Disusun
Nama : 1. Bima Candra Mukti (202254084)
2. Faisal Ahmad Shobirin (202254085)
3. Nandhito Mahdharianata (202254086)
4. Yosia Setiansa (202254087)
5. Ricky Pradita (202254088)
6. Virgiawan Maulana (202254089)
Mata Kuliah : Praktek Fisika Teknik
Kelas : Teknik Mesin /D
Dosen Pengampu : Ratri Rahmawati S.T., M.SC
Laporan Praktek Fisika Teknik ini disusun sebagai tugas akhir menyelesaikan
praktikum Fisika Teknik untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Praktek Fisika
Teknik.
Mengetahui,
Dosen Praktikum,
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah SWT karena atas rahmat dan izin-Nya laporan praktek
fisika Teknik mesin ini dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan praktek fisika Teknik mesin berisi materi praktikum pada smemster ganjil.
Dengan ditulisnya laporan praktek fisika Teknik mesin ini diharapkan untuk memenuhi tugas
mata kuliah praktek fisika Teknik mesin. Kami meyadari bahwa dalam penyusunan laporan
ini masih banyak kekurangan kami mengharapkan kritik dan saran, semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Kami selaku kelompok 4 mengucapkan Terima kasih kepada
pembimbing mata kuliah Praktek fisika Teknik, mohon maaf apabila ada tutur kata yang
kurang berkenan mohon dimaafkan. Sekian dari kami, terima kasih.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................................. 1
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................................ 2
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ 3
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 4
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 5
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................................. 5
BAB II METODE PENELITIAN .............................................................................................. 6
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................... 7
3.1 Pengukuran Jangka Sorong ............................................................................................... 7
3.2 Gaya Pada Bidang Miring I .............................................................................................. 8
3.3 Gaya Pada Bidang Miring II ............................................................................................. 9
3.4 Usaha Pada Bidang Miring ............................................................................................. 10
3.5 Kecepatan Rata-Rata ....................................................................................................... 11
3.6 Kecepatan Dan Percepatan ............................................................................................. 13
3.7 Gerak Jatuh Bebas .......................................................................................................... 14
3.8 Hukum Hooke ................................................................................................................. 15
3.9 Gerak Harmonik Sederhana (Getaran Pegas) ................................................................. 16
3.10 Ayunan Sederhana ........................................................................................................ 17
3.11 Penentuan Momen Inersia Diri Pada Benda Lewat Gerak Osilasi Harmonik 1 ........... 18
3.12 Penentuan Momen Inersia Benda Lewat Gerak Osilasi Harmonik 2 ........................... 20
3.13 Penentuan Momen Inersia Benda Liwat Gerak Osilasi Harmonik 3 ............................ 21
BAB IV PENUTUP .................................................................................................................. 23
4.1 KESIMPULAN ............................................................................................................... 23
4.2 SARAN ........................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 24
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
BAB II
METODE PENELITIAN
6
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan
Skala nonius memiliki panjang 9 mm dan di bagi 10 skala sehingga selisihnya 0,1 mm. atau
0,01 cm. Maka ketidakpastiannya adalah Ax=1/2 x 0,1 mm = 0,05 mm = 0,005 cm cara
menentukan nilai x (panjang benda) yaitu:
1. perhatikan angka pada skala utama yang berdekatan dengan angka 0 pada nonius. Pada
gambar 1. angka tersebut 5 cm
2. perhatikan garis nonius yag berhimpit dengan skala utama. Pada angka tersebut adalah
garis ke 4. ini berarti nilai x = 5 cm + (4 x 0,01 cm) = 5,04 cm. Sehingga jika dituliskan,
Panjang = (5,040 ± 0 ± 0,005) cm
Langkah-langkah Percobaan
Gunakan Jangka sorong untuk mengukur besaran di bawah ini dan catat perolehannya pada
tabel. Lebar dasar statif, Diameter lubang dasar statif, Kedalaman lubang dasar statif,
Diameter batang statif Pada pengukuran di atas, lakukanlah pengulangan sebanyak 5 kali.
7
3.2 GAYA PADA BIDANG MIRING I
Hasil Penelitian
Pembahasan
gaya dapat didefinisikan sebagai apa yang menyebabkan perubahan kecepatan. Untuk
mengukur gaya berdasarkan pada pengukuran perubahan bentuk atau ukuran sebuah beda
dalam keadaan diam disebut dengan cara pengukuran gaya static. Cara pegukuran static ini
berdasarkan pada kenyataan bahwa jika pada sebuah benda bekerja beberapa gaya, sedang
benda mempunyai percepatan nol, maka jumlah vector dari semua gaya bekerja pada benda
sama dengan nol. Alat yang bisa digunakan untuk mengukur gaya dengan cara statis adalah
timbangan pegas.
8
3.3 GAYA PADA BIDANG MIRING II
Hasil Penelitian
Pembahasan
Bidang miring adalah suatu pesawat sederhana dengan permukaan datar dan mempunyai
sudut terhadap permukaan horizontal. Jika sebuah benda yang terletak pada bidang miring dan
resultan gaya yang bekerja F=0, maka terdapat gesekan statis, dimana gaya gesek statis
besarnya sama dengan fs=μs X N. Jika benda dikenai gaya dan kemudian benda bergerak
maka gesekan kedua permukaan terdapat gara reaksi, yang disebut dengan gaya kinetik f = X
N. Jika suatu benda dengan massa tertentu mengalami pergerakan, maka benda tersebut
dikenai gaya sebesar F=m.g, yang arahnya berkebalikan dengan arah gaya geseknya.
Langkah-langkah Percobaan
a. Tentukan berat balok alumunium (W=m.g).
b. Letakkan balok alumunium di atas bidang miring.
c. Naikkan ketinggian balok pendukung secara sangat perlahan-lahan,
d. Hentikan kenaikan balok pendukung tepat pada saat alumunium akan bergerak (bergeser).
Pada saat itu ukur h (tinggi ujung atas bidang miring) untuk menentukan sin a atau cos a.
(panjang bidang miring 1 = 50 cm).
e. Ulangi langkah b sampai dengan d, tetapi dengan menggunakan permukaan balok yang
berbeda (kayu, karet, dan akrilik).
f. Hitung gaya gesekan antara permukaan bidang miring dengan permukaan benda- benda
tersebut.
d. Jika perlu, gunakan balok bertingkat untuk mengatur kedudukan bidang miring.
9
3.4 USAHA PADA BIDANG MIRING
Hasil Penelitian
Pembahasan
Usaha alias Kerja yang dilambangkan dengan huruf W (Work-bahasa inggris), digambarkan
sebagai sesuatu yang dihasilkan oleh Gaya (F) ketika Gaya bekerja pada benda hingga benda
bergerak dalam jarak tertentu. Hal yang paling sederhana adalah apabila Gaya (F) bernilai
konstan (baik besar maupun arahnya) dan benda yang dikenai Gaya bergerak pada lintasan
lurus dan searah dengan arah Gaya tersebut. Secara matematis, usaha yang dilakukan oleh
gaya yang konstan didefinisikan sebagai hasil kali perpindahan dengan gaya yang searah
dengan perpindahan. Persamaan matematisnya adalah:
W usaha alias kerja, F besar gaya yang searah dengan perpindahan dan s besar perpindahan.
Apabila gaya konstan tidak searah dengan perpindahan, maka usaha yang dilakukan oleh gaya
pada benda didefinisikan sebagai perkalian antara perpindahan dengan komponen gaya yang
searah dengan perpindahan. Komponen gaya yang searah dengan perpindahan. Satuan Usaha
dalam Sistem Internasional (SI) adalah newton- meter. Satuan newton-meter juga biasa
disebut Joule ( 1 Joule 1 N.m). menggunakan sistem CGS (Centimeter Gram Sekon), satuan
usaha disebut erg. 1 erg= 1 dyne.cm. Dalam sistem British, usaha diukur dalam foot-pound
(kaki-pon). 1 Joule 107 erg = 0,7376 ft.lb.
Perlu dipahami dengan baik bahwa sebuah gaya melakukan usaha apabila benda yang dikenai
gaya mengalami perpindahan. Jika benda tidak berpindah tempat maka gaya tidak melakukan
usaha.
Pembahasan
Kecepatan menyatakan perpindahan benda tiap satuan waktu dengan memerhatikan arahnya.
Maka dapat disimpulkan bahwa kecepatan merupakan besaran vektor. Kecepatan rata-rata
didefinisikan sebagai perbandingan perpindahan yang terjadi terhadap waktu yang diperlukan
untuk melakukan perpindahan tersebut.
Kecepatan rata-rata didefinisikan sebagai hasil bagi perpindahan (Delta x) dengan selang
waktu (Delta t). Atau, perpindahan dengan satuan meter (m) per selang waktu satuan sekon
(s). Perpindahan berbeda dengan jarak. Perpindahan bisa didefinisikan sebagai vector
perubahan posisi suatu benda. Perpindahan merupakan besaran vector sedangkan jarak
merupakan besaran skalar. Misal sebuah partikel bergerak dari titik A, lalu ke titik B, lalu
kembali lagi ke titik A. Perpindahan yang dialami partikel sama dengan nol, karena posisi
11
benda sebelum mengalami pergerakan dan sesudah mengalami pergerakan adalah sama.
Sedangkan jarak yang dialami partikel sama dengan dua kali jarak antara A dan B (2AB).
Langkah-langkah Percobaan
1). Letakkan rel yang terpasang pada tingkat paling rendah dari balok bertingkat.
2). Pasang penjepit sambungan pada ujung rel di bawah.
3). Pasang kereta di atas rel dan ukur jarak dari ujung kepala kereta sampai dengan ujung
penjepit = 85 cm
Percobaan 1
Percobaan 2
Percobaan 3
Rel diletakkan di atas pada balok bertingkat pada tingkat paling tinggi.
Lakukan kembali langkah (a) dan (b).
12
3.6 KECEPATAN DAN PERCEPATAN
Hasil Penelitian
Pembahasan
Gerak lurus berubah beraturan adalah gerak benda dengan lintasan garis lurus dan
memiliki kecepatan setiap saat berubah dengan teratur. Pada gerak lurus berubah. beraturan
gerak benda dapat mengalami percepatan atau perlambatan. Gerak benda yang mengalami
percepatan disebut gerak lurus berubah beraturan dipercepat, sedangkan gerak lurus yang
mengalami perlambatan disebut gerak lurus berubah beraturan diperlambat. Suatu benda
melakukan gerak lurus berubah beraturan (GLBB) jika percepatannya selalu konstan.
Percepatan merupakan besaran vektor (besran yang mempunyai besar dan arah). Percepatan
konstan berarti besar dan arah percepatan selalu konstan setiap saat (Sasrawan, 2013).
Percepatan adalah perubahan kecepatan dalam satuan waktu tertentu. Umumnya,
percepatan dilihat sebagai gerakan suatu obyek yang semakin cepat ataupun lambat. Namun
percepatan adalah besaran vektor, sehingga percepatan memiliki besaran dan arah. Dengan
kata lain, obyek yang membelok (misalnya mobil yang sedang menikung)- pun memiliki
percepatan juga. Satuan SI percepatan adalah m/s2. Dimensi percepatan adalah L T².
Percepatan bisa bernilai positif dan negatif. Bila nilai percepatan positif, hal ini menunjukkan
bahwa kecepatan benda yang mengalami percepatan positif ini bertambah (dipercepat).
Sebaliknya bila negatif, hal ini menunjukkan bahwa kecepatan benda menurun (diperlambat).
Percepatan rata-rata didefinisikan sebagai perbandingan perubahan kecepatan dengan selang
waktunya. Secara matematis ditulis sebagai berikut:
Langkah-langkah Percobaan
13
a. Letakkan rel yang telah terpasang pada balok bertingkat di tingkat tertinggi. b. Letakkan
kereta pada kedudukan yang tertinggi di atas rel.
c. Pada jarak 20 cm dari kereta, letakkan meja optik/penyekat.
d. Ukur waktu dari pelepasan kereta sampai dengan berhenti di penyekat.
e. Ulangi langkah (b) sampai (d) untuk diambil rata-rata dan catat ke dalam tabel.
f. Lakukan langkah (b) sampai (e) dengan terlebih dahulu mengubah jarak penyekat
dari kereta menjadi 40 cm, 60 cm, dan 80 cm.
Pembahasan
Gerak jatuh jatuh bebas adalah gerak yang mengakibatkan benda melewati lintasan
berbentuk lurus karena pengaruh gaya gravitasi bumi. Gerak jatuh bebas mengakibatkan
gesekan dan perubahan kecil percepatan terhadap ketinggian. Percepatan gerak jatuh bebas
disebabkan oleh gaya gravitasi bumi yang besarnya ,8 m/s2 dan berarah menuju kepusat
bumi. Gesekan yang dimaksud di sini adalah gesekan antara benda dan udara.
Gerak jatuh memiki ciri khas yaitu benda jatuh tanpa kecepatan awal. Semakin ke
bawah gerak benda semakin cepat. Percepatan yang dialami oleh setiap benda jatuh bebas
selalu sama yakni sama dengan percepatan gravitasi bumi (a = g) (besar g adalah 9,8 m/s2
atau dibulatkan menjadi 10m / (s ^ 2) .
Rumus gerak jatuh bebas ini merupakan pengembangan dari tiga rumus utama dalam
GLBB seperti yang telah diterangkan diatas dengan memodifikasi: s (jarak) menjadi h
(ketinggian) dan V_{0} = 0 serta percepatan (a) menjadi percepatan gravitaasi (g).
Langkah-langkah Percobaan
a. Letakkan benda pada ketinggian yang ditentukan, dan siapkan stopwatch.
b. Jatuhkan benda bersamaan dengan menyalakan stopwatch.
c. Matikan stopwatch ketika benda tepat di bawah.
14
d. Ulangi langkah (a) sampai (c) dengan ketinggian yang berbeda.
Pembahasan
Jika suatu bahan dapat menegang atau menyusut karena pengaruh gaya dari luar dan
dapat kembali ke keadaan semula jika gaya yang bekerja padanya dihilangkan, maka keadaan
tersebut dikatakan mempunyai sifat elastis (Misalnya Pegas). Selama batas elastisitasnya
belum terlampaui maka perubahan panjang pegas akan sebanding dengan gaya yang bekerja
padanya, menurut hukum Hooke dinyatakan dengan F-k.Ax. Dengan F adalah gaya (N), k
adalah konstanta pegas (N/m) dan x adalah perubahan panjang pegas (m). Bila dibuat grafik
antara F dan Ax, dan persamaan di atas benar, grafik tersebut akan berbentuk garis lurus.
Langkah-langkah Percobaan
a. Gantungkan 1 Beban (W)-0,5 N pada pegas sebagai gaya awal (Fo).
b. Ukur panjang awal (lo) pegas dan catat hasilnya pada tabel di bawah.
c. Tambahkan 1 beban dan ukur kembali panjang pegas (1). Catat hasil pengamatan ke
dalam tabel.
d. Ulangi langkah (c) dengan setiap kali menambah 1 beban untuk melengkapi table
15
3.9 GERAK HARMONIK SEDERHANA (Getaran Pegas)
Hasil Penelitian
Pembahasan
Ketika pada sebuah pegas dibebani dengan sebuah massa m, maka gaya yang menyebabkan
pegas bertambah panjang adalah gaya berat dan massa tensebut, sehingga berlaku: mg=kx.
Dengan g adalah percepatan gravitasi (m / (s ^ 2)) Selain dengan cara pembebanan, konstanta
pegas dapat dicari dengan cara getaran pada pegas. Sebuah benda bermassa m dibebankan
pada pegas dan disimpangkan posisi setimbangnya, maka akan terjadi getaran pegas
dengan periode getaran adalah. Periode (T) adalah waktu yang diperlukan suatu benda untuk
melakukan satu getaran lengkap. Berdasarkan hukum II newton, F = ma , sehingga:
Dari persamaan percepatan gerak harmonik sederhana diperoleh bahwa a = omega ^ 2 * v .
Oleh karena pegas bergerak sepanjang sumbu X, percepatan pegas adalah a = - omega ^ 2 * x
Langkah-langkah Percobaan
a. Pasang 1 Beban pada pegas.
b. Tarik beban ke bawah sejauh ±2cm dan siapkan stopwatch di tangan.
c. Lepaskan beban, bersamaan dengan menekan (menghidupkan) stopwatch.
d. Hitung sampai 10 getaran dan tepat pada saai itu, matikan stopwatch. Catat hasil
pengamatan pada tabel.
e. Hitung waktu untuk 1 getaran (periode, T) dan lengkapi tabel hasil pengamatan.
f. Ulangi langkah (a) sampai (e) dengan simpangan 3 cm
g. Ulangi langkah (b) sampai (f) dengan setiap kali menambah 1 beban.
