya yaitu:
1. Keputusan Dirjen SDA No. 39/KPTS/D/2009 tentang Pedoman Survei dan
Monitoring Sedimentasi Bendungan.
2. SNI 19-6724-2002 tentang Jaring Kontrol Horizontal.

METODE KERJA IV-6


Penilaian Kinerja dan AKNOP Bendungan (Bendungan Situ Lembang dan Bendungan Situ Sipatahunan)

3. SNI 19-6988-2004 tentang Jaring Kontrol Vertikal dengan Metode Sipat


Datar.
4. SNI 7988:2014 tentang Survei Batimetri Menggunakan Multibeam
Echosounder.

5. Hasil
Hasil dari kegiatan survei topografi yaitu data koordinat (X, Y, Z) titik-titik pengukuran
badan waduk.

IV.3 PEKERJAAN ANALISIS DATA

IV.3.1 Kajian Permasalahan


Dari kondisi detail dan permasalahan OP bendungan yang diperoleh dari kegiatan
inventarisasi, selanjutnya dilakukan evaluasi untuk dapat diberikan rekomendasi
penanganan permasalahan. Evaluasi dilakukan dengan mengkaji kerusakan/ permasalahan
dengan tujuan mengetahui tingkat kerusakan/ permasalahan yang ada pada kegiatan OP
bendungan.
Untuk menetapkan tingkat kerusakan/ permasalahan, diperlukan kriteria kerusakan/
permasalahan dengan mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia, yaitu Draft Surat Edaran Dirjen SDA No. /SE/D/2017 tentang Pedoman Penilaian
Kinerja Bendungan.

IV.3.2 Perhitungan Hidrologi


Lingkup perhitungan hidrologi terdiri dari curah hujan rencana, banjir rencana, banjir
rencana, dan tampungan banjir. Adapun metode dari perhitungan hidrologi dapat diuraikan
seperti berikut:

1. Curah hujan rencana


1. Ketersediaan data
Ketersediaan data hidrologi yang dimaksud adalah data curah hujan harian
maksimum tahunan dengan time series sebagai berikut:
 Dengan mengacu pada SNI 2415:2016 tentang Tata Cara Perhitungan Debit
Banjir Rencana, disebutkan bahwa time series data dalam perhitungan banjir
rencana lebih dari 20 tahun pengamatan.
 Mengacu pada Keputusan Dirjen SDA No. 05/KPTS/2003 tentang Pedoman
Kajian Keamanan Bendungan, Pedoman Kriteria Umum Desain
Bendungan, serta Pedoman Inspeksi dan Evaluasi Keamanan Bendungan;
dijelaskan bahwa supaya dalam perhitungan curah hujan maksimum boleh jadi

METODE KERJA IV-7


Penilaian Kinerja dan AKNOP Bendungan (Bendungan Situ Lembang dan Bendungan Situ Sipatahunan)

(CMB atau PMP) mendapatkan hasil yang akurat, maka time series data curah
hujan yang dibutuhkan yaitu minimal 30 tahun.

2. Uji kualitas data


Untuk melakukan uji kualitas data hujan; mengacu pada Panduan Perencanaan
Bendungan Urugan (Dirjen Pengairan, 1999). Adapun urutan pelaksanaan uji
kualitas data dilakukan seperti berikut:
 Pengisian data kosong
o Rata-rata aritmatik
o Normal ratio method
o Reciprocal method
 Uji konsistensi
o RAP’S (Rescaled Adjusted Partial Sums)
o Kurva masa ganda (double mass curve)
 Uji outlier dengan Uji Grubbs-Beck (Uji GB)
3. Hujan rencana
Untuk menghitung hujan rencana; dilakukan dengan mengacu pada Panduan
Perencanaan Bendungan Urugan (Dirjen Pengairan, 1999). Adapun urutan
perhitungan hujan rencana dilakukan seperti berikut:
 Penentuan jenis distribusi
 Analisis frekuensi curah hujan
o Distribusi normal
o Distribusi gumbel
o Distribusi log pearson type iii
o Distribusi pearson Type III
 Uji kesesuaian distribusi
o Chi-kuadrat
o Kolmogorof-smirnov
 Curah hujan maksimum boleh jadi
o Metode hersfield
o Metode isohyetal
2. Banjir rencana
Perhitungan banjir rencana dilakukan dengan mengacu pada SNI 2415:2016 tentang
Tata Cara Perhitungan Debit Banjir Rencana dan Panduan Perencanaan
Bendungan Urugan (Dirjen Pengairan, 1999).

METODE KERJA IV-8


Penilaian Kinerja dan AKNOP Bendungan (Bendungan Situ Lembang dan Bendungan Situ Sipatahunan)

3. Kapasitas pelimpah dan tampungan banjir


Perhitungan kapasitas pelimpah dan tampungan banjir dilakukan, dengan mengacu pada
SNI 03-3432-1994 tentang Tata Cara Penetapan Banjir Desain dan Kapasitas
Pelimpah untuk Bendungan.

IV.3.3 Penggambaran Topografi


Dalam penggambaran topografi mengacu pada standar teknis yang sama dengan standar
teknis pada metode pengukuran topografi. Dari hasil pengukuran yang selanjutnya dilakukan
pengolahan data, dan hasil akhir berupa gambar hasil pengukuran yang terdiri dari:
1. Peta situasi skala 1:5000.
2. Profil potongan skala H=1:1000 dan V=1:100.

IV.4 PEKERJAAN EVALUASI KINERJA

IV.4.1 Penilaian Kinerja


Penilaian kinerja bendungan dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui status kinerja
bendungan pada saat dilakukan penilaian, dibandingkan kondisi awal maupun sebelumnya.
Untuk menilai kinerja suatu bendungan, dilaksanakan dengan mengacu pada Draft Surat
Edaran Dirjen SDA No. /SE/D/2017 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Bendungan.

IV.4.2 Rekomendasi Kegiatan OP


Dari hasil penilaian kinerja bendungan maka selanjutnya diberikan rekomendasi/ tindak
lanjut penanganan permasalahan untuk mempertahankan atau meningkatkan kinerja
bendungan. Rekomendasi penanganan permasalahan diberikan pada setiap elemen yang
dikaji pada penilaian kinerja bendungan. Rekomendasi penanganan berupa kegiatan OP
yang mencakup OP tahunan, OP khusus, OP berkala.

IV.5 PEKERJAAN PENYUSUNAN AKNOP


AKNOP bendungan disusun dengan mengacu pada Surat Edaran Nomor 01/SE/D/2016
tentang Pedoman Tata Cara Perhitungan Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan
Pemeliharaan (AKNOP) Bendungan.

IV.5.1 Volume dan Frekuensi Kegiatan OP


Volume pekerjaan yang dimaksud, yaitu seluruh item pekerjaan yang terdapat dalam
kegiatan OP bendungan. Adapun frekuensi kegiatan OP merupakan sebanyak berapa kali

METODE KERJA IV-9


Penilaian Kinerja dan AKNOP Bendungan (Bendungan Situ Lembang dan Bendungan Situ Sipatahunan)

kegiatan OP bendungan untuk suatu item pekerjaan dilakukan dalam satu tahun. Frekuensi
yang dimaksud berkaitan dengan kegiatan OP rutin.

IV.5.2 Harga Satuan Pekerjaan


Dalam menyusun analisa harga satuan pekerjaan, koefisien (indeks) analisa harga satuan
yang dipakai mengacu pada standar dan pedoman yang berlaku di Indonesia, yaitu antara
lain:
1. Permen PU No. 11/PRT/M/2013 tentang Pedoman Analisis Harga Satuan
Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum, yaitu Bagian 2: Pedoman Analisis Harga Satuan
Pekerjaan (AHSP) Bidang Sumber Daya Air.
2. SE Menteri PU No. 02/SE/M/2013 tentang Pedoman Analisis Harga Satuan
Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum.
Selain itu juga untuk pekerjaan yang spesifik, misalnya pekerjaan yang menggunakan alat
berat maka koefisien analisa harga satuan ditentukan berdasarkan perhitungan teknis
koefisien analisa harga satuan. Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan dianalisis berdasarkan
koefisien AHSP kebutuhan tenaga kerja, bahan dan/atau peralatan serta harga satuan dasar
(HSD).

IV.5.3 Biaya OP
Dalam menghitung biaya OP mengacu kepada Surat Edaran Nomor 01/SE/D/2016
tentang Pedoman Tata Cara Perhitungan Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan
Pemeliharaan (AKNOP) Bendungan. Besarnya AKNOP ditetapkan berdasarkan
perhitungan seperti berikut:
AKNOP = Volume kegiatan × Frekuensi Kegiatan × Harga Satuan Pekerjaan

METODE KERJA IV-10

Anda mungkin juga menyukai