Anda di halaman 1dari 6

Nama : NUR MILLAH

NIM : 1708101018
Kelas : PAI-A (4)
MK : Bimbingan Praktek Ibadah
Judul Ceramah : Mencetak Generasi Muslim Berkarakter

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh….


‫ضلّ لَه ُ َو َم ْن‬ ِ ‫ت أ َ ْع َما ِلنَا َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم‬ َ ‫ش ُر ْو ِر أ َ ْنفُ ِسنَا َو‬
ِ ‫سيّئ َا‬ ِ ‫إِ ّن ْال َح ْمدَ ِهللِ نَ ْح َمدُهُ َونَ ْست َ ِعيْنُه ُ َونَ ْست َ ْغ ِف ُرهُ َونَعُ ْوذ ُ بِا‬
ُ ‫هلل ِم ْن‬
‫على آ ِل ِه‬ َ ‫صلّ َو َس ّل ْم َعلى سيدنا ُم َح ّم ٍد َو‬ ُ ‫ِي لَهُ أ َ ْش َهد ُ أ َ ْن الَ ِإلهَ ِإالّ هللاُ َوأ َ ْش َهد ُ أ َ ّن ُم َح ّمدًا َع ْبدُهُ َو َر‬
َ ‫س ْولُهُ اَلل ُه ّم‬ َ ‫ض ِل ْل فَالَ هَاد‬ ْ ُ‫ي‬
،ُ ‫ أ َ ّما َب ْعد‬.‫ان ِإلَى َي ْو ِم الدّيْن‬ ْ َ ‫وأ‬
ٍ ‫ص َحا ِب ِه َو َم ْن ت َ ِب َع ُه ْم ِبإِحْ َس‬
َ‫ يَاأَيّ َها الّذَيْنَ آ َمنُ ْوا اتّقُوا هللاَ َح ّق تُقَاتِ ِه َوالَ ت َ ُم ْوت ُ ّن إِالّ َوأ َ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُم ْون‬: ‫ قال هللا تعالى‬،‫فيا أيها الناس اتقوا هللا ما استطعتم‬

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah memberikan
kepada kita semua nikmat sehat serta nikmat iman sehingga kita dapat berkumpul di
tempat yang insya Allah mulia ini.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita NAbi Agung
Muhamamd SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman ilmiah
yang terang benderang seperti sekarang ini. Juga kepada keluarganya, sahabatnya, serta
para pengikutnya dan sampailah kepada kita selaku umatnya. Aamiin.

Hadirin yang dirahmati Allah Swt.


Anak bagi seorang manusia adalah sebuah dambaan. Betapa gembiranya orang tua yang
baru saja mendapatkan karunia seorang anak. Sebaliknya, jika pasangan suami isteri
tidak segera mendapatkan karunia anak, mereka akan senantiasa diliputi resah dan
gelisah. Ini semua menguatkan keyakinan kita, bahwa anak adalah sebuah karunia besar
dari Allah kepada umat manusia.
Dalam menghadapi karunia, kewajiban kita sebagai seorang muslim dan mukmin adalah
senantiasa bersyukur atas nikmat tersebut. Syukur yang dilakukan oleh seorang hamba
akan melipatgandakan kenikmatan yang diperolehnya. Sebaliknya apabila seseorang
tidak bisa bersyukur di kala mendapatkan nikmat, kenikmatan itu bisa menjadi adzab
yang pedih, sebagaimana firman Allah.

1
‫لَئِ ْن َشك َْرت ُ ْم ََل َ ِزيدَنَّ ُك ْم َولَئِ ْن َكف َْرت ُ ْم إِ َّن َعذَابِي لَ َشدِيد‬
Sungguh jika kalian bersyukur, niscaya akan Aku tambah (nikmat) bagi kalian. Dan
jika kalian kufur (tidak bersyukur) sesungguhnya adzabKu benar-benar pedih (QS
Ibrahim:7)
Kelahiran seorang anak, selain sebagai nikmat juga merupakan amanah dan ujian dari
Allah. Setiap orang tua yang diberi karunia anak, berarti ia mendapatkan amanat untuk
mempertahankan benih-benih keimanan yang telah ada di dalam dirinya, yang bernama
fitrah, sehingga ketika si anak menjadi dewasa ia memiliki jiwa yang beriman dan
bertaqwa.
Penjagaan fitrah ini merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab orang tua,
sebagaimana difirmankan oleh Allah.
ً ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا قُوا أَنفُ َس ُك ْم َوأ َ ْه ِلي ُك ْم نَارا‬
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api
neraka.” (Qs At-Tahrim: 6).
Perlu kita sadari bahwa tujuan pendidikan di dalam Islam bukan hanya transfer ilmu
dari guru kepada murid, dari orang tua kepada anak. Pendidikan hakekatnya adalah
transfer nilai, transfer kepribadian. Tujuannya ialah untuk membentuk pribadi yang
cinta Allah dan RasulNya, bersegerah melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan
RasulNya. Kecintaan kepada Allah dan Rasulullah saw itu akan mendorong seseorang
untuk senantiasa melakukan amaliah keseharian yang mencerminkan akhlak dan pribadi
yang mulia dan terpuji tersebut.
Oleh karena itu, wajib bagi setiap orang tua dan juga para pendidik untuk mencurahkan
segenap kemampuan yang dimilikinya untuk melaksanakan tugas pendidikan yang
benar dalam kaca mata Islam. Dan sekaligus menjauhkan generasi ini dari pendidikan
ala Barat yang hanya memprioritaskan masalah materi dan urusan duniawi semata.
Allah subhanahu wata’ala telah memberikan gambaran yang cukup jelas tentang
pendidikan Islam melalui lisan seorang ahli hikmah yang bernama Luqman. Wasiat-
wasiat luqman kepada puteranya sarat berisi falsafah dasar pendidikan Islam. Dan
wasiat-wasiat tersebut telah diabadikan di dalam al-Qur’an, tepatnya surat luqman ayat
12 hingga 19.
Pokok-pokoik pikiran pendidikan luqman dapat kita ringkaskan sebagai berikut;
1- Tauhid yang murni.

2
Hal ini tercermin di dalam wasiatnya;
‫ظ ْلم َع ِظيم‬
ُ َ‫اّلل إِ َّن ال ّش ِْر َك ل‬
ِ َّ ِ‫ي َال ت ُ ْش ِر ْك ب‬
َّ َ‫يَا بُن‬
Wahai anakku, janganlah kau menyekutukan Allah. Sesungguhnya syirik itu adalah
kedhaliman yang sangat besar (Luqman:13)
Tauhid dalam pendidikan Islam adalah asas, karena hak Allah adalah kewajiban
utama dan pertama bagi manusia. Tauhid adalah kunci kesuksesan hidup di dunia
dan akhirat. Tauhid ini pula lah yang akan mencetak hidup seseorang sehingga
terpola dengan akhlak karimah.
2- Akhlak Mulia
Akhlak mulia adalah cerminan dari tauhid dan keimanan seseorang. Rasulullah saw
bersabda;
‫أ َ ْك َم ُل ْال ُمؤْ ِمنِينَ إِي َمانًا أَحْ َسن ُ ُه ْم ُخلُقًا‬
Sesempurna sempurna iman seseorang adalah yang paling baik akhlaknya. (HR Abu
Dawud dan at-Tirmidzi)
Banyak sekali Luqman mewasiatkan akkhlak ini; yang terutama dan paling
ditekankan adalah agar seorang anak biasa berbakti kepada orang tuanya. Hal ini
tercermin di dalam firman Allah.
َ ِ‫اْل ْن َسانَ بِ َوا ِلدَ ْي ِه َح َملَتْهُ أ ُ ُّمهُ َو ْهنًا َعلَى َو ْه ٍن َوف‬
‫صالُهُ فِي َعا َمي ِْن أ َ ِن ا ْش ُك ْر ِلي َو ِل َوا ِلدَي َْك‬ ِ ْ ‫ص ْينَا‬
َّ ‫َو َو‬
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua
orang ibu bapakmu (QS Luqman:14)
Selain mengajarkan bakti kepada orang tua, pokok pengajaran akhlak ini
disampaikan oleh Luqman dalam bentuk sikap rendah hati dan tidak sombong.
Firman Allah;
ِ ‫اس َو َال ت َ ْم ِش فِي ْاَل َ ْر‬
‫ض َم َر ًحا‬ َ ُ ‫َو َال ت‬
ِ َّ‫ص ِعّ ْر َخد ََّك ِللن‬
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. (QS Luqman:18)
Selain sikap tawadlu’ ini, Luqman juga mengajarkan agar menjaga sopan santun
dalam berbicara, sebagaimana firman Allah
ِ ‫ص ْوتُ ْال َح ِم‬
‫ير‬ َ َ‫ت ل‬ ْ َ ‫ص ْوتِ َك إِ َّن أ َ ْنك ََر ْاَل‬
ِ ‫ص َوا‬ َ ‫ض ِم ْن‬ ُ ‫َوا ْغ‬
ْ ‫ض‬

3
Dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
(QS Luqman:19)
Melunakkan suara tentu bukan berarti berbicara dengan suara pelan yang tidak
terdengar oleh orang lain. Ayat ini bermakna agar kata-kata yang terucap bukanlah
kata-kata kasar yang tidak nyaman di telinga pendengar.
Memang, menjalankan ketaatan itu berat, namun itulah kewajiban yang harus ditaati
dengan penuh kesabaran. Dan sabar ini adalah akhlak mulia yang harus tertanam
kuat, dan juga diwasiatkan oleh Luqman.
َ َ ‫صبِ ْر َعلَى َما أ‬
‫صابَ َك‬ ْ ‫َوا‬
Dan bersabarlah terhadap apa-apa yang menimpamu (QS Luqman:17)
3- Disiplin beribadah
Pesan luqman kepada anaknya di antaranya adalah agar senantiasa menjaga shalat,
sebagaimana firman Allah;
َّ ‫ي أَقِ ِم ال‬
َ ‫ص َالة‬ َّ َ‫يَا بُن‬
Wahai ananda, tegakkanlah shalat… (QS Luqman:17)
Shalat adalah kewajiban pertama bagi setiap mukmin dan muslim dan Shalat adalah
standard keagamaan seseorang, jika shalatnya baik maka agamanya akan cendeurng
baik.
4- Komitmen pada kebenaran
Ini adalah satu sikap yang mendasari karakter keislaman seseorang. Sebagai wujud
komitmen keislaman seseorang adalah aktifitas amar ma’ruf dan nahi munkar,
sebagaimana diwasiatkan oleh Luqman ;
ِ ‫َوأْ ُم ْر ِب ْال َم ْع ُر‬
‫وف َوا ْن َه َع ِن ْال ُمنْك َِر‬

Dan perintahkanlah untuk berbuat ma’ruf (kebaikan) dan cegahlah perbuatan munkar
(kejahatan) (QS Luqman :17)
Hanya orang yang benar-benar memiliki komitmen pada kebenaran sajalah yang
sanggup melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar. Orang yang tidak memiliki
komitmen pada kebenaran, bagaimana ia akan melakukan amar ma’ruf jika dirinya
tidak memiliki sense untuk melakukannya. Dan juga bagaimana akan mencegah
kemunkaran jika dirinya selalu bergelimang dengan kemungkaran.

