Meneladani Nabi Muhammad saw. Islam adalah agama terakhir yang ditu- runkan Allah Swt. Nabi Muhammad saw. adalah rasul terakhir yang diutus Allah Swt. Ajarannya dimaksudkan untuk menciptakan rahmat bagi alam semesta. Setiap muslim dituntut untuk menjadi teladan bagi manusia.
Umat muslim dituntut menciptakan kehidupan yang penuh dengan kasih
sayang. Mewujudkan kehidupan yang tenteram dan sejahtera. Meneladani perilaku hidup Nabi Muhammad saw. merupakan bentuk ketaatan kita kepada ajarannya. Isi Materi
A . Kisah Nabi Muhammad saw.
B. Keteladanan Nabi Muhammad saw.
A. Kisah Nabi Muhammad saw.
1. Kelahiran Nabi Muhammad saw.
Nabi Muhammad saw. lahir di Kota Mekah, sebuah wilayah di kawasan Jazirah Arab. Masyarakat Arab pada masa itu dikenal dengan sebutan masyarakat jahiliah. Jahiliah yang berarti kebodohan atau kegelapan. Mereka sebenarnya orang-orang kaya dan pintar, tetapi akhlak mereka sangat buruk. Kebanyakan dari mereka adalah penyembah berhala. Berhala-berhala itu berupa patung yang diletakkan di rumah- rumah atau digantung di dinding Ka’bah. Pada masa menjelang kelahiran Muhammad atau tepatnya tahun 571 Masehi terjadi peristiwa penting. Peristiwa itu adalah penyerbuan Kerajaan Abyssinia ke Kota Mekah. Pasukan Abyssinia dipimpin langsung oleh rajanya yang bernama Abrahah. Tujuan mereka menghancurkan Ka’bah. Pasukan Abrahah mengendarai gajah yang jumlahnya ribuan. Penduduk Mekah ketakutan dan bersembunyi di rumah masing-masing. Ketika pasukan Abrahah memasuki Kota Mekah, tiba-tiba muncul kerumunan burung Ababil yang cukup banyak. Mereka membawa batu-batu kecil yang panas dan melemparkannya ke pasukan Abrahah. Pasukan Abrahah pun pontang-panting dan lari menyelamatkan diri. Mereka gagal menghancurkan Ka’bah. Tahun itu kemudian disebut dengan Tahun Gajah atau ‘qmul Frl. Peristiwa tersebut diabadikan dalam Al-Qur’an Surah al-Frl.
Pada tahun itulah Muhammad lahir, yaitu pada hari Senin
tanggal 12 Rabiulawal Tahun Gajah atau tanggal 20 April tahun 571 Masehi. Muhammad berasal dari suku Quraisy. Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Mutalib, sedangkan ibunya ber- nama Aminah. Muhammad lahir sudah menjadi anak yatim karena ayahnya, Abdullah, meninggal ketika beliau masih dalam kandungan. Kebiasaan penduduk Arab waktu itu jika ada bayi yang baru lahir, disusukan kepada perempuan Suku Badui di padang pasir. Tujuannya adalah agar bayi tumbuh sehat di tempat yang udaranya bersih dan segar. Setelah Muhammad lahir, beliau disusukan kepada seorang perempuan Badui. Pada awalnya Muhammad disusui oleh Suwaibah Aslamiyah, kemudian digantikan oleh Halimah As-Sa’diyah. Dalam peng- asuhan Halimah As-Sa’diyah, Muhammad menghabiskan masa kanak-kanaknya selama empat tahun. Pada masa pengasuhan Halimah, Muhammad mengalami peristiwa aneh. Ketika sedang asyik bermain dengan teman- temannya, tiba-tiba Muhammad didatangi oleh dua orang berpakain putih. Keduanya adalah malaikat Allah yang ber- tugas untuk membersihkan hati Muhammad dari kotoran dan kejahatan. Pada usia enam tahun, Aminah mengajak Muhammad untuk berziarah ke makam ayahnya, sekaligus mengunjungi keluarga ibunya. Dalam perjalanan pulang ke Mekah, di per- kampungan Abwa, ibunya jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia. Muhammad kemudian pulang ditemani seorang budak bernama Ummu Aiman. Sejak saat itu, Muhammad menjadi anak yatim piatu.
