URAIAN UMUM
I.1. Judul
Perencanaan Sistem Penyaluran Air Limbah Domestik di Kecamatan Rawalumbu
Kota Bekasi
1
II. LATAR BELAKANG PERENCANAAN
Dengan adanya perkembangan penduduk yang semakin meningkat, pencemaran
lingkungan menjadi salah satu permasalahan yang banyak ditemui pada daerah
dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Salah satu dampak dari kepadatan
penduduk terutama di wilayah perkotaan ialah meningkatnya pemakaian air
minum atau air bersih yang berdampak pada peningkatan jumlah pembuangan air
limbah domestik.
Menurut Peraturan Menteri PUPR Nomor 04/PRT/M/2017 tentang
Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik, yang dimaksud
dengan air limbah domestik adalah air yang berasal dari usaha dan/atau kegiatan
pemukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen, dan asrama. Air
limbah domestik yang dihasilkan dapat menimbulkan permasalahan apabila tidak
ada penanganan terlebih dahulu. Terjadinya pencemaran di badan air penerima,
timbulnya berbagai penyakit bawaan air, dan menurunkan nilai estetika
lingkungan merupakan contoh dari permasalahan yang dapat timbul dan harus
segera ditangani (Suyasa, 2002).
Menurut Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2014-2019 Kota
Bekasi sudah menargetkan 100 persen pemenuhan akses sanitasi layak, akan
tetapi menurut Dinas Bangunan dan Permukiman kota Bekasi hanya 1 persen dari
total 2,6 juta penduduknya yang sudah terakses sanitasi yang layak. Buruknya
akses sanitasi dikarenakan ketiadaan sarana mandi, cuci, kakus. Menurut Dinas
Kesehatan Kota Bekasi dari 57 kelurahan, hanya 2 kelurahan yang dinyatakan
terbebas dari perilaku buang air besar (BAB) sembarangan dan sisanya masih
buang air besar (BAB) sembarangan.
Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa pengelolaan sanitasi di Kota Bekasi masih
belum optimal sehingga dapat menyebabkan kesehatan masyarakatnya akan
terganggu apabila pengelolaan air limbah domestik tidak ditangani dengan baik.
Berdasarkan Rencana Pembangunan jangka Menengah Kota Bekasi tahun 2013-
2018 Kecamatan Rawalumbu merupakan permukiman dengan kepadatan yang
tinggi dikarenakan dukungan fasilitas yang cukup memadai serta tata kota yang
baik dalam mendukung aktivitas masyarakatnya. Kecamatan Rawalumbu
2
sekarang sudah berkepadatan penduduk sebesar 16849 jiwa/km2 yang berpotensi
akan terus mengalami peningkatan pertumbuhan penduduk.
Dengan adanya potensi peningkatan pertumbuhan penduduk di Kecamatan
Rawalumbu akan berpotensi terjadinya penurunan kualitas sanitasi dan
bertambahnya limbah domestik yang dihasilkan, maka diperlukannya penyaluran
air buangan secara terpusat agar dapat mengendalikan permasalahan di
Kecamatan Rawalumbu yang selajutnya akan dialirkan ke Instalasi Penyaluran
Air Limbah (IPAL).
3
4. Menghitung dimensi pipa induk dan pipa leteral dengan memperhatikan
topografi, risiko sanitasi, rencana pengembangan kota dan jalan utama
daerah perencanaan.
5. Membuat perkiraan Rencana Anggaran Biaya (RAB) sistem penyaluran
air limbah domestik di Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi.
6. Melakukan pemilihan 1 alternatif penyaluran air limbah domestik.
7. Membuat gambar desain sistem penyaluran air limbah domestik
Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi.
4
V. METODOLOGI
Studi Literatur
Identifikasi Masalah
Pengumpulan Data
Data Sekunder
Data Primer
1. Data Kependudukan
1. Survey
2. Data Fasilitas Umum
3. RTRW
4. Masterplan Air Limbah
5. Peta SHP RTRW
Alternatif Terpilih
5
5.1 Studi Pustaka
Melakukan peninjauan terhadap pustaka-pustaka yang berkaitan dengan
perencanaan yang akan dilakukan. Pustaka-pustaka tersebut dapat berupa buku,
jurnal, regulasi, dan sebagainya yang dapat dijadikan dasar dalam perencanaan,
sebagai acuan untuk membandingkan data dilapangan dengan teori yang ada.
5.2 Identifikasi Masalah
Tahap identifikasi masalah ini meliputi identifikasi kondisi pengelolaan air limbah
domestik daerah perencanaan. Langkah yang dilakukan adalah dengan meninjau
Buku Putih Sanitasi, dan Strategi Sanitasi Kota (SSK), dokumen Environmental
Health Risk Assesment (EHRA), dan regulasi mengenai pengelolaan air limbah
domestik seperti Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kemudian selanjutnya
dilakukan identifikasi permasalahan yang akan dibahas.
5.3 Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperoleh dari dua jenis data, yaitu data primer dan data
sekunder.
a. Data Primer
Data primer merupakan data langsung yang diperoleh dari sumber data
pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian dengan kata lain data
primer diperoleh dari sumber pertama dimana sebuah data dihasilkan.
Data primer pada perencanaan ini dilakukan dengan cara survey lokasi
perencanaan.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber sekunder,
yaitu sumber data kedua sesudah sumber data primer. Sumber data
sekunder diharapkan dapat berperan membantu mengungkap data yang
diharapkan. Begitu pula pada keadaan semestinya yaitu sumber data
primer dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan, sumber data
sekunder dapat membantu memberi keterangan, atau data pelengkap
sebagai bahan pembanding. Metode yang digunakan dalam melakukan
pengumpulan data sekunder yaitu desk study (Rosadi, 2017).
Data yang diperolah pada data sekunder ini merupakan data aktual dari instansi
terkait perencanaan. Data sekunder yang diperlukan dalam perencanaan sistem
6
penyaluran air limbah domestik Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi dapat dilihat
pada Tabel 5.1 berikut:
3 Tata Guna Lahan Data tata guna lahan diperlukan BAPPEDA Kota
Kecamatan Rawalumbu, untuk mengetahui kondisi eksisting Bekasi
Kota Bekasi tahun dan penggunaan lahan di daerah
terakhir perencanaan untuk selanjutnya
dapat menentukan jalur pipa dari
sistem jaringan air limbah yang
direncanakan.
7
Tabel 5.1 Kebutuhan Data Sekunder Perencanaan
No Data yang diperlukan Kegunaan Data Sumber Data
Bekasi tahun terakhir perencanaan untuk mengetahui
kontur daerah perencanaan, agar
penyaluran air buangan dapat
dilakukan dengan sistem gravitasi.
7 Kebutuhan Air bersih Data kebutuhan air bersih berupa PDAM Tirta Patriot
Kecamatan Rawalumbu, akses air bersih yang digunakan Kota Bekasi
Kota Bekasi tahun oleh masyarakat di Kecamatan
terakhir Rawalumbu, Kota Bekasi
(PDAM/Sumur/Air Sungai/dll).
Data ini dibutuhkan sebagai data
awal dalam menghitung timbulan
air buangan domestik yang
ditimbulkan.
9 Kondisi jalan Kecamatan Untuk mengetahui jalan yang akan Dinas Tata Ruang
Rawalubu, Kota Bekasi dibuat jalur sistem penyaluran air dan Cipta Karya (PU
tahun terakhir buangan Jalan), BAPPEDA
Kota Bekasi
10 Kondisi Hirdologi Untuk mengetahui potensi BPS Kota Bekasi
Kecamatan Rawalumbu, pencemaran air tanah oleh air
Kota Bekasi tahun buangan.
terakhir
8
Tabel 5.1 Kebutuhan Data Sekunder Perencanaan
No Data yang diperlukan Kegunaan Data Sumber Data
11 Kondisi sanitasi Untuk mengetahui data penunjang Dinas Kesehatan
Kecamatan Rawalumbu, perencanaan seperti kepemilikikan Kota Bekasi,
Kota Bekasi tahun jamban dan perilaku buang air BAPPEDA Kota
terakhir besar, presentase waterbone Bekasi, SSK Kota
desease, peta kawasan risiko Bekasi
sanitasi, saluran pembuangan air
limbah, dan perencanaan
pemerintah setempat terkait isu
sanitasi.
14 Data Jalur Pipa PDAM Untuk memudahkan dalam tahap PDAM Kota Bekasi
penentuan jalur air buangan agar
tidak bertabrakan atau tumpang
tindih dengan pipa air minum jalur
PDAM
Sumber: Hasil Analisa 2018
9
Metode yang representatif untuk memproyeksikan jumlah penduduk
adalah secara matematis diantaranya dengan menggunakan Metode
Aritmatik, Metode Geometrik dan Metode Least Square. Berdasarkan
Strategi Sanitasi Kota Kabupaten Garut proyeksi penduduk dilakukan
selama 20 tahun, dengan tahun awal perencanaan 2019 hingga 2039.
A. Metode Aritmatik
Pertumbuhan penduduk pada metode ini diasumsikan setiap
tahunnya adalah konstan, dengan kata lain metode aritmatik ini
didasarkan pada angka kenaikan jumlah penduduk rata-rata setiap
tahunnya. Metode aritmatik sangat cocok untuk:
Menggambarkan kota-kota tua dimana kota-kota tersebut
memiliki daerah yang sangat luas.
Kota yang tidak memiliki daerah industri dan ekonomi kota
masih bergantung pada hasil pertanian.
Pertumbuhan penduduk yang relatif konstan.
Grafik pertumbuhan penduduknya linear.
B. Metode Geometrik
Metode geometrik didasarkan atas rasio pertambahan penduduk
rata-rata yang sama untuk setiap tahun dengan kata lain
10
pertambahan penduduk sebanding dengan angka penduduk saat itu.
Metode Geometrik cocok untuk:
Kota tua dengan pertumbuhan lambat lambat (20–30 %)
Apabila digunakan pada kota muda dengan pertumbuhan
penduduk industri yang cepat maka hasilnya akan over
estimate.
Berdasarkan PermenPU 2007, persamaan pada metode ini adalah:
Pn = Po (1 + rata – rata )n...................................................(5.3)
dimana:
Pn = jumlah penduduk tahun ke-n yang diproyeksikan
Po = jumlah penduduk tahun pertama data sensus
r = rasio laju pertumbuhan penduduk (%)
n = selang waktu tahun dari data penduduk dasar
a=
∑ y − b . ∑ x , dan...................................................(5.5)
n n
b=¿ ¿................................................................................(5.6)
dimana:
y = jumlah penduduk hasil sensus
x = faktor tahun
n = jumlah data
11
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n
12
Perhitungan koefisien korelasi sebagai berikut:
CV = SD/x.....................................................................(5.8)
Dimana :
CV = Koefisien Variasi
SD = Standar Deviasi
X = nilai rata-rata dari Pn
( n . ∑ xy ) − ( ∑ x . ∑ y )
r= 1 .............(5.9)
2 2
[ (n . ∑ x 2
− (∑ x ) ) . ( n . ∑ y − (∑ y )
2
)] 2
Dimana :
r = koefisien korelasi
x = selisih tahun terakhir dengan awal dari data
y = jumlah penduduk awal
n = jumlah data
Proyeksi Fasilitas
Berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah
No.534/KPTS/M/2001 tentang Standar Pelayanan Minimal untuk
Permukiman, proyeksi fasilitas sarana prasarana yang ada di daerah
perencanaan bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan fasilitas umum
atau kegiatan bersifat non-domestik yang ada di daerah perencanaan.
Semakin banyak fasilitas maka akan semakin banyak kebutuhan air
dan timbulan air limbah domestik dari fasilitas tersebut yang perlu
dilayani. Standar pelayanan minimal untuk permukiman dapat dilihat
pada Tabel 5.2 berikut:
13
No Jenis Fasilitas Cakupan Kriteria
1 Sarana Niaga SatuanMinimal 1 pasar /30.000
lingkungan
jiwa penduduk
2 Sarana Pendidikan dengan jumlah
Minimal :
TK penduduk <
1 unit / 1.000 jiwa
30.000 jiwa
penduduk
SD 1 unit / 6.000 jiwa
penduduk
SLTP 1 unit / 25.000 jiwa
penduduk
SMA 1 unit / 30.000 jiwa
penduduk
Perguruan Tinggi 1 unit / 70.000 jiwa
penduduk
3 Sarana Kesehatan Minimal:
Puskesmas 1 unit / 120.000 jiwa
penduduk
Rumah Sakit 1 unit / 240.000 jiwa
penduduk
4 Sarana Peribadatan 1 unit/ 2.500 jiwa penduduk
Sumber : KEPMENKIMPRASWIL, 2001
( jumlah pendudukjumlah
tahun x− jumlah penduduk tahun terakhir
pelayananfasilitas )+ jumlah fasilitas tahun te
……………………….(5.10)
Proyeksi Kebutuhan Air Domestik
Kondisi wilayah perencanaan akan mementukan kebutuhan air bersih
untuk daerah perencanaan, faktor yang sangat mempengaruhi pola
pemakaian air bersih diantaranya pertambahan jumlah penduduk dan
tingkat sosial ekonomi penduduk serta status kotanya. Rumus
perhitungan proyeksi air bersih domestik berdasarkan PermenPU
Nomor 18 Tahun 2007 mengenai Penyelenggaraan Pengembangan
Sistem Air Minum adalah sebagai berikut :
14
selisih air yang disalurkan PDAM
Laju konsumsi air= × 100 % ….
air yang disalurkan PDAM
(5.12)
Proyeksi Kebutuhan Air Non-domestik
15
Terdapat SNI yang mengatur tingkat pemakaian air minum non
rumah tangga, yaitu SK-SNI Air Minum tahun 2000.
