0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
29 tayangan8 halaman
Dokumen tersebut membahas evaluasi dan optimalisasi teknik operasional pengelolaan sampah di 4 kecamatan di Kabupaten Semarang. Adapun tujuannya adalah mengetahui kondisi pengelolaan sampah saat ini, memprediksi jumlah sampah hingga 2022, merencanakan teknik operasional pengelolaan sampah, dan merencanakan anggaran. Metode yang digunakan meliputi wawancara, observasi, dan analisis dokumen untuk mengumpulkan data tent
Dokumen tersebut membahas evaluasi dan optimalisasi teknik operasional pengelolaan sampah di 4 kecamatan di Kabupaten Semarang. Adapun tujuannya adalah mengetahui kondisi pengelolaan sampah saat ini, memprediksi jumlah sampah hingga 2022, merencanakan teknik operasional pengelolaan sampah, dan merencanakan anggaran. Metode yang digunakan meliputi wawancara, observasi, dan analisis dokumen untuk mengumpulkan data tent
Dokumen tersebut membahas evaluasi dan optimalisasi teknik operasional pengelolaan sampah di 4 kecamatan di Kabupaten Semarang. Adapun tujuannya adalah mengetahui kondisi pengelolaan sampah saat ini, memprediksi jumlah sampah hingga 2022, merencanakan teknik operasional pengelolaan sampah, dan merencanakan anggaran. Metode yang digunakan meliputi wawancara, observasi, dan analisis dokumen untuk mengumpulkan data tent
KECAMATAN AMBARAWA, BANDUNGAN, SUMOWONO, BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG Luthfie Avian1), Ika Bagus Priyambada2), Wiharyanto Oktiawan2) 1)Mahasiswa Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro 2)Dosen Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro
ABSTRAK
Keberadaan sampah hingga saat ini masih cenderung dianggap sebagai
sesuatu yang tidak bermanfaat bahkan merugikan. Masalah yang sering muncul dalam penanganan sampah kota adalah semakin meningkatnya jumlah penduduk dan PDRB maka jumlah sampah yang dihasilkan juga akan semakin meningkat. Kondisi pengelolaan persampahan di Kecamatan Ambarawa, Kecamatan Bandungan, Kecamatan Sumowono dan Kecamatan Banyu Biru saat ini masih belum optimal jika dilihat dari aspek teknik operasional yang meliputi sistem penyapuan, pewadahan, pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan. Hal tersebut dapat dilihat dari wilayah pelayanan yang baru mencapai 20 % dari total jumlah wilayah Kecamatan seluruhnya. Dengan kondisi tersebut perlu dilakukan perencanaan terhadap sistem pengelolaan sampah terhadap wilayah yang belum terlayani yang berpotensi menghasilkan timbulan sampah yang tinggi. Dengan perencanaan ini diharapkan wilayah pelayanan pengelolaan persampah di empat kecamatan tersebut dapat meningkat. Kata kunci : Pengelolaan sampah, Perencanaan
Latar Belakang penduduk, pertumbuhan
Wilayah Kecamatan pembangunan di wilayah ini juga Ambarawa, Kecamatan Banyu Biru, mengalami perkembangan yang Kecamatan Bandungan, Kecamatan cukup pesat diberbagai bidang. Sumowono merupakan bagian dari Dengan meningkatnya jumlah daerah pelayanan sampah di penduduk dan aktivitas masyarakat kabupaten Semarang. Volume juga akan menyebabkan peningkatan timbulan sampah masyarakat timbulan sampah kota. Hal tersebut Kabupaten Semarang sendiri secara harus dibarengi dengan peningkatan teoretis adalah sebesar 666.506 m3 sarana dan prasarana pengelolaan sedangkan volume sampah yang persampahan, karena dengan masuk ke TPA pada tahun 2010 meningkatnya jumlah timbulan adalah sebesar 112.804 m3. Tempat sampah, maka sarana dan prasarana pemrosesan akhir sampah yang berada pengelolaan sampah yang ada saat di Dusun Blondo Desa Bawen ini tentu tidak akan mencukupi lagi. Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Lokasi TPA berjarak 2,5 km dari jalan regional Semarang - Bawen. Peningkatan pertumbuhan pengumpulan, pemindahan hingga Identifikasi Masalah pengangkutan sampai dengan tahun 2022. Permasalahan yang dihadapi 4. Merencanakan anggaran biaya teknik dalam pengelolaana sampah operasional pengelolaan antara lain : persampahan hingga tahun 2022. 1. Kondisi eksisting pelayanan sampah yang belum memadai. Metodologi 2. Perlu diketahuinya jumlah timbulan sampah yang dihasilkan Metodologi penelitian dalam masyarakat. penyusunan Tugas Akhir ini yaitu 3. Aspek teknik operasional dengan melakukan suatu pendekatan pelayanan sampah dan peran teknis kuantitatif maupun kualitatif serta masyarakat masih sangat seperti pengetahuan tentang kondisi minimal sehingga perlu wilayah perencanaan dan sistem pengelolaan sampah yang ada. Hasil dilakukan evaluasi untuk pendekatan tersebut akan kita gunakan mengoptimalkan tingkat dalam tahap perencanaan. pelayanannya. 4. Pemanfaatan sampah berdasarkan Dalam penelitian ini, sebagai karakteristik dan komposisi sumber data ada tiga sumber, (1) sampah yang dihasilkan. Personal, (2) Place, dan (3) Paper. Sumber data Personal, yaitu orang yang Tujuan Penelitian memiliki kompetensi untuk memberikan keterangan yang relevan dengan tema Adapun tujuan dari penelitian ini penelitian. Yang termasuk dalam hal ini adalah sebagai berikut : adalah Pengurus RT/RW, Pengelola 1. Mengetahui kondisi eksisting Sampah, masyarakat pelaku, Pejabat pengelolaan sampah, mengetahui Kelurahan, Pejabat Kecamatan, dan Pejabat Dinas Lingkungan Hidup. jumlah timbulan sampah yang Pengambilan data dilakukan melalui dihasilkan dan mengetahui wawancara dan kuesioner. komposisi sampah pada Kecamatan Sumber data Place, yaitu meliputi Ambarawa, Kecamatan Banyu Biru, tempat atau lokasi serta situasi dan Kecamatan Bandungan, Kecamatan kondisi tempat penelitian. Sumber Sumowono. data jenis ini juga meliputi fenomena 2. Memprediksikan jumlah timbulan yang terjadi di lokasi penelitian sampah yang dihasilkan di berkaitan dengan tema penelitian. Kecamatan Ambarawa, Kecamatan Pengambilan data dilakukan melalui Banyu Biru, Kecamatan Bandungan, observasi, yaitu berupa pengamatan Kecamatan Sumowono sampai lapangan, pengambilan gambar, dan pencatatan fenomena. dengan tahun 2022. 3. Merencanakan teknik operasional Sumber data Paper, yaitu berupa untuk melakukan pola pengelolaan dokumen yang dapat berupa laporan, sampah pada Kecamatan Ambarawa, catatan, berkas, atau bahan-bahan Kecamatan Banyu Biru, Kecamatan tertulis lainnya yang merupakan Bandungan, Kecamatan Sumowono dokumen resmi yang relevan dengan serta lokasi TPA Kecamatan Bawen. tema penelitian dan dapat dijadikan Mulai dari sumber , pewadahan, referensi. Sedangkan langkah - langkah atau tahapan kerja yang TS = Jumlah non-perumahan akan dilaksanakan dalam pengerjaan Cd = Koefisien Perumahan Tugas Akhir ini adalah dengan Cd kota metropolitan dan besar = 1 melakukan studi literatur, Cd kota sedang dan kecil = 0,5 pengumpulan data dengan cara Tujuan kegiatan ini adalah wawancara; kuesioner; observasi; dan untuk mengetahui komposisi masing- dokumentasi. Serta melakukan evaluasi masing jenis sampah. Untuk terhadap kondisi eksisting pengelolaan menghitung besaran volume dan sampah pada wilayah perencanaan. komposisi sampah di wilayah penelitian, digunakan metode seperti Perhitungan timbulan sampah kota yang tertera dalam SK SNI M-36- yang akan dilakukan mengacu pada 1991-03 tentang metode pengambilan SK SNI M 36 - 1991 03 tentang dan pengukuran contoh timbulan dan metoda pengambilan dan pengukuran komposisi sampah perkotaan contoh timbulan, komposisi dan Berupa evaluasi terhadap karakteristik sampah perkotaan. sistem pengelolaan persampahan Pengambilan contoh timbulan yang ada mencakup evaluasi sampah dilakukan selama 8 hari terhadap aspek teknik operasional, untuk pemukiman. Untuk lebih aspek organisasi manajemen, aspek jelasnya SK SNI M36-199103 ini peraturan, aspek pembiayaan dan dapat dilihat pada lampiran A. peran serta masyarakat dibandingkan Untuk menentukan jumlah dengan kriteria desain responden pengukuran volume dan komposisi sampah ditentukan dengan menggunakan rumus : S=Cd PS PS < 1 juta jiwa S = Jumlah Sampel(Jiwa) PS = Populasi Cd = Koefisien Perumahan Cd kota metropolitan dan besar = 1 Cd kota sedang dan kecil = 0,5 Karena sampel dikumpulkan dari rumah ke rumah, maka sampel dihitung terhadap jumlah penduduk pada daerah yang terlayani, Penentuan lokasi rumah yang akan disampling berdasarkan klasifikasi tipe bangunan mewah, sedang dan sederhana sesuai dengan SNI-3242- 2008. Untuk menentukan jumlah responden pengukuran volume dan komposisi sampah ditentukan dengan menggunakan rumus : S=Cd TS S = Jumlah Sampel Metode Yang Digunakan Untuk Mengetahui Kondisi Eksisting No. Kondisi Kebutuhan Data Metode Eksisting 1. Pewadahan Jenis, Volume - Observasi - Wawancara - Data sekunder - Dokumentasi 2. Pengumpulan Jenis peralatan, personel - Observasi wilayah pelayanan, volume, - Wawancara ritase - Data sekunder - Dokumentasi 3. Pemindahan Jenis TPS, Jenis Transper - Observasi Depo, Volume, Wilayah - Wawancara Pelayanan, Ritase - Data sekunder pemindahan - Dokumentasi 4. Penyapuan Ruas, jarak,, volume, - Observasi personel - Wawancara - Data sekunder - Dokumentasi 5 Pengangkutan Jenis Kendaraan, Volume, - Observasi Jalur, Ritase - Wawancara - Data sekunder - Dokumentasi
Analisa dan Pembahasan
Pelaksanaan sampling antara lain tersedianya prasarana dan dilakukan antara tanggal 14 sampai sarana yang dipergunakan penduduk dengan 21 Juli 2011 dengan jumlah dalam kegiatan sehari-harinya guna sampel 60 titik. sebagai penjelasan memenuhi kebutuhannya. sampel diambil di dua lokasi Berdasarkan atas pengkajian atas perumahan yaitu Ambarawa Asri dan dasar timbulan akibat penggunaan Mustika Jati. Penentuan titik sampel sarana dan prasarana serta dilakukan secara acak berdasarkan disesuaikan dengan kondisi wilayah tingkat ekonomi. sedangkan tingkat studi maka diperoleh besarnya ekonomi diobservasi berdasarkan timbulan sampah perkapita bentuk fisik dan kondisi rumah. permukiman sementara wilayah Klasifikasi responden berdasar perencanaan sebesar 2,781 tingkat ekonomi bawah hingga liter/orang/hari. Sedangkan rata rata menengah 30 KK (50 %) pada berat basah sampah harian yaitu perumahan Ambarawa Asri, sekitar 0,346 kg/hari. menengah hingga atas 30 KK (50 %) pada perumahan Mustika Jati. Dengan telah didapatnya angka pendekatan besarnya timbulan Timbulan sampah dapat sampah Wilayah Perencanaan ditentukan oleh beberapa faktor perkapita sebesar 2,787 liter/orang/hari maka dengan jumlah mencakup 13 Kecamatan pada penduduk pada tahun 2011 sejumlah wilayah kota. Pada akhir masa 66.509 jiwa dapat diprediksi transisi (tahun 2012) diharapkan besarnya timbulan sampah 185,23 target pelayanan mencapai 35 % m3/hari yang harus dikelola pada (75.738 jiwa), pada akhir tahap lima tahun 2011. tahun pertama (tahun 2017) pelayanan kebersihan mencapai Sampah wilayah perencanaan angka 60 % (124.525 jiwa) berdasarkan komposisinya sedangkan untuk tahap lima tahun didominasi oleh materi jenis organik kedua hingga akhir tahun 2022 target dengan prosentase terbesar dengan pelayanan mencapai 85 % (197.851 kisaran prosentase sebesar 61,4 %. jiwa). Sistem pengumpulan yang Jenis limbah ini organik ini diterapkan di Kabupaten Semarang mendominasi terhadap komposisi secara garis besar menggunakan dua limbah secara keseluruhan dari sistem yaitu sistem pengumpulan berbagai sumber timbulan. Walaupun langsung dan sistem pengumpulan demikian perlu dicermati, adanya tidak langsung. Pola pengumpulan sampah yang tidak bisa langsung pada tahun 2011 terbiodegradasi seperti plastik menggunakan Mini truk Daihatsu dengan kisaran prosentase 38,6 %. Pick Up dengan volume 4.5 m3, Lebih jauh , bila ditilik dari dilakukan oleh masyarkat umum dan komposisi keseluruhan sesuai konsep industri, sedangkan untuk pola pemakaian kembali dan daur ulang pengumpulan tidak langsung pengelolaan sampah terdapat kisaran menggunakan becak sampah dengan limbah yang dapat dilakukan sebesar volume 820 liter dan motor roda tiga 34,31 % yang merupakan dengan volume 1,25 m3. Sistem penjumlahan prosentase komponen pemindahan yang digunakan di kertas , kaca, plastik dan logam. wilayah perencanaan saat ini adalah Sedangkan komponen organik diatas tempat pembuangan sementara (TPS) sebesar 56,37 % dapat digunakan berupa container 6 m3. Alat sebagai bahan kompos organik. pengangkut sampah di Kabupaten Semarang berupa Dump truck dan Proyeksi penduduk dapat Arm Roll. Dump truk 8 m3 digunakan dihitung berdasarkan pendekatan untuk mengangkut sampah domestik metode aritmatik, geometrik dan dan sampah non domestik dari TPS eksponensial. Metode yang dipilih dan TD, juga melayani sampah jalan. adalah metode yang mempunyai nilai Sedangkan Arm Roll melayani regresi terbesar dalam hal ini dipilih sebagian sampah permukiman, metode eksponensial karena sampah non domestik di sepanjang memiliki nilai regresi paling besar jalan protokol dan sampah pasar. yaitu 0,981. Kondisi pelayanan Pengaruh aspek pembiayaan persampahan Kabupaten Semarang dalam pegelolaan sampah adalah pada tahun 2011 mencapai 30 % cukup besar. Hal ini disebabkan oleh (19.953 jiwa) dari total seluruh perlunya biaya-biaya, baik untuk penduduk Wilayah Perencanaan tenaga kerja, pemeliharaan (65.001jiwa). Daerah pelayanan kendaraan, pemeliharaan fasilitas, pengadaan alat kebersihan, pakaian sampah Wilayah Perencanaan dinas, pengadaan karcis retribusi masih rendah ( 29,65 %). serta biaya penyusutan dalam Peran aktif masyarakat dalam pengelolaan sampah kota. Secara penyelenggaraan prasarana dan garis besar biaya pengelolaan sarana persampahan diperlukan sejak persampahan tersebut dapat dari perencanaan sampai dengan dikelompokkan menjadi biaya operasi dan pemeliharaan operasional dan biaya investasi. Peran serta masyarakat berkaitan dengan penyelenggaraan prasarana - Biaya petugas (upah tenaga dan sarana persampahan dapat pengumpul sampah, pengawas berupa usulan, saran, pertimbangan, lapangan, pengemudi dan kru keberatan serta bantuan lainnya atau kendaraan sampah). pelaksanaan program 3R baik untuk - Biaya pengadaan dan biaya skala individual maupun skala operasional serta pemeliharaan kawasan. sarana dan prasarana (gerobak Peningkatan peran serta sampah, tempat sampah, biaya masyarakat dapat dilakukan melalui pemeliharaan kendaraan, dan lain- pendidikan formal sejak dini, lain). penyuluhan yang intensif, terpadu dan terus menerus serta Adapun biaya investasi yang diterapkannya sistem insentif dan dibutuhkan pada awal tahun disinsentif perancanaan yaitu tahun 2012 sebesar Rp 6.468.000.000,00 dan Masyarakat bertanggung jawab biaya operasional pemeliharaan atas penyediaan dan pemeliharaan terhadap pengelolaan sampah fasilitas pewadahan dan atau pada wilayah perencanaan sebesar meyelenggarakan pengumpulan / Rp. 994.717.604,00. pengolahan sampah.
Penentuan tarif retribusi disusun Kesimpulan
berdasarkan asas keterjangkauan /willingness to pay (secara umum 1. Berdasarkan Rencana Tata Ruang kemampuan masyarakat Wilayah Kabupaten Semarang membayar retribusi adalah 1 -2 % bahwa kondisi eksisting dari income) dan subsidi silang pengelolaan sampah yang dari masyarakat berpenghasilan dilakukan di Kecamatan tinggi ke masyarakat Ambarawa, Kecamatan Banyu berpenghasilan rendah dan dari Biru, Kecamatan Bandungan, sektor komersial ke non komersial Kecamatan Sumowono masih tanpa meninggalkan prinsip sangat rendah tingkat pelayanan ekonomi / cost recovery (minimal sampah pada tahun 2011 baru 20 %, 80 % merupakan subsidi mencapai 20%. Pemerintah kota/kab untuk 2. Timbulan sampah perkapita yang pembersihan fasilitas umum). dihasilkan masyarakat Kecamatan Penerimaan retribusi kebersihan Ambarawa, Kecamatan Banyu per tahun dari pengelolaan Biru, Kecamatan Bandungan, Kecamatan Sumowono adalah namun penggunaan kontainer 2,787 liter/hari dan berat basah membutuhkan investasi yang sampahnya 0,445 kg/hari. lebih banyak dibandingkan 3. Komposisi sampah pada penggunaan TPS Permanen. Dan Kecamatan Ambarawa, penanganan pengelolaan Kecamatan Banyu Biru, persampahan harus disesuaikan Kecamatan Bandungan, dengan standar peraturan yang Kecamatan Sumowono di berlaku. dominasi oleh samaph organik sebesar 56,37 % dan sampah Daftar Pustaka plastik sebesar 18,17 % sisanya berupa sampah kertas, karet, Damanhuri, Enri. 1995. Teknik logam, kain dan residu lainnya Pembuangan Akhir. Bandung: 4. Perencanaan dimulai pada tahun Teknik Lingkungan ITB. 2012 Jumlah timbulan sampah yang dihasilkan di Wilayah Sejati, Kuncoro. 2009. Pengelolaan pelayanan Kecamatan Ambarawa, Sampah Terpadu dengan Kecamatan Banyu Biru, Sistem Node, Sub Point, Center Kecamatan Bandungan, Point. Yogyakarta: Kanisius Kecamatan Sumowono sampai dengan tahun 2012 yaitu sebesar Dinas Pekerjaan Umum. 1990. SK 185,00 m3/tahun peningkatan SNI T-13-1990-F Tentang Tata pelayanan direncanakan 5 % Tahun sehingga pada tahun 2022 Cara Pengelolaan Teknik tingkat pelayanan mencapai 85 % Sampah Perkotaan. Bandung : dengan total timbulan sampah Yayasan Lembaga yang dapat dilayani sebesar Penyelidikan Masalah 722,80 m3/tahun. Bangunan. Saran Tchobanoglous, George, Theisen, 1. Pengelolaan sampah pada daerah Hilary, Vigil. 1993. Integrated pelayanan perlu ditingkatkan Solid Waste Management. hingga mencakup semua wilayah Singapura : Mc Graw Hill. administrasi di masing masing Kecamatan. _______. 1991. SK SNI S-04-1991- 2. Proses pengumpulan sebaiknya 03 Tentang Spesifikasi Timbulan menggunakan kendaraan Sampah Untuk Kota Kecil dan Kota bermotor roda tiga yang memiliki Sedang di Indonesia. Bandung : jangkauan lebih luas dan Yayasan Lembaga Penyelidikan kecepatan pengumpulan lebih Masalah Bangunan. baik dibandingkan becak sampah, proses pemindahan sebaiknya _______. 2002. SNI 2454-2002 menggunakan kontainer karena Tentang Tata Cara Teknik lebih efektif dan lebih efisien Operasional Pengelolaan sampah dalam proses pengangkutan Perkotaan. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.
_______. 2008. SNI 3242-2008
Tentang Pengelolaan sampah di Permukiman. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.
Studi Rancangan Sarana Instalasi Pengolahan Air Limbah Wastewater Treatment Pondok Bandung Di Wilayah Kanal Banjir Barat Provinsi DKI Jakarta Arya Bakti Gewangga 115060400111030