4
Apabila amar ma’ruf nahi munkar sudah menjadi tradisi masyarakat, maka
menunjukkan bahwa komitmen kepada kebenaran sudah benar-benar mengakar kuat.
Dan ini menjadi tanda kemajuan ummat ini, sebagaimana firman Allah.
ِ ‫اس ت َأ ْ ُم ُرونَ بِ ْال َم ْع ُر‬
‫وف َوت َ ْن َه ْونَ َع ِن ْال ُمنْك َِر‬ ْ ‫ُك ْنت ُ ْم َخي َْر أ ُ َّم ٍة أ ُ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت ِللن‬
Kalian adalah sebaik-baik ummat yang dikeluarkan kepada manusia, kalian
memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah kemunkaran (Ali Imran :110)
Ayat ini mengaitkan antara citra umat terbaik dan amar ma’ruf nahi munkar. Ini
mengisyaratkan bahwa standar kebaikan suatu ummat terletak pada kesadaran
melaksanakan tugas amar ma’ruf nahi munkar ini.
Intinya, jika kita ingin memiliki generasi yang baik atau lebih baik dari generasi
sekarang ini, maka kuncinya terletak dalam masalah pendidikan. Dan Pendidikan
yang benar berporoskan pada pembinaan aqidah tauhid, penanaman akhlak yang
mulia, disiplin beribadah, dan komitmen pada kebenaran.
Setiap kita pasti menginginkan agar memiliki anak yang shalih dan shalihah. Allah
telah mengajarkan kepadam kita agar selalu memohon supaya anak-anak kita
menjadi anak yang menyenangkan hati. Anak yang menyenangkan hati itu adalah
anak shalih, sebab mereka adalah anak yang berbakti kepada kedua orang tua baik di
kala masih hidup maupun setelah wafatnya.
Rasulullah saw menjelaskan bahwa anak yang shalih akan senantiasa memberikan
sumbangan pahala kepada seseorang meskipun dirinya telah meninggal dunia.
Memiliki anak yang shalih merupakan idaman setiap orang tua. Tetapi, usaha
mencetak dan membentuk seorang anak menjadi shalih bukanlah pekerjaan mudah,
tidak seperti membalikkan kedua telapak tangan. Usaha ini membutuhkan curahan
usaha, pikiran, waktu dan harta. Jika kita menyaksikan fenomena yang nampak
sekarang ini, betapa sedikitnya orang tua yang betul-betul berusaha mendidik putra-
putrinya dengan pendidikan yang benar. Yang terjadi saat ini, para orang tua lebih
bersemangat memberikan pendidikan umum daripada pendidikan secara Islam.
Seakan mereka memiliki persangkaan, jika telah berhasil memberikan pendidikan
tinggi dengan mendapatkan gelar atau jabatan tinggi, berarti ia telah berhasil dan
sukses mendidik dan memberi tarbiyah kepada anak-anaknya.
Betapa sedikitnya para pendidik di lembaga-lembaga pendidikan yang berusaha
sekuat tenaga mengentaskan anak-anak didiknya dari kegelapan menuju jalan

5
kebaikan, bahkan realita membuktikan yang sebaliknya, yaitu pendidikan ala
kadarnya saja tanpa dibarengi dengan kesemangatan kerja. Bagaimana mungkin
mereka mau memberikan pendidikan yang benar, bila mereka sendiri masih
bergelimang dengan berbagai macam dosa dan kemaksiatan.
Mayoritas orang tua masih terpedaya dengan keyakinan semu, bahwa semakin tinggi
jenjang sekolah yang diraih akan menghasilkan duniawi yang berlebih. Semakin
banyak title yang didapat, maka kebahagiaan dunia ada dalam genggaman. Itulah
pendidikan yang hanya memprioritaskan masalah materi semata, tanpa
mempertimbangkan aspek-aspek keluhuran budi pekerti dan akhlak islami. Mereka
lalai, bahwa harta dan kedudukan bukanlah segala-segalanya dalam kehidupan.
Justru hati dan keimananlah yang merupakan pondasi kebahagian dunia. Dengan
ketentraman hati dan kekuatan keimanan, dunia akan terasa lebih luas dan
menyenangkan. Sebaliknya, dengan egoisnya hati dan minimnya keimanan, maka
dunia akan terasa sempit dan menyesakkan.
Marilah kita perbaharui paradigma pendidikan kita. Kita perbaiki orientasi
pendidikan kita. Marilah kita perhatikan pendidikan agama, agar anak-anak kita
menjadi anak shalih, yang bisa mendo’akan orang tuanya, dan senantiasa
mengalirkan pahala kepada kita setelah wafat kita kelak
Semoga kita semua termasuk orangt tua dan pendidik yang sukses dalam
memberikan pendidikan dan selalu dibimbing Allah dalam mendidik keluarga
maupun masyarakat. Sehingga kita mampu melahirkan generasi Rabbani yang
senantiasa menghabiskan hidupnya di jalan Allah.
Wa akhiru da’wana ‘anil hamdulillahi Rabbil ‘alamin.

Anda mungkin juga menyukai