2. Perencanaan
Pada tahap perencanaan dilakukan beberapa pelaksanaan dalam
pengolahan data yaitu,:
Membuat jalur Alternatif
16
Gambar 5. Grafik Hidraulic Element of Circular Sewers Running
Partly Full
(Sumber : Tchobanoglous, 2003)
17
5.5 Tahap Pemilihan Alternatif
Alternatif jalur dibuat dengan memperhatikan topografi, jalur air bersih,
kepadatan penduduk, risiko sanitasi, rencana pengembangan kota dan jalan utama
daerah perencanaan. Pemilihan alternatif jalur dilakukan menggunakan metode
weighted ranking technique (WRT) yang memiliki Kriteria pemilihan berdasarkan
penilaian beberapa parameter (metode pembobotan atau weighting methode)
memberikan penialain seobjektif mungkin dengan menampilkan beberapa
parameter yang cukup representatif, sehingga menekan penyimpangan yang
mungkin terjadi. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pemilihan alternatif
yaitu menentukan Koefisien Pentingnya Faktor (KPF) dan Koefisien Pentingnya
Alternatif (KPA) (Rosadi, 2017).
Parameter yang digunakan untuk pembobotan dengan metode WRT sebagai
berikut:
1. Sistem Pengaliran
Penilaian teringgi diberikan pada alternatif dengan sistem penyaluran
gravitasi.
2. Panjang Saluran
Penilaian teringgi diberikan pada alternatif yang memiliki panjang
saluran paling pendek.
3. Waktu Pengaliran hingga ke IPAL
Penilaian teringgi diberikan pada alternatif yang memiliki waktu
pengaliran ke IPAL paling singkat dan tidak lebih dari 18 jam.
4. Kecepatan Pengaliran
Penilaian teringgi diberikan pada kecepatan memenuhi kriteria desain
yaitu kecepatan minimum 0,6 m/detik dan kecepatan maksimum 3
m/detik.
5. Jumlah aksesoris
Penilaian teringgi diberikan pada jumlah aksesoris paling sedikit
dikarenakan lebih ekonomis.
6. Diameter
Penilaian teringgi diberikan pada diameter terkecil dikarenakan lebih
ekonomis.
18
7. Kemudahan Maintenance dan Operation
Mudah untuk di lakukan pemeliharaan, semakin besar badan jalan
maka akan semakin memudahkan jalur.
Pengertian air limbah domestik menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomo 04 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik adalah air limbah
yang berasal dari usaha dan/atau kegiatan pemukiman, rumah makan,
perkantoran, perniagaan, apartemen, dan asrama. System pengelolaan air limbah
domestik yang selanjutnya disingkat SPALD adalah serangkaian kegiatan
pengelolaan air limbah domestik dalam satu kesatuan dengan prasarana dan
sarana pengelolaan air limbah domestik. Pemilihan jenis SPALD dapat mengacu
pada diagram alir pemilihan jenis SPALD seperti pada Gambar 6.1.
19
Gambar 6.1 Diagram Alir Pemilihan Jenis SPALD
20
VII. JADWAL PELAKSANAAN TUGAS AKHIR
Jadwal pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan selama 6 (enam) bulan. Matriks
jadwal perencanaan dapat dilihat pada Tabel 7.1. berikut:
Tabel 7.1 Matriks Jadwal Perencanaan Tugas Akhir
Bulan
Kegiatan
1 2 3 4 5 6
Studi Literatur
Identifikasi Masalah
Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan Data Sekunder
Pra perencanaan
Perencanaan
Membuat Gambar Detail
Penyusunan Laporan
Daftar Pustaka
Babbit, H. E. (1969). Sewage and Sewerage Treatment Plant. New York:
McGraw Hill.
Badan Pusat Statistik. (2018). Kota Bekasi Dalam Angka
Barclay, G. W. (1982). Teknik Analisa Kependudukan (Bahasa Indonesia ed.).
Jakarta: PT Bina Aksara.
21
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
Nomor 04. (2017). Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah
Domestik.
Rosadi, W. S. S. (2017). Perencanaan Sistem Penyaluran Air Limbah Domestik
Kecamatan Bogo Tengah, Kota Bogor. Institut Teknologi Nasional
Bandung.
Tchobanoglous, G. (2003). Wastewater Engineering and Management,
Treatment, Disposal, Reuse. McGraw-Hill International Editions.
22