Kisah Ashabul Kahfi Al-Qur’an adalah pedoman hidup bagi manusia. Di dalamnya berisi banyak petunjuk dari Allah Swt. Petunjuk tersebut berupa pengetahu- an dan kisah zaman dahulu. Kisah tersebut dapat menjadi petunjuk bagi manusia sekarang, agar dapat meng- ambil pelajaran dan hikmahnya demi kehidupannya menjadi bahagia. Di antara kisah yang dapat kita temukan dan dapat diambil hikmahnya adalah kisah Ashabul Kahfi. Kisah mereka sangat baik untuk disimak karena mereka tetap teguh pada keimanan yang mereka yakini kebe- narannya. Isi Materi
A. Kisah Ashabul Kahfi
B. Keteladanan Ashabul Kahfi
A. Kisah Ashabul Kahfi
Ashabul Kahfi berarti penghuni gua. Ashabul Kahfi men-
ceritakan tentang pengalaman tujuh orang pemuda dan seekor anjing yang melarikan diri dari kejaran penguasa mereka yang kejam. Mereka bersembunyi di dalam gua dan tertidur selama 309 tahun. Kisah itu diabadikan dalam Al- Qur’an, yakni Surah al-Kahf Ayat 9–26. Kisah ini terjadi di negeri Romawi, di sebuah kota yang bernama Aphesus atau disebut juga Tharsus. Wilayah itu sekarang berada di negara Turki. Peristiwa tersebut terjadi ratusan tahun sebelum diutusnya Nabi Isa a.s. Pada masa itu, raja yang berkuasa namanya Dikyanus atau Decius yang berkuasa pada 249–251, seorang raja/penguasa yang sombong dan zalim serta haus kekuasaan. Dikyanus seperti Fir’aun pada masa Nabi Musa a.s. Kesombongan Dikyanus adalah mengangap dirinya sebagai Tuhan yang harus disembah rakyatnya. Ia merasa dirinya hebat, kekuasaannya besar, dan tidak tertandingi. Bagi rakyat yang tidak tunduk pada kehendaknya akan dibunuh dengan kejam. Itulah bentuk kezaliman Dikyanus yang membuat rakyatnya takut. Dalam memerintah, ia memaksa rakyatnya agar meninggalkan agama mereka dan beralih menyembah berhala. Di tengah-tengah ketakutan penduduk tersebut, terdapat tujuh pemuda yang tidak mau mengikuti perintah Raja Dikyanus. Mereka adalah pemuda yang beriman kepada Allah Swt. dan beribadah sesuai dengan ajaran agama yang mereka anut, serta kebenaran yang mereka yakini. Mereka meyakini bahwa yang berkuasa di alam semesta ini adalah Allah Swt., bukan raja. Mereka hanya mengakui bahwa Allahlah yang pantas disembah. Hanya Allahlah yang menjadi tempat memohon per- tolongan. Raja kemudian memerintahkan para pengawalnya untuk menghadirkan ketujuh pemuda itu ke istana. Sesampai di istana, raja membujuk mereka untuk meninggalkan keiman- annya kepada Allah. Raja berjanji akan memberikan harta kekayaan dan jabatan yang tinggi jika mereka mau me- nyembah raja. Dengan keteguhan dan ketegasannya, para pemuda ini menolak kehendak raja. Mereka lebih memilih untuk tetap menyembah Allah, Tuhan yang sesungguhnya. Mendengar jawaban para pemuda tersebut, Sang Raja marah besar. Raja mengancam akan menghukum mati jika mereka tidak mau mengikuti kemauannya. Mereka diberi kesempatan beberapa hari untuk memikirkannya kembali. Jika mereka tetap membangkang, raja akan menghukum mati mereka. Para pemuda ini tidak takut dengan ancaman raja. Mereka tetap bertekad untuk mempertahankan keimanannya kepada Allah. Untuk menghindari hukuman mati Sang Raja, mereka kemudian melarikan diri dari desanya. Ditemani anjing sebagai penunjuk jalan, mereka berjalan meninggalkan Kota Tharsus. Setelah menempuh perjalanan yang jauh, mereka mencari tempat berlindung ke dalam sebuah gua yang terletak di Gunung Naikhayus, tidak jauh dari Kota Upsus. Mereka pun masuk ke dalam gua untuk beristirahat dan bersembunyi dari para pengawal raja. Kemudian, mereka berdoa, ”Ya Tuhan kami. Berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami.” (Q.S. al-Kahf/18: 10)
Para pengawal raja pun kemudian mengejarnya. Raja juga
memerintahkan seluruh rakyatnya untuk mencari dan mene- mukan para pemuda itu. Bagi yang berhasil menemukannya, raja akan diberi hadiah yang besar. Sebenarnya para pengawal raja sudah menemukan gua tempat bersembunyi para pemuda tersebut. Namun, mereka melihat gua tersebut seakan tidak berpenghuni. Mulut gua penuh dengan semak belukar sehingga tidak mungkin ada orang yang masuk ke dalamnya. Akhirnya, mereka pulang dengan tangan hampa. Para pemuda yang bersembunyi di dalam gua kelelahan hingga akhir nya tertidur. Dengan kekuasaannya, Allah meni- durkan mereka untuk waktu yang lama. Dalam tidur panjang mereka, Allah memerintahkan malaikat untuk menjaga ketujuh pemuda tersebut selama tidurnya. Mereka tertidur hingga suatu ketika mereka kembali terbangun. Mereka saling bertanya sudah berapa lamakah mereka tertidur. Salah satu dari mereka mengatakan bahwa mereka tidur sehari atau bahkan setengah hari. Karena merasa lapar, salah satu dari mereka kemudian pergi ke pasar untuk membeli makanan. Pemuda ini berjalan dengan penuh hati-hati karena takut ada pengawal Raja Diqyanus yang menangkapnya. Akhirnya, sampailah pemuda itu ke pasar dan membeli makan- an. Ketika ia membayarnya, si penjual keheranan dengan uang yang digunakan oleh pemuda ini. Uang itu adalah uang kuno yang sudah tidak laku pada saat itu. Penjual pun melaporkan kepada pengawas pasar yang kemudian meng-ajak pemuda ini menghadap raja. Di hadapan raja, pemuda ini menceritakan kisah hidupnya. Raja meneteskan air mata mendengar kisah keimanan mereka. Raja menjelaskan bahwa raja mereka, Diqyanus sudah meninggal 309 tahun yang lalu. Pemuda ini pun keheranan karena ternyata dia dan teman-temannya telah tertidur selama 309 tahun. Melihat keteguhan iman pemuda ini, Raja bermaksud mengajaknya dan teman-temannya tinggal di istana, tetapi mereka menolaknya. Di hadapan raja dan masyarakat, pemuda ini memberikan nasihat agar manusia beriman kepada Allah. Allahlah Tuhan yang wajib disembah, penguasa alam semesta dan tempat semua manusia meminta pertolongan. Para pemuda ini pun kembali masuk ke dalam gua. Atas kekuasaan Allah, malaikat maut mengambil ruh mereka. Allah pun melenyapkan pintu gua itu tanpa bekas. Tidak ada seorang pun yang dapat menemukan pintu gua itu kembali. Itulah bukti kekuasaan Allah, agar manusia ber- iman kepada-Nya. B. Keteladanan Ashabul Kahfi
1. Memiliki Keteguhan Iman
Iman adalah landasan pokok yang penting dimiliki oleh manusia. Iman adalah meyakini Allah satu-satunya Tuhan yang ada di dunia ini. Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini adalah atas kehendak dan kekuasaan Allah. Itulah keyakinan yang dimiliki oleh para Ashabul Kahfi . Mereka memiliki keimanan yang kuat sehingga tidak tergoda oleh bujukan Raja Diqyanus. Meskipun ditawari berbagai kemewahan, mereka tidak mau menukar ke-imanannya. Memiliki keteguhan iman adalah keharusan bagi kita. Jangan sampai tergoda oleh kesenangan sehingga iman kita menjadi hilang. Misalnya, jangan sampai kita lupa salat karena keasikan main game atau melihat televisi. Itu namanya kita menukar iman dengan hiburan. 2. Berani Melawan Kesesatan Kesesatan adalah sesuatu yang menjauhkan kita dari iman. Kesesatan bersumber dari setan yang selalu menggoda manusia agar menuruti hawa nafsunya. Orang yang berbuat kesesatan berarti berteman dengan setan. Orang yang berteman dengan setan tidak memiliki iman. Oleh karena itu, kesesatan harus dilawan. Sikap itulah yang ditunjukkan oleh para Ashabul Kahfi. Ketika Raja Diqyanus mengaku dirinya sebagai Tuhan, para Ashabul Kahfi melawan kesesatan raja, yaitu dengan tidak mau tunduk dan menyembah raja. Contoh kesesatan adalah melakukan pelanggaran tata tertib, melakukan kecurangan saat ujian, berbohong kepada orang tua dan guru. Semua itu adalah perbuatan salah yang harus kita lawan. Orang yang berani adalah orang yang taat pada tata tertib, baik di sekolah maupun di rumah. Orang-orang yang berani melawan kesesatan akan dilindungi oleh Allah, sedangkan orang yang melakukan kesesatan dilindungi oleh setan. Terima Kasih ... Semoga Ilmunya Bermanfaat, Aamiin.