Anda di halaman 1dari 3

Urgensi memiliki Akidah yang benar

Oleh: Muhammad Ichsan,BA., M.Pd.

Ilmu akidah merupakan salah satu cabang ilmu yang hukumnya fardhu ain 1, oleh
karenanya setiap mukmin haruslah memiliki skala prioritas didalam mempelajari
agama-nya, dan diantara ilmu yang mesti diprioritaskan adalah ilmu akidah dan juga
ilmu tentang tauhid.
Akidah memiliki sedikit perbedaan dengan tauhid, adapun tauhid, maka objeknya
hanyalah Allah lsaja; yaitu mengesakan Allah l didalam Rububiyyah-Nya,
Uluhiyyah-Nya, dan juga Asma’ wa Sifat-Nya. Adapun ilmu akidah maka objeknya
lebih luas dan umum, meliputi segala bentuk keyakinan didalam agama; seperti
meyakini kenikmatan surga, adzab,neraka, adzab kubur, keyakinan alqur’an adalah
kalam Allah, kafir atau tidaknya seseorang jika terjatuh pada dosa besar,dan
keyakinan-keyakinan lainnya yang berkaitan dengan agama.
Akidah yang lurus dan benar merupakan hal yang sangat penting bagi siapa saja yang
mengaku beriman kepada Allah dan rasul-Nya. Diantara bukti akan hal ini adalah bahwa
risalah nabi kita nabi Muhammad y , yaitu berdakwah di kota mekah selama 13 tahun hanya
untuk memperbaiki akidah kaum muslimin; agar mereka memurnikan ibadah hanya kepada
Allah, dan juga mensucikan jiwa dari segala bentuk cabang kesyirikan.
Disamping itu, nabi kita y sangat memperhatikan kebenaran akidah umat-nya, beliau y
bersabda:
""‫من كان آخر كالمه الإله إال هللا دخل الجنة‬
”Barangsiapa yang ucapan terakhirnya adalah laa ilaha illallah, maka dia pasti masuk surga”
(HR. Abu Daud, No:3116).
Dan akidah yang benar juga merupakan syarat diterimanya sebuah amal, sehingga tidak
heran tatkala nabi y mengutus muadz bin jabal z ke negeri yaman, beliau mengarahkan
muadz untuk membenarkan akidah masyarakat terlebih dahulu sebelum yang lainnya. Dan
apabila akidahnya sudah benar, maka barulah dilanjutkan untuk memotivasi didalam
beramal sholeh.
Beliau y bersabda:
‫ فإن هم أطاعوك بذلك فأخبرهم أن هللا‬،‫فإذا جئتهم فادعهم الى أن يشهدوا أالإله إالهللا وأن محمدا رسول هللا‬،‫إنك تأتي قوما أهل كتاب‬
‫عز وجل فرض عليهم خمس صلوات في يوم و ليلة‬
“Wahai muadz, sungguh engkau akan bertemu dengan sekelompok dari ahli kitab, maka
jadikanlah yang pertama kali engkau ajak adalah agar mereka bersaksi bahwa Allah
merupakan satu-satunya sesembahan dan aku adalah utusan Allah, jika mereka manaatinya,
maka kabarkanlah kepada mereka bahwa Allah k mewajibkan atas mereka shalat lima waktu
dalam sehari semalam”.2

1
Wajib untuk dipelajari oleh masing-masing individu
2
HR. An-Nasa’i, No.2434
Selain akidah yang benar memang dibutuhkan agar kita dapat selamat didunia, akidah yang
benar juga dibutuhkan supaya kita pun bisa selamat di akhirat. Sebab pertanyaan-
pertanyaan di alam kubur kelak sangat berkaitan erat dengan akidah yang benar, dan
pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak akan bisa dijawab sebatas hanya mengandalkan
hafalan saja.
Pertanyaan tentang siapa Rabb3 kita?, apa agama kita?, dan siapa nabi kita?, pertanyaan-
pertanyaan semacam ini barulah bisa dijawab apabila Seorang sudah memiliki akidah yang
benar.
Mempelajari Akidah yang benar juga memiliki manfaat lainnya, antara lain adalah bahwa
dengan mempelajari akidah yang benar, berarti kita dapat semakin mengagungkan Allah
k,,Rabb yang telah menciptakan kita ,mengatur jagat raya, dan juga yang telah memberikan
rizki kepada kita.
Marilah kita renungkan firman Allah k ini:
‫فسبح باسم ربك العظيم‬
“Maka bertasbihlah dengan menyebut nama Rabb-mu yang Maha Agung” [QS. Al-
Waqi’ah:74]
Atau pada ayat yang lainnya disebutkan:
‫إنه كان اليؤمن باهلل العظيم‬
“Sesungguhnya dahulu (orang-orang Kafir) dia tidak mau beriman kepada Allah yang maha
Agung” [QS. Al-Haqqah:33].
Dan juga Firman Allah yang lain di surat al-Hadid:
‫ذلك فضل هللا يؤتيه من يشاء وهللا ذوالفضل العظيم‬
“Itulah karunia Allah yang Allah berikan kepada siapa saja yang Ia kehendaki, Dan Allah
memiliki Anugerah dan karunia yang besar”. [QS. Al-Hadid:21]
Maka dari ketiga ayat disini, dapat kita renungkan bahwa Allah k telah mensifati diri-Nya
dengan keagungan, dan Allah senang apabila kita selaku hamba-nya mengagungkan Dzat
Allah, maka tanpa dilandasi akidah yang benar, bagaimana bisa seorang hamba
mengagungkan Allah kdengan sebenar-benarnya pengagungan dan penghambaan?.

Maka tanyakanlah pada diri kita ini, bahwa Sudahkah kita melaksanakan ketaatan kepada
Allah k dengan perasaan pengagungan kepada-Nya? Disertai rasa Takut akan adzab-Nya dan
mengharap kebaikan yang ada di sisi-Nya? Ataukah ketaatan yang kita lakukan hanyalah
sebuah kebiasaan yang kita lakukan berulang-ulang setiap hari tanpa disertai pengagungan
kepada Allahsama sekali?

Ketika kita bermaksiat kepada Allah k ,tanyakan pada diri apakah kita merasa seakan-akan
ada gunung yang berada di atas kita yang hampir menimpa kita ataukah kita memandang
kemaksiatan tersebut adalah ringan seperti lalat yang hinggap di hidung kita lalu dapat
disingkirkan dengan mudah?
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud z:
3
Pencipta, pemilik, dan pengatur alam semesta
‫فأشار‬- ‫ و إن الفاجر يرى ذنوبه كذباب مر عاى أنفه فقال به هكذا‬،‫ يخاف أن يقع عليه‬، ‫إن المؤمن يرى ذنوبه كأنه قاعد تحت جبل‬
-‫بيده فوق أنفه‬
Sesungguhnya seorang mukmin memandang dosa-dosanya seakan merasa sedang berada
dibawah gunung, ia pun takut apabila gunung tersebut jatuh menimpanya, Adapun orang
yang fajir memandang dosa seakan melihat lalat yang hinggap dihidungnya, maka dia
berkata seperti ini (dengan sekali kibas dia bisa mengusirnya) dan meriwayatkan dengan
tangannya (yang diletakkan) di atas hidungnya. [HR. Al-Bukhari, no. 5949]

Apabila kita tanyakan pertanyaan-pertanyaan ini pada diri kita, kita pasti akan mengetahui,
“Sudahkah kita mengagungkan Rabb kita atau belum?”

Sungguh pada generasi terbaik, generasi para salafus shalih adalah orang-orang yang sangat
tinggi pengagungannya kepada Allah k, dan hal tersebut merupakan buah dari akidah
mereka yang benar, sehingga mereka pun meninggikan Allah k, bersemangat didalam
menjalankan ketaatan kepada Allah k, dan juga berusaha sekuat mungkin didalam menjauhi
maksiat.
Dan apabila kita membaca buku-buku sejarah islam, maka akan kita dapati bahwa para
ulama dahulu sangat bersungguh-sungguh didalam menjaga kebenaran akidah ini, diantara
contoh yang sangat masyhur terkait hal ini adalah kisah imam ahmad bin hambal t, dimana
beliau hidup di zaman khalifah makmun yang berfaham mu’tazilah, beliau memaksa para
ulama yang hidup dizamannya untuk berakidah bahwa alqur’an adalah makhluk.
Maka pada zaman tersebut banyak diantara ulama yang melakukan tauriyyah4 agar tidak
mendapatkan siksaan dari khalifah makmun, namun imam ahmad adalah ulama yang tetap
berpegang teguh terhadap akidahnya, beliau rela disiksa daripada harus mengatakan bahwa
alquran adalah makhluk.
Oleh karenanya para ulama memuji imam ahmad t dengan perkataan:
."‫ و بإمام أحمد في يوم المهنة‬، ‫"هللا يثبت المسلمين بأبي بكر في يوم لبردة‬
“Allah menguatkan kaum muslimin dengan Abu bakr di yaumu riddah5, dan menguatkan
kaum muslimin dengan imam ahmad di yaumul mihnah6”.
Semoga Allah k senantiasa mengokohkan iman kita dan mewafatkan kita semua diatas
akidah yang benar.

4
Suatu kalimat yang menyelisihi hakikat, dan diucapkan bukan untuk berbohong, namun diucapkan demi
mengecoh sang pendengar karena sebab udzur syar’i.
5
Hari-hari setelah wafatnya rasulullah y, banyak dari kaum muslimin yang murtad.
6
Hari-hari dimana para ulama banyak dibunuh dan dipaksa untuk mengatakan bahwa alqur’an adalah
makhluk, dan ini terjadi di saat pemerintahan khalifah makmun

Anda mungkin juga menyukai