Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA

MODULUS PUNTIR ( M1 )

Disusun oleh :

M. Habil Mubarok 2310313037


Ibnu Sabililhaq Harahap 2310313038
Naufal Abdurrahim 2310313039

Kelas :B
Dosen : Tatik Juwariyah, S.Si, M.Sc

LABORATORIUM FISIKA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN VETERAN JAKARTA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara teoritis, modulus puntir dapat diartikan sebagai hubungan besaran tarik
dan regangan tarik. Atau lebih jelasnya adalah perbandingan antara tegangan geser dan
regangan geser. Modulus puntir sangat penting peranannya dalam ilmu fisika, dengan
begitu diharapkan kemudian kita dapat mempelajari dan menggunakannya untuk
menentukan suatu nilai keelastisan dari sebuah benda/objek studi.

Prinsip-prinsip tersebut telah dirumuskan secara sistematik dan percobaan ini


dilakukan untuk mengimplementasikan kembali rumusan/teori yang telah ada dalam
kasus yang sederhana agar praktikan lebih mudah memahami rumusan atau teori
tersebut.

Pada kasus elastisitas, berdasarkan pengandaian yang dilakukan dimana


tegangan adalah perbandingan lurus dengan regangan dan yang belakangan ini berubah
pula secara linier dari sumbu pusat puntiran, maka tegangan akan berubah pula secara
linier dari sumbu pusat batang melingkar. Tegangan tersebut yang disebabkan oleh
penyimpangan yang disebutdalam pengandaian di atas adalah tegangan geser yang
terletak pada bidang yang sejajar dengan irisan yang diambil tegak lurus terhadap
batang.

Didalam kehidupan kita sehari-hari banyak sekali peristiwa yang sering kita
jumpai mengenai konsep modulus puntir ini, namun hal tersebut tidak kita sadari.
Contohnya seperti komedi putar, sepatu roda, bola atau silinder berputar ketika
menggelinding.

Meskipun kita sering menjumpai peristiwa tersebut, akan tetapi kita tidak tahu
beberapa banyaknya modulus puntir atau modulus gesek dari benda-benda yang
bergerak atau berputar tersebut.

1.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari praktikum percobaan ini adalah sebagai berikut.

1. Memberikan penjelasan secara sistematika mengenai tata cara pengambilan data


pada praktikum percobaan modulus puntir.
2. Memaparkan analisa data mengenai percobaan dengan pengaplikasian beberapa
jenis rumus yang diduga terkait dengan penentuan harga dan grafik modulus
puntir.
3. Menjabarkan mengenai definisi dan aplikasi dari elastisitas dan plastisitas pada
kegiatan sehari-hari terkait hubungannya dengan modulus elsatisitas secara lebih
spesifik.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Modulus Puntir

Modulus puntir disebut juga dengan modulus geser, dan hanya terjadi pada zat padat.
Puntran adalah suatu perlakuan material yang diberikan torsi yang tegak lurus terhadap
diameter material tersebut pada kedua ujungnya secara berlawanan.
Salah satu hal yang berpengaruh pada percobaan ini adalah gravitasi, karena sangat
berkaitan dengan berat (massa), lalu hukum yang menyatakan gaya tarik benda atau gaya
tarik menarik benda berbanding lurus dengan dua massa tersebut serta berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak antara pusat dengan kedua benda tersebut.

Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi modulus puntir (modulus geser).
• Panjang benda
• Jari-jari benda
• Sudut puntir pada suatu benda
• Momen gaya pada benda

Secara umum puntiran terjadi apabila balok atau kolom mengalami perputaran terhadap
sumbunya. Perputaran tersebut dapat diakibatkan oleh beban dengan titik kerja yang tidak
terletak pada sumbu simetri. Bila balok mengalami puntiran, maka lapisan pada
penampang balok cenderung bergeser satu dengan yang lain. Karena kohesi maka bahan
akan melawan pergeseran tersebut sehingga timbullah tegangan geser puntir pada balok.

Bila sebatang logam peja dengan panjang L, dan jari-jari R, salah satu ujungnya
dijepit dan ujung yang lain dipuntir dengan gaya F, maka akan terjadi simpangan atau
pergeseran sebesar a0.

gambar 2.1 alat percobaan


salah satu ujung batang dijepit keras di T, sedangkan ujung lainnya dibiarkan bebas
berputar dan dipasangi erat roda P. jika roda dengan pertolongan katrol diberi beban maka
roda itu akan menghasilkan momen M terhadap batang. Dengan jarum penunjuk yang
melekat pada batang. Maka modulus Puntiran dapat dihitung dari:

Rumus

2𝑀𝐿
𝐺=
𝜋𝜃𝑅4
Atau
360. 𝑔. 𝑟. 𝐿. 𝑚
𝐺=
𝜋2𝑅4𝛼

Dimana:

G = Modulus puntir (modulus geser)


M = Momen yang bekerja pada batang
L = panjang batang yang dipuntir
O = sudut putaran dalam radial
R = jari-jari batang yang dipuntir (beban)
g = percepatan gravitasi
r = jari-jari roda P
m = massa beban
𝜃 = sudut puntiran dalam derajat

Dalam pembahasan sebelumnya, benda yang mendapatkan gaya diidealkan


sebagai benda tegar, tidak mengalami perubahan bentuk bila mendapat gaya. Apabila
benda mengalami perubahan bentuk saat mendapatkan gaya. Pada bagian ini akan
dibahas tentang hubungan perubahan bentuk tersebut dengan gaya yang
menyebabkann
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

Gambar 1. Mikrometer sekrup Gambar 2. Mistar

Gambar 3. Jangka Sorong Gambar 4. Neraca Ohauss


Gambar 5. Batang batang Q (silinder)

Gambar 6. Roda pemutar, katrol, dan tali P

Gambar 7. Jarum penunjuk dengan pembagian


skala sudut S dan penjepit batang T

3.2 Tata Pelaksanaan Kerja

1. Timbang Massa dari setiap beban logam dengan menggunakan neraca ohauss.
2. Hitung diameter batang silindris pada roda katrol sebanyak lima kali di area bebas
menggunakan mikrometer sekrup.
3. Hitung diameter roda katrol yang akan digunakkan sebagai pemuntir sebanyak 5 kali di
area bebas menggunakan jangka sorong.
4. Pasang batang yang akan dipuntir bersama beban di kawat pada roda katrol.
5. Diambil harga L sesuai ketentuan yang tertera yaitu 10 cm, 20 cm, dan 30 cm.
6. Berikan beban secara berturut-turut dan amati kedudukan sudut puntiran sesuai dengan
jarum penunjuk.
7. Beban dikurangi satu persatu dengan mengamati kedudukan jarum penunjuk.
8. Ulangi proses diatas sesuai ketentuan L yang tertera.

9. Catat dan hitung rata-rata penambahan dan pengurangan dari sudut puntiran pada kertas
laporan praktikum.
3.3 Metode Analisa Data

a. Waktu : Jum’at, 10 November 2023


b. Tempat : Laboratorium Fisika UPNVJ Limo
c. Variabel percobaan:
▪ Variabel Tetap : Benda ukur
▪ Variabel terikat : Hasil pengukuran
d. Metode Penelitian :
Metode analisa yang digunakan adalah metode pengukuran langsung dan
berulang. Suatu batang dipuntir dan diamati berdasarkan prosedur percobaan serta
petunjuk dan bimbingan dari para asisten. Percobaan dilakukan sebanyak lima kali
dengan masa yang berbeda-beda, kemudian data hasil percobaan dituliskan ke dalam
table yang telah disediakan untuk dilakukan pengolahan data.
BAB IV
HASIL

Berdasarkan percobaan dan pengamatan yang telah kelompok kami lakukan, maka diperoleh
hasil sebagai berikut:

Pembacaan Sudut Puntiran (𝑎)


Jumlah Beban Batang Hitam/Kuning
(gram) L₁ = 10 cm L₂ = 20 cm L₃ = 30 cm
𝑎+ 𝑎 − 𝑎
̅ 𝑎 + 𝑎− 𝑎
̅ 𝑎 + 𝑎− 𝑎
̅
0
M₁ 4° 4° 4° 2° 3° 2,5° 1° 1° 1°
M₁+M₂ 8° 7° 7,5° 5° 5° 5° 3° 3° 3°
M₁+M₂+M₃ 10° 10° 10° 7° 8° 7,5° 5° 5° 5°
M₁+M₂+M₃+M₄ 13° 14° 13,5° 9° 10° 9,5° 6° 6° 6°
M₁+M₂+M₃+M₄+M₅ 17° 17° 17° 12° 12° 12° 8° 8° 8°

NO Diameter (cm)
Batang Hitam/Kuning Roda
1 4,46 mm 100,35 mm
2 4,46 mm 100,35 mm
3 4,46 mm 100,35 mm
4 4,46 mm 100,35 mm
5 4,46 mm 100,35 mm
Rata-Rata 4,46 mm 100,35 mm

NO MAS SA( g )

1 502.5

2 502,3

3 490,9

4 497,3

5 488,7
BAB V
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil dari data yang telah disampaikan sebelumnya, maka dapat terbentuk
grafik antara 𝛼 dan m untuk tiap harga dari masing-masing nilai L dengan syarat yang telah
ditentukan yaitu ketika harga 𝛼 = 0 jika m = 0.
18 17

16
13.5
14
12
12
10 9.5
10
7.5 7.5 8
8
6
6 5 5
4
4 2.5 3

2 1
0
0
0 502.5 502.3 490.9 497.3 488.7

10 cm 20 cm 30 cm

502,5 502,3 490,9 497,3 488,7


10 cm 4 7.5 10 13.5 17
20 cm 2.5 5 7.5 9.5 12
30 cm 1 3 5 6 8

Pada percobaan yang dilakukan, kami mendapatkan hubungan antara 𝛼 dan m


untuk tiap-tiap harga L tertulis konstan (selalu naik tiap point) dan besar sudut puntiran
dipengaruhi oleh massa beban logam dan panjang puntiran batang logam. Dari percobaan
berikut dapat juga kita ketahui bahwa semakin panjang batang yang dipuntir dan semakin
besar beban yang digantungkan akan semakin besar pula sudut puntirannya.
Berdasarkan tabel grafik diatas, maka berikut adalah hasil-hasil yang didapat :
Keliling Roda

