Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUJIAN MATERIAL

MODUL 2
PENGUJIAN LENTUR

NAMA : AWANG NUR FAUZI


NIM : 19525048
Kelas :F
Asisten : PAMUNGKAS WISNU KUSUMA
Hari / Tanggal : Sabtu, 11 Juli 2021

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2021
MODUL 2

PENGUJIAN LENTUR

2.1. Tujuan

1.Mahasiswa mampu melakukan pengujian lentur untuk menentukan sifat


mekanik bahan.

2.Mahasiswa mampu menentukan nilai kekuatan lentur dan modulus


elastisitas bahan berdasarkan hasil pengujian.

2.2. Dasar Teori


Uji Lentur adalah pengujian yang dapat menentukan kualitas suatu material
karena dapat memberikan informasi mengenai kekuatan lenturnya. Selainitu, uji
bending juga dapat memberikan informasi mengenai modulus elastisitas
material.[1]

Kekakuan pada material merupakan ketahanan suatu material terhadap


deformasi ketika diberi beban. Material yang lentur dapat diartikan sebagai material
yang dapat mengalami regangan dengan baik bila diberi tegangan atau beban
tertentu. Modulus elastisitas (E) adalah harga kekakuan suatu material pada daerah
elastis dan perbandingan tegangan dengan regangan pada daerah elastis.

Tegangan atau beban yang diberikan pada spesimen uji haruslah dibawah harga
beban maksimum agar spesimen tidak mengalami deformasi plastis. Uji lentur
digunakan untuk material yang getas, uji lentur lebih disenangi daripada uji tarik,
contoh: keramik. Selain itu uji lentur digunakan untuk

1. Menentukan kekuatan material pada pembebanan lentur

2. Menentukan modulus elastisitas material

3. Sebagai acceptance test yang cepat untuk material getas


Pengujian bending biasanya dilakukan dengan dua metode :

1. Three point bending, spesimen diberi beban pada satu titik yaitu tepat pada
bagian tengah batang(0.5 L). Pada metode ini, pembebanan harus tepat
berada pada 0.5 L agar momen yang didapatkan adalah momen
maksimum.

2. Four point bending, spesimen diberi beban pada dua titik yaitu pada 1/3 L
dan 2/3 L. Pembebanan menggunakan metode ini jauh lebih baik dari pada
metodethree point bending, hal ini dikarenakan three point bending
momen maksimumnya berada pada satu titik, sehingga dapat
menyebabkan kesalahan dalam penghitungan karena tidak tepat pada titik
tersebut. Berbeda dengan metode four point bending yang nilai momen
maksimumnya berada dalam interval tertentu, sehingga kesalahan akibat
ketidak-presisian titik dapat dihindari. [2]

Kuat lentur adalah kekuatan tarik baja atau besi dalam keadaan lentur akibat
momen kekuatan yang dikenal sebagai modulus runtuh (modulus of rupture) adalah
hal yang cukup penting untuk menentkan retak-retak dan lendutan dari suatu batang
yang di bebani, kuat lentur pada baja dapat ditentukan dari baja yang mengalami
pembebanan transversal. Kuat lentur maksimum dialami oleh batang dan disebut
sebagai Modulus of rupture, yang besarnya tergantung dari panjang batang dan
jenis pembebanan. [3]

3𝑃𝐼
𝜎𝑏 =
2𝑏ℎ2

Dimana:
𝜎𝑏 = Kuat lentur beton (kg/cm2)
P = Beban maksimum (t)
I = Panjang rentangan (cm)
b = lebar (cm)
h = tinggi (cm)
Kekakuan adalah ketahanan suatu material terhadap deformasi elastis.
Modulus elastisitas (E) adalah harga keakuan suatu material pada daerah elastis.
Modulus elastis juga berarti perbandinga tegangan dengan regangan pada daerah
elastis.Material yang lentur (tidak kaku) adalah material yang dapat mengalami
regangan bila diberi tegangan atau beban tertentu. [4]

Modulus Elastisitas adalah kemampuan benda tersebut untuk kembali ke


bentuk semula apabila beban dilepaskan. Modulus elastisitas dapat diukur dengan
cara lendutan yang merupakan cara yang konvensional dan masih populer sampai
saat ini karena mudah dan sederhana.

Pengukuran lendutan yang paling sederhana dilakukan dengan perletakan


sederhana yang diberi beban lentur terpusat di tengah bentang, sehingga lendutan
sebenarnya yang terjadi tidak hanya diakibatkan oleh momen lentur, tatapi juga
oleh gaya geser.

Δt = Δ + Δg

dengan Δt = lendutan total, Δ = lendutan akibat momen lentur, dan Δg = lendutan


akibat gaya geser.

Untuk keperluan praktis, sering sekali lendutan akibat gaya geser diabaikan
dan dianggap seluruh lendutan diakibatkan oleh momen lentur. E yang diperoleh
dangan cara ini disebut E apparent (Ef). E apparent akan lebih kecil dari pada yang
seharusnya karena lendutan total tentu lebih besar dari pada lendutan akibat momen
lentur.

𝑃 𝐿3
𝐸𝑓 =
4 ∆𝑡 𝐼

dengan Ef = E apparent, P = baban yang diberikan, L = panjang bentang, dan I =


momen inersia. [5]
2.3. Alat dan Bahan
2.3.1 Alat

1) Alat Pengujian Tarik

Gambar 2.1 Alat Pengujian Tarik

(Sumber : Lab Bahan Konstruksi Teknik Sipil UII)

2) Shimadzu UHM-30 Universal Testing Machine

Gambar 2.2 Shimadzu UHM-30 Universal Testing Machine

(Sumber : Lab Bahan Konstruksi Teknik Sipil UII)


3) Jangka

Gambar 2.3 Jangka

(Sumber: Lab Bahan Kontruksi Teknik Sipil UII)

4) Strainometer

Gambar 2.4 Strainometer

(Sumber: Lab Bahan Kontruksi Teknik Sipil UII)


2.3.2 Bahan

1) Spesimen Uji

Gambar 2.5 Spesimen Uji

(Sumber : Lab Bahan Konstruksi Teknik Sipil UII)


2.4. Langkah Percobaan
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam praktikum ini adalah :

1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Mengukur dimensi benda uji dengan penggaris dan jangka sorong.

3. Membuat tanda/titik menggunakan spidol atau tip-x pada benda uji


tepat di tengah-tengah benda uji

4. Menyiapkan mesin uji lentur yang akan digunakan.

5. Mengatur beban tertinggi yang diberikan dan mencatat nilai atau


hasilnya.

6. Mencatat skala beban pada mesin uji lentur.

7. Mencatat skala kelenturan benda pada mesin uji lentur.

8. Setelah selesai, ukur kembali spesimen yang telah diuji.

9. Mencatat hasil pengujian.

10. Membereskan dan membersihkan lingkungan kerja


2.5. Analisis dan Pembahasan
2.5.1 Analisis

1. Data Material
a) Jenis benda uji :
b) Panjang total benda uji : 43 cm
c) Panjang sisi sampel :
d) Jarak tumpuan : 13 cm

2. Tabel Pengujian

Lendutan dial
No Beban (KgF)
(…. x 10-2 mm)

1. 0 0

2. 25 30

3. 50 70

4. 75 600

5. 100 1520

6. 112.5 2100

7. 125 3025

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

Anda mungkin juga menyukai