Anda di halaman 1dari 22

I.

URAIAN UMUM
I.1. Judul
Perencanaan Sistem Penyaluran Air Limbah Domestik di Kecamatan Rawalumbu
Kota Bekasi

I.2. Identitas Mahasiswa


a. Nama lengkap : Shafira Astrianop Putri
b. NRP : 25-2014-087
c. Jurusan : Teknik Lingkungan
d. Telepon : 089673544836
e. E-mail : shafirastrianop@gmail.com

I.3. Subjek Penelitian/Perencanaan


Pada perencanaan ini yang akan menjadi subjek adalah air limbah domestik.

I.4. Periode Pelaksanaan/Perencanaan


Perencanaan ini dilakukan selama semester genap tahun ajaran 2018-2019.

I.5. Lokasi Perencanaan/Perencanaan


Lokasi perencanaan ditentukan di Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi.

1.6 Hasil yang Ditargetkan


Diperolehnya suatu perencanaan sistem penyaluran air limbah domestik di
Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi.

1.7 Instansi yang Terlibat


Badan Pusat Statistika, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Kota Bekasi, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bekasi, Dinas
Kesehatan Kota Bekasi, dan Departemen Pekerjaan Umum (DPU) Cipta Karya.

1
II. LATAR BELAKANG PERENCANAAN
Dengan adanya perkembangan penduduk yang semakin meningkat, pencemaran
lingkungan menjadi salah satu permasalahan yang banyak ditemui pada daerah
dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Salah satu dampak dari kepadatan
penduduk terutama di wilayah perkotaan ialah meningkatnya pemakaian air
minum atau air bersih yang berdampak pada peningkatan jumlah pembuangan air
limbah domestik.
Menurut Peraturan Menteri PUPR Nomor 04/PRT/M/2017 tentang
Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik, yang dimaksud
dengan air limbah domestik adalah air yang berasal dari usaha dan/atau kegiatan
pemukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen, dan asrama. Air
limbah domestik yang dihasilkan dapat menimbulkan permasalahan apabila tidak
ada penanganan terlebih dahulu. Terjadinya pencemaran di badan air penerima,
timbulnya berbagai penyakit bawaan air, dan menurunkan nilai estetika
lingkungan merupakan contoh dari permasalahan yang dapat timbul dan harus
segera ditangani (Suyasa, 2002).
Menurut Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2014-2019 Kota
Bekasi sudah menargetkan 100 persen pemenuhan akses sanitasi layak, akan
tetapi menurut Dinas Bangunan dan Permukiman kota Bekasi hanya 1 persen dari
total 2,6 juta penduduknya yang sudah terakses sanitasi yang layak. Buruknya
akses sanitasi dikarenakan ketiadaan sarana mandi, cuci, kakus. Menurut Dinas
Kesehatan Kota Bekasi dari 57 kelurahan, hanya 2 kelurahan yang dinyatakan
terbebas dari perilaku buang air besar (BAB) sembarangan dan sisanya masih
buang air besar (BAB) sembarangan.
Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa pengelolaan sanitasi di Kota Bekasi masih
belum optimal sehingga dapat menyebabkan kesehatan masyarakatnya akan
terganggu apabila pengelolaan air limbah domestik tidak ditangani dengan baik.
Berdasarkan Rencana Pembangunan jangka Menengah Kota Bekasi tahun 2013-
2018 Kecamatan Rawalumbu merupakan permukiman dengan kepadatan yang
tinggi dikarenakan dukungan fasilitas yang cukup memadai serta tata kota yang
baik dalam mendukung aktivitas masyarakatnya. Kecamatan Rawalumbu

2
sekarang sudah berkepadatan penduduk sebesar 16849 jiwa/km2 yang berpotensi
akan terus mengalami peningkatan pertumbuhan penduduk.
Dengan adanya potensi peningkatan pertumbuhan penduduk di Kecamatan
Rawalumbu akan berpotensi terjadinya penurunan kualitas sanitasi dan
bertambahnya limbah domestik yang dihasilkan, maka diperlukannya penyaluran
air buangan secara terpusat agar dapat mengendalikan permasalahan di
Kecamatan Rawalumbu yang selajutnya akan dialirkan ke Instalasi Penyaluran
Air Limbah (IPAL).

III. MAKSUD DAN TUJUAN PERENCANAAN


3.1 Maksud
Maksud dari pelaksanaan Tugas Akhir ini untuk melakukan perencanaan sistem
penyaluran air limbah domestik di Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi.
3.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan Tugas Akhir ini, yaitu :
1. Membuat alternatif system penyaluran air limbah domestik di Kecamatan
Rawalumbu Kota Bekasi.
2. Menghitung proyeksi kebutuhan air, fasilitas, dan menghitung proyeksi
timbulan air limbah domestik di Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi.
3. Merencanakan pipa induk dan lateral dengan mempertimbagkan aspek
topografi dan rencana pengembangan jalan utama.

IV. RUANG LINGKUP


Pembahasan perencanaan ini akan difokuskan pada :
1. Daerah perencanaan penyaluran air limbah domestik ini yaitu Kecamatan
Rawalumbu di Kota Bekasi.
2. Periode perencanaan adalah 20 tahun.
3. Melakukan perencanaan sistem penyaluran air limbah domestik
diantaranya melakukan proyeksi jumlah penduduk dan proyeksi timbulan
air limbah domestik serta perencanaan sistem jaringan air limbah domestik
Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi dengan membuat 2 buah jalur
alternatif.

3
4. Menghitung dimensi pipa induk dan pipa leteral dengan memperhatikan
topografi, risiko sanitasi, rencana pengembangan kota dan jalan utama
daerah perencanaan.
5. Membuat perkiraan Rencana Anggaran Biaya (RAB) sistem penyaluran
air limbah domestik di Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi.
6. Melakukan pemilihan 1 alternatif penyaluran air limbah domestik.
7. Membuat gambar desain sistem penyaluran air limbah domestik
Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi.

4
V. METODOLOGI

Studi Literatur

Identifikasi Masalah

Pengumpulan Data

Data Sekunder
Data Primer
1. Data Kependudukan
1. Survey
2. Data Fasilitas Umum
3. RTRW
4. Masterplan Air Limbah
5. Peta SHP RTRW

Pengolahan dan Analisis Data


1. Pra Perencanaan
- Proyeksi Penduduk
- Proyeksi Fasilitas
- Proyeksi Kebutuhan Air Domestik
- Proyeksi Kebutuhan Air Non Domestik
2. Perencanaan
- Membuat jalur Alternatif
- Menghitung Diameter dan Aksesoris Pipa
- Perhitungan Galian Pipa
- Pembuatan Rincian Anggaran Biaya (RAB)

Pemilihan Jalur Alternatif

Alternatif Terpilih

Membuat Gambar Detail

Gambar 5.1 Metodologi Perencanaan Sistem Penyaluran Air Limbah Domestik

5
5.1 Studi Pustaka
Melakukan peninjauan terhadap pustaka-pustaka yang berkaitan dengan
perencanaan yang akan dilakukan. Pustaka-pustaka tersebut dapat berupa buku,
jurnal, regulasi, dan sebagainya yang dapat dijadikan dasar dalam perencanaan,
sebagai acuan untuk membandingkan data dilapangan dengan teori yang ada.
5.2 Identifikasi Masalah
Tahap identifikasi masalah ini meliputi identifikasi kondisi pengelolaan air limbah
domestik daerah perencanaan. Langkah yang dilakukan adalah dengan meninjau
Buku Putih Sanitasi, dan Strategi Sanitasi Kota (SSK), dokumen Environmental
Health Risk Assesment (EHRA), dan regulasi mengenai pengelolaan air limbah
domestik seperti Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kemudian selanjutnya
dilakukan identifikasi permasalahan yang akan dibahas.
5.3 Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperoleh dari dua jenis data, yaitu data primer dan data
sekunder.
a. Data Primer
Data primer merupakan data langsung yang diperoleh dari sumber data
pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian dengan kata lain data
primer diperoleh dari sumber pertama dimana sebuah data dihasilkan.
Data primer pada perencanaan ini dilakukan dengan cara survey lokasi
perencanaan.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber sekunder,
yaitu sumber data kedua sesudah sumber data primer. Sumber data
sekunder diharapkan dapat berperan membantu mengungkap data yang
diharapkan. Begitu pula pada keadaan semestinya yaitu sumber data
primer dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan, sumber data
sekunder dapat membantu memberi keterangan, atau data pelengkap
sebagai bahan pembanding. Metode yang digunakan dalam melakukan
pengumpulan data sekunder yaitu desk study (Rosadi, 2017).

Data yang diperolah pada data sekunder ini merupakan data aktual dari instansi
terkait perencanaan. Data sekunder yang diperlukan dalam perencanaan sistem

6
penyaluran air limbah domestik Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi dapat dilihat
pada Tabel 5.1 berikut:

Tabel 5.1 Kebutuhan Data Sekunder Perencanaan


No Data yang diperlukan Kegunaan Data Sumber Data
1 Data Kependudukan Jumlah penduduk merupakan dasar BPS Kota Bekasi,
(Demografi), Jumlah untuk menentukan banyaknya Kecamatan
Penduduk 10 Tahun kebutuhan air bersih serta debit air Rawalumbu dalam
terakhir limbah yang dihasilkan penduduk angka untuk 10 tahun
daerah perencanaan untuk terakhir
selanjutnya dilakukan proyeksi
agar kapasitas saluran dapat
terpenuhi hingga akhir periode
perencanaan. Data diambil 10
tahun.

2 Sarana-Prasarana Data sarana prasarana dibutuhkan BPS Kota Bekasi


Kecamatan Rawalumbu, untuk mengetahui kebutuhan air
Kota Bekasi tahun non domestik untuk selanjutnya
terakhir diperoleh debit air limbah non
domestik yang akan disalurkan
kemudian dilakukan proyeksi agar
kapasitas saluran dapat memenuhi
timbulan air limbah Kecamatan
Rawalumbu, Kota Bekasi hingga
akhir periode perencanaan.

3 Tata Guna Lahan Data tata guna lahan diperlukan BAPPEDA Kota
Kecamatan Rawalumbu, untuk mengetahui kondisi eksisting Bekasi
Kota Bekasi tahun dan penggunaan lahan di daerah
terakhir perencanaan untuk selanjutnya
dapat menentukan jalur pipa dari
sistem jaringan air limbah yang
direncanakan.

4 Kondisi PAB di Untuk mengetahui kondisi Dinas Kesehatan


Kecamatan Rawalumbu, penyaluran air buangan di daerah Kota Bekasi.
Kota Bekasi pada tahun perencanaan, apakah bisa
terkahir meningkatkan kapasitas dari yang
sudah ada atau merencanakan dari
awal. Serta untuk mengetahui
fasilitas sanitasi yang sudah
dimiliki Kecamatan Rawalumbu,
Kota Bekasi.

5 Topografi Kecamatan Data topografi merupakan data BPS Kota Bekasi


Rawalumbu, Kota penunjang untuk melakukan

7
Tabel 5.1 Kebutuhan Data Sekunder Perencanaan
No Data yang diperlukan Kegunaan Data Sumber Data
Bekasi tahun terakhir perencanaan untuk mengetahui
kontur daerah perencanaan, agar
penyaluran air buangan dapat
dilakukan dengan sistem gravitasi.

6 RTRW Kota Bekasi Untuk mengetahui kondisi BAPPEDA Kota


2011-2031 pembangunan yang akan Bekasi
dilaksanakan sehingga jalur yang
direncanakan tidak menutupi jalur
perencanaan agar lebih
memudahkan dalam operasi dan
maintenance jalur dikemudian hari.
Selain itu untuk mengetahui lahan
yang bisa direkomendasikan untuk
pembangunan instalasi pengolahan
air limbah

7 Kebutuhan Air bersih Data kebutuhan air bersih berupa PDAM Tirta Patriot
  Kecamatan Rawalumbu, akses air bersih yang digunakan Kota Bekasi
Kota Bekasi tahun oleh masyarakat di Kecamatan
 
terakhir Rawalumbu, Kota Bekasi
(PDAM/Sumur/Air Sungai/dll).
Data ini dibutuhkan sebagai data
awal dalam menghitung timbulan
air buangan domestik yang
ditimbulkan.

8 Profil Kecamatan Untuk mengetahui kondisi seperti BPS Kota Bekasi,


Rawalumbu, Kota batas administrasi dan letak BAPPEDA Kota
Bekasi tahun terakhir geografis Kecamatan Rawalumbu, Bekasi
Kota Bekasi agar dapat dikaitkan
dengan urgensi kebutuhan
penyaluran air buangan dan
menentukan daerah pelayanan
yang akan direncanakan sistem
penyaluran air buangan.

9 Kondisi jalan Kecamatan Untuk mengetahui jalan yang akan Dinas Tata Ruang
Rawalubu, Kota Bekasi dibuat jalur sistem penyaluran air dan Cipta Karya (PU
tahun terakhir buangan Jalan), BAPPEDA
Kota Bekasi
10 Kondisi Hirdologi Untuk mengetahui potensi BPS Kota Bekasi
Kecamatan Rawalumbu, pencemaran air tanah oleh air
Kota Bekasi tahun buangan.
terakhir

8
Tabel 5.1 Kebutuhan Data Sekunder Perencanaan
No Data yang diperlukan Kegunaan Data Sumber Data
11 Kondisi sanitasi Untuk mengetahui data penunjang Dinas Kesehatan
Kecamatan Rawalumbu, perencanaan seperti kepemilikikan Kota Bekasi,
Kota Bekasi tahun jamban dan perilaku buang air BAPPEDA Kota
terakhir besar, presentase waterbone Bekasi, SSK Kota
desease, peta kawasan risiko Bekasi
sanitasi, saluran pembuangan air
limbah, dan perencanaan
pemerintah setempat terkait isu
sanitasi.

12 Harga Satuan Daerah Untuk mengetahui harga satuan Departemen


untuk aksesoris pipa dan aksesoris pipa dan material Pekerjaan Umum
material bangunan bangunan di daerah perencanaan (DPU) Cipta Karya

13 Spesifikasi Teknis Untuk mengetahui spesifikasi Departemen


Penyaluran Air Buangan teknis untuk merencanakan Pekerjaan Umum
(Dasar-dasar teknis jaringan penyaluran air buangan (DPU) Cipta Karya
PAB, Perencanaan serta menentukan hal-hal yang
Pengelolaan Air Limbah perlu dipertimbangkan dalam
dengan Sistem Terpusat, melakukan perencanaan,
Kriteria Sistem Terpusat, pembangunan serta optimasi dan
Harga Satuan Bangunan pemeliharaan guna menunjang
dan Upah) Rincian Anggaran Biaya yang
diperlukan.

14 Data Jalur Pipa PDAM Untuk memudahkan dalam tahap PDAM Kota Bekasi
penentuan jalur air buangan agar
tidak bertabrakan atau tumpang
tindih dengan pipa air minum jalur
PDAM
Sumber: Hasil Analisa 2018

5.4 Tahap Pengolahan dan Analisis Data


Pada tahap ini dilakukan pengolahan baik dalam data primer maupun data
sekunder. Pengolahan dan analisis data tersebut dilakukan dalam 2 tahap yaitu
tahap pra perencanaan dan tahap perencanaan.
1. Pra Perencanaan
 Proyeksi Penduduk

9
Metode yang representatif untuk memproyeksikan jumlah penduduk
adalah secara matematis diantaranya dengan menggunakan Metode
Aritmatik, Metode Geometrik dan Metode Least Square. Berdasarkan
Strategi Sanitasi Kota Kabupaten Garut proyeksi penduduk dilakukan
selama 20 tahun, dengan tahun awal perencanaan 2019 hingga 2039.

A. Metode Aritmatik
Pertumbuhan penduduk pada metode ini diasumsikan setiap
tahunnya adalah konstan, dengan kata lain metode aritmatik ini
didasarkan pada angka kenaikan jumlah penduduk rata-rata setiap
tahunnya. Metode aritmatik sangat cocok untuk:
 Menggambarkan kota-kota tua dimana kota-kota tersebut
memiliki daerah yang sangat luas.
 Kota yang tidak memiliki daerah industri dan ekonomi kota
masih bergantung pada hasil pertanian.
 Pertumbuhan penduduk yang relatif konstan.
 Grafik pertumbuhan penduduknya linear.

Berdasarkan PermenPU 2007, persamaan pada metode ini adalah:


Pn = Po + a . n..................................................................(5.1)
P 2−P1
a= .....................................................................(5.2)
T 2−T 1
dimana:
Pn = jumlah penduduk tahun ke-n yang diproyeksikan
Po = jumlah penduduk tahun pertama data sensus
n = selang waktu tahun dari data penduduk dasar
a = faktor pertumbuhan tiap tahun
P1 = jumlah penduduk pada waktu t
P2 = jumlah penduduk yang diketahui
T1 = tahun ke 1 yang diketahui

B. Metode Geometrik
Metode geometrik didasarkan atas rasio pertambahan penduduk
rata-rata yang sama untuk setiap tahun dengan kata lain

10
pertambahan penduduk sebanding dengan angka penduduk saat itu.
Metode Geometrik cocok untuk:
 Kota tua dengan pertumbuhan lambat lambat (20–30 %)
 Apabila digunakan pada kota muda dengan pertumbuhan
penduduk industri yang cepat maka hasilnya akan over
estimate.
Berdasarkan PermenPU 2007, persamaan pada metode ini adalah:
Pn = Po (1 + rata – rata )n...................................................(5.3)
dimana:
Pn = jumlah penduduk tahun ke-n yang diproyeksikan
Po = jumlah penduduk tahun pertama data sensus
r = rasio laju pertumbuhan penduduk (%)
n = selang waktu tahun dari data penduduk dasar

C. Metode Least Square


Metode Least Square hampir sama dengan Metode Aritmatika,
dimana metode proyeksi yang digunakan untuk kota dengan
pertumbuhan penduduk relatif mendekati jenuh. Metode Least
Square cocok untuk:
 Kota dengan pertumbuhan penduduk relatif konstan
 Bukan kota tua
 Kota yang sedang berkembang
Berdasarkan PermenPU 2007, persamaan pada metode ini adalah:
Pn = a+bx.........................................................................(5.4)
dengan,

a=
∑ y − b . ∑ x , dan...................................................(5.5)
n n
b=¿ ¿................................................................................(5.6)
dimana:
y = jumlah penduduk hasil sensus
x = faktor tahun
n = jumlah data

11
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n

 Penentuan Alternatif Metode Proyeksi

Dalam menentukan metode proyeksi terbaik diantara ketiga metode,


ada beberapa kriteria yang dilihat, yaitu Standar Deviasi (SD),
Koefisien Variansi (CV) dan Koefisien Korelasi (r).

1. Standar Deviasi (SD)


Standar deviasi menunjukkan seberapa jauh nilai yang ada
terhadap nilai reratanya. Semakin kecil standar deviasi maka data
tersebut makin mendekati harga yang sebenarnya, dan semakin
besar nilai standar deviasi maka data tersebut makin jauh dari
harga sebenarnya. Bila nilai standar deviasi kecil, berarti
menunjukkan nilai tersebut mendekati persamaan yang didapat
(Barclay, 1982).

Rumus yang digunakan dalam menghitung Standar Deviasi


adalah sebagai berikut:
n n
SD =
√ 1
. ∑ (¿¿ xi−x )2 ¿ ¿
n−1 i=1 √ 1
. ∑ ( ¿¿941336001)2 ¿ ¿
10−1 i=1
.......................................................................................(5.7)
Dimana :
n-1 = Banyaknya data dikurangi 1 tahun
x = Jumlah Penduduk
x1, x2, x3 … xn = Banyaknya penduduk tiap tahun
x = nilai rata-rata data Pn

2. Koefisien Variansi (CV)

Koefisien variasi merupakan suatu ukuran variansi yang dapat


digunakan untuk membandingkan suatu distribusi data yang
mempunyai satuan yang berbeda. Jika membandingkan berbagai
variansi atau dua variabel yang mempunyai satuan yang berbeda
maka tidak dapat dilakukan dengan menghitung ukuran
penyebaran yang sifatnya absolut (Barclay, 1982).

12
Perhitungan koefisien korelasi sebagai berikut:
CV = SD/x.....................................................................(5.8)
Dimana :
CV = Koefisien Variasi
SD = Standar Deviasi
X = nilai rata-rata dari Pn

3. Koefisien Korelasi (r)


Koefisien korelasi/Faktor korelasi merupakan suatu koefisien
yang menunjukan derajat hubungan antar variable. Nilai korelasi
dapat menunjukan hubungan yang benar jika nilainya mendekati
satu. Rumus yang digunakan untuk menghitung faktor korelasi
yaitu:

( n . ∑ xy ) − ( ∑ x . ∑ y )
r= 1 .............(5.9)
2 2
[ (n . ∑ x 2
− (∑ x ) ) . ( n . ∑ y − (∑ y )
2
)] 2

Dimana :
r = koefisien korelasi
x = selisih tahun terakhir dengan awal dari data
y = jumlah penduduk awal
n = jumlah data
 Proyeksi Fasilitas
Berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah
No.534/KPTS/M/2001 tentang Standar Pelayanan Minimal untuk
Permukiman, proyeksi fasilitas sarana prasarana yang ada di daerah
perencanaan bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan fasilitas umum
atau kegiatan bersifat non-domestik yang ada di daerah perencanaan.
Semakin banyak fasilitas maka akan semakin banyak kebutuhan air
dan timbulan air limbah domestik dari fasilitas tersebut yang perlu
dilayani. Standar pelayanan minimal untuk permukiman dapat dilihat
pada Tabel 5.2 berikut:

Tabel. 5.2 Standar Pelayanan Minimal Untuk Permukiman

13
No Jenis Fasilitas Cakupan Kriteria
1 Sarana Niaga SatuanMinimal 1 pasar /30.000
lingkungan
jiwa penduduk
2 Sarana Pendidikan dengan jumlah
Minimal :
TK penduduk <
1 unit / 1.000 jiwa
30.000 jiwa
penduduk
SD 1 unit / 6.000 jiwa
penduduk
SLTP 1 unit / 25.000 jiwa
penduduk
SMA 1 unit / 30.000 jiwa
penduduk
Perguruan Tinggi 1 unit / 70.000 jiwa
penduduk
3 Sarana Kesehatan Minimal:
Puskesmas 1 unit / 120.000 jiwa
penduduk
Rumah Sakit 1 unit / 240.000 jiwa
penduduk
4 Sarana Peribadatan 1 unit/ 2.500 jiwa penduduk
Sumber : KEPMENKIMPRASWIL, 2001

Dengan perhitungan sebagai berikut :

( jumlah pendudukjumlah
tahun x− jumlah penduduk tahun terakhir
pelayananfasilitas )+ jumlah fasilitas tahun te
……………………….(5.10)
 Proyeksi Kebutuhan Air Domestik
Kondisi wilayah perencanaan akan mementukan kebutuhan air bersih
untuk daerah perencanaan, faktor yang sangat mempengaruhi pola
pemakaian air bersih diantaranya pertambahan jumlah penduduk dan
tingkat sosial ekonomi penduduk serta status kotanya. Rumus
perhitungan proyeksi air bersih domestik berdasarkan PermenPU
Nomor 18 Tahun 2007 mengenai Penyelenggaraan Pengembangan
Sistem Air Minum adalah sebagai berikut :

1. Perhitungan rata-rata konsumsi air


air yang disalurkan PDAM
konsumsi air= ×1000 liter …..(5.11)
jumlah orang terlayani ×365
2. Perhitungan laju konsumsi air

14
selisih air yang disalurkan PDAM
Laju konsumsi air= × 100 % ….
air yang disalurkan PDAM
(5.12)
 Proyeksi Kebutuhan Air Non-domestik

Pada sektor non domestik, air digunakan untuk menunjang kegiatan


non-domestik seperti fasilitas pendidikan, fasilitas peribadatan,
fasilitas kesehatan dll. Proyeksi kebutuhan air non-domestik
didasarkan pada kondisi atau jumlah sarana prasarana non-domestik di
awal perencanaan, dan kemungkinan perkembangannya sampai akhir
periode perencanaan. Standardisasi kebutuhan air minum fasilitas
perkotaan dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut:

Tabel 5.3 Standardisasi Kebutuhan Air Minum Fasilitas Perkotaan


FASILITAS KATEGORI KOTA
BESAR
Sekolah 10 l/murid/hari
Rumah Sakit 200 l/tempat tidur/hari
Puskesmas 2 m3/hari
Mesjid Sampai 2 m3/hari
Kantor 10 l/pegawai/hari
Pasar 12 m3/hektar/hari
Hotel 150 l/tempat tidru/hari
Rumah Makan 100 l/tempat duduk/hari
Komplek Militer 60 l/orang/hari
Kawasan Industri 0,2 - 0,8 l/detik/ha
Kawasan Pariwisata 0,1 - 0,3 l/dt/ha
Sumber : Dirjen Cipta Karya PU, 1998

 Proyeksi Timbulan Air Limbah Domestik


Proyeksi timbulan air limbah domestik akan terbagi kedalam 2 sektor
yaitu timbulan air limbah domestik dan timbulan air limbah non-
domestik (Rosadi, 2017).
1. Timbulan Air Limbah Domestik
Menurut Babbit (1969) semakin tinggi jumlah penduduk, maka
jumlah air limbah yang dihasilkan semakin tinggi karena 60% -
80% dari air bersih akan menjadi air limbah.
2. Untuk timbulan air limbah non-domestik

15
Terdapat SNI yang mengatur tingkat pemakaian air minum non
rumah tangga, yaitu SK-SNI Air Minum tahun 2000.

2. Perencanaan
Pada tahap perencanaan dilakukan beberapa pelaksanaan dalam
pengolahan data yaitu,:
 Membuat jalur Alternatif

Dalam membuat jalur alternatif, hal-hal yang perlu diperhatikan


adalah topografi, rencana perkembangan kota, jalur pipa air bersih,
permasalahan sanitasi, jalur pipa dapat melayani sebanyak mungkin
rumah tangga. Jalur pipa mengikuti jalan umum milik pemerintah
dengan mengikuti hirarki jalan guna mendukung operasi dan
pemeliharaan, serta demografi khususnya kepadatan penduduk.
Alternatif jalur yang akan dipertimbangkan sebanyak 2 jalur.

 Menghitung dimensi dan Aksesoris pipa.


Menghitung dimensi pipa dilakukan guna mengetahui diameter dan
kecepatan pengaliran agar memenuhi kriteria desain yang ditetapkan.
Aksesoris pipa yang akan digunakan guna menunjang sistem
penyaluran air limbah domestik berupa manhole, terminal clean out,
dan aksesoris pipa lain sesuai kebutuhan perencanaan.

Diameter pipa awalnya ditetapkan berdasarkan besarnya debit air


buangan yang masuk di sepanjang saluran tersebut (Q). Kemudian
diasumsikan bahwa slope yang digunakan adalah slope permukaan
tanah, lalu cek kecepatan dengan persamaan 7 yang merupakan Vf dan
Qf. Kecepatan aliran dan kedalaman berenang harus memenuhi syarat
self cleansing.
Vf = (0,397/n) x (D/1000)(2/3) x S0,51 ……………..(5.13)
Qf = 0,785 x Vf x (D/1000)2 ………………(5.14)

16
Gambar 5. Grafik Hidraulic Element of Circular Sewers Running
Partly Full
(Sumber : Tchobanoglous, 2003)

Kemudian cari nilai rasio Qt dengan Qf atau (Qt/Qf). Gunakan grafik


Hidraulic Element of Circular Sewers Running Partly Full untuk
mendapatkan nilai V/Vf dan d/D, dimana Qf dan Vf adalah debit dan
kecepatan air buangan ketika aliran full, nilai V merupakan kecepatan
aktualnya, nilai d adalah kedalaman berenangnya. D adalah diameter
saluran.

 Pembuatan Rincian Anggaran Biaya


Pembuatan rincian anggaran biaya dihitung berdasarkan harga satuan
pekerja tertinggi upah dan bahan tahun 2018 Kota Bekasi. Menurut Rosadi
(2017), dalam membuat rincian anggaran biaya (RAB) perhitungannya
meliputi biaya investasi pembangunan dan biaya pengolaan seperti
pekerjaan perpipaan, pekerjaan tanah dan galian, pekerjaan pengadaan dan
pemasangan pipa, pekerjaan perlengkapan pipa, dan biaya operasi dan
pemeliharaan. RAB dibuat sebelum melakukan pemilihan alternatif agar
ketika dilakukan pemilihan alternatif dapat memudahkan dalam segi biaya
operasional.

17
5.5 Tahap Pemilihan Alternatif
Alternatif jalur dibuat dengan memperhatikan topografi, jalur air bersih,
kepadatan penduduk, risiko sanitasi, rencana pengembangan kota dan jalan utama
daerah perencanaan. Pemilihan alternatif jalur dilakukan menggunakan metode
weighted ranking technique (WRT) yang memiliki Kriteria pemilihan berdasarkan
penilaian beberapa parameter (metode pembobotan atau weighting methode)
memberikan penialain seobjektif mungkin dengan menampilkan beberapa
parameter yang cukup representatif, sehingga menekan penyimpangan yang
mungkin terjadi. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pemilihan alternatif
yaitu menentukan Koefisien Pentingnya Faktor (KPF) dan Koefisien Pentingnya
Alternatif (KPA) (Rosadi, 2017).
Parameter yang digunakan untuk pembobotan dengan metode WRT sebagai
berikut:
1. Sistem Pengaliran
Penilaian teringgi diberikan pada alternatif dengan sistem penyaluran
gravitasi.
2. Panjang Saluran
Penilaian teringgi diberikan pada alternatif yang memiliki panjang
saluran paling pendek.
3. Waktu Pengaliran hingga ke IPAL
Penilaian teringgi diberikan pada alternatif yang memiliki waktu
pengaliran ke IPAL paling singkat dan tidak lebih dari 18 jam.
4. Kecepatan Pengaliran
Penilaian teringgi diberikan pada kecepatan memenuhi kriteria desain
yaitu kecepatan minimum 0,6 m/detik dan kecepatan maksimum 3
m/detik.
5. Jumlah aksesoris
Penilaian teringgi diberikan pada jumlah aksesoris paling sedikit
dikarenakan lebih ekonomis.
6. Diameter
Penilaian teringgi diberikan pada diameter terkecil dikarenakan lebih
ekonomis.

18
7. Kemudahan Maintenance dan Operation
Mudah untuk di lakukan pemeliharaan, semakin besar badan jalan
maka akan semakin memudahkan jalur.

5.6 Membuat Gambar Detail


Membuat gambar detail perencanaan sistem penyaluran air limbah domestic
Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi dilakukan berdasarkan hasil perhitungan
yang dilakukan kemudian dibuat gambar dua buah jalur alternatif pipa induk dan
pipa lateral air limbah domestik, gambar profil hidrolis, dan gambar penunjang
perencanaan lainnya.

VI. TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian air limbah domestik menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomo 04 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik adalah air limbah
yang berasal dari usaha dan/atau kegiatan pemukiman, rumah makan,
perkantoran, perniagaan, apartemen, dan asrama. System pengelolaan air limbah
domestik yang selanjutnya disingkat SPALD adalah serangkaian kegiatan
pengelolaan air limbah domestik dalam satu kesatuan dengan prasarana dan
sarana pengelolaan air limbah domestik. Pemilihan jenis SPALD dapat mengacu
pada diagram alir pemilihan jenis SPALD seperti pada Gambar 6.1.

19
Gambar 6.1 Diagram Alir Pemilihan Jenis SPALD

Dasar pertimbangan yang utama dalam pemilihan teknologi SPALD yaitu


kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk >150 jiwa/Ha (15,000 jiwa/Km2)
dapat menerapkan sistem SPALD-T, sedangkan untuk kepadatan penduduk
kurang dari 150 jiwa/Ha masih terdapat beberapa pertimbangan lainnya, seperti
sumber air yang ada, kedalaman air tanah, permeabilitas tanah, kemiringan tanah,
ketersediaan lahan, termasuk kemampuan membiayai. Contohnya apabila
kepadatan penduduknya lebih dari 150 jiwa/Ha, kedalaman air tanahnya kurang
dari 1 m dan tidak memiliki permeabilitas tinggi. Jika kemiringan tanahnya lebih
dari 2% (dua persen) dan kemampuan membiayai memenuhi maka dapat
menggunakan SPALD-T, sedangkan jika kemiringan tanahnya kurang dari 2%
(dua persen), maka terdapat pilihan teknologi lain tergantung pada kemampuan
membiayai dan kecocokan teknologi yang dipilih.

20
VII. JADWAL PELAKSANAAN TUGAS AKHIR
Jadwal pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan selama 6 (enam) bulan. Matriks
jadwal perencanaan dapat dilihat pada Tabel 7.1. berikut:
Tabel 7.1 Matriks Jadwal Perencanaan Tugas Akhir
Bulan
Kegiatan
1 2 3 4 5 6
Studi Literatur
Identifikasi Masalah
Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan Data Sekunder
Pra perencanaan
Perencanaan
Membuat Gambar Detail
Penyusunan Laporan

Daftar Pustaka
Babbit, H. E. (1969). Sewage and Sewerage Treatment Plant. New York:
McGraw Hill.
Badan Pusat Statistik. (2018). Kota Bekasi Dalam Angka
Barclay, G. W. (1982). Teknik Analisa Kependudukan (Bahasa Indonesia ed.).
Jakarta: PT Bina Aksara.

21
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
Nomor 04. (2017). Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah
Domestik.
Rosadi, W. S. S. (2017). Perencanaan Sistem Penyaluran Air Limbah Domestik
Kecamatan Bogo Tengah, Kota Bogor. Institut Teknologi Nasional
Bandung.
Tchobanoglous, G. (2003). Wastewater Engineering and Management,
Treatment, Disposal, Reuse. McGraw-Hill International Editions.

22

Anda mungkin juga menyukai