Anda di halaman 1dari 2

Iman itu Diuji, tapi Tidak Bisa Ditindas

Dahulu ada seorang raja yang sangat khawatir dengan kekuasaannya. Lebih lebih kepada seorang
pemuda multi talenta yang awalnya akan dikader sebagai sekutunya dengan dididik sebagai ahli
sihir..

Maka mulailah pemuda tadi belajar ke ahli sihir istana. Tetapi perjalanan kesana harus melewati
rumah seorang ulama/pendeta.

Alih alih belajar sihir kepada ahli sihir istana, pemuda ini justru belajar ngaji dengan rajin kepada
ulama/pendeta sampai akhirnya dengan izin Allah pemuda tadi bisa menyembuhkan berbagai
penyakit dan kemampuan lainnya. Tetapi dengan kondisi beda keyakinan dimana pemuda menjadi
pengikut ulama dengan beriman dan menyembah Allah, tidak sebagaimana harapan raja agar
menjadi ahli sihir dan menuhankan dirinya.

Raja marah pastinya dan memerintahkan agar pemuda radikal tersebut segera dibunuh.

Tetapi berbagai upaya untuk membunuh pemuda selalu gagal, dari mulai mau dijatuhkan dari tebing
yang tinggi sampai dibuang ketengah laut pemuda itu selalu selamat.

Sampai akhirnya pemuda tadi mengatakan kepada raja:

“Engkau tidak bisa membunuhku sampai engkau memenuhi syaratku.”

Raja pun bertanya, “Apa syaratnya?”

Pemuda tersebut berkata, “Kumpulkanlah rakyatmu di suatu bukit. Lalu saliblah aku di atas sebuah
pelepah. Kemudian ambillah anak panah dari tempat panahku, lalu ucapkanlah, “Bismillah robbil
ghulam, artinya: dengan menyebut nama Allah Tuhan dari pemuda ini.” Lalu panahlah aku karena
jika engkau melakukan seperti itu, pasti akan membunuhku.”

Apa yang terjadi selanjutnya adalah si raja mengikuti apa yang dikatakan sang pemuda, sehingga
pemuda tersebut mati terkena anak panahnya. Syahid menemui Allah, Tuhannya..

Tetapi matinya pemuda beriman ini bukan membuat  rakyat takut tetapi justru malah menjadi
berani menampakkan keimanannya..

Maka berbondong bondong mereka mengucapkan: SAYA BERIMAN KEPADA RABBI GHULAM..

Sampai mereka rela dimasukkan kedalam parit api yang menyala nyala, demi mempertahankan
keimanannya kepada Allah.
Itulah kisah Ashabul Ukhdud, yang diabadikan dalam surat al Buruj.

Pelajarannya:

Seringkali iman itu kalau ditekan dan ditindas  bukan mengkerut tapi malah membesar bahkan
meledak kemana mana. Seperti menepuk air didulang yang nyiprat kemana mana termasuk ke
mukanya sendiri.

Iman itu selalu membutuhkan ujian, untuk mengetahui kadar keimanannya, emas atau loyang.

Allah berfirman dalam surat al Ankabut, 2:

‫ب ال َّناسُ اَنْ ُّي ْت َر ُك ْٓوا اَنْ َّيقُ ْولُ ْٓوا ٰا َم َّنا َو ُه ْم اَل ُي ْف َت ُن ْو َن‬
َ ِ‫اَ َحس‬

"Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, 'Kami telah
beriman,' dan mereka tidak diuji?"

Tafsir ringkas kemenag menyebutkan:

Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan begitu saja pada setiap waktu, tempat dan
situasi hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji dengan hal-hal yang
dapat membuktikan hakikat keimanan mereka, yaitu dalam bentuk cobaan-cobaan dan tugas-tugas
keagamaan? Tidak, bahkan mereka harus diuji dengan hal-hal seperti itu. Dan apakah mereka
menduga demikian, padahal sungguh, Kami bersumpah bahwa Kami telah menguji orang-orang
sebelum mereka, yaitu sebelum umat Nabi Muhammad, dengan tugas-tugas keagamaan dan
bermacam nikmat dan cobaan, agar tampak perbedaan antara orang-orang yang benar-benar
beriman dan berdusta sesuai dengan apa yang diketahuinya berdasarkan ilmu-Nya yang azali. Maka
sesungguhnya Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dalam keimanannya dan pasti
mengetahui orang-orang yang dusta.

Wallahua'lam bi shawab...

(Gaf)

Anda mungkin juga menyukai