Anda di halaman 1dari 8

EVALUASI & OPTIMALISASI TEKNIK OPERASIONAL

PENGELOLAAN SAMPAH PADA


KECAMATAN AMBARAWA, BANDUNGAN,
SUMOWONO, BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG
Luthfie Avian1), Ika Bagus Priyambada2), Wiharyanto Oktiawan2)
1)Mahasiswa Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro
2)Dosen Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro

ABSTRAK

Keberadaan sampah hingga saat ini masih cenderung dianggap sebagai


sesuatu yang tidak bermanfaat bahkan merugikan. Masalah yang sering muncul
dalam penanganan sampah kota adalah semakin meningkatnya jumlah penduduk
dan PDRB maka jumlah sampah yang dihasilkan juga akan semakin meningkat.
Kondisi pengelolaan persampahan di Kecamatan Ambarawa, Kecamatan
Bandungan, Kecamatan Sumowono dan Kecamatan Banyu Biru saat ini masih
belum optimal jika dilihat dari aspek teknik operasional yang meliputi sistem
penyapuan, pewadahan, pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan. Hal
tersebut dapat dilihat dari wilayah pelayanan yang baru mencapai 20 % dari
total jumlah wilayah Kecamatan seluruhnya. Dengan kondisi tersebut perlu
dilakukan perencanaan terhadap sistem pengelolaan sampah terhadap wilayah
yang belum terlayani yang berpotensi menghasilkan timbulan sampah yang
tinggi. Dengan perencanaan ini diharapkan wilayah pelayanan pengelolaan
persampah di empat kecamatan tersebut dapat meningkat.
Kata kunci : Pengelolaan sampah, Perencanaan

Latar Belakang penduduk, pertumbuhan


Wilayah Kecamatan pembangunan di wilayah ini juga
Ambarawa, Kecamatan Banyu Biru, mengalami perkembangan yang
Kecamatan Bandungan, Kecamatan cukup pesat diberbagai bidang.
Sumowono merupakan bagian dari Dengan meningkatnya jumlah
daerah pelayanan sampah di penduduk dan aktivitas masyarakat
kabupaten Semarang. Volume juga akan menyebabkan peningkatan
timbulan sampah masyarakat timbulan sampah kota. Hal tersebut
Kabupaten Semarang sendiri secara harus dibarengi dengan peningkatan
teoretis adalah sebesar 666.506 m3 sarana dan prasarana pengelolaan
sedangkan volume sampah yang persampahan, karena dengan
masuk ke TPA pada tahun 2010 meningkatnya jumlah timbulan
adalah sebesar 112.804 m3. Tempat sampah, maka sarana dan prasarana
pemrosesan akhir sampah yang berada pengelolaan sampah yang ada saat
di Dusun Blondo Desa Bawen ini tentu tidak akan mencukupi lagi.
Kecamatan Bawen Kabupaten
Semarang. Lokasi TPA berjarak 2,5
km dari jalan regional Semarang -
Bawen. Peningkatan pertumbuhan
pengumpulan, pemindahan hingga
Identifikasi Masalah pengangkutan sampai dengan tahun
2022.
Permasalahan yang dihadapi 4. Merencanakan anggaran biaya teknik
dalam pengelolaana sampah operasional pengelolaan
antara lain : persampahan hingga tahun 2022.
1. Kondisi eksisting pelayanan
sampah yang belum memadai. Metodologi
2. Perlu diketahuinya jumlah
timbulan sampah yang dihasilkan Metodologi penelitian dalam
masyarakat. penyusunan Tugas Akhir ini yaitu
3. Aspek teknik operasional dengan melakukan suatu pendekatan
pelayanan sampah dan peran teknis kuantitatif maupun kualitatif
serta masyarakat masih sangat seperti pengetahuan tentang kondisi
minimal sehingga perlu wilayah perencanaan dan sistem
pengelolaan sampah yang ada. Hasil
dilakukan evaluasi untuk
pendekatan tersebut akan kita gunakan
mengoptimalkan tingkat dalam tahap perencanaan.
pelayanannya.
4. Pemanfaatan sampah berdasarkan Dalam penelitian ini, sebagai
karakteristik dan komposisi sumber data ada tiga sumber, (1)
sampah yang dihasilkan. Personal, (2) Place, dan (3) Paper.
Sumber data Personal, yaitu orang yang
Tujuan Penelitian memiliki kompetensi untuk memberikan
keterangan yang relevan dengan tema
Adapun tujuan dari penelitian ini penelitian. Yang termasuk dalam hal ini
adalah sebagai berikut : adalah Pengurus RT/RW, Pengelola
1. Mengetahui kondisi eksisting Sampah, masyarakat pelaku, Pejabat
pengelolaan sampah, mengetahui Kelurahan, Pejabat Kecamatan, dan
Pejabat Dinas Lingkungan Hidup.
jumlah timbulan sampah yang
Pengambilan data dilakukan melalui
dihasilkan dan mengetahui wawancara dan kuesioner.
komposisi sampah pada Kecamatan Sumber data Place, yaitu meliputi
Ambarawa, Kecamatan Banyu Biru, tempat atau lokasi serta situasi dan
Kecamatan Bandungan, Kecamatan kondisi tempat penelitian. Sumber
Sumowono. data jenis ini juga meliputi fenomena
2. Memprediksikan jumlah timbulan yang terjadi di lokasi penelitian
sampah yang dihasilkan di berkaitan dengan tema penelitian.
Kecamatan Ambarawa, Kecamatan Pengambilan data dilakukan melalui
Banyu Biru, Kecamatan Bandungan, observasi, yaitu berupa pengamatan
Kecamatan Sumowono sampai lapangan, pengambilan gambar, dan
pencatatan fenomena.
dengan tahun 2022.
3. Merencanakan teknik operasional Sumber data Paper, yaitu berupa
untuk melakukan pola pengelolaan dokumen yang dapat berupa laporan,
sampah pada Kecamatan Ambarawa, catatan, berkas, atau bahan-bahan
Kecamatan Banyu Biru, Kecamatan tertulis lainnya yang merupakan
Bandungan, Kecamatan Sumowono dokumen resmi yang relevan dengan
serta lokasi TPA Kecamatan Bawen. tema penelitian dan dapat dijadikan
Mulai dari sumber , pewadahan, referensi. Sedangkan langkah -
langkah atau tahapan kerja yang TS = Jumlah non-perumahan
akan dilaksanakan dalam pengerjaan Cd = Koefisien Perumahan
Tugas Akhir ini adalah dengan Cd kota metropolitan dan besar = 1
melakukan studi literatur, Cd kota sedang dan kecil = 0,5
pengumpulan data dengan cara Tujuan kegiatan ini adalah
wawancara; kuesioner; observasi; dan untuk mengetahui komposisi masing-
dokumentasi. Serta melakukan evaluasi masing jenis sampah. Untuk
terhadap kondisi eksisting pengelolaan menghitung besaran volume dan
sampah pada wilayah perencanaan. komposisi sampah di wilayah
penelitian, digunakan metode seperti
Perhitungan timbulan sampah kota yang tertera dalam SK SNI M-36-
yang akan dilakukan mengacu pada 1991-03 tentang metode pengambilan
SK SNI M 36 - 1991 03 tentang dan pengukuran contoh timbulan dan
metoda pengambilan dan pengukuran komposisi sampah perkotaan
contoh timbulan, komposisi dan Berupa evaluasi terhadap
karakteristik sampah perkotaan. sistem pengelolaan persampahan
Pengambilan contoh timbulan yang ada mencakup evaluasi
sampah dilakukan selama 8 hari terhadap aspek teknik operasional,
untuk pemukiman. Untuk lebih aspek organisasi manajemen, aspek
jelasnya SK SNI M36-199103 ini peraturan, aspek pembiayaan dan
dapat dilihat pada lampiran A. peran serta masyarakat dibandingkan
Untuk menentukan jumlah
dengan kriteria desain
responden pengukuran volume dan
komposisi sampah ditentukan
dengan menggunakan rumus :
S=Cd PS
PS < 1 juta jiwa
S = Jumlah Sampel(Jiwa)
PS = Populasi
Cd = Koefisien Perumahan
Cd kota metropolitan dan besar = 1
Cd kota sedang dan kecil = 0,5
Karena sampel dikumpulkan dari
rumah ke rumah, maka sampel
dihitung terhadap jumlah penduduk
pada daerah yang terlayani,
Penentuan lokasi rumah yang akan
disampling berdasarkan klasifikasi
tipe bangunan mewah, sedang dan
sederhana sesuai dengan SNI-3242-
2008.
Untuk menentukan jumlah
responden pengukuran volume dan
komposisi sampah ditentukan
dengan menggunakan rumus :
S=Cd TS
S = Jumlah Sampel
Metode Yang Digunakan Untuk Mengetahui Kondisi Eksisting
No. Kondisi Kebutuhan Data Metode
Eksisting
1. Pewadahan Jenis, Volume - Observasi
- Wawancara
- Data sekunder
- Dokumentasi
2. Pengumpulan Jenis peralatan, personel - Observasi
wilayah pelayanan, volume, - Wawancara
ritase - Data sekunder
- Dokumentasi
3. Pemindahan Jenis TPS, Jenis Transper - Observasi
Depo, Volume, Wilayah - Wawancara
Pelayanan, Ritase - Data sekunder
pemindahan - Dokumentasi
4. Penyapuan Ruas, jarak,, volume, - Observasi
personel - Wawancara
- Data sekunder
- Dokumentasi
5 Pengangkutan Jenis Kendaraan, Volume, - Observasi
Jalur, Ritase - Wawancara
- Data sekunder
- Dokumentasi

Analisa dan Pembahasan


Pelaksanaan sampling antara lain tersedianya prasarana dan
dilakukan antara tanggal 14 sampai sarana yang dipergunakan penduduk
dengan 21 Juli 2011 dengan jumlah dalam kegiatan sehari-harinya guna
sampel 60 titik. sebagai penjelasan memenuhi kebutuhannya.
sampel diambil di dua lokasi Berdasarkan atas pengkajian atas
perumahan yaitu Ambarawa Asri dan dasar timbulan akibat penggunaan
Mustika Jati. Penentuan titik sampel sarana dan prasarana serta
dilakukan secara acak berdasarkan disesuaikan dengan kondisi wilayah
tingkat ekonomi. sedangkan tingkat studi maka diperoleh besarnya
ekonomi diobservasi berdasarkan timbulan sampah perkapita
bentuk fisik dan kondisi rumah. permukiman sementara wilayah
Klasifikasi responden berdasar perencanaan sebesar 2,781
tingkat ekonomi bawah hingga liter/orang/hari. Sedangkan rata rata
menengah 30 KK (50 %) pada berat basah sampah harian yaitu
perumahan Ambarawa Asri, sekitar 0,346 kg/hari.
menengah hingga atas 30 KK (50
%) pada perumahan Mustika Jati. Dengan telah didapatnya
angka pendekatan besarnya timbulan
Timbulan sampah dapat sampah Wilayah Perencanaan
ditentukan oleh beberapa faktor perkapita sebesar 2,787
liter/orang/hari maka dengan jumlah mencakup 13 Kecamatan pada
penduduk pada tahun 2011 sejumlah wilayah kota. Pada akhir masa
66.509 jiwa dapat diprediksi transisi (tahun 2012) diharapkan
besarnya timbulan sampah 185,23 target pelayanan mencapai 35 %
m3/hari yang harus dikelola pada (75.738 jiwa), pada akhir tahap lima
tahun 2011. tahun pertama (tahun 2017)
pelayanan kebersihan mencapai
Sampah wilayah perencanaan angka 60 % (124.525 jiwa)
berdasarkan komposisinya sedangkan untuk tahap lima tahun
didominasi oleh materi jenis organik kedua hingga akhir tahun 2022 target
dengan prosentase terbesar dengan pelayanan mencapai 85 % (197.851
kisaran prosentase sebesar 61,4 %. jiwa). Sistem pengumpulan yang
Jenis limbah ini organik ini diterapkan di Kabupaten Semarang
mendominasi terhadap komposisi secara garis besar menggunakan dua
limbah secara keseluruhan dari sistem yaitu sistem pengumpulan
berbagai sumber timbulan. Walaupun langsung dan sistem pengumpulan
demikian perlu dicermati, adanya tidak langsung. Pola pengumpulan
sampah yang tidak bisa langsung pada tahun 2011
terbiodegradasi seperti plastik menggunakan Mini truk Daihatsu
dengan kisaran prosentase 38,6 %. Pick Up dengan volume 4.5 m3,
Lebih jauh , bila ditilik dari dilakukan oleh masyarkat umum dan
komposisi keseluruhan sesuai konsep industri, sedangkan untuk pola
pemakaian kembali dan daur ulang pengumpulan tidak langsung
pengelolaan sampah terdapat kisaran menggunakan becak sampah dengan
limbah yang dapat dilakukan sebesar volume 820 liter dan motor roda tiga
34,31 % yang merupakan dengan volume 1,25 m3. Sistem
penjumlahan prosentase komponen pemindahan yang digunakan di
kertas , kaca, plastik dan logam. wilayah perencanaan saat ini adalah
Sedangkan komponen organik diatas tempat pembuangan sementara (TPS)
sebesar 56,37 % dapat digunakan berupa container 6 m3. Alat
sebagai bahan kompos organik. pengangkut sampah di Kabupaten
Semarang berupa Dump truck dan
Proyeksi penduduk dapat Arm Roll. Dump truk 8 m3 digunakan
dihitung berdasarkan pendekatan untuk mengangkut sampah domestik
metode aritmatik, geometrik dan dan sampah non domestik dari TPS
eksponensial. Metode yang dipilih dan TD, juga melayani sampah jalan.
adalah metode yang mempunyai nilai Sedangkan Arm Roll melayani
regresi terbesar dalam hal ini dipilih sebagian sampah permukiman,
metode eksponensial karena sampah non domestik di sepanjang
memiliki nilai regresi paling besar jalan protokol dan sampah pasar.
yaitu 0,981. Kondisi pelayanan Pengaruh aspek pembiayaan
persampahan Kabupaten Semarang dalam pegelolaan sampah adalah
pada tahun 2011 mencapai 30 % cukup besar. Hal ini disebabkan oleh
(19.953 jiwa) dari total seluruh perlunya biaya-biaya, baik untuk
penduduk Wilayah Perencanaan tenaga kerja, pemeliharaan
(65.001jiwa). Daerah pelayanan kendaraan, pemeliharaan fasilitas,
pengadaan alat kebersihan, pakaian sampah Wilayah Perencanaan
dinas, pengadaan karcis retribusi masih rendah ( 29,65 %).
serta biaya penyusutan dalam Peran aktif masyarakat dalam
pengelolaan sampah kota. Secara penyelenggaraan prasarana dan
garis besar biaya pengelolaan sarana persampahan diperlukan sejak
persampahan tersebut dapat dari perencanaan sampai dengan
dikelompokkan menjadi biaya operasi dan pemeliharaan
operasional dan biaya investasi. Peran serta masyarakat berkaitan
dengan penyelenggaraan prasarana
- Biaya petugas (upah tenaga
dan sarana persampahan dapat
pengumpul sampah, pengawas
berupa usulan, saran, pertimbangan,
lapangan, pengemudi dan kru
keberatan serta bantuan lainnya atau
kendaraan sampah).
pelaksanaan program 3R baik untuk
- Biaya pengadaan dan biaya skala individual maupun skala
operasional serta pemeliharaan kawasan.
sarana dan prasarana (gerobak Peningkatan peran serta
sampah, tempat sampah, biaya masyarakat dapat dilakukan melalui
pemeliharaan kendaraan, dan lain- pendidikan formal sejak dini,
lain). penyuluhan yang intensif, terpadu
dan terus menerus serta
Adapun biaya investasi yang diterapkannya sistem insentif dan
dibutuhkan pada awal tahun disinsentif
perancanaan yaitu tahun 2012
sebesar Rp 6.468.000.000,00 dan Masyarakat bertanggung jawab
biaya operasional pemeliharaan atas penyediaan dan pemeliharaan
terhadap pengelolaan sampah fasilitas pewadahan dan atau
pada wilayah perencanaan sebesar meyelenggarakan pengumpulan /
Rp. 994.717.604,00. pengolahan sampah.

Penentuan tarif retribusi disusun Kesimpulan


berdasarkan asas keterjangkauan
/willingness to pay (secara umum 1. Berdasarkan Rencana Tata Ruang
kemampuan masyarakat Wilayah Kabupaten Semarang
membayar retribusi adalah 1 -2 % bahwa kondisi eksisting
dari income) dan subsidi silang pengelolaan sampah yang
dari masyarakat berpenghasilan dilakukan di Kecamatan
tinggi ke masyarakat Ambarawa, Kecamatan Banyu
berpenghasilan rendah dan dari Biru, Kecamatan Bandungan,
sektor komersial ke non komersial Kecamatan Sumowono masih
tanpa meninggalkan prinsip sangat rendah tingkat pelayanan
ekonomi / cost recovery (minimal sampah pada tahun 2011 baru
20 %, 80 % merupakan subsidi mencapai 20%.
Pemerintah kota/kab untuk 2. Timbulan sampah perkapita yang
pembersihan fasilitas umum). dihasilkan masyarakat Kecamatan
Penerimaan retribusi kebersihan Ambarawa, Kecamatan Banyu
per tahun dari pengelolaan Biru, Kecamatan Bandungan,
Kecamatan Sumowono adalah namun penggunaan kontainer
2,787 liter/hari dan berat basah membutuhkan investasi yang
sampahnya 0,445 kg/hari. lebih banyak dibandingkan
3. Komposisi sampah pada penggunaan TPS Permanen. Dan
Kecamatan Ambarawa, penanganan pengelolaan
Kecamatan Banyu Biru, persampahan harus disesuaikan
Kecamatan Bandungan, dengan standar peraturan yang
Kecamatan Sumowono di berlaku.
dominasi oleh samaph organik
sebesar 56,37 % dan sampah Daftar Pustaka
plastik sebesar 18,17 % sisanya
berupa sampah kertas, karet, Damanhuri, Enri. 1995. Teknik
logam, kain dan residu lainnya Pembuangan Akhir. Bandung:
4. Perencanaan dimulai pada tahun Teknik Lingkungan ITB.
2012 Jumlah timbulan sampah
yang dihasilkan di Wilayah Sejati, Kuncoro. 2009. Pengelolaan
pelayanan Kecamatan Ambarawa, Sampah Terpadu dengan
Kecamatan Banyu Biru, Sistem Node, Sub Point, Center
Kecamatan Bandungan,
Point. Yogyakarta: Kanisius
Kecamatan Sumowono sampai
dengan tahun 2012 yaitu sebesar Dinas Pekerjaan Umum. 1990. SK
185,00 m3/tahun peningkatan
SNI T-13-1990-F Tentang Tata
pelayanan direncanakan 5 %
Tahun sehingga pada tahun 2022 Cara Pengelolaan Teknik
tingkat pelayanan mencapai 85 % Sampah Perkotaan. Bandung :
dengan total timbulan sampah Yayasan Lembaga
yang dapat dilayani sebesar Penyelidikan Masalah
722,80 m3/tahun. Bangunan.
Saran Tchobanoglous, George, Theisen,
1. Pengelolaan sampah pada daerah Hilary, Vigil. 1993. Integrated
pelayanan perlu ditingkatkan Solid Waste Management.
hingga mencakup semua wilayah Singapura : Mc Graw Hill.
administrasi di masing masing
Kecamatan. _______. 1991. SK SNI S-04-1991-
2. Proses pengumpulan sebaiknya 03 Tentang Spesifikasi Timbulan
menggunakan kendaraan Sampah Untuk Kota Kecil dan Kota
bermotor roda tiga yang memiliki Sedang di Indonesia. Bandung :
jangkauan lebih luas dan Yayasan Lembaga Penyelidikan
kecepatan pengumpulan lebih Masalah Bangunan.
baik dibandingkan becak sampah,
proses pemindahan sebaiknya _______. 2002. SNI 2454-2002
menggunakan kontainer karena Tentang Tata Cara Teknik
lebih efektif dan lebih efisien Operasional Pengelolaan sampah
dalam proses pengangkutan
Perkotaan. Jakarta : Badan
Standarisasi Nasional.

_______. 2008. SNI 3242-2008


Tentang Pengelolaan sampah di
Permukiman. Jakarta : Badan
Standarisasi Nasional.

Anda mungkin juga menyukai