Setelah ibunya meninggal, Muhammad diasuh oleh kakeknya,
Abdul Mutalib. Kakek ini sangat sayang kepada Muhammad. Nama Muhammad adalah pemberian kakeknya. Arti Muhammad adalah orang yang terpuji. Dinamakan demikian karena kakek ingin cucunya menjadi orang yang terpuji. Namun, kasih sayang sang kakek tidak bertahan lama. Pada usia delapan tahun, kakeknya meninggal dunia. Akhirnya, Muhammad diasuh oleh pamannya yang bernama Abu Talib. Masa-masa sedih Muhammad dilalui dengan tabah. Meskipun yatim piatu, Muhammad tetap menjalankan hidupnya dengan penuh kesabaran. Setiap hari, beliau menggembalakan domba milik pamannya. Beliau ingin meringankan beban hidup pamannya yang kurang mampu. Muhammad dikenal sebagai anak yang disiplin, rajin bekerja, dan penuh tanggung jawab. Di samping itu, Muhammad juga dikenal sebagai anak yang jujur sehingga disebut al-Amin, yang artinya dapat dipercaya. Perilaku Muhammad itu menyebabkan beliau banyak disayang orang dan memiliki banyak sahabat. Saat berusia 12 tahun, Abu Talib mengajak Muhammad ber- dagang ke negeri Syam atau Syria. Di tengah perjalanan, Abu Talib bertemu seorang pendeta bernama Bukhaira. Pendeta itu melihat tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad sehingga ia menyarankan kepada Abu Talib untuk kembali ke Mekah. Mengapa? Karena pendeta itu takut jika orang-orang Yahudi mengetahui kenabian Muhammad, mereka akan menganiaya, bahkan membunuhnya. 2. Muhammad Diangkat Menjadi Rasul Pada usia 25 tahun Muhammad menikah dengan Khadijah, seorang saudagar kaya di Mekah. Dari hasil pernikahan itu, mereka dikaruniai enam orang anak, yaitu dua laki laki dan empat perempuan. Dua putra tersebut bernama Qasim dan Abdullah, sedangkan keempat putrinya, yaitu Zainab, Ruqayyah, Fathimah, dan Ummu Kulsum.
Pada tanggal 17 Ramadan tahun 13 sebelum hijrah atau
tanggal 6 Agustus 610 M, Allah mengangkat Muhammad menjadi rasul. Pengangkatan itu ditandai dengan diterimanya wahyu pertama, yakni Surah al-‘Alaq Ayat 1–5. Pada saat itu, Muhammad sedang bertahanus atau menyepi di Gua Hira. Tiba-tiba datanglah Malaikat Jibril yang membawa wahyu Allah. Peristiwa itu kemudian diperingati umat Islam sebagai Nuzulul Qur’an, yakni waktu turunnya wahyu Al-Qur’an yang pertama kali. Setelah menerima wahyu pertama, Nabi Muhammad saw. memulai menyebarkan dakwah kepada penduduk Mekah. Sasaran dakwah pertamanya adalah keluarganya sendiri, kemudian meluas kepada Bani Hasyim, dan akhirnya kepada penduduk Mekah. Cara dakwah yang dilakukan Nabi pada awalnya sembunyi-sembunyi, kemudian semi terbuka, dan akhirnya dakwah secara terbuka. Hal itu dilakukan karena suku Quraisy menentang dakwah Nabi yang dianggapnya menentang keyakinan nenek moyang mereka. Pada masa itu masyarakat Mekah menjadi penyembah berhala. Setiap suku memiliki berhala sendiri. Berhala yang terkenal dimiliki oleh suku Quraisy adalah latta, manath, dan uzza. Rasulullah saw. menentang penyembahan berhala dan mengajak masyarakat untuk menyembah Allah. Ajaran yang dibawanya adalah tauhid, yakni mengakui keesaan Allah. Ajaran lain yang disampaikan Nabi Muhammad saw. adalah tentang hari kiamat. Setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya di dunia. Oleh karena itu, Nabi mengajak orang-orang Quraisy untuk berakhlakul karimah. Perbuatan yang baik akan mendapat balasan surga di hari kiamat, sedangkan perbuatan jelek akan mendapatkan siksa di neraka. Ajaran yang dibawa Nabi menjelaskan antara orang merdeka, budak, laki-laki, dan perempuan di hadapan Allah sama. Hal yang membedakan di antara mereka adalah ketakwaannya. Siapa saja yang taat dan patuh kepada Allah, itulah orang yang tinggi derajatnya. Ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. ini ditentang para pemuka suku Quraisy, terutama Abu Lahab dan Abu Jahal. Keduanya adalah paman Nabi sendiri. Paman Nabi ini bahkan menyiksa para pengikut Nabi dan melarang mereka mengikuti dakwah Nabi. Bahkan, Abu Jahal membuat sayem- bara, siapa pun yang dapat membunuh Nabi akan diberi hadiah 100 ekor unta. 3. Nabi Muhammad saw. Hijrah ke Madinah Melihat penyiksaan yang dialami oleh pengikutnya, Nabi Muhammad saw. menyuruh mereka untuk hijrah atau pindah dari Mekah. Hijrah pertama dilakukan pada tahun 615 M menuju ke Habasyah. Pada hijrah yang pertama itu hanya pengikut Nabi yang mengungsi, sedangkan Nabi tetap berada di Mekah. Tekanan dan ancaman orang Quraisy semakin menjadi. Pada tahun 619 M Nabi ditinggal wafat oleh dua orang yang dicintainya, yaitu Khadijah istrinya dan Abu Talib, paman sekaligus pelindungnya. Tahun itu disebut dengan Amul Huzni atau tahun berkabung. Beratnya tekanan yang dilakukan orang kafir Mekah membuat Nabi Muhammad saw. memerintahkan umat Islam melakukan hijrah ke Yatsrib pada bulan September 622 M. Para pengikut Nabi saw. berangkat dahulu ke Yasrib tanpa sepengetahuan orang-orang kafir. Disusul kemudian Nabi saw. didampingi Abu Bakar menyusul hijrah secara diam-diam. Tugas pertama Nabi saw. di Madinah adalah mempersatukan para pengikutnya yang dari Mekah, yang disebut kaum Muhajirin dengan pengikutnya di Madinah, yang disebut kaum Ansar. Mereka diikat oleh persaudaraan Islam atau ukhuwah islamiah. Di samping itu, di Madinah juga terdapat suku-suku Yahudi. Nabi kemudian menyusun Piagam Madinah, yaitu diakuinya hak tiap-tiap golongan untuk memeluk dan men- jalankan agamanya masing-masing. Nabi mengajarkan sikap toleransi beragama, antara orang Islam dan orang Yahudi, agar mereka hidup rukun di Madinah. Kepindahan Nabi Muhammad saw. dan pengikutnya ke Madinah menimbulkan kemarahan orang-orang kafir Mekah. Mereka berusaha menyerangnya. Nabi Muhammad saw. terus melakukan dakwah secara gigih. Pengikut beliau semakin banyak dan kuat. Pada 20 Ramadan 8 H/630 M, Nabi dan umat Islam menuju Mekah untuk membe- baskannya dari kaum kafir. Peristiwa ini disebut Fathu Makkah, dan diabadikan dalam Al-Qur’an, yaitu Surah an-Nasr. B. Keteladanan Nabi Muhammad saw.
1. Sikap Sabar dan Tabah
Sabar dan tabah adalah dua sifat yang saling melengkapi. Sabar adalah sikap menerima dengan lapang dada segala sesuatu yang sedang terjadi, seperti kesedihan, kesusahan, kemiskinan, kehilangan, dan lain sebagainya. Sabar juga bisa berarti tidak mudah tergoda oleh hawa nafsu, dapat menahan emosi, dan tetap tegar menghadapi segala hal yang memancing untuk melakukan perbuatan yang tidak baik. Tabah artinya tidak larut dalam kesedihan. Orang yang tabah berarti menerima dengan ikhlas apa yang terjadi dan menganggap hal itu sebagai cobaan dari Allah. Orang yang tabah selalu berdoa kepada Allah agar diberi kekuatan untuk menghadapi segala cobaan yang terjadi. 2. Jujur, Bertanggung Jawab, dan Dapat Dipercaya Sikap jujur, bