Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH SUBSIDI


PERUMAHAN ATLANTIC VILLAGE BALIKPAPAN
OLEH PT. GRAHA TIRTA MANUNGGAL

Oleh :
SUPYAN SURI
177011317

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


PAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS BALIKPAPAN
BALIKPAPAN
Maret, 2021
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH SUBSIDI


PERUMAHAN ATLANTIC VILLAGE BALIKPAPAN
OLEH PT. GRAHA TIRTA MANUNGGAL

Oleh :
SUPYAN SURI
177011317

Balikpapan, 05 Maret 2021

Mengesahkan, Menyetujui,
Ketua Program Teknik Sipil Dosen Pembimbing

Ir. Gunaedi Utomo, S.T., M.T. Ir. Suheriah Mulia Devi, S.T., M.T.
NIK. 016 009 007 NIK. 016 009 007
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dapat
menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan yang berjudul proyek pembangunan rumah
subsidi perumahan atlantic village oleh PT. Graha Tirta Manunggal. Praktik kerja
ini merupakan salah satu syarat akademik dalam menyelesaikan studi tingkat strata
satu di prodi sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Balikpapan.

Dalam penyusunan Praktik Kerja Lapangan ini banyak hambatan yang dihadapi
penulis, namun berkat saran, kritik, serta dorongan semangat dari berbagai pihak,
alhamdulillah Praktik Kerja Lapangan ini dapat diselesaikan. Berkaitan dengan
ini, penulis ingin mengucapkan terimkasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Ibu Suheriah Mulia Devi, S.T., M.Si., selaku dosen pembimbing

2. Bapak Budiyono, S.Hut., selaku pimpinan proyek

3. Bapak Solihin, S.T., selaku manager proyek

4. Seluruh staf dan karyawan PT Graha Tirta Manunggal selaku pelaksana,


atas bimbingan dan kerja samanya selama penulis Praktik Kerja Lapangan

5. Bapak dan ibu dan rekan yang telah berkorban begitu banyak, baik material
maupun spiritual, sehingga selesainya Paktik Kerja Lapangan ini.

Akhirnya penulis berharap agar Prakti Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat bagi
berbagai pihak yang membacanya.

Balikpapan, Maret 2021

Supyan Suri

NPM : 177011317

i
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ................................ Error! Bookmark not defined.


KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG .............................................................................. 1
1.2 TUJUAN................................................................................................... 2
1.3 WAKTU PELAKSANAAN ..................................................................... 2
1.4 MANFAAT .............................................................................................. 2
1.5 LINGKUP KEGIATAN ........................................................................... 3
1.6 DATA UMUM PROYEK ........................................................................ 3
1.7 LOKASI PROYEK .................................................................................. 4
BAB II ..................................................................................................................... 5
2.1 UNSUR - UNSUR PROYEK ........................................................................ 5
2.2 STRUKTUR ORGANISASI PROYEK ................................................... 6
2.3 ADMINISTRASI PROYEK .................................................................... 9
2.4 GAMBAR BESTEK .............................................................................. 10
2.5 RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS) ........................ 10
2.6 ESTIMASI BIAYA PROYEK ............................................................... 11
BAB III.................................................................................................................. 13
3.1 URAIAN DAN STRUKTUR ADMINITRASI PROYEK .................... 13
4. STRUKTUR ORGANISASI PROYEK .................................................... 13
5. SPESIFIKASI TEKNIS ............................................................................. 16
3.4 Uraian Pekerjaan .................................................................................... 17
3.4.1 Tenaga dan Sarana Kerja ...................................................................... 17
3.4.2 Pengukuran (Uizet ) .............................................................................. 19
3.4.3 Pekerjaan Galian Dan Urugan .............................................................. 20
3.4.4 Pekerjaan Pasangan............................................................................... 21
3.4.5. Pekerjaan Beton Praktis .................................................................. 23
3.4.6 Pekerjaan Beton Struktur ................................................................ 24
3.4.7 Pekerjaan Rangka Atap......................................................................... 27
3.4.8 Pekerjaan Penutup Atap ........................................................................ 29

ii
3.4.9 Pekerjaan Sumur Peresapan .................................................................. 29
3.4.10 Pekerjaan Plesteran Dan Acian ........................................................... 31
3.4.11 Pekerjaan Lantai ................................................................................. 33
3.4.12 Pekerjaan Plafond............................................................................ 33
BAB IV ................................................................................................................. 36
4.1 Pekerjaan Persiapan ..................................................................................... 36
4.2 Membuat direksi keet .................................................................................. 36
4.3 Penyediaan Material dan Alat Kerja............................................................ 36
4.4 Penggalian Tanah ........................................................................................ 42
4.5 Pekerjaan Struktural .................................................................................... 43
BAB V................................................................................................................... 49
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 49
5.1 Saran ............................................................................................................ 50
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 51

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Praktik kerja lapangan (PKL) adalah salah satu mata kuliah yang harus
ditempuh oleh mahasiswa Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan (FTSP), Universitas Balikpapan (UNIBA). Kegiatan PKL
diwujudkan dalam bentuk mengamati, memahami, menelaah, dan membuat buku
laporan pratik kerja pelaksanaan pekerjaan fisik pembangunan sebuah bangunan
sipil.

Praktik Kerja Lapangan akan sukses bila prosedur yang sudah ditentukan
dijalankan dengan baik. Pertama, mahasiswa mendaftar Praktik Kerja Lapangan
dengan menyerahkan persyaratan akademik. Kedua, menghadap pembimbing
dengan membawa surat dari Prodi Teknik Sipil, ketiga, mencari proyek dan
mendiskusikan dengan pembimbing. Keempat, memberikan surat pengantar dari
Prodi Teknik Sipil ke proyek. Kelima melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di
proyek sambil mengumpulkan data, mengisi presensi kehadiran. Membuat laporan,
dan berdiskusi dengan pembimbing, keenam, meminta surat tanda selesai Praktik
Kerja Lapangan dari proyek bila tugas di proyek sudah selesai. Terakhir, lulus
evaluasi setelah laporan Praktik Kerja Lapangan selesai dibuat.

Praktek Kerja Lapangan (PKL) wajib dilaksanakan oleh Mahasiswa karena


didalamnya banyak didapat pengalaman-pengalaman lapangan sehingga akan
menambah wawasan dan pengetahuan yang mungkin tidak didapat dalam
perkuliahan di Kampus. Selain itu, Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan
bentuk kuliah dimana Mahasiswa terjun langsung dilapangan. Diharapkan dengan
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Mahasiswa akan lebih banyak
mengetahui seluk beluk proyek dan ilmu-ilmu lain di lapangan.

1
1.2 TUJUAN

Praktik kerja bertujuan untuk membekali mahasiswa agar dapat memahami


penerapan ilmu teknik sipil sebagaimana diperoeh dikelas yang meliputi
pelaksanaan bangunan teknik sipil, manajemen konstruksi organisasi proyek dan
aspek legal pada pelaksanaan secara nyata dilapangan, memahami berbagai
masalah (kasus) yang mungkin muncul dilapangan dan cara mengatasinya, serta
menambah wawasan tentang perkembangan teknologi material, alat, dan metode
kerja.

Adapun tujuan Khusus dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) di antaranya


adalah sebagai berikut :

1. Sebagai persyaratan kurikulum perkuliahan yang harus dipenuhi oleh setiap


mahasiswa Fakultas Teknik Sipil Universitas Balikpapan.
2. Mempersiapkan Sarjana Teknik Sipil yang siap pakai dalam melaksanakan
Pembangunan Nasional di masa sekarang maupun di masa yang akan dating.
3. Mengenalkan kepada Mahasiswa mengenai sistem pelaksanaan suatu proyek
konstruksi di lapangan.

1.3 WAKTU PELAKSANAAN

Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan dalam jangka waktu satu semester atau
selama 6 bulan yang terdiri dari 3 tahapan yaitu:
1. Tahap pesiapan diberikan waktu selama 2 bulan
2. Tahap pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di perusahaan yang dilaksanakan
selama 3 bulan
3. Tahap Akhir yang dilaksanakan selama 3 bulan untuk proses penyelesaian
laporan hasil Praktek Kerja Lapangan

1.4 MANFAAT

Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan banyak memberikan manfaat untuk


mahasiswa diantaranya:

2
1. Merupakan sarana untuk menerapkan ilmu yang didapat di bangku kuliah dan
melihat hasilnya secara nyata.
2. Merupakan satu cara yang baik untuk menimba pengetahuanpengetahuan
praktis di lapangan, hal mana ini merupakan pelengkap ilmu pengetahuan
teoritis yang diperoleh di bangku perkuliahan.
3. Menambah informasi actual mengenai dunia kontruksi dengan pengembangan
ilmu pengetahuan dan keterampilan.
4. Mengetahui metode-metode pekerjaan dalam bidang kontruksi khususnya
dalam manajemen dan pengawasan proyek pembangunan perumahan

1.5 LINGKUP KEGIATAN

Lingkup laporan praktek kerja lapangan berikut mempunyai batasan lingkup


masalah, Karena banyaknya pekerjaan yang ada di lapangan dan terbatasnya waktu
yang tersedia, adapun materi Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang diberikan oleh
pimpinan pekerjaan adalah sistem pengawasan di lapangan kepada kontraktor
pelaksana pembangunan perumahan yang wajib dipahami dan dipelajari serta
dilaporkan dalam Praktek Kerja Lapangan. Adapun pekerjaan tersebut antara lain:

1. Pekerjaan pengawasan pematangan lahan di blok H Perumahan Atlantic


Village
2. Review desain dan anggaran biaya pembanguan rumah
3. Rencana kerja dan pelaksanaan pembangunan oleh kontraktor
4. Kesesuaian kualitas dan kuantitas material yang digunakan oleh kontraktor
pelaksana pembangunan.

1.6 DATA UMUM PROYEK

Adapun data – data teknis mengenai proyek pembangunan rumah subsidi


perumahan atlantic village sebagai berikut :

Nama Proyek : Pembangunan Perumahan Atlantic Village

3
Lokasi Proyek : Jl. Batu Ratna Km.11, Kel. Karang Joang, Kec. Balikpapan
Utara, Kota Balikpapan
Pemilik Proyek : PT. Graha Tirta Manunggal
Pelaksana Proyek : CV. Wira Karya Mandiri
Pengawas Proyek : PT. Graha Tirta Manunggal

1.7 LOKASI PROYEK

Pembangunan Perumahan Atlantic Village berada di Jl. Batu Ratna Km.11,


Kel. Karang Joang, Kec. Balikpapan Utara, Kota Balikpapan.

LOKASI PROYEK

Gambar 1.1 Denah Lokasi Praktek Kerja Lapangan

4
BAB II
MANAJEMEN PROYEK

2.1 UNSUR - UNSUR PROYEK


Di dalam pelaksanaan pekerjaan agar dapat tercapainya sasaran yang efektif
dalam pelaksanaan, diperlukan suatu organisasi yang bertanggung jawab dalam
menyelesaikan pekerjaan proyek tersebut. Organisasi proyek tersebut mempunyai
fungsi dan peranan yang saling melengkapi di dalam penyelesaian proyek tersebut.

Keuntungan yang didapat dengan adanya organisasi yang dibentuk, antara lain :
a. Dapat membagi tugas antara masing-masing pelaksana.
b. Koordinasi masing-masing unit kegiatan dapat berjalan dengan lancar.
c. Dapat menempatkan seseorang atau tenaga ahli sesuai dengan bidangnya.
d. Sebagai sarana yang dapat digunakan pemimpin untuk mengawasi
bawahannya

Organisasi adalah berupa kegiatan yang mengatur dan menyusun pelaksanaan


pekerjaan termasuk mengatur dan menyusun hubungan kerja organisasi yang
melibatkan unsur-unsur pembangunan yang terdiri dari :
a. Pemilik Proyek.
b. Konsultan perencana.
c. Konsultan pengawas.
d. Kontraktor.

Gambar 2.1. Hubungan Antar Unsur-unsur Proyek

5
Pada sistem ini pemilik pada tahap perekayasan dan perancangan (Engineering
Design) mengadakan ikatan kontrak dengan Konsultan Perencana. Pada tahap
pelaksanaan (Construction) Pemilik mengadakan ikatan kontrak dengan pihak
Kontraktor. Pada sistem ini Kontraktor seakan-akan bekerja sendiri- sendiri secara
independen. Perencana menyelesaikan tugas-tugas perencanaanya sebelum Pemilik
memilih Kontraktor Pelaksana. Setelah penentuan Kontraktor biasanya pemilik
meminta perencana menjadi pengawas pelaksanaan peroyek atas nama pemilik.
1. Hubungan kerja antara Pemberi tugas dan Kontraktor adalah hubungan
kontraktual yang dituangkan dalam surat perjanjian kerja.
2. Hubungan kerja antara Pemberi tugas dengan Konsultan adalah
hubungan kontraktual yang dituangkan dalam surat perjanjian kerja.

Hubungan kerja antara Konsultan dengan Kontraktor adalah hubungan fungsional


dalam menjalankan ketentuan tugas dan tanggung jawab masing-masing
sebagaimana telah tertuang dalam dokumen pelaksanaan.

2.2 STRUKTUR ORGANISASI PROYEK

Dalam pelaksanaan proyek diperlukan adanya proyek yang sistematis dimana


akan terlihat hubungan kerja yang terorganisir, sehingga masing-masing pihak
akan mengetahui hak dan kewajibannya. Manajemen proyek yang baik tergantung
dari organisasi yang ada pada proyek tersebut sehingga sistem organisasi yang
dipergunakan harus sesuai dengan ruang lingkup dan tujuan proyek, sehingga
masing-masing pihak saling menunjang untuk mencapai hasil yang semaksimal
mungkin. Pembentukan organisasi dalam suatu proyek mempunyai tujuan sebagai
berikut :

a. Pemilik Proyek
Pemilik Proyek adalah badan atau pejabat yang memberikan suatu
pekerjaan dan menanggung semua biaya dari pekerjaan tersebut. Pemilik
proyek dapat berupa perorangan maupun instansi baik pemerintah maupun
swasta. Pada pekerjaan Pembangunan Perumahan Griya Kebon Sajiq.
Pemilik proyek memiliki kewajiban antara lain :

6
1. Bertanggung jawab atas tercapainya seluruh sasaran proyek yang
dikelolanya.
2. Memimpin seluruh staf proyek dan bersama–sama melaksanakan
kegiatan sesuai dengan ketentuan, prosedur dan jadwal yang telah
ditetapkan.
3. Bersama bendahara menyediakan, mengelola dan bertanggung jawab
terhadap keuangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Menyetujui berita acara lainnya yang dibuat oleh Konsultan
Pengawas.
5. Mengadakan koordinasi dan memberikan pengarahan terhadap
pelaksanaan proyek dalam kegiatan sehari–hari.
6. Menyampaikan informasi mengenai hambatan yang dihadapi melalui
jalur utusan langsung guna mendapatkan petunjuk penyelesaian
masalah.

b. Konsultan
Konsultan adalah badan hukum yang diserahkan tugas oleh
pimpinan pelaksana kegiatan untuk melaksanakan pekerjaan
pengawasan, antara lain :
1. Melakukan pengawasan kualitas dan kuantitas pada pelaksanaan
kontruksi.
2. Inspeksi ke lapangan dapat diadakan bersama atau sendiri – sendiri.
3. Rapat bulanan/rapat koordinasi untuk evaluasi program diadakan
secara berkala oleh tiga pihak dan dibuatkan berita acaranya.
4. Surat menyurat dari Pimpinan Pelaksana Kegiatan ke kontraktor
maupun sebaliknya, melakukan perhitungan perubahan nilai kontrak
(Amandemen Contract) dan eskalasi kontak berupa berita acara yang
ditandatangani oleh tiga pihak, bila diperlukan.
5. Setiap tagihan (termyn) kontraktor berdasarkan kemajuan fisik
lapangan setiap bulannya yang telah disetujui dan ditandatangani oleh
tiga pihak.

7
c. Kontraktor
Kontraktor adalah suatu badan hukum yang berbentuk perusahaan
baik umum maupun perorangan yang bergerak dalam bidang pelaksanaan
pembangunan fisik dari suatu kontruksi. Dalam melaksanakan tugasnya
kontaktor selaku pelaksana fisik harus mendapatkan persetujuan dari Tim
Konsultan/Pengawas dan berkewajiban membuat laporan harian,
mingguan, bulanan, dan laporan lainnya, guna dapat mengetahui
kemajuan fisik konstruksi dan digunakan sebagai evaluasi baik Konsultan
Pengawas maupun oleh Pemberi Tugas/owner.
Kewajiban dari Kontraktor, adalah sebagai berikut :
1. Memahami dan menaati seluruh ketentuan yang tercantum dalam surat
kontrak kerja.
2. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar–gambar serta
persyaratan (Spesifikasi Teknis) yang telah ditentukan.
3. Menyerahkan pekerjaan bila telah selesai dan disetujui oleh pengawas.
4. Mengadakan pengujian- pengujian untuk contoh-contoh bahan
konstruksi yang akan dipakai.
5. Melaksanakan seluruh perintah dari pemberi tugas selama tidak
menyimpang dari persyaratan yang telah ditetapkan dalam kontrak
kerja.
6. Membuat Laporan peningkatan kegiatan dalam bentuk Kurva S/ Bar
Chat.

d. Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas adalah badan hukum yang diserahi tugas oleh
pemberi tugas untuk melaksanakan pengawasan pada suatu proyek.
Kegiatan pengawasan bertujuan agar hasil pekerjaan konstruksi sesuai
dengan persyaratan yang telah ditentukan. Konsultan Pengawas memiliki
tugas utama pengawasan yang sangat penting dalam pengarahan di
lapangan. Adapun kewajiban dari Konsultan pengawas, adalah sebagai
berikut :
1. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan lapangan.

8
2. Menilai hasil pelaksanaan pekerjaan dan membuat berita acara
penyerahan pekerjaan.
3. Mengadakan pemeriksaan terhadap bahan material yang akan
digunakan dan berhak memberikan teguran atau penolakan bahan
material yang digunakan jika tidak memenuhi syarat yang telah
ditetapkan standar perencanaan.
4. Mengambil kebijaksanaan pemecahan masalah lapangan bila ada
kesulitan teknis di lapangan.

2.3 ADMINISTRASI PROYEK

Setiap pimpinan proyek menerima Daftar Isian Proyek ( DIP ), maka mulai
dilakukan design dan detailed engineering atau fase membuat gambar-gambar
rencana dan gambar - gambar kerja serta RKS dan estimasi harga. Hasil kerja yang
diproduksikan dalam tahap ini dinamakan dokumen pelelangan yang pada
prinsipnya merupakan resep dan aturan permainan dalam membangun dan
mendirikan sebuah proyek.

Dalam kontrak engineering khususnya dalam pekerjaan sipil maka tiap - tiap
proyek kekhususan yang mandiri dan ini semua diuraikan dalam uraian teknis
maupun uraian khusus. Untuk proyek - proyek konstruksi, dokumen kontrak
mengandung :

1. Dokumen pelelangan, meliputi :


a. Gambar – gambar bestek
b. Rencana kerja dan syarat – syarat ( RKS )
c. Lampiran – lampiran
d. Risalah Aanwijzing

2. Dokumen kontrak meliputi :


a. Gambar – gambar bestek
b. Rencana kerja dan syarat – syarat ( RKS )
c. Lampiran – lampiran
d. Risalah Aanwijzing

9
e. Surat–surat klarifikasi
f. Estimasi biaya proyek

2.4 GAMBAR BESTEK

Gambar bestek merupakan penjelasan secara visual dari proyek yang akan
didirikan yang memperlihatkan lingkup dan bentuk pekerjaan yang harus dibuat.
Gambar bestek terbagi dalam beberapa macam gambar pekerjaan konstruksi,
antara lain :

1. Gambar prarencana ( Preliminary Drawing )


2. Gambar informasi ( Information Drawing )
3. Gambar proyek ( Site Drawing )
4. Gambar kerja ( Shop Drawing )
5. Gambar hasil pelaksanaan ( As Built Drawing

2.5 RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)


Untuk penyusunan kerja dan syarat-syarat perlu diperhatikan dalam hal job
descriptions harus sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.29/Kepres/1984, yang
memuat :

1. Syarat umum :
a. Keterangan mengenai pemberian tugas,
b. Keterangan mengenai perencana,
c. Keterangan mengenai direksi,
d. Syarat-syarat peserta pelelangan,
e. Bentuk surat penawaran dan cara penyampaiannya.
2. Syarat administrasi :
a. Jangka waktu pelaksanaan
b. Tanggal penyerahan pekerjaan,
c. Denda atas keterlambatan,
d. Besarnya jaminan pelelangan,
e. Besarnya jaminan pelaksanaan.
3. Syarat teknis terdiri dari :

10
a. Jenis dan uraian pekerjaan yang harus dilaksanakan,
b. Jenis dan mutu bahan,
c. Gambar detail, gambar konstruksi dan lain sebagainya.

Syarat teknis merupakan ketentuan teknis alat, bahan tenaga kerja dan prosedur
pelaksanaan/uraian pekerjaan yang secara umum meliputi :

1. Pekerjaan persiapan,
2. Bangunan prasarana proyek,
3. Penetapan evaluasi di lapangan,
4. Pekerjaan galian tanah,
5. Pekerjaan urugan tanah urug dan pasir urug,
6. Pekerjaan pondasi,
7. Pekerjaan konstruksi beton bertulang,
8. Pekerjaan konstruksi batu bata,
9. Pekerjaan plesteran dan spesi,
10. Pekerjaan kayu kuda – kuda,
11. Pekerjaan konstruksi atap dan penutup atap,
12. Pekerjaan finishing cat,
13. Pekerjaan instalasi listrik,
14. Pekerjaan instalasi air kotor,
15. Pekerjaan pelapis lantai dan pekerjaan finishing,
16. Dan lain – lain.

2.6 ESTIMASI BIAYA PROYEK

Estimasi biaya merupakan biaya perkiraan yang digunakan untuk


memperkirakan jumlah biaya yang diperlukan/disiapkan bagi pembangunan suatu
konstruksi. Estimasi biaya proyek secara umum dapat dibagi empat, yaitu :

1. Estimasi kasar untuk pemilik


Estimasi ini dibutuhkan oleh pemilik proyek untuk melaksanakan ide untuk
membangun proyek tersebut.

2. Estimasi pendahuluan oleh perencana

11
Estimasi ini dilakukan lebih teliti dan dilakukan setelah estimasi
terdahulu/sudah ada gambar.
3. Estimasi detail oleh kontraktor
Estimasi ini berbentuk penawaran dan disebut juga fixed price.
4. Biaya sesungguhnya setelah proyek selesai.
Biaya yang dibayarkan setelah proyek selesai merupakan biaya langsung (
direct cost ) yang berhubungan dengan konstruksi atau bangunan.
5. Biaya inti ( Overhead )
Biaya overhead merupakan biaya penunjang pelaksanaan konstruksi baik di
lapangan maupun di kantor.
6. Biaya tak terduga ( cotigencies )
Biaya tak terduga merupakan suatu biaya yang disiapkan sebagai akibat dari
suatu bencana alam yang besarnya berkisar antara 0,5% sampai dengan 5%
dari biaya total.
7. Keuntungan ( Profit )
Keuntungan merupakan hasil jerih payah dari keahlian ditambah dari faktor
resiko yang besarnya relatif masing-masing proyek.

12
BAB III
PRA PELAKSANAAN PROYEK

3.1 URAIAN PROYEK


Adapun struktur administrasi proyek pembangunan rumah subsidi
perumahan atlantic village, diuraikan dalam rencana kerja dan syarat-syarat yang
terdiri dari :

a. Status proyek ditetapkan sebagai berikut :


1) Judul proyek
• Proyek : PT. Graha Tirta Manunggal
• Pekerjaan : Pembangunan Perumahan Atlantic Village

2) Lokasi proyek di Jl. Batu Ratna Km.11, Kel. Karang Joang, Kec.
Balikpapan Utara, Kota Balikpapan
b. Pejabat Pembuat Komitmen (owner)
Adalah badan atau instansi atau orang perorangan yang memberikan tu
gas/pekerjaan kepada kontraktor sebagai pelaksananya.

c. Kontraktor Pelaksana

Adalah kontraktor yang telah mengajukan penawaran dan dinyatakan


sebagai pemenang serta terikat dengan kontrak pemborongan pekerjaan.
Kontraktor berlaku sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap
kelangsungan pembangunan konstruksi fisik.

3.2 STRUKTUR ORGANISASI PROYEK


Struktur organisasi proyek kontraktor pelaksana adalah menggambarkan
struktur garis komando internal jenjang managerial personil-personil yang bertugas
melaksanakan pekerjaan fisik proyek yang terdiri dari :

a. Project Manager
Tugas dan Kewajiban :
1) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan proyek.

13
2) Mengadakan pertemuan dengan pihak lain untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi selama melaksanakan proyek.
3) Mengadakan negosiasi dengan pemilik proyek bila terjadi perubahan
pekerjaan.
b. Site Manager
Tugas dan Kewajiban :
1) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan proyek di lapangan.
2) Memimpin pelaksanaan proyek.
3) Mengatur pelaksanaan proyek di lapangan.
4) Mengadakan negosiasi dengan direktur selaku penanggung jawab
proyek bila terjadi perubahan pekerjaan.
c. Koordinartor Pelaksana
1) Menjadwalkan proyek, manajer bertugas untuk merencanakan pelaksanaan
proyek agar proyek dapat selesai tepat waktu.
2) Mengimplementasikan rencana proyek, setelah membuat perencanaan, tugas
manajer selanjutnya adalah mengimplementasikan perencanaan proyek
tersebut di lapangan.
3) Mengontrol kerja sampai selesai, Seorang manajer harus dapat mengontrol
semua pekerjaan proyek hingga selesai dan menjaga serta mengantisipasi
agar proyek berjalan sesuai rencana.
4) Membina hubungan kooperatif, manajer bertanggung jawab untuk membina
hubungan kooperatif dengan para pihak yang terlibat baik dalam struktur
horizontal maupun vertical.
5) Melakukan inovasi, seorang manajer juga bertugas melakukan inovasi untuk
merespon peluang dan ancaman yang tak terduga.
6) Memperkirakan Durasi Tugas, Teknik memperkirakan durasi tugas.

d. Ahli Struktur

Tugas dan tanggung jawab ahli Struktur adalah:

1) Melakukan penelitian dan kajian mengenai kelayakan rencana


bangunan
2) Membuat dan mebantu laporan yang diperlukan team leader.

14
3) Melaksanakan diskusi dengan anggota tim lainnya agar hasil
pekerjaan menjadi komprehensif dan terpadu.

e. Administrasi Keuangan
1) Mengawasi dan bertanggung jawab terhadap administrasi produksi
dan administrasi keuangan.

2) Membuat catatan laporan pemakaian bahan baku dan penjualan produk.

3) Bertanggung jawab dan mengawasi terhadap proses permintaan


barang, penyimpanan dan pengeluaran produk dari gudang.

1) Memberikan laporan kepada kepala unit mengenai administrasi keuangan


dan administrasi produk.
2) Menerima laporan dari administrasi keuangan.
3) Menerima laporan harian, bulanan dan tahuan dari administrasi produks i.
f. Pelaksana Bangunan
Tugas dan Kewajiban :
1) Memimpin pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan gambar kerja dan
persyaratan kerja.
2) Mengatur penempatan bahan-bahan konstruksi teknis dan alat kerja
agar tercapai efisiensi kerja.
3) Menghitung dan merencanakan kebutuhan bahan konstruksi, teknis
dan mengontrol pemakaiannya.
4) Mengatur dan memberi pengarahan kepada pekerja supaya dapat
berjalan sesuai dengan yang direncanakan.

g. Mandor
Tugas dan Kewajiban :
1) Mengawasi jalannya proyek di lapangan.
2) Memberikan petunjuk kerja kepada pekerja proyek.

15
3.3 SPESIFIKASI TEKNIS
A. Lingkup Pekerjaan
1. Persyaratan Teknis Umum ini merupakan persyaratan dari segi teknis yang
secara umum berlaku untuk seluruh bagian pekerjaan dimana persyaratan
ini bisa diterapkan untuk pelaksanaan kegiatan Pembangunan Perumahan
Atlantic Village, yang meliputi tipe perumahan :
a. Tipe 36
2. Kecuali disebut secara khusus dalam dokumen-dokumen dimaksud berikut,
lingkup pekerjaan yang ditugaskan termasuk tetapi tidak terbatas pada hal-
hal sebagai berikut:
a. Pengadaan tenaga kerja .
b. Pengadaan Bahan / Material.
c. Pengadaan peralatan & alat bantu, sesuai dengan kebutuhan lingkup
pekerjaan yang ditugaskan.
d. Koordinasi dengan Penyedia Barang / Jasa pekerja lain yang
berhubungan dengan pekerjaan pada bagian pekerjan yang ditugaskan.
e. Penjagaan kebersihan, kerapian, dan keamanan kerja.
f. Pembuatan As Built drawing (Gambar terlaksana).
B. Bahan
1. Baru / Bekas
Kecuali ditetapkan lain secara khusus, maka semua bahan yang
dipergunakan untuk pekerjaan ini harus merupakan bahan yang baru,
penggunaan barang bekas dalam komponen kecil maupun besar sama sekali
tidak diperbolehkan.
2. Persetujuan Bahan
a. Untuk menghindarkan penolakan bahan di lapangan, dianjurkan dengan
sangat agar sebelum sesuatu bahan/produk akan
dibeli/dipesan/diproduksi, terlebih dahulu dimintakan persetujuan dari
Konsultan Pengawas atau kesesuaian dari bahan/Produk tersebut pada
Persyaratan Teknis, yang mana akan diberikan dalam bentuk tertulis
yang dilampirkan pada contoh/brosur dari bahan/produk yang
bersangkutan untuk diserahkan kepada Konsultan Pengawas.

16
b. Penolakan bahan di lapangan karena diabaikannya prosedur di atas
sepenuhnya merupakan tanggung jawab Penyedia Barang/Jasa/suplier,
yang mana tidak dapat diberikan pertimbangan keringanan apapun.
c. Adanya persetujuan tertulis dengan disertai contoh/brosur seperti
tersebut di atas tidak melepaskan tanggung jawab Penyedia
Barang/Jasa/Supplier dari kewajibannya dalam Perjanjian Kerja ini
mengadakan bahan/Produk yang sesuai dengan persyaratannya, serta
tidak merupakan jaminan akan diterima/ disetujuinya seluruh
bahan/produk yang digunakan sesuai dengan contoh brosur yang telah
disetujui.

3.4 URAIAN PEKERJAAN

3.4.1 Tenaga dan Sarana Kerja

1. Alat-alat bantu kerja seperti; Scafolding, Bar Cutter, Waterpass, Alat


Transport (Truk) Mesin potong keramik, Molen dan alat lainnya yang
disebutkan dalam RKS ini.
Alat kerja merupakan sarana yang penting dan besar artinya dalam
pelaksanan suatu proyek. Dengan alat kerja yang lengkap akan dihasilkan
kualitas pekerjaan yang baik, waktu yang singkat dan biaya yang efisien. Alat
kerja dapat berupa alat mekanik maupun alat elektrik, tenaga manusia relatif
lebih murah dari tenaga mesin, sehingga dari segi ekonomi pemakaian alat
harus dipertimbangkan secara teliti. Alat-alat kerja yang dipakai dalam
proyek ini sebagai berikut :
a. Pesawat Waterpass.
Digunakan sebagai penyipat datar suatu bidang untuk menentukan beda
tinggi/elevasi bangunan pada penentuan tinggi bouwplank, pelaksanaan
begisting plat lantai, balok portal dan pekerjaan lain yang mengharuskan
suatu bidang harus datar.
b. Roll meter.
Digunakan untuk mengukur panjang ukuran.
c. Mollen (Concrete Mixer)

17
Agar tercapai adukan beton yang baik dan rata maka digunakan mesin
pengaduk yaitu mollen dengan kapasitas yang tergantung dari volume
yang ditargetkan. Prinsip kerjanya adalah dengan memasukkan bahan
kedalam silinder yang berputar karena motor diesel.
d. Gerobak tuang dorong dan ember
Gerobak tuang adalah alat angkut yang menggunakan tenaga manusia
untuk mengangkat mortal beton dari tempat pengadukan ke tempat
pengecoran. Sedangkan ember berfungsi untuk mengangkut adukan
beton dan air ketempat pengecoran.
e. Vibrator
Vibrator adalah alat untuk mengecilkan pori pada pekerjaan pengecoran
sehingga tidak terjadi penumpukan kerikil ataupun rongga kosong yang
menyebabkan kondisinya tidak merata, hal ini akan mengurangi proses
pengeroposan.

f. Cangkul dan Sekop


Cangkul dan sekop digunakan dalam berbagai pekerjaan namun dalam
pekerjaan ini digunakan untuk memasukkan agregat ke dalam suatu takaran
campuran ataupun untuk memindahkan hasil campuran beton ke dalam
ember atau gerobak tuang yang akan dibawa ke tempat pekerjaan beton
dilakukan.

g. Alat pemotong kawat dan besi


Alat pemotong besi dan kawat sangat diperlukan untuk memotong besi
agar mendapatkan ukuran besi yang diinginkan sesuai dengan
perencanaan.

2. Tenaga Kerja
Tenaga yang diperlukan dilapangan sehubungan dengan pelaksanaan
Pembangunan Perumahan Griya Kebon Sajiq adalah sebagai berikut :
1. Tenaga pelaksana teknis yang terampil dan pengalaman dalam
bidangnya dan pengawas, mandor serta kepala tukang yang cukup
dalam melakukan pengawasan yang tepat untuk pekerjaan proyek
tersebut.

18
2. Tenaga kerja terampil, setengah terampil dan tidak terampil sesuai
dengan kebutuhan dan keperluan untuk melaksanakan, penyelesaian
dan perbaikan pekerjaan yang sesuai dan tepat pada waktunya.
3. Tenaga kerja inti yang ditugaskan di lapangan terdiri dari :
➢ Kepala proyek/site manager
➢ Konsultan Pengawas
➢ Site engineer
➢ Logistik proyek

Dalam penggunaan tenaga kerja harus sesuai dengan volume


pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan, sehingga pemborosan terhadap
tenaga kerja yang mengakibatkan kerugian dapat ditekan serendah-
rendahnya. Apabila seorang pekerja sehubungan dengan pelaksanaaan,
penyelesaian dan perbaikan pekerjaan yang menurut direksi pekerjaan
berprilaku tidak baik, tidak cakap, atau ceroboh dalam melaksanakan
tugasnya atau yang menurut pertimbangan direksi pekerjaan orang tersebut
tidak patut dipekerjakan. Dan orang tersebut tidak boleh dipekerjakan lagi
tanpa ijin tertulis dari direksi pekerjaan. Orang yang diberhentikan secara
demikian dari pekerjaan, harus diganti secepatnya dengan seorang
pengganti yang cakap yang disetujui oleh direksi pekerjaan
3. Bahan bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap pekerjaan
yang akan dilaksanakan agar pelaksanaan pekerjaan dapat selesai pada
waktunya

3.4.2 Pengukuran (Uizet )

Pengerjaan Pengukuran adalah pekerjaan pengukuran lokasi proyek


untuk menentukan luasan, batas-batas kerja, ketinggian dan level eksisting
lokasi proyek hingga menghasilkan akurasi data berupa gambar kerja (shop
drawing) yang lengkap. Pekerjaan pengukuran dilakukan termasuk
pengukuran dan penggambaran kembali lokasi pelaksanaan yang dilengkapi
dengan keterangan-keterangan mengenai peil ketinggian tanah, letak
bangunan eksisting yang ada dan akan di bongkar dengan memakai alat-alat

19
yang sudah ditera kebenarannya. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut
dilakukan dengan memakai alat-alat waterpass/theodolit yang ketepatannya
dapat dipertanggungjawabkan. Pengukuran sudut menyiku dengan prisma
atau benang secara azas segitiga phytagoras hanya diperkenankan untuk
bagian-bagian kecil.

3.4.3 Pekerjaan Galian Dan Urugan

A. Pekerjaan Galian
1. Segala pekerjaan galian dilaksanakan sesuai dengan panjang, dalam,
kemiringan dan lengkungan sesuai dengan kebutuhan konstruksinya atau
sebagaimana ditunjukkan dalam gambar.
2. Bilamana tanah yang digali ternyata baik untuk digunakan sebagai lapisan
permukaan atau pembatas maka tanah ini perlu diamankan dahulu untuk
penggunaan tersebut di atas.
3. Tanah/galian yang tidak berguna harus disingkirkan dan diangkut ke luar
dari halaman, dibuang dilingkungan sekitar.
4. Penyingkiran dan pengangkutan di atas merupakan tanggung jawab
Penyedia Barang/Jasa atau bilamana perlu memindahkan tanah-tanah atau
bahan yang tidak dipakai atau kelebihan-kelebihan tanah yang digunakan
untuk urugan atau sebagaimana yang diinstruksikan oleh Pengawas.

B. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan galian dan urugan meliputi :
1. Galian pondasi batu kali
2. Galian pondasi tangga
3. Urugan kembali galian pondasi
4. Urugan tanah peninggian peil bangunan
5. Urugan tanah peninggian lingkungan
6. Urugan pasir sesuai gambar kerja

20
C. Pengurugan
1. Semua bahan-bahan yang akan digunakan untuk urugan atau urugan
kembali dengan sirtu harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas dan
user.
2. Pengurugan harus dilakukan sampai diperoleh peil-peil yang di kehendaki,
sebagaimana dibutuhkan konstruksi, elevasi bangunan atau sesuai dengan
yang tertera dalam gambar kerja.

D. Pemadatan
1. Hanya bahan-bahan yang telah disetujui yang dapat digunakan untuk
pengurugan dan harus dilakukan lapis demi lapis dengan tebal sebesar-
besarnya 20 cm.
2. Setiap lapis harus ditimbris dan dipadatkan, dan sedapat-dapatnya
dilakukan dengan mesin giling (tumbuk) atau stamper dengan
menambahkan air dan disetujui Konsultan Pengawas. Penyedia Barang Jasa
harus menyediakan stamper minimal 10 unit dan dimasukkan dalam
dokumen penawaran data teknis.

3.4.4 Pekerjaan Pasangan

A. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan pasangan adalah sebagai berikut :
1. Pasangan pondasi batu kali
2. Pasangan dinding ½ bata
3. Pasangan dinding trasram ½ bata
4. Pasangan batu alam
5. Pasangan Roster

B. Bahan
1. Batu kali
Batu kali harus memiliki sisi terpanjang maksimal 150 cm, dan memiliki
minimal 3 bidang kotak, batu kali bulat tidak boleh digunakan untuk

21
pasangan. Batu kali harus keras, bersifat kekal dan tidak boleh
mengandung bahan yang dapat merusak.
2. Batu bata
Bahan batu harus memenuhi syarat-syarat.
a. Bermutu, matang, keras, ukuran-ukuran sama rata, seragam dan saling
tegak lurus, tidak retak-retak tidak mengandung batu dan tidak
berlubang-lubang.
b. Ukuran :
panjang : 22 cm - atau disesuaikan dengan ukuran di daerah setempat.
lebar : 11 cm - atau disesuaikan dengan ukuran di daerah setempat.
tebal : 5 cm - atau disesuaikan dengan ukuran di daerah setempat.
c. Penyedia Barang/Jasa harus menyerahkan sample daripada bata yang
akan dipakai untuk mendapatkan persetujuan dari Konsultan
Pengawas. Batu bata yang ternyata tidak memenuhi syarat harus segera
dikeluarkan dari site.
d. Bata bata merah yang digunakan mempunyai toleransi ukuran sesuai
dengan tabel 27-1 dan 27-2 PUBI tahun 1982 dan tabel 27-3 PUBI
tahun 1982 (tentang kuat tekan) sedang bagian yang pecah tidak boleh
lebih dari 10%
3. Pasir
Pasir yang digunakan harus berbutir tajam dan keras warna kehitaman,
bersih dari campuran kotoran kadar lumpur maksimum 5% diambil dari
sungai, pasir harus tidak mengandung zat-zat organik dan angka kehalusan
lolos ayakan 0,3 mm sehingga dapat memenuhi persyaratan PUBI 1982
4. Semen
Semen yang digunakan untuk pekerjaan pondasi batu kali dan pasangan
dinding bata harus memenuhi persyaratan yang sama digunakan untuk
pembuatan beton.
5. Roster
Roster yang digunakan terbuat dari beton dan tanah liat, ukuran dan
ketebalan sama. Ukuran dan jenis/model/bentuk sesuai dengan gambar
kerja.

22
C. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Pekerjaan pasangan batu kali
Pelaksanaan pasangan batu kali yang dilakukan di lapangan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan pekerjaan dan sesuai dengan gambar kerja yang ada.
2. Pekerjaan pasangan dinding batu bata
Pelaksanaan dari pasangan dinding di lapangan telah sesuai dengan aturan
yang berlaku dan gambra kerja dari proyek tersebut.

3.4.5. Pekerjaan Beton Praktis

A. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan ini meliputi pekerjaan :
1. Pekerjaan sloof praktis
2. Pekerjaan kolom praktis
3. Pekerjaan ring praktis
4. Pekerjaan kolom, ring latieu praktis kusen alumunium

B. Pengendalian Pekerjaan
Kecuali ditentukan lain, maka semua pekerjaan beton harus mengikuti
ketentuan-ketentuan seperti tertera dalam : ASTM C 150, ASTM C 33, SII-
0051- 74-, SII- 0013- 81, dan SII- 0136- 84.

C. Bahan-bahan
Bahan-bahan / material yang digunakan berupa agregat kasar, agregat halus,
PC, dan sebagainya sesuai dengan yang dipakai pada beton konstruksi.
Demikian juga mengenai cara penyimpanan.
Perbandingan campuran untuk beton praktis adalah 1pc : 3ps : 5kr
Semua bahan baja tulangan pada beton praktis sesuai lingkup pekerjaan diatas
menggunakan besi diameter P12 mm polos berisi 4 (empat) untuk tulangan
pokok , dan sengkang/begel diameter P8 mm jarak dengan 150 mm dengan
tegangan tarik minimal dan regangan.