No Keliling (K) (mm) (K)²


1 2𝜋𝑟 = 2 × 3,14 × 50,175= 315,099 99.287,37
2 2𝜋𝑟 = 2 × 3,14 × 50,175 = 315,099 99.287,37
3 2𝜋𝑟 = 2 × 3,14 × 50,175 = 315,099 99.287,37
4 2𝜋𝑟 = 2 × 3,14 × 50,175 = 315,099 99.287,37
5 2𝜋𝑟 = 2 × 3,14 × 50,175 = 315,099 99.287,37
Σ 1575,5 496.436,85
Diameter Roda

No Diameter (D) mm Jari-jari (r) mm (r)²


1 100,35 mm 50,175 mm 2.517,53 mm
2 100,35 mm 50,175 mm 2.517,53 mm
3 100,35 mm 50,175 mm 2.517,53 mm
4 100,35 mm 50,175 mm 2.517,53 mm
5 100,35 mm 50,175 mm 2.517,53 mm
Σ 501,75 mm 250,875 mm 12.587,65 mm

Berdasarkan data hasil keliling pada tabel keliling roda, maka dapat ditemukan rata-rata
keliling tersebut melalui perhitungan sebagai berikut:
1575,5
Rata-rata keliling = ∑ 𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 = = 315,099 mm
5

Maka didapat jari-jari berdasarkan hasil keliling yang telah dihitung sebelumnya yaitu :
Rata−rata keliling 315,099
r= = = 50,175 mm
2π 2×3,14

Kemudian dilanjutkan dengan menghitung R dari batang hitam/kuning dan ∆𝑅

No Diameter (D) (mm) D²


1 100.35 mm 10070.12 mm
2 100.35 mm 10070.12 mm
3 100.35 mm 10070.12 mm
4 100.35 mm 10070.12 mm
5 100.35 mm 10070.12 mm
Σ 501,75 mm 50350.6 mm

Maka didapatkan rata-rata dari nilai diameter yaitu :


501,75
D = Σ𝐷 = = 100,35 mm
𝑛 5

1
r = 1𝐷 = 111 = 50,175 𝑚𝑚
2 2
BAB VI
KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah kita lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Modulus puntir atau geser adalah bilangan yang menggambarkan perubahan benda
elastis, atau suatu konstanta yang menyatakan bahwa besarnya gaya yang dibutuhkan
untuk memuntir suatu bahan per satuan luar tiap satu derajat. Pada percobaan ini terlihat
pada saat batang ditambahkan dengan beban. Maka logam akan memuntir dan pada saat
beban dikurangi maka batang tidak akan langsung kembali ke posisi awal. Karena
batang tersebut mempunyai daya elastisitas sehingga saat dibebani partikel- partikel
pada batang tersebut akan bertambah.
2. Puntiran diteruskan ke arah memanjang, maksudnya adalah bahwa sepanjang batang
akan mengalami puntiran. Hal ini disebabkan karena setiap batang memiliki daya
elastisitasnya masing-masing. Semakin mendekati beban maka daya puntiran batang
akan semakin besar. Hal ini ditandai dengan simpangan pada busur derajat akan
semakin besar bila mendekati beban.
3. Gambar yang menunjukkan adanya grafik merupakan hubungan antara besar
simpangan dengan massa beban yang ditambahkan. Dari grafik dapat terlihat bahwa
semakin banyak beban yang akan ditambahkan maka simpangan pada busur pun akan
semakin besar. Hal ini terjadi karena adanya daya elastisitas pada batang logam. Semua
logam memiliki daya elastisitasnya masing-masing. Daya elastisitas setiap logam
berbeda-beda, apabila beban terus ditambahkan maka grafik akan mendekati elastisitas
batang yang dapat didefinisikan batas. Dimana suatu batang logam telah mencapai daya
elastisitasnya dengan maksimum. Setelah ditambahkan beban kembali maka batang
akan mencapai titik patah yang menyebabkan batang logam akan patah.
4. Percobaan ini bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai sistematika dan tata
cara pengambilan data pada praktikum percobaan modulus puntir dan menganalisa data
percobaan pada praktikum percobaan modulus puntir dan menganalisa data percobaan
dengan mengaplikasikan beberapa jenis rumus yang terkait dengan penentuan harga
dan grafik modulus puntir.
DAFTAR PUSTAKA

Juwariyah, Tatik. (2019). Buku Panduan Praktikum Fisika. Jakarta: Laboratorium Fisika
Fakultas Teknik UPN "Veteran" Jakarta.

Abdullah, Mikrajuddin. (2016). Fisika Dasar I. Bandung : Intitut Teknologi Bandung


Asdak, C. (2018). Hidrologi dan Pengolahan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
Asraf, Ahmedi. (2021). Fisika Dasar untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Bumi Aksara.
Halliday, Resnick. (1990). Fisika 1 (Terjemahan Pantur Silaban). Penerbit Erlangga
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai