Kejujuran adalah tanda bukti keimanan. Orang mukmin pasti jujur. Jika tidak
jujur berarti keimanannya sedang di serang penyakit munafikin. Sebagimana
kita ketahui, munafikin itu orang bermuka dua, diluar berkata iya, didalam
berkata tidak.
Suatu hari salah satu sahabat Rasul bertanya padanya; “Apakah mungkin orang
itu pelit?”. Dan Rasul menjawab; “ Mungkin saja”. Sahabat Rasul bertanya lagi :
“ Apakah mungkin orang mukmin pengecut?” Rasul menjawab lagi; “ Mungkin
saja”. Tapi ketika sahabat Rasul bertanya ;” Apakah mungkin seorang mukmin
berbohong?” Dan Rasul menjawab ; “tidak “ (HR Imam Malik dalam kitab Al-
muwatta’)
Apa yang bisa pelajari dari hadist tersebut? Hadits tersebut mengajarkan kita
untuk berkata jujur, karena orang mukmin tidak mungkin berbohong, karena
kejujuran adalah semua pangkal perbuatan baik manusia. Tidak ada perbuatan
dan ucapan kecuali kejujuran. Oleh sebab itu Allah menyuruh orang-orang
mukmin agar selalu berkata benar dan berlaku jujur.
Urgensi sifat jujur ini bahkan telah dicontohkan oleh Rasul dan Nabi Allah
SWT. Para Rasul dan Nabi merupakan sosok yang siddiq yang artinya jujur atau
benar. Kenapa sih, kita harus berkata jujur?
Allah SWT dalam Alquran Surat Al Ahzab ayat 70 berfirman,
ﯾَﺎ أَﯾﱡ َﮭﺎ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ آ َ َﻣﻨُﻮا اﺗﱠﻘُﻮا ﱠ
َ �َ َوﻗُﻮﻟُﻮا ﻗَ ْﻮ ًﻻ
ﺳﺪِﯾﺪًا
Yaa ayyuhal ladziina aamanut taqullooha waquuluu
koulang syadiidaa.
Ya, orang yang berkata jujur tentu batinnya akan tenang sebab ia mengatakan
yang sebenarnya dan tidak cemas untuk menutupi kebohongannya.
Teman- teman ku yang diridai Allah SWT, kebohongan itu tidak akan
menyelesaikan masalah dan tidak dapat dilakukan sendirian. Sekali seseorang
itu berbohong maka rasa cemas, gelisah, dan resah akan merasukinya. Lantas
mengapa berbohong tidak dapat dilakukan sendirian?
Jawabannya adalah karena berbohong selalu membutuhkan orang lain dan
membutuhkan kebohongan-kebohongan lainnya. Naudzubillah min dzalik.