23
3.4.6 Pekerjaan Beton Struktur

A. Ketentuan Umum
1. Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah teknik dan atau syarat-
syarat pelaksanaan pekerjaan beton secara umum menjadi satu kesatuan
dalam persyaratan teknis ini. Di dalam segala hal yang menyangkut
pekerjaan beton dan struktur beton harus sesuai dengan standard-standard
yang berlaku, yaitu :
a. SNI - 3 (1970) Peraturan Umum Untuk Bahan Bangunan Di Indonesia.
b. SNI - 8 Peraturan Semen Portland Indonesia
c. Standard Industri Indonesia (SII).
d. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung, 1983.
e. Tata Cara Pembebanan Rumah dan Gedung.
f. American Society of Testing Material (ASTM).

B. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan yang diatur di dalam persyaratan teknis ini meliputi seluruh
pekerjaan beton/struktur beton yang sesuai dengan gambar rencana :
1. Pekerjaan beton/struktur beton yang sesuai dengan gambar rencana,
termasuk di dalamnya pengadaan bahan, upah, pengujian dan peralatan-
bantu yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut.
2. Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan
(reinforcement) dan bagian-bagian dari pekerjaan lain yang tertanam di
dalam beton.
3. Perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran acuan beton, penyelesaian
dan perawatan beton dan semua jenis pekerjaan lain yang menunjang
pekerjaan beton.

C. Bahan-bahan
1. Semen
Semen yang digunakan adalah Semen Portland (portland cement) Tipe I dan
memenuhi persyaratan sebagai berikut :

24
a. Peraturan Semen Portland Indonesia (SNI-8) tahun 1972 atau British
Standard No. 12 th 1965.
2. Agregat Kasar
Agregat untuk beton harus memenuhi seluruh ketentuan berikut ini :
Agregat beton harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dari SII 0052-80
tentang “Mutu dan Cara Uji Agregat Beton”. Bila tidak tercakup di dalam
SII 0052-80, maka agregat tersebut harus memenuhi ketentuan ASTM C23
“Specification for Concrete Aggregates”.
Agregat kasar yang digunakan untuk beton struktur adalah batu pecah
dengan persyaratan sebagai berikut :
a. Batu pecah adalah butiran mineral hasil pecahan batu alam yang dapat
melalui ayakan berlubang persegi 76 mm dan tertinggal di atas ayakan
berlubang persegi 20 mm
b. Kerikil dan batu pecah harus keras, bersih serta besar butirannya dan
gradasinya tergantung pada penggunaannya
c. Kerikil dan batu pecah tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %
3. Agregat Halus
Pasir untuk pekerjaan beton harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
dalam PBI-1971/NI-3 diantaranya yang paling penting :
a. Butir-butir harus tajam, keras tidak dapat dihancurkan dengan jari dan
pengaruh cuaca.
b. Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5%
c. Pasir harus terdiri dari butiran-butiran yang beraneka ragam besarnya,
apabila diayak dengan ayakan 150, maka sisa butiran di atas 4 mm,
minimal 2 % dari berat sisa butiran-butiran di atas ayakan 1 mm
minimal 10 % dari berat sisa butiran-butiran di atas ayakan 0,25 mm,
berkisar antara 80 % sampai 90 % dari berat.
d. Pasir laut tidak boleh digunakan
4. Air
Air yang digunakan untuk campuran beton harus memenuhi ketentuan-
ketentuan berikut ini:

25
a. Harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung
lainnya yang dapat dilihat secara visual.
b. Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram/ liter.
c. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak
beton (asam-asam, zat organic, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/
liter. Kandungan clorida (Cl) tidak lebih dari 500 ppm dan senyawa
sulfat (sebagai SO3) tidak lebih dari 100 ppm.
5. Besi tulangan waremash
Besi tulangan waremash yang digunakan adalah M – 8
Ketentuan baja tulangan menyesuaikan dengan baja tulangan struktur.
6. Baja Tulangan
Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi ketentuan-ketentuan berikut
ini :
a. Tidak boleh mengandung serpih-serpih, lipatan-lipatan, retak-retak,
gelombang-gelombang, cerna-cerna yang dalam, atau berlapis-lapis.
b. Untuk tulangan utama (tarik / tekan lentur) harus digunakan baja
tulangan deform (BJTD), dengan jarak antara dua sirip melintang tidak
boleh lebih dari 70 % diameter nominalnya, dan tinggi siripnya tidak
boleh kurang dari 5 % diameter nominalnya.
c. Tulangan dengan Ø ≤12 mm dipakai BJTP 24 (polos), dan untuk
tulangan dengan Ø > 16 mm memakai BJTD 40 (deform) bentuk ulir.

D. Beton dan Adukan Beton Struktur


1. Benda uji harus adalah silinder beton dengan diameter 150 mm dan tinggi
300 mm, yang untuk setiap 10 m3 produksi adukan beton harus diwakili
minimal dua buah benda uji. Tata cara pembuatan benda uji tersebut harus
mengikuti ketentuan yang terdapat di dalam standar Metoda Pembuatan dan
Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium (SK SNI M-62-1990-03).
2. Untuk kekentalan adukan, setiap 5 m3 adukan beton harus dibuat pengujian
slump
3. Apabila ada hal-hal yang belum tercakup di dalam persyaratan teknis ini,
Pelaksana harus mengacu pada seluruh ketentuan yang tercakup di dalam

26
Bab 5, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SK SNI T-
15-1990-03).

E. Cetakan Beton
Acuan yang dibuat dari kayu balok dan multipleks tebal minimum 9 mm dan
harus memenuhi syarat-syarat kekuatan, daya tahan dan mempunyai
permukaan yang baik untuk pekerjaan finishing. Penyedia Barang/Jasa harus
memberikan contoh (sample) bahan yang akan dipergunakan sabagai acuan
untuk disetujui Konsultan Pengawas.

3.4.7 Pekerjaan Rangka Atap

A. Lingkup Pekerjaan
Penyediaan bahan, peralatan dan tenaga untuk melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut :
1. Pengadaan dan fabrikasi konstruksi baja (kolom, balok, bracing kolom dan
bracing atap untuk dudukan mahkota, gording, sambungan seperti plat
sambung, baut sambung, angkur, connector untuk encase balok).
2. Pembersihan seluruh permukaan konstruksi baja dan pengecatan awal
(Protective coat).
3. Pengangkutan konstruksi baja ketempat pekerjaan (lokasi).
4. Penyimpanan sementara konstruksi baja di lokasi.
5. Pemasangan (erection) kontruksi baja di lokasi sampai seluruh komponen
terpasang sesuai dengan gambar perencanaan dan spesifikasi teknis.
6. Pengecatan akhir sesuai persyaratan.

B. Bahan Baja
1. Baja Tulangan
a. Profil dan Plat baja yang digunakan pada pekerjaan ini adalah :
Tulangan Pokok : Besi Ø 10 mm
Tulangan Bagi : Besi Ø 8 mm
2. Las dan tenaga ahli
a. Pekerjaan pengelasan listrik harus dilaksanakan oleh tukang las yang
berpengalaman dan bersertifikat serta diawasi/dibawah kendali ahli las

27
dalam pelaksanaan konstruksi baja. Penyedia Barang / Jasa harus
menyediakan tenaga ahli las yang bersertifikat dan dimasukkan dalam
personil usulan teknis.
b. Pekerjaan kuda-kuda baja disubkonkan kepada subkon yang
berpengalaman.
c. Elektroda las menggunakan E70 dengan kuat minimum 70 ksi (49,0
MPa).
d. Ukuran las sudut tebal (a) minimum 3,5 mm.
3. Baut
a. Baut yang digunakan harus hitam dengan tegangan leleh minimal 3100
kg/cm2 (HTB jenis “non full-drat”). Mur yang digunakan sekualitas
dengan bautnya, barus digunakan galvanized ring, murdan baut High
Tension (HTB) A-325.
b. Mur baut digunakan diameter 16 mm dari baja tegangaan tinggi atau
High Tension Bolt (HTB) seperti pada Gambar Rencana.
c. Sebelum pemasangan angkur pihak Penyedia Barang / Jasa
Pemborongan menentukan titik-titik anchor yang akan dipasang pada
kolom dan balok struktur.
d. Pemasangan angkur dilakukan setelah 14 hari umur beton kolom dan
balok struktur
e. Beton dibor untuk mendapatkan kedalaman dan diameter yang cukup
sesuai dengan panjang dari angkur, kemudian hasil bor dibersihkan dan
dimasukkan capsule anchor.
f. Angkur dimasukkan dalam capsule anchor sampai ketemu permukaan
beton.
g. Pengencangan baut tidak boleh lebih dari 1.400 kg/cm 2 dengan kunci
momen.
h. Pemasangan baut harus benar-benar kokoh serta mempunyai kerapatan
/kekokohan yang merata antara satu dengan yang lainnya.

28
3.4.8 Pekerjaan Penutup Atap

A. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan penutup atap ini meliputi :
1. Pemasangan penutup atap Galvallum tebal 0.7 mm warna Natural sekualitas
Kencana Deck
2. Pemasangan lisplang galvalum
B. Bahan
Lingkup pekerjaan penutup atap ini meliputi :
1. Penutup atap Galvallum tebal 0.7 mm warna Natural sekualitas Kencana
Deck.
2. Pemasangan lisplang galvalum.
3.4.9 Pekerjaan Sumur Peresapan

A. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan ini mencakup semua pengadaan bahan, tenaga kerja,
pembuatan dan pemasangan sumur resapan yang lengkap seperti ditentukan
dan / atau ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
Lingkup pekerjaan adalah sebagai berikut :
1. Sumur peresapan air hujan
2. Sumur peresapan air bekas
3. Sumur peresapan air kotor
Pekerjaan sumur resapan meliputi hal – hal berikut, tetapi tidak dibatasi pada:
1. Pekerjaan pengukuran
2. Galian, urugan kembali dan pemadatan
3. Pemasangan sumur resapan dan pemipaan
B. Prosedur Umum
1. Contoh Bahan.
a. Kontraktor harus menyerahkan contoh bahan semua produk yang akan
digunakan, untuk diperiksa dan disetujui Pengawas Lapangan sebelum
mendatangkannya ke lokasi proyek.
b. Semua biaya untuk pengadaan contoh bahan menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

29
2. Gambar Detail Pelaksanaan
Kontraktor harus menyerahkan Gambar Detail Pelaksanaan kepada
Konsultan Pengawas Lapangan sebelum melaksanakan pekerjaan. Gambar
Detail Pelaksanaan harus dibuat dengan mengacu pada bentuk, ukuran dan
detail lainnya yang dibutuhkan seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
3. Pengiriman dan Penyimpanan
a. Setiap bahan dan setiap pipa (satu panjang utuh), sambungan dan
perlengkapan lain yang digunakan dalam pemipaan utilitas hanya
mempunyai tanda / merek yang jelas dari pabrik pembuatnya dan kelas
produk bila ditentukan oleh standar yang berlaku.
b. Semua bahan harus disimpan di tempat yang aman dan terlindung dari
segala jenis kerusakan.
4. Ketidaksesuaian
a. Kontraktor wajib memeriksa Gambar Kerja yang ada terhadap
kemungkinan kesalahan / ketidaksesuaian, baik dari segi dimensi,
kapasitas, jumlah maupun pemasangan dan lain – lain.
b. Semua perlengkapan pemipaan yang didatangkan atau dipasang tanpa
tanda / merek harus disingkirkan dan diganti dengan yang sesuai tanpa
tambahan biaya kepada Pemilik Proyek.

C. Bahan - Bahan
1. Sumur Resapan
Sumur resapan harus dikonstruksi dari batu bata atau pipa beton perforasi
yang memiliki diameter minimal sesuai kebutuhan desain dengan
kedalaman antara 1500 mm sampai 5000 mm (tergantung kondisi tanah di
mana sumur resapan akan ditempatkan), lengkap dengan penutup yang
dibuat beton tebal 100 mm. Penutup harus dilengkapi penutup lubang
periksa yang dibuat dari beton dalam ukuran yang memadai.
2. Bahan Pengisi
Bahan pengisi untuk sumur resapan harus terdiri dari batu kerikil atau batu
pecah atau pecahan atap keramik dengan ukuran 30 mm sampai dengan 50
mm dengan kedalaman sekitar 400 mm.

30
3. Bahan Penyaring
Bahan penyaring untuk keliling luar sepanjang dinding sumur harus dari
ijuk dengan ketebalan sesuai desain.
4. Pemipaan
Pipa dan sambungan harus dari pipa PVC dengan sambungan tipe solvent
cement, memiliki tegangan kerja 8 kg/cm2 yang memenuhi ketentuan
Diameter yang dibutuhkan harus sesuai dengan gambar kerja.
5. Adukan
Adukan, bila dibutuhkan, harus memenuhi ketentuan bahan pada pasangan
dan plesteran
6. Bahan Urugan
Bahan urugan harus memenuhi ketentuan bahan galian dan urugan

3.4.10 Pekerjaan Plesteran Dan Acian

A. Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi plesteran dan acian untuk :
1. Seluruh permukaan dinding bata
2. Kolom beton,
3. Balok beton,
4. Lispang beton,
5. Beton expose
6. dan lain-lain seperti yang dijelaskan dalam gambar kerja.

B. Matrial
1. Semen

Semen yang dipakai untuk pekerjaan plesteran ini harus mempunyai


kualitas yang sama seperti semen untuk pekerjaan beton, atau harus
memenuhi PUBB - NI. 8.
a. Semen yang dipakai adalah semen jenis PC sekualitas Gresik dan Prime
Mortar PM – 210 plesteran PM – 310 acian
b. 1 (satu) merk semen untuk seluruh pekerjaan

31
c. Semen harus didatangkan dalam zak/kemasan yang tidak pecah / utuh,
tidak terdapat kekurangan berat dari apa yang tercantum pada
zak/kemasan.
d. Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras). Jika
ada bagian yang mulai mengeras, bagian tersebut masih harus dapat
ditekan hancur dengan tangan bebas (tanpa alat) dan jumlah tidak lebih
dari 10 % berat. Jika ada bagian yang tidak dapat ditekan hancur dengan
tangan bebas, maka jumlahnya tidak boleh melebihi 5 % berat dan
kepada campuran tersebut diberi tambahan semen baik dalam jumlah
yang sama.
e. Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat atau semen
dalam kantong dipenyimpanan lokal (di penyalur) lebih dari 3 bulan
perlu diuji sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak

2. Pasir
Untuk pekerjaan plesteran ini harus memenuhi persyaratan PUBB-N.I.3
a. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut
b. Bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan
sebagainya, jumlah kandungan bahan ini maksimal 5 % dan tidak
mengandung garam
c. Mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik dengan ditunjukkan
dengan nilai Modulus halus butir antara 1,50-3,80
d. Pasir harus dalam keadaan jenuh kering muka

3. A i r
a. Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2
gram/liter.
B. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat
organik lainnya) lebih dari 15 gram/liter.
C. Tidak mengandung khlorida (CI) lebih dari 0,5 gram/liter.
D. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.

32
3.4.11 Pekerjaan Lantai

A. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan dan pemasangan ubin
keramik dan penutup lantai pada tempat-tempat sesuai petunjuk Gambar
Kerja.
B. Standar / Rujukan
1. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)
2. Standar Nasional Indonesia (SNI) SNI 03-4062-1996
3. Australian Standard (AS)
4. British Standard (BS)
5. American National Standard Institute (ANSI).
C. Prosedur Umum
1. Contoh Bahan dan Data Teknis Bahan.
Contoh bahan dan teknis/brosur bahan yang akan digunakan harus
diserahkan kepada Pengawas Lapangan untuk disetujui terlebih dahulu
sebelum dikirim ke lokasi proyek. Contoh bahan ubin harus diserahkan
sebanyak 3 (tiga) set masing-masing dengan 4 (empat) gradasi warna untuk
setiap set. Biaya pengadaan contoh bahan menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
2. Pengiriman dan Penyimpanan.
Pengiriman ubin ke lokasi proyek harus terbungkus dalam kemasan pabrik
yang belum dibuka dan dilindungi dengan label/merek dagang yang utuh
dan jelas. Kontraktor wajib menyediakan cadangan sebanyak 2,5% dari
keseluruhan bahan terpasang untuk diserahkan kepada Pemilik Proyek.

3.4.12 Pekerjaan Plafond

A. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan, tenaga kerja, peralatan
bantu dan pemasangan papan gipsum dan aksesori pada tempat-tempat seperti
ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini.

33
B. Standar / Rujukan
1.Australian Standard (AS)
2.American Standard for Testing and Materials (ASTM).
C. Prosedur Umum
1. Contoh Bahan dan Data Teknis Bahan.
Contoh dan data teknis/brosur bahan yang akan diguanakan harus
diserahkan terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui
sebelum dikirimkan ke lokasi proyek.
2. Gambar Detail Pelaksanaan.
Kontraktor harus menyerahkan Gambar Detail Pelaksanaan sabelum
pekerjaan dimulai, untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Gambar Detail Pelaksanaan harus mencakup penjelasan mengenai
jenis/data bahan, dimensi bahan, ukuran-ukuran, jumlah bahan, cara
penyambungan, cara febrikasi, cara pemasangan dan detail lain yang
diperlukan.
3. Pengiriman dan Penyimpanan.
a. Papan gipsum dan aksesori harus didatangkan ke lokasi sesaat sebelum
pemasangan untuk mengurangi resiko kerusakan.
b. Papan gipsum harus ditumpuk dengan rapi dan kuat diatas penumpu
yang ditempatkan pada setiap jarak 450mm, dengan penumpu bagian
ujung berjarak tidak lebih dari 150mm terhadap ujung tumpukan.
c. Papan gipsum dan aksesori harus disimpan ditempat terlindung, lepas
dari muka tanah, diatas permukaan yang rata dan dihindarkan dari
pengaruh cuaca.

4. Ketidaksesuaian.
a. Kontraktor wajib memeriksa Gambar Kerja yang ada terhadap
kemungkinan kesalahan/ketidaksesuaian, baik dari segi dimensi jumlah
maupun pemasangan dan lainnya.
b. Bila bahan-bahan yang didatangkan atau difabrikasi ternyata
menyimpang atau tidak sesuai yang telah disetujui, maka akan ditolak
dan Kontraktor wajib menggantinya dengan yang sesuai.

34
c. Biaya yang ditimbulkan karena hal diatas menjadi tanggung jawab
Kontraktor sepenuhnya dan tanpa tambahan waktu.

D. Bahan - Bahan
Pemasangan Gipsum.
a. Papan Gypsum.
1) Papan gipsum harus dari produk yang memiliki teknologi yang sesuai
untuk daerah tropis dan memliki ketebalan minimal 9 mm untuk plafond
dan 12 mm untuk dinding dan ukuran modul sesuai petunjuk dalam
Gambar Kerja, dari produk sekualitas Jayaboard, Knauff atau yang
setara.
2) Papan gipsum harus dari tipe standar yang memenuhi ketentuan AS
2588, BS 1230 atau ASTM C 36.
b. Semen Penyambung.
Semen penyambung papan gipsum harus sesuai dengan rekomendasi dari
pabrik pembuat papan gipsum.
c. Rangka.
Rangka untuk pemasangan dan penumpu papan gipsum harus dibuat dari
bahan baja ringan lapis seng dan alumunium dalam bentuk dan ukuran yang
dibuat khusus untuk pemasangan papan gipsum.
d. Alat Pengencang.
Alat pengencang berupa sekrup dengan tipe sesuai jenis pemasangan harus
sesuai rekomendasi dari pabrik pembuat papan gipsum yang memenuhi
ketentuan AS 2589.

35
BAB IV
PELAKSANAAN LAPANGAN

4.1 Pekerjaan Persiapan


Ada beberapa tahapan-tahapan dalam pelaksanaan perencanaan suatu
rumah. Tahapan pelaksanaan proyek ini harus disusun sedemikian rupa mulai
dari pengerjaan awal hingga finishing (jika pengerjaan proyek hingga
finishing). Semuanya ini disusun didalam Time Schedule. Tahapan-tahapan
dan berapa lama pengerjaan proyek tersebut disusun dahulu sebelum
pelaksanaan, sehingga proyek tersebut dapat berjalan sesuai rencana dan tepat
waktu.

Pekerjaan persiapan sangat diperlukan sebelum memulai pelaksanaan


pekerjaan karena mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kelancaran
proyek. Pekerjaan persiapan meliputi :

4.2 Membuat direksi keet


Direksi keet merupakan sarana yang sangat penting dalam menunjang
pelaksanaan proyek yang berfungsi sebagai kantor untuk mengelola,
mengkoordinasikan dan mengawasi pekerjaan lapangan sehari–hari dan sebagai
tempat untuk menerima tamu yang berkunjung ke lokasi proyek. Bangunan ini
terbagi menjadi tiga bagian, yaitu direksi keet, ruang administrasi dan gudang
perlengkapan proyek. Ukuran direksi keet sendiri adalah 3 x 6 m2.

4.3 Penyediaan Material dan Alat Kerja


• Material
Adapun material-material yang digunakan dalam pelaksanaan
proyek ini, sehingga perlu disiapkan dengan segera guna kelancaran
kegiatan pembangunan, yaitu:

- Agregat Kasar dan Halus

36
Agregat (pasir dan kerikil) merupakan bahan pengisi sehingga
dalam struktur beton agregat biasanya menempati kurang lebih 70
sampai 75 % dari volume massa yang telah mengeras. Untuk beton
yang ekonomis, campuran harus dibuat sebanyak mungkin
agregatnya. Agregat yang baik adalah yang tidak bereaksi kimia
dengan unsur-unsur semen. Agregat harus mempunyai distribusi
ukuran sedemikian rupa, sehingga ukuran rongga-rongga antara
agregat menjadi minimum. Ini berarti dalam pembuatan beton
jumlah pasta semen yang perlu mengisi rongga-rongga minimum
pula.

Ukuran pasir adalah harus dapat melalui ayakan 5 mm dan


tertinggal di atas ayakan 0.075 mm (maksimum  4 mm) dengan
syarat sebagai berikut :

▪ Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % terhadap berat


kering, jika ini tidak terpenuhi maka pasir tersebut harus dicuci.
▪ Tidak boleh mengandung bahan oraganis terlalu banyak.
Menurut peraturan di Inggris (British Standard) yang juga
dipakai di Indonesia saat ini (dalam SK SNI T-15-1990-03)
kekasaran pasir dapat dibagi menjadi empat kelompok menurut
gradasinya, yaitu pasir halus, agak halus, agak kasar dan pasir kasar.
Sedangkan kerikil mempunyai ukuran lebih dari 5 mm tetapi
maksimumnya adalah 7.5 cm. Agregat ini mempunyai syarat, yaitu:

1. Terdiri dari butiran keras dan tidak berpori, dengan butiran pipih
tidak boleh lebih dari 20 %.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % terhadap berat
kering.
3. Besar butiran kerikil maksimum harus memenuhi ketentuan ;
✓ Tidak boleh lebih dari 1/5 jarak terkecil antara selimut beton
✓ ¾ lebih kecil atau sama dari jarak bersih tulangan, berkas
tulangan1/3 lebih kecil atau sama dengan tebal pelat lantai.

37
Agregat halus juga dipergunakan sebagai bahan campuran
untuk plesteran dinding, lantai dan penggunaan lainnya.

- Semen
Material semen merupakan material yang mempunyai sifat-
sifat adhesif dan kohesif yang diperlukan untuk mengikat agregat-
agregat menjadi suatu massa yang dapat mempunyai kekuatan yang
cukup. Semen portland merupakan bubuk yang sangat halus,
berwarna abu-abu yang terdiri dari kalsium dan aluminium silikat.
Beton yang dibuat dari semen portland biasanya membutuhkan
waktu kurang lebih dua minggu untuk mencapai kekuatan yang
cukup.

Semen yang dipakai dalam konstruksi terdapat beberapa jenis,


yaitu :

1. Tipe I (semen biasa / normal cement) digunakan untuk


pembuatan beton bagi konstruksi yang tidak ipengaruhi oleh
sifat-sifat lingkungan yang mengandung bahan-bahan sulfat dan
perbedaan temperatur yang ekstrim.
2. Tipe II digunakan untuk pencegahan serangan sulfat.
3. Tipe III digunakan untuk mendapatkan beton yang mengeras
dalam waktu cepat (High Early Strength Portland Cement),
umumnya kurang dari seminggu.
4. Semen putih untuk pekerjaan-pekerjaan arsitektural.
- Air
Air diperlukan untuk melarutkan semen agar terjadi reaksi
kimiawi, untuk membasahi agregat dan untuk melumas campuran
agar mudah pengerjaannya. Air yang digunakan untuk pembuatan
dan perawatan beton harus bersih, tawar dan bebas dari segala
macam campuran minyak, asam basa, garam dan bahan-bahan
oraganik lainnya yang merusak beton atau tulangannya dalam hal ini
sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum. Penggunaan suatu

38
sumber air diperkenankan untuk digunakan asal ada bukti tes
laboratorium yang menyatakan bahwa air tersebut memenuhi syarat
untuk campuran beton.

- Besi beton dan kawat tulangan.


1. Besi penulangan beton harus disimpan dengan cara-cara
sedemikian rupa sehingga bebas dari hubungan langsung
dengan tanah lembab atau basah. Baik besi penulangan rata
(Round Bars) maupun besi-besi penulangan bergelombang
(Deformed Bars) harus disimpan berkelompok berdasarkan
ukurannya masing-masing dan sesuai dengan persyaratan
dalam NI-2 pasal 3.7
2. Besi penulangan yang dipakai harus sesuai dengan
persyaratan sebagai berikut:
➢ Penulangan dengan diameter sampai dengan 12 mm,
menggunakan baja mutu BJTP 24 (Round Bars)
➢ Penulangan dengan diameter lebih besar dari 12 mm,
menggunakan baja mutu BJTD 40 (Deform Bars).
3. Tulangan besi beton yang digunakan harus bebas dari
minyak, kotoran, cat, karat lepas dan lain-lain yang dapat
merusak. Apabila terdapat karat pada permukaan besi, maka
besi harus dibersihkan dengan cara disikat atau digosok tanpa
mengurangi diameter penampang besi.
4. Pengawas dapat memerintahkan untuk diadakan pengujian
terhadap benda uji yang diambil dari besi yang akan
digunakan.
- Bata merah
Bata merah yang digunakan adalah bata merah yang bermutu
baik (sesuai dengan mutu standar yang telah ditetapkan),
pembakaran sempuran, bebas dari cacat dan retak. Minimum belah
menjadi dua bagian, produk lokal dan memenuhi persyaratan.

39
- Kayu
Bahan kayu yang digunakan untuk bagian struktural adalah
kayu kelas kuat II dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah
sebagai berikut :

1. Semua pekerjaan kayu yang tampak seperti kusen, konsol,


listplank dan lainnya harus terserut rata dan licin.
2. Semua kayu yang digunakan harus kering, berumur tua, tidak
retak dan tidak bengkok serta memenuhi persyaratan yang
tercantum.
3. Semua kayu yang digunakan harus terlebih dahulu diawetkan
dengan bahan anti rayap.
Sedangkan kayu yang digunakan untuk perancah dan begisting
adalah kayu kelas kuat III dan IV.

- Plamir, Kapur dan Cat


Merupakan bahan – bahan untuk finising dari bangunan yang
bertujuan untuk memperindah tampilan dari bangunan.

• Alat Kerja
Disamping penyiapan material dan bahan bangunan untuk
melaksanakan pembangunan, alat-alat kerja yang akan mendukung
kelancaran pekerjaan juga perlu diperhatikan.

Alat kerja merupakan sarana yang besar dan penting artinya


dalam suatu pelaksanaan proyek. Dengan alat kerja yang lengkap,
maka akan dihasilkan kualitas pelaksanaan yang baik, waktu
penyelesaian yang tepat waktu dan biaya yang efisien. Alat kerja
dapat berupa alat kerja mekanik atau alat kerja elektrik. Tenaga
manusia relatif lebih murah dibandingkan dengan tenaga mesin,

40
maka dari itu segi ekonomis pemakaian alat harus diperhatikan
dengan teliti. Alat – alat kerja yang digunakan dalam pelaksanaan
proyek pembangunan perumahan Griya Kebon Sajiq ini antara lain:

- Alat Ukur
Beberapa alat ukur yang digunakan dalam pelaksanaan
proyek ini, yaitu:

1. Theodolit, digunakan untuk meratakan kedudukan pososi


kolom terhadap bangunan disampingnya.
2. Waterpass, digunakan untuk menentukan kedataran suatu
bidang dalam pemasangan begisting pelat lantai, kolom, balok
dan pekerjaan lain yang mengharuskan suatu bidang datar.
3. Rollmeter, untuk mengukur panjang.
4. Benang dan Lood, untuk menentukan ketetapan penyetelan
begisting, kolom dan pasangan bata.
- Mollen
Agar tercapainya adukan beton yang baik dan merata
digunakan suatu mesin pengaduk. Caranya dengan memasukkan
bahan kedalam mesin silinder yang berputar karena motor diesel.
Alat tersebut adalah mollen dengan kapasitas yang tergantung dari
volume yang ditargetkan.

- Vibrator
Vibrator adalah alat kerja yang menghasilkan getaran
dengan frekuensi tertentu yang digunakan untuk mengecilkan pori
adukan beton, sehingga tidak terjadi rongga kosong yang
menyebabkan keroposnya beton. Pemadatan ini dilakukan dengan
menusuk - nusuk beton. Penggunaan alat ini dapat memastikan
terjadinya kontak yang baik antara material beton dengan tulangan.

Alat vibrator ini dapat berupa internal vibrator yang


digunakan dengan mencelupkannya ke dalam beton atau jenis
external vibrator dengan menempelkannya pada cetakan beton.

41
- Gerobak Tuang Dorong
Gerobak tuang dorong adalah alat angkut yang didorong oleh
tenaga manusia yang digunakan untuk mengangkut mortal beton
dari tempat pengadukan menuju tempat pengecoran.

- Selang Air
Selang air digunakan untuk menyalurkan air dari sumber air
ke lokasi pengadukan beton.

- Alat Pembengkok Tulangan


Alat ini terdiri dari dua bagian, yaitu :

1. Meja kerja

Meja kerja terdiri pelat besi dimana di atasnya ditempatkan


potongan besi setinggi 5 cm sebanyak dua buah, dimana yang satu
membentuk sudut 450 letaknya terhadap yang lain.

2. Tangkai Pembengkok

Merupakan batang yang terbuat dari besi yang panjangnya


bervariasi tergantung besar baja yang akan dibengkokkan.

- Alat Pemotong Tulangan (Cutter)


Digunakan untuk memotong tulangan. Dalam pelaksanaan
proyek penggunaan cutter cukup dilakukan oleh dua orang.

4.4 Penggalian Tanah


Pada pekerjaan ini, galian harus mencapai ukuran yang sesuai dengan
gambar rencana yang ada, tetapi bila diperlukan dapat berubah atau bertambah
sampai permukaan tanah keras. Galian tanah meliputi galian tanah pondasi,
septictank, pump room dan lain-lain. Penggalian tanah dilakukan dengan
memobilisasi tenaga kerja dengan pertimbangan efisiensi biaya jika
dibandingkan dengan menggunakan exavator. Sedangkan tanah galian yang
memenuhi syarat spesifikasi dapat digunakan untuk penimbunan atau
peninggian lantai dasar bangunan.

42
Gambar 4.1 Pekerjaan Persiapan Lahan Dilokasi

4.5 Pekerjaan Struktural


Pada proyek pembangunan rumah subsidi perumahan atlantic village ini
digunakan beton bertulang mutu K-175. Mutu ini mempunyai kekuatan tekan 15
Mpa. Kekuatan mutu beton yang dimaksud akan tercapai setelah umur beton
mencapai empat minggu atau 28 hari.

Campuran adukan beton menggunakan perbandingan volume yang telah


diuji spesifikasinya di laboratorium, yaitu dengan uji tekan silinder (pra
konstruksi) dan dengan uji tekan kubus (pada saat konstruksi).

Perbandingan campuran yang direncanakan yaitu 1 pc : 2 Pasir : 3 kerikil


alam. Campuran yang direncanakan tersebut harus dibuktikan dengan data
otentik dan dari percobaan bahwa kekuatan karakteristik yang disyaratkan
dapat dicapai. Sedangkan kekentalan adukan diperiksa dengan uji slump.

Berikut adalah beberapa bagian struktural pembangunan rumah subsidi


perumahan atlantic village yang dapat dipantau :

A. Pekerjaan pondasi batu kali


• Teknis Pekerjaan
Pengukuran as pondasi batu kali dengan cara membentangkan
benang dari as vertikal dan horizontal. Kemudian dilakukan

43
pengelotan,utuk menandakannya ditancapkan besi tulangan polos
pada ujung-ujung pondasi batukali lalu diikat dengan benang .

Waterpass dengan menggunaan selang air. Tujuannya adalah


agar level pondasi rata dan sejajar dengan level yang direncanakan.
Perlunya dilakukan water pass dengan selang air karena permukaan
tanah galian pondasi yang satu dengan galian tanah pondasi yang
lain tidak rata. Untuk meratakannya, dengan cara membentangkan
selang air water pass. Kemudian ukur terlebih dahulu tinggi satu
bagian pondasi batukali dan kemudian baru diukur pada bagian
pontasi batu kali di tempat lain bila air tersebut tidak berubah
posisinya berarti pondasi pertama dan kedua sudah selevel.

Pembuatan lantai kerja pondasi batu kali, pada proyek ini


untuk pondasi batu kali tidak menggunakan lantai kerja yang di cor/
disemen, pada dasar pondasi batukali hanya diberikan urugan pasir
setebal 5 cm. Lalu batu kali disusun sedemikian rupa sesuai dengan
bentuk pondasi yang direncanakan. Penyusunan batu kali dilakukan
dengan dilekakkan satu persatu dan direkatkan dengan adonan
semen dan pasir.campurannya 1 : 5. Dan pada bagiantengah pondasi
ditancapkan tulangan besi yang nantinya akan diikatkan kepada
rangka sloof diatas pondasi.

Gambar 4.2 Pekerjaan Pasangan Fondasi

44
B. Pekerjaan Pembuatan rangka sloof
• Teknis Pekerjaan
Besi tulangan dipotong berdasarkan panjang bentang + (10-
15%) untuk bengkokannya. Rangka besi yang dipotong lansung
dibengkokkan pada ujungnya, kemudian disusun membentuk
persegi sesuai gambar dengan cara memasukkan sekang dan pada
akhirnya diikatdengan bendrat.

Sloof yang telah dirakit lalu dibawa ke atas landasannya yaitu


pondasi batu kali yang telah dibuatkan begisting sesuai dengan
gambar rencana.

Kemudian dilakukan pengecoran sesuai tinggi gambar


rencana,bagian atas sloof diratakan menggunakan cepang.

Proses pembuatan beton sampai pengecoran dilakukan sebagai


berikut :

1. Penempatan material beton (Air, Semen, Pasir dan kerikil)


dengan perbandingan tertentu ke dalam molen
2. Pengadukan material dilakukan dalam molen dalam jangka
waktu ±5 menit, sehingga diperoleh campuran yang merata.
3. Pengangkutan beton dari mesin pengaduk ke tempat cetakan
atau begisting memakai ember secara estafet.
4. Adukan beton dituangkan kedalam begisting. Apabila akan
dilakukan penyambungan dari pengecoran lama, maka perlu
dituangkan adukan semen dengan konsentrasi tertentu dengan
tujuan beton yang sudah mengeras dapat menyatu dengan baik
dengan adukan beton yang baru dituangkan.
5. Adukan beton yang sudah di masukkan kedalam cetakan harus
diikuti dengan penggetaran dengan internal vibrator atau dengan
menusuk-nusuknya menggunakan kayu atau baja untuk
mengurangi terjadinya rongga-rongga.
6. Pekerjaan pengecoran dihentikan setelah diperoleh tinggi sloof
yang direncanakan.

45
• Pembongkaran perancah dan begisting
Pembongkaran begisting dilakukan pada saat beton sudah
berumur 5 hari, agar bentuk dari sloof tidak berubah.

Gambar 4.3 Pekerjaan Sloof

C. Pekerjaan Pasang Dinding Batako


Tata Cara Pelaksanaan Pekerjaan Pasangan Batako. Pekerjaan ini
mencakup seluruh pekerjaan dinding terbuat dari pasangan dinding batu
batako disusun 1 bata.
Teknis pekerjaan :
1. Mempersiapkan Bahan-bahan yang digunakan danperalatan yang
dibutuhkan beserta kelengkapannya.
2. Membuat acuan vertikal dan horizontal menggunakan benang yang
dikaitkan dengan kayu yang cukup kuat dan tegak lurus
3. Diberikan angkur untuk pemasangan dinding batako yang
menempel pada kolom
4. Dipasang bertahap dengan menggunakan adukan sebagai spesinya
sesuai persyaratannya. Untuk dinding yang kedap air menggunakan
adukan 1 : 2 dan untuk pasangan bata merah yang lainnya
menggunakan adukan 1 : 5.

46
Gambar 4.3 Pekerjaan Pasangan Dinding Batako

D. Pekerjaan Pasang Kuda-Kuda dan Atap


Pemasangan rangka atap baja ringan semestinya sesuai kaidah. Hal ini
sangat dianjurkan untuk menghindari adanya hal-hal yang tidak
diinginkan. Dimulai dari sebelum pemasangan kuda-kuda, maka perlu
mempelajari gambar kerja, menyiapkan peralatan kerja dan
perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja (k3). Berikut
adalah langkah-langkah kerja dalam pemasangan rangka atap baja
ringan :
Teknis Pekerjaan :
1. Mempelajari gambar rencana atap dan perletakkan kuda-kuda, dan
tidak diperkenankan menggunakan gambar draft sebagai panduan.
2. Menyiapkan semua peralatan perlengkapan keselamatan dan
kesehatan kerja, dan memperhatikan petunjuk tentang persyaratan
melakukan perkerjaan di atas ketinggian.
3. Menyiapkan semua perlengkapan untuk pemasangan kuda-kuda,
antara lain : bor dan hexagonal socket, meteran, selang air
(waterpass), alat penyiku,mesin pemotong, gergaji besi, palu, dan
sebagainya.

47
4. Memastikan seluruh permukaan atas ring balok dalam keadaan rata
dan siku, dengan menggunakan selang air (waterpass) dan penyiku
sebagai alat bantu.
5. Memberi tanda posisi perletakan kuda-kuda (truss), sesuai dengan
gambar rencana atap dan jarak antar kuda-kuda.
6. Memasang kuda-kuda sesuai dengan nomornya di atas ring balok
atau wall-plate, berdasarkan gambar kerja.
7. Mengontrol posisi berdirinya kuda-kuda agar tegak lurus dengan
ring balok menggunakan benang dan lot (unting-unting)
8. Memasang reng (roof battens) dengan jarak menyesuaikan jenis
penutup atap yang digunakan. Setiap pertemuan reng dengan kuda-
kuda diikat memakai screw ukuran 10-16x16 sebanyak 2 (dua)
buah.
9. Memasang outrigger (gording tambahan setelah kuda-kuda terakhir
yang menumpu ringbalk). Pada atap jenis pelana, outrigger dapat
dipasang sebagai overhang dengan panjang maksimal 120 cm dari
kuda-kuda terluar, dan jarak antar outrigger 120 cm. outrigger harus
diletakkan dan di screw dengan dua buah kuda-kuda yang terdekat.
10. Pemasangan penutup atap.

Gambar 4.4 Pekerjaan Pemasangan Kuda-Kuda dan Atap

48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan laporan proyek pembangunan rumah subsidi


perumahan atlantic village :

1. Pola pembangunan berdasarkan gambar bestek perencanaan yang sudah


disiapkan oleh developer
2. Skema pekerjaan tiap mandor yang bekerja lebih dari 3 banguanan sehingga
pekerjaan perumahan kurang maksimal
3. Kurangnya tim pengawas dari manajemen proyek, mengakibatkan hasil dari
pekerjaan kurang maksimal (sehingga mandor cenderung kurang disiplin).
4. Dalam proses pengerjaan antara teori dan pelaksanaan dilapangan tidak ada
terjadi permasalahan yang fatal.

49
5.1 Saran

Pada proyek ini, ada beberapa hal pada beberapa pekerjaan yang perlu
diperhatikan atau perlu diperbaiki antara lain :

1. Perlu tim pengawas yang tetap standby atau memantau proses pengerjaan di
tempat proyek, bukan hanya mandor.
2. Pentingnya manajemen proyek yang jelas dan tegas, agar seluruh pekerja
dan mandor selalu mengikuti aturan yang ada, dengan maksud manajemen
kantor yang diikuti oleh pekerja dan mandor, bukan pekerja dan mandor
yang diikuti oleh manajemen kantor.

50
DAFTAR PUSTAKA

Penyusun, T. (2005). Pedoman Praktik Kerja Lapangan Fakultas Teknik Sipil dan

Perencanaan Universitas Balikpapan.

Kusnaeni, Y. (2015). Pengaruh Persepsi Tentang Praktik Kerja Lapangan,

Informasi Dunia Kerja dan Motivasi Memasuki Dunia Kerja Terhadap

Kesiapan Kerja Siswa SMK Bhakti Persada Kendal (Doctoral dissertation,

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG).

Asnuddin, S., Tjakra, J., & Sibi, M. (2018). Penerapan Manajemen Konstruksi

Pada Tahap Controlling Proyek.(Studi Kasus: Bangunan Laboratorium

Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado). Jurnal Sipil

Statik, 6(11).

Santoso, P. S. (2009). Analisis Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Cost Overrun

Pada Proyek Konstruksi Di Yogyakarta (Doctoral dissertation, Uajy).

Situmorang, R. I. H. (2007). Laporan Kerja Praktek Proyek Pembangunan BTS-

Macro Telkomsel SST 72 M Site: Bahorok (STB-969).

Hunggurami, E., Bolla, M. E., & Messakh, P. (2017). Perbandingan Desain

Campuran Beton Normal Menggunakan Sni 03-2834-2000 Dan Sni 7656:

2012. Jurnal Teknik Sipil, 6(2), 165-172.

51
DAFTAR LAMPIRAN

1. LAMPIRAN SURAT KETERANGAN PENERIMAAN PRAKTEK KERJA

LAPANGAN (PKL)

2. LAMPIRAN COMPANY PROFILE PERUSAHAAN

3. LAMPIRAN GAMBAR KERJ

4. LAMPIRAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)

52

Anda mungkin juga menyukai