16
3.10 AYUNAN SEDERHANA
Hasil Penelitian
Pembahasan
Teori yang mendukung sesuaikan lembar kegiatan 9 (Gerak harmonik sederhana pada tali),
Persamaan (2). Semakin besar massa benda maka semakin cepat periode ayunan tersebut,
semakin pendek tali maka semakin besar periode ayunan tersebut.
Langkah-langkah Percobaan:
a) Simpangkan beban sejauh ±3cm (simpangan 1). Lihat pada gambar di bawah
b) Lepaskan beban bersamaan dengan menekan tombol stopwatch. Hitung 10 ayunan dan
tepat pada hitungan ke 10 matikan stopwatch. Catat waktu 10 ayunan tersebut (t) pada
tabel. Dari sini dapat diperoleh nilai periode (waktu satu ayunan x t=1/10.t.
c) Ulangi langkah (a) dan (b) dengan penyimpangan ±5cm (simpangan 2)
d) Ulangi langkah (a) sampai (c) dengan penambahan 1 beban.
e) Ulangi langkah (a) sampai (c) dengan panjang tali (I) yang berbeda sesuai dengan tabel
hasil pengamatan.
17
3.11 PENENTUAN MOMEN INERSIA DIRI PADA BENDA LEWAT GERAK
OSILASI HARMONIK 1
Hasil Penelitian
Pembahasan
Gerak benda yang berputar pada sumbu rotasi tertentu dapat diha memberikan sebuah gaya F
yang bekerja pada jarak R tertentu dari sunty y tersebut. Jika gaya F tersebut tegak lurus
terhadap R, besarnya meng torka yang bekerja pada benda tersebut dapat dituliskan sebagai:
T=RxF
Apabila tirka tersebut bekerja pada suatu sistem benda yang putarannya ditahan oleh pegas
spiral, besarnya simpangan Ѳ akan sebanding dengan torka tersebut, yang diberikan oleh
hubungan: T = k Ѳ
Dengan k adalah konstanta pegas spiral. Dari persamaan (1) dan (2) diperoleh:
Ѳ = R/k F
Persamaan (3) menunjukkan bahwa simpangan sebanding dengan gaya, sehingga
apabila dibuat grafik akan memperoleh grafik linier. Sifat linieritas tersebut tentunya
akan muncul sepanjang masih dalam batas elastisitas Hooke dari pegas spiral tersebut.
Torka yang bekerja akan menghasilkan percepatan sudut, yang besarnya bergantung pada
momen inersia benda I, yang diberikan oleh hubungan:
T = I d²Ѳ / dt²
I d²Ѳ / dt² = kѲ atau d²Ѳ / dt² + k/I Ѳ = 0
18
merupakan persamaan gerak osilasi sederhana yang solusinya berupa fungsi harmonik sinus
atau cosinus dengan periode: T = 2π I/k
Untuk suatu sistem N partikel yang membentuk benda tegar, momen inersianya adalah:
/=Σm₁r. Sistem yang digunakan dalam percobaan ini mengukur momen inersia dari beberapa
bentuk benda, karena itu maka harus diketahui terlebih dahulu momen inersia diri dari sistem
tersebut. Besar momen inersia diri dihitung dengan mengukur periode osilasinya.
Dengan lo adalah momen inersia diri dan To adalah periode diri alat ukur momen inersia yang
dipakai.
19
3.12 PENENTUAN MOMEN INERSIA BENDA LEWAT GERAK OSILASI
HARMONIK 2
Hasil Penelitian
Pembahasan
momen inersi benda dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Benda yang berbentuk silinder pejal
Seperti katrol atau roda tertentu, maka berlaku rumus: 1 = 1/2 m.R². Dimana I adalah
momen inersia (kem). Radalah jari-jari silinder (m), dan m massa (kg)
2. Silinder Tipis Berongga
Benda silinder tipsis berongga seperti cincin tipis, maka berlaku rumus Im.R²
3. Silinder Berongga Tidak Tipis
Slider berongga tidak tipis yaitu silinder yang mempunyai jari-jari dalam dan Jari-jari luar
Maka berlaku rumus I = 1/2 m (R1² + R2²), dengan R1 adalah jajari salam silinder (m)
dan R² adalah jari-jari luar silinder (m)
4. Bola Pejal
Apabila benda berbentuk bola pejal, maka berlaku rumus: I = 2/5m.R²
5. Bola Berongga
Rumus yang berlaku untuk bola berongga yaitu: I = 2/3m.R²
20
Langkah-langkah Percobaan
a) Timbanglah semua benda yang akan doentukan nilai momen inersianya Cat hasilnya pada
tabel
b) Ukurlah tinggi dan diameter masing-masing besta Catat dalam tabel Kemudian
hubungkan momen inersia dengan menggunakan rumus momen inersia
c) Pasanglah bola pejal pada alat momen inersia. Dan siapkan stopwacth untuk mengamati
waktu yang dibutuhkan.
d) Simpangkan bola tersebut sebesar 180° atau lebih, kemudian lepaskan sehingga berisolasi.
Catat waktu 3 kali getaran yang ditunjukan pada stopwach.
e) Ulangi langkah (d) sebanyak 5kali. Catat pada tabel. Kemudian hitung waktu rata-ratanya.
f) Ganti bola pejal dengan silinder penjal dan silinder berongga. Lakukan langkah (c) sampai
(e) untuk masing-masing benda. Hitung nilai momen inersia dengan menggunakan
periode osilasi.
Pembahasan
Besarnya momen inersia bergantung pada berbagai bentuk benda "pusat rotasi
yang diketahui dari jari-jari rotasi dan massa benda. Pada penentuan momen inersia
tertentu seperti bola pejal, silinder pejal, piringan, kerucut atau bentuk yang lain
cenderung lebih mudah dari pada momen inersia benda yang memiliki bentuk tidak sempurna
atau tidak beraturan. Momen inersia benda untuk piringan disamakan dengan momen inersia
21
pada silinder pejal, yaitu: I = 1/2 m.R² sedangkan untuk kerucut pejal dapat dirumuskan
dengan: I = 3/10 m.R².
Apabila sebuah benda dipasangkan pada alat ukur momen inersia tersebut, dan kemudian
diosilasikan, maka periode osilasinya adalah:
T² = 4π²/k (I+ Iο)
Dengan T adalah periode osilasi dan I adalah momen inersia benda yang sedang diukur. Dari
persamaan momen inersia diri dan periode osilasi, momen inersia benda yang terpasang pada
alat ukur momen inersia dapat dihitung dengan:
I = (T²/ - 1) Iο
Langkah-langkah percobaan
a) Timbanglah semua benda yang akan ditentukan nilai momen inersianya.
b) Ukurlah tinggi dan diameter masing-masing benda. hitung momen inersia dengan
menggunakan rumus momen inersia pada masing- masing benda.
c) Pasanglah piringan213 pada alat momen inersia. Dan siapkan stopwatch.
d) Simpangkan piringan tersebut sebesar 180° atau lebih, kemudian lepaskan sehingga
berisolasi. Catat waktu 3 kali getaran yang ditunjukkan pada stopwatch.
e) Ulangi langkah (d) sebanyak 5 kali. Catat pada tabel. Kemudian hitung waktu rata-
ratanya.
f) Ganti piringan 213 dengan piringan 714 dan kerucut pejal. Lakukan langkah (c) sampai
(e) untuk masing-masing benda. Hitung nilai momen inersia dengan menggunakan
periode osilasi.
22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dapat diambil dari percobaan yang telah dilakukan baik berupa hasil
percobaan maupun dalam proses percobaan itu sendiri yang tentunya sangat bermanfaat baik
untuk penyusun itu sendiri maupun untuk pembaca
4.2 Saran
Setelah melakukan praktikum fisika dasar maka dapatlah penulis memberikan
beberapa masukkan sarana sebagai berikut:
• Mahasiswa harus memahami terlebih dahulu langkah-langkah dalam melakukan
percobaan.
• Disarankan kepada mahasiswa supaya dapat menguasai alat-alat pengukur dan bisa
menggunakannya dengan benar sehingga dapat memperkecil kemungkinan
ketidakpastian dalam pengukuran.
• Kita harus memiliki keseriusan dan ketelitian dalam mengikuti atau menjalani
praktikum.
• Alangkah baiknya jika di berikan contoh atau penjelasan tentangperhitungan dan juga
tentang pelaksanaan praktikum.
• Sebaiknya alat–alat praktikum lebih di lengkapkan kembali agar praktikumdapat
berjalan lancar dan tidak memakan waktu.
DAFTAR PUSTAKA
23
Program studi Teknik Mesin. 2016. Modul Praktek Fisika Teknik. Fakultas
Teknik UMK Kudus.
24