ANALISIS TANAH
PADA LABORATORIUM BPTP
BALITBANGTAN SULAWESI SELATAN
OLEH:
HOLLY APRILIA JUSMAN 33118501
ANDI NUR QALBI 33118503
WULANDARI 33118511
WAFIQ AZIZAH WARDANI 33118514
NUR FAIMAH IDRIS 33118516
Mengetahui,
Kepala Laboratorium Pembimbing
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmaanirrahim,
laporan PKL ini yang merupakan suatu bukti bahwa penulis telah melaksanakan
Dalam rangka memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan salah satu
mata kuliah semester pada Politeknik Negeri Ujung Pandang, maka penulis
SELATAN”.
terima kasih atas kerja sama dan bantuan serta sarana yang diberikan oleh
laporan, penulis juga mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu
kepada semua pihak yang membantu demi terselesaikannya laporan ini, yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Semoga amal perbuatan yang telah
Akhir kata, penulis menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak. Oleh
karena itu, dengan tulus penulis meminta maaf kepada semua pihak apabila
terdapat kesalahan dan segala sesuatu yang kurang berkenan di hati. Saran dan
kritik yang membangun sangatlah penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang
akan datang. Dan semoga laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini berguna bagi
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul..................................................................................................... i
Lembar Pengesahan............................................................................................ ii
Kata Pengantar.................................................................................................... iii
Daftar Isi.............................................................................................................. v
Daftar Grafik.......................................................................................................
.............................................................................................................................vii
Daftar Tabel........................................................................................................
.............................................................................................................................viii
Daftar Lampiran..................................................................................................
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 2
C. Tujuan Praktek Kerja Lapangan................................................ 3
D. Manfaaat Praktek Kerja Lapangan............................................ 3
E. Waktu Pelaksanaan................................................................... 3
BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI
A. Sejarah Pembentukan Bptp Balitbangtan Sulawesi Selatan ..... 4
B. Pengendalian Mutu ................................................................... 7
C. Akreditasi................................................................................... 7
D. Sarana Laboratorium................................................................. 7
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Tanah Menurut Ahli.................................................... 9
B. Proses Pembentukan Tanah....................................................... 9
C. Faktor-Fakror Pembentukan Tanah........................................... 10
D. Sifat Fisik Tanah....................................................................... 11
E. Parameter Tanah........................................................................ 14
BAB IV METODE ANALISIS
A. Analisis Kadar Air Mutlak........................................................ 19
B. Penetapan Ph Tanah.................................................................. 19
C. Penetapan P Dan K Ekstrak Hcl 25 %...................................... 20
D. Penetapan Fosfor Tersedia Metode Olsen................................. 22
E. Penetapan C-Organik................................................................ 23
F. Penetapan Nitrogen Kjedahl..................................................... 24
G. Penetapan Kadar Tukar Kation................................................. 25
H. Nilai Tukar Kation.................................................................... 27
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ......................................................................................... 29
B. Pembahasan .............................................................................. 42
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................. 49
B. Saran ......................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GRAFIK
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu mata kuliah yang
wajib pada setiap Program Studi non kependidikan di Politeknik Negeri Ujung
Pandang. PKL ini dilaksanakan untuk melengkapi salah satu program mata
kuliah semeter. Dengan adanya program PKL mahasiswa dapat merasakan
pengalaman bekerja di lapangan baik industri maupun instansi. Mahasiswa
juga dapat mensimulasikan dan mempraktikkan ilmu yang telah dipelajari di
bangku kuliah. Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan ini dilaksanakan pada semester genap
dengan bobot satu sks. PKL yang dilaksanakan berjalan selama sebulan, mulai
tanggal 15 Maret 2021 sampai dengan 09 April 2021. PKL dilaksanakan di
BPTP karena memenuhi syarat tempat PKL yang relevan di Program Studi
Kimia.
B. Rumusan Masalah
E. Waktu Pelaksanaan
Dr.Ir.Abdul
Wahid,MS
MANAJER DEPUTI
MANAJER DEPUTI MANAJER
MUTU
PUNCAK PUNCAK
Nurhikma
Ramadhani,A. Muhammad
Md Asri,S.Si.,M.Si Andi Tenriawaru
PG
Rosmila S.T
KOORDINAT
OR ANALIS
Muh.Farezky
.R.R.ST
penajam program penelitian dan pengkajian.
ANALIS
Andi
Muh.Farezk
Sitti Rosdian Novia Ardianti Aprilia.A Nurhikm
y.R.R Rosmila S.T
Arah a Indriani .Md a.A.Md
penyedia rekayasa paket teknologi pertanian spesifik lokasi, (3) mempercepat
percepatan pembangunan pertanian yang berorientasi agribisnis melalui
C. Akreditasi
D. Sarana Laboratorium
TINJAUAN PUSTAKA
Justus von Liebig (1840) seorang pakar kimia Jerman dianggap sebagai
pelopor dan melandasi konsep ilmu tanah. Teori yang dikembangkan
mengenai keseimbangan menyatakan bahwa tanah merupakan tempat
cadangan hara yang setiap saat dapat diserap tanaman, yang harus selalu
digantikan dengan menggunakan pupuk kandang, kapur dan pupuk kimia.
Teori ini dikenal sebagai hukum minimum Liebig. Implikasi dari teori
tersebut adalah bahwa unsur hara yang paling sedikit jumlahnya akan menjadi
faktor pembatas pertumbuhan dan hasil panen yang akan diperoleh. Ramman
(1917) mendefinisikan tanah sebagai batuan yang sudah dirombak menjadi
partikel kecil yang sudah diubah secara kimiawi bersama sisa tumbuhan dan
binatang yang hidup di dalam dan di atasnya. Joffee (1917) memberikan
batasan tentang tanah, yaitu merupakan kombinasi sifat fisik, kimia, dan
biologi. Tanah merupakan bangunan alam yang tersusun ata s horison yang
terdiri dari bahan mineral dan organik, tidak padu, dan memp unyai ketebalan
yang beragam. Tanah memiliki perbedaan sama sekali dengan bahan induk di
bawahnya yang meliputi beda morfologi, sifat, susunan fisik, bahan kimiawi,
dan komponen biologinya.
1. Batuan Induk
Bahan asal yang nantinya akan terbentuk tanah disebut batuan
induk. Pada umumnya tanah berasal dari batuan dan sisa-sisa bahan
organik. Daun dan ranting yang gugur dan sisa tanaman yang telah mati
membentu bahan organik. Adanya bahan organik memberikan medium
kehidupan bagi jasad hidup tanah. Kegiatan jasad hidup tanah
menghancurkan dan menguraikan bahan organik yang menghasilkan
asam-asam organik dan anorganik yang dapat melapukkan batuan.
2. Iklim
Iklim mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses
pembentukan tanah. Komponen iklim yang paling berpengaruh dalam
proses pembentukan tanah adalah temperatur udara dan curah hujan,
temperatur udara berperan pada proses pelapukan batuan secara mekanik.
Curah hujan berpengaruh pada proses pelapukan batuan secara fisik dan
kimia.
3. Organisme
Organisme hidup yang berperan dalam proses pembunuhan tanah
terutamah vegetasi dan jasad renik. Vegetasi akan berpengaruh pada
pelapukan fisik, kimia, dan organik, sedangkan jasad renik akan
mempercepat proses pembusukan sisa-sisa bahan organik.
4. Topografi
Topografi adalah keadaan (relief) muka bumi pada suatu daerah.
Pembentukan tanah memerlukan tempat atau relief tertentu. Pada daerah
yang reliefnya datar, pembentukan tanah akan lebih cepat daripada di
daerah yang miring. Karena di daerah datar, tanah yang sudah terbentuk
sulit untuk tererosi.
5. Waktu
Perubahan batuan induk untuk menjadi tanah memerlukan waktu
yang cukup lama. Biasanya untuk membentuk tanah setebal 30 cm
memerlukan waktu 100 tahun.
Sifat fisik tanah adalah sifat tanah yang dilihat dari tekstur, struktur,
konsistensi tanah, warna tanah, temperatur tanah, tata air (drainase) dan tata
udara (aerase) (Abdul Madjid 2007). Tekstur tanah disusun dari butir-butir
tanah dengan berbagai ukuran. Bagian butir tanah yang berukuran lebih dari 2
mm disebut bahan kasar tanah seperti kerikil, koral sampai batu. Bagian butir
tanah yang berukuran kurang dari 2 mm disebut bahan halus tanah. Bahan
halus tanah dibedakan menjadi 3 yaitu pasir (butir tanah yang berukuran
antara 0,050 mm sampai dengan 2 mm), debu (butir tanah yang berukuran
antara 0,002 mm sampai dengan 0,050 mm), dan liat (butir tanah yang
berukuran kurang dari 0,002 mm).
Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan
struktur tanah ini terjadi karena butir-butir pasir, debu, dan liat terikat satu
sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi, dan
lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil (struktur tanah) ini mempunyai bentuk,
ukuran, dan kemantapan (ketahanan) yang berbeda-beda. Struktur tanah
dikelompokkan dalam 6 bentuk. Keenam bentuk tersebut adalah:
1. Prisma (prismatic), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertical lebih besar
daripada sumbu horizontal dengan bagian atasnya rata, struktur ini terdapat
pada horison B pada tanah iklim kering.
2. Lempeng (platy), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertikal lebih kecil
daripada sumbu horizontal, struktur ini ditemukan di horison A2 atau pada
lapisan padas liat.
3. Gumpal (blocky), yaitu struktur tanah yang berbentuk gumpal membuat
dan gumpal bersudut, bentuknya menyerupai kubus dengan sudut-sudut
membulat untuk gumpal membulat dan bersudut tajam untuk gumpal
bersudut, dengan sumbu horisontal setara dengan sumbu vertikal, struktur
ini terdapat pada horison B pada tanah iklim basah.
4. Tiang (columnar), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertical lebih besar
daripada sumbu horizontal dengan bagian atasnya membuloat, struktur ini
terdapat pada horison B pada tanah iklim kering.
5. Granular, yaitu struktur tanah yang berbentuk granul, bulat dan porous,
struktur ini terdapat pada horison A.
6. Remah (single grain), yaitu struktur tanah dengan bentuk bulat dan sangat
porous, struktur ini terdapat pada horizon A.
Tanah yang terbentuk di daerah dengan curah hujan tinggi umumnya
ditemukan struktur remah atau granular di tanah lapisan atas (top soil) yaitu di
horison A dan struktur gumpal di horison B atau tanah lapisan bawah (sub
soil). anah pasir merupakan salah satu substrat bagi pertumbuhan tanaman.
Tanaman memerlukan kondisi tanah tertentu untuk menunjang
pertumbuhannya yang optimum. Kondisi tanah tersebut meliputi factor
kandungan air, udara, unsur hara dan penyakit. Apabila salah satu faktor
tersebut berada dalam kondisi kurang menguntungkan maka akan
mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman (Bidwell, 1979).
E. Parameter Dalam Analisa Tanah
2. pH Tanah
Nilai pH menunjukkan konsentrasi ion H+ dalam larutan tanah, yang
dinyatakan sebagai –log(H+). Peningkatan konsentrasi H+ menaikkan
potensial larutan yang diukur oleh alat dan dikonversi dalam skala pH.
Elektrode gelas merupakan elektrode selektif khusus H+, hingga
memungkinkan untuk hanya mengukur potensial yang disebabkan
kenaikan konsentrasi H+. potensial yang timbul diukur berdasarkan
potensial elektrode pembanding (kalomel atau AgCl). Biasanya digunakan
satu elektrode yang sudah terdiri atas elektrode pembanding dan elektrode
gelas. Konsentrasi H+ yang diekstrak dengan air menyatakan kemasamam
aktif (aktual) sedangkan pengekstrak KCl 1 M menyatakan kemasaman
cadangan (potensial).
5. Penetapan C-organik
Karbon sebagai senyawa organik akan mereduksi Cr 6+ yang berwarna
jingga menjadi Cr3+ yang berwarna hijau dalam suasana asam. Intensitas
warna hijau yang terbentuk setara dengan kadar karbon dan dapat diukur
dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 561 nm.
METODE ANALISIS
1. Alat-alat
Pinggan Aluminium
Gegep
Oven
Desikator
Neraca analitik ketelitian 3 desimal
2. Cara Kerja
B. Penetapan pH Tanah
1. Alat-alat
2. Pereaksi
3. Cara Kerja
1. Alat-alat
Botol sampel
Shaker
Alat sentrifus
Tabung reaksi
Dispenser 10 ml
Pipet volume 0,5 ml
Pipet volume 2 ml
Pipet ukur 10 ml
Spektrofotometer Uv-Vis
SSA (Spektro Serapan Atom)
2. Pereaksi
HCl 25%
Mengencerkan 675,68 ml HCl pekat (37%) dengan air bebas ion
menjadi 1 L.
Pereaksi P Pekat
Larutkan 12 g (NH4)6 Mo7O24.4H2O dengan 100 ml air bebas ion dalam
labu ukur 1 l. Tambahkan 0,277 g H2O (SbO) C4H4O6 0,5 K dan secara
perlahan 140 ml H2SO4 pekat. Jadikan 1 l dengan air bebas ion.
Pereaksi Pewarna P
Campurkan 1,06 g Asam Askorbat dan 100 ml pereaksi P pekat,
pereaksi P ini harus selalu di buat baru.
Standar induk 1.000 ppm PO4 (Titrasol)
Pindahkan secara kumulatif larutan standar induk PO4 Titrasol di dalam
ampul ke dalam labu ukur 1 l. Impitkan dengan air bebas ion sampai
dengan tanda garis, homogenkan.
Standar induk 200 ppm PO4
Memipet 50 ml standar induk PO4 1.000 ppm ke dalam labu 250 ml.
Impitkan dengan air bebas ion sampai dengan tanda garis, homogenkan.
Standar 1.000 ppm K (Titrasol)
Memindahkan secara kumulatif larutan standar induk K Titrasol di
dalam ampul ke dalam labu ukur 1.000 ml. Impitkan dengan air bebas
ion sampai dengan tanda garis lalu homogenkan.
Standar 200 ppm K
Memipet 50 ml dari standar induk 1.000 ppm K ke dalam labu ukur 250
ml. Impitkan dengan air bebas ion sampai dengan tanda garis lalu
homogenkan.
Deret standar PO4 (0; 4; 8; 16; 24; 32; dan 40 ppm)
Memipet berturut turut 0; 2; 4; 8; 12; 16; 20 ml standar 200 ppm PO 4
ke dalam labu ukur 100 ml. Masing-masing ditambah 5 ml HCl 25%
dan air bebas ion hingga tanda garis lalu homogenkan.
Deret standar K (0; 2; 4; 8; 12; 16; 20)
Memipet berturut-turut 0; 1; 2; 4; 6; 8; dan 10 ml standar 200 ppm K
ke dalam labu ukur 100 ml. Masing-masing ditambah 5 ml HCl 25%
dan air bebas ion hingga tanda garis lalu homogenkan.
3. Cara Kerja
1. Alat-alat
Botol sampel 50 ml
Kertas Saring W 91
Tabung Reaksi
Pipet 2 ml
Pipet 25 ml
Shaker
Spektrofotometer Uv-Vis
2. Pereaksi
Deret standar P
Pipet berturut-turut 0; 0,2; 0,4; 0,8; 1,2; 1,6; dan 2 ml larutan standar
100 ppm P ke dalam tabung reaksi, diencerkan dengan pengekstrak,
Olsen hingga 2 ml. Konsentrasi deret standar menjadi 0; 2; 4; 8; 12;
16; dan 20 ppm.
3. Cara Kerja
E. Penetapan C-Organik
1. Alat-alat
Neraca analitik
Spektrofotometer
Labu ukur 100 ml
Pipet 10 ml
2. Pereaksi
3. Cara Kerja
1. Alat-alat
2. Pereaksi
3. Cara Kerja
1. Alat-alat
Neraca analitik
Tabung perkolasi
Labu ukur 50 ml
Labu ukur 100 ml
Kyltec
Labu semprot
Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS)
2. Pereaksi
Amonium Asetat 1 M, pH 7,0
Menimbang 77,08 g serbuk NH4-Asetat p.a. ke dalam labu ukur
1 liter Tambahkan air bebas ion hingga serbuk melarut dan
tepatkan 1 liter. Atau dapat pula dibuat dengan cara berikut:
Campurkan 60 ml Asam Asetat Glasial dengan 75 ml Ammonia
pekat (25%) dan diencerkan dengan air bebas ion hingga sekitar
900 ml. pH campuran diatur menjadi 7,00 dengan penambahan
Amonia atau Asam Asetat, kemudian diimpitkan tepat 1 liter.
Etanol 96 %
NaCl 10%
Menimbang 100 g NaCl, kemudian dilarutkan dengan air bebas
ion. Tambahkan 4 ml HCl 4 N dan diimpitkan tepat 1 liter.
Pasir kuarsa bersih
Filter flock
Larutan La 0,25%
Ditimbang 4,414 gr LaCl3 dilarutkan tepat 1 liter.
Standar pokok 1000 ppm K
Standar pokok 1000 ppm Na
Standar pokok 1000 ppm Ca
Standar pokok 1000 ppm Mg
Standar campur 200 ppm K, 100 ppm Na, 50 ppm Mg, 250 ppm
Ca
Dipipet masing-masing:
• 20 ml standar pokok 1000 ppm K
• 10 ml standar pokok 1000 ppm Na
• 5,0 ml standar pokok 1000 ppm Mg
• 25 ml standar pokok 1000 ppm Ca
Dicampurkan dalam labu ukur 100 ml, ditambahkan dengan air
murni kemudian diimpitkan.
Deret standar campur yang mengandung (0-20 ppm K), (0-10 ppm
Na), (0-5 ppm Mg) dan (0-25 ppm Ca) dengan memipet 0; 1,2; 4;
8; dan 10 ml ke dalam labu ukur 100 ml, tambahkan masing-
masing 25 ml NH4 Asetat 1 N lalu impitkan dengan air murni
hingga tanda garis.
Asam borat 1%, timbang 10 gr H3BO3 dalam 1 liter aquadest.
NaOH 40%
Larutkan 1 kg NaOH kering dengan 2,5 liter air murni, hati-hati
reaksi eksoterm.
Peniter Conway
Dilarutkan 0,1 gr merah metil dengan 0,150 gr hijau bromkresol
dengan 200 ml etanol 96%.
Asam sulfat peniter 0,050 N, pipet 50 ml H2SO4 dengan pipet
gondok ke dalam labu ukur 1000 ml, impitkan dengan air murni
hingga tanda garis.
3. Cara kerja
Menimbang 2,500 g contoh tanah ukuran >2 mm, lalu dicampur
dengan lebih kurang 5 g pasir kuarsa. Dimasukkan ke dalam tabung
perkolasi yang telah dilapisi berturut-turut dengan filter flock dan pasir
terlebih dahulu (filter flock digunakan seperlunya untuk menutup lubang
pada dasar tabung, sedangkan pasir kuarsa sekitar 2,5 g) dan lapisan atas
ditutup dengan penambahan 2,5 g pasir. Ketebalan setiap lapisan pada
sekeliling tabung diupayakan supaya sama. Siapkan pula blanko dengan
pengerjaan seperti contoh tapi tanpa contoh tanah. Kemudian diperkolasi
dengan Amonium Asetat pH 7,0 sebanyak 2 x 25 ml dengan selang waktu
30 menit. Filter ditampung dalam labu ukur 50 ml, diimpitkan dengan
ammonium asetat pH 7,0 untuk pengukuran kationdd: Ca, Mg, K dan Na
(S). Tabung perkolasi yang masih berisi contoh diperkolasi dengan 100 ml
etanol 96% untuk menghilangkan kelebihan ammonium dan perkolat ini
dibuang.
Sisa etanol dalam tabung perkolasi dibuang dengan pompa isap dari
bawah tabung perkolasi atau pompa tekan dari atas tabung perkolasi.
Selanjutnya diperkolasi dengan NaCl 10% sebanyak 50 ml, filtrat
ditampung dalam labu ukur 50 ml dan diimpitkan dengan larutan NaCl
10%. Filtrat ini digunakan untuk pengukuran KTK dengan cara destilasi.
a. Pengukuran kation (Ca, Mg, K, Na)
Perkolat NH4-Ac (S) dan deret standar K, Na, Ca, Mg masing-masing
dipipet 1 ml ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 9 ml larutan
La 0,25 %. Diukur dengan AAS (untuk Ca, Mg, K, dan Na) menggunakan
deret standar sebagai pembanding.
b. Pengukuran KTK
Pengukuran KTK (T) dilakukan dengan cara destilasi kyltec dari
filtrate yang ditampung dari NH4 dengan NaCl (setelah pencucian dengan
etanol). Gunakan air bebas ion untuk membilas labu ukur ke dalam tabung
destilasi. Selanjutnya dikerjakan seperti penetapan N-Kjedhal tanah.
2. Cara Kerja
A. Hasil
KCl H2O
2. pH tanah
6,63 7,04
6. Nitrogen 0,1 %
% Pasir 35
7. Tekstur % Debu 46
% Liat 19
Ca 7,31
Mg 29,20
9. Nilai Tukar Kation
Na 0,96
K 196
Sumber: Data primer telah diolah 2021
Perhitungan:
1. Kadar Air Mutlak
( a+b )−c
Kadar air(%) = x 100
b
Ket : a = Bobot Kosong
b = Bobot Contoh
c = Bobot Pemanasan
( a+b )−c
Kadar air(%) = x 100 %
b
(4,4566+2,00)– (6,3948)
= x 100 %
2,00
= 3,09 %
Absorbansi
0.600
0.400 f(x) = 0.02 x + 0.03
0.200 R² = 0.99
0.000
0 5 10 15 20 25 30
Konsentrasi (ppm)
mg
Kadar Ppotensial = ppm kurva x fp x fk
100 g
Ket: ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan
antara kadar deret standar dengan pembacaannya
setelah dikoreksi blanko.
fp = Faktor pengenceran
0,2725 = 0,0220x
x = 12,3863
mg
Kadar Ppotensial = ppmkurva x fp x fk
100 g
10
= 12,3863 x 10 x x 1,0319
2
= 639 mg/100 gr
1.0000
K HCl
0.8000 f(x) = 0.11 x + 0.04
Axis Title
0.6000 R² = 0.99
0.4000
0.2000
0.0000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Axis Title
mg 94
Kadar Kpotensial = ppmkurva x 10 x fp x x fk
100 g 78
0,3299 = 0,1103x
x = 2,9909
mg 94
Kadar Kpotensial = ppm kurva x 10 x fp x x fk
100 g 78
mg 10
Kadar Kpotensial = 2,9909 x 10 x x 1,2 x 1,0319
100 g 2
= 185 mg/100 gr
P2O5 olsen
0.800
0.600
Axis Title
0,046 = 0,034x
x = 1,3529
ml ekstrak 1000
Kadar Ptersedia(ppm) = ppm kurva x x x fk
1000 g contoh
20 1000
Kadar Ptersedia(ppm) = ppm kurva x x x fk
1000 1
Kadar Ptersedia(ppm) = 1 ,3529 x 0,02 x 1000 x 1,0319
= 28 ppm
5. Karbon Organik ( C Organik )
0.400
C-org
0.300 f(x) = 0 x − 0
Axis Title
0.200 R² = 1
0.100
0.000
0 50 100150200250300
Axis Title
ml ekstrak 100
Kadar C-organik (%) = ppmkurva x x x fk
1000 ml mg contoh
10
Kadar C-organik (%) = ppmkurva x x fk
500
Ket: ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan
antara kadar deret standar dengan
pembacaannya setelah dikoreksi blanko.
fk = Faktor koreksi kadar air
ppm kurva: y = 0.001x - 0,0001
0,0701 = 0.001x
x = 70
10
Kadar C-organik (%) = ppmkurva x x fk
500
10
Kadar C-organik (%) = 70 x x 1.0319
500
= 1,44 %
6. Nitrogen
100
Kadar N (%) = (V ¿ ¿ c−V b) x N x bst N x x fk ¿
mgcontoh
Keterangan : (V ¿ ¿ c−V b)¿= ml titar contoh - ml titar blanko
N = Normalitas larutan baku H2SO4
Bst N = bobot setara Nitrogen (14)
100 = konversi ke %
fk = factor koreksi kadar air = 100/(100-%kadar air)
100
Kadar N (%) = (V ¿ ¿ c−V b) x N H 2 SO 4 x bst N x x fk ¿
mgcontoh
100
Kadar N (%) = ( 0,82−0,14 ) ml x 0.0500 N x 14 x x 1,0319
500
100
Kadar N (%) = 0.68 ml x 0.0500 N x 14 x x 1,0319
500
=0.1 %
7. Kapasitas Tukar Kation
= (V ¿ ¿ c−V b) x N H 2 SO4 x 40 x fk ¿
a. Ca
0.0800
Ca
0.0600
Axis Title
f(x) = 0 x − 0
0.0400 R² = 0.99
0.0200
0.0000
0 5 10 15 20 25 30
Axis Title
mg 100 ml ekstrak 1
Kadar Ca = ppmkurva x fp x fk x x x
100 g g contoh 1000 BE Ca
0,0163 = 0.0023x
x = 7,0869
mg 100 ml ekstrak 1
Kadar Ca = ppmkurva x fp x fk x x x
100 g g contoh 1000 BE Ca
mg 100 50 1
Kadar Ca = 7,0869 x 10 x 1,0319 x x x
100 g 2,5 1000 20
mg
= 7,31
100 g
b. Mg
1.2000 Mg
1.0000
0.8000 f(x) = 0.2 x + 0.04
Axis Title
0.6000 R² = 0.99
0.4000
0.2000
0.0000
0 1 2 3 4 5 6
Axis Title
Tabel 5.15 Hasil Pengukuran Standar Mg
Konsentrasi Absorbansi
0 0,0000
0,5 0,1835
4 0,8751
5 1,9949
Sumber : Data Primer, 2021
mg 100 ml ekstrak 1
Kadar Mg = ppmkurva x fp x fk x x x
100 g g contoh 100 BE Mg
0,0679 = 0,1974x
x = 0,3439
mg 100 ml ekstrak 1
Kadar Mg = ppmkurva x fp x fk x x x
100 g g contoh 100 BE Mg
mg 100 50 1
Kadar Mg = 0,3439 x 50 x 1,0319 x x x
100 g 2,5 100 12,15
mg
= 29,20
100 g
c. Na
2.0000 Na
1.5000 f(x) = 0.15 x + 0.05
Axis Title
1.0000 R² = 0.99
0.5000
0.0000
0 2 4 6 8 10 12
Axis Title
mg 100 ml ekstrak 1
Kadar Na = ppmkurva x fp x fk x x x
100 g g contoh 1000 BE Na
0,1654 = 0,155x
x = 0,0671
mg 100 ml ekstrak 1
Kadar Na = ppmkurva x fp x fk x x x
100 g g contoh 1000 BE Na
mg 100 50 1
Kadar Na = 0,0671 x 10 x 1,0319 x x x
100 g 2,5 1000 23
mg
= 0,96
100 g
d. K
1.2000 K
1.0000
0.8000 f(x) = 0.12 x + 0.04
Axis Title
0.6000 R² = 0.99
0.4000
0.2000
0.0000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Axis Title
mg 100 ml ekstrak 1
Kadar K = ppm kurva x fp x fk x x x
100 g g contoh 1000 BE K
0,9569 = 0,1216x
x = 7,8692
mg 100 ml ekstrak 1
Kadar K = ppmkurva x fp x fk x x x
100 g g contoh 1000 BE K
mg 100 50 1
Kadar K = 7,8692 x 1,0319 x x x
100 g 2,5 contoh 1000 39
= 0,42× 468
= 196 ppm
B. Pembahasan
Kapasitas Tukar
8. 23,36 Sedang
Kation
Ca 7,31 Ca Sedang
Mg 29,20 Mg Tinggi
9. Nilai Tukar Kation
Na 0,96 Na Rendah
K 196 K Sedang
Sumber: Data primer telah diolah 2021
2. pH tanah
pH tanah adalah tingkat keasaman atau kebasaan tanah yang diukur
dengan skala pH antara 0 hingga 14. Tanah dikatakan bersifat asam jika
angka skala pH kurang dari 7 dan disebut basa jika skala pH lebih dari 7.
Jika skala pH adalah 7 maka tanah terebut bersifat netral. Hasil
pengukuran pH menggunakan pH meter pada sampel diperoleh pH KCl
yaitu 6,63 dan pH H2O yaitu 7,04.
6. Nitrogen
Berdasarkan hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa
kandungan N total tanah adalah 0,1 % (tergolong rendah). Rendahnya
nitrogen dalam tanah disebabkan oleh adanya pemanfaatan nitrogen oleh
tumbuhan, meskipun tumbuhan menggugurkan daun dan ranting menjadi
bahan organik yang akan diuraikan kembali oleh bantuan mikroorganisme
dengan siklus nitrogen sehingga dapat dimanfaatkan kembali oleh
tumbuhan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
ACIAR, 1990. Laboratory techniques for plant and soil analysis. In Lisle, L., J.
Gaudron, and R. Lefroy. UNE-ACIAR-Crawford Fund. Department of
Agronomy and Soil Science, University of New England, Armidale,
Australia and Australian Centre for International Agriculture Research. P.
149.
Black, C.A. 1965. Methods of Soil Analysis, Part 2, Agronomy 9. P. 771-1572 In.
Chemical and Microbiological Properties. American society of Agronomy,
Inc., Publisher. Madison, Wisconsin. USA.
Bidwell, R.G.S. 1979. Plant Physiology. Mc Millan Co. Inc., New York.
Bray, R.H. and L.T. Kurtz. 1945. Determination of total organik and available
forms of phosphorus in soils. Soil Sci. 59:39-45.
ISRIC, 1993. Procedures for Soil Analysis. In van Reeuwijk, L.P. (Ed.) Technical
Paper, International Soil Reference and Information Centre. Wageningen,
The Netherlands. 4th ed. P.100.
Madjid, A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online Fakultas Pertanian
Unsri. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com
Olsen, S.R., C.V. Cole, F.S. Watanabe, and L.A. Dean. 1954. Estimation of
available P in soils by extraction with sodium bicarbonate. USDA cir. 939:
242-246
Rayment, G.E and F.R. Higginson. 1992. Australian laboratory handbook of soil
and water chemical methods. Australian soil and land survey handbook.
Inkata Press, Melbourne, Sydney. P. 330.
Sudjadi, M., I.M., Widjik S., dan M. Soleh. 1971. Penuntunn Analisa Tanah.
Publikasi No. 10/71, Lembaga Penelitian Tanah, Bogor. 166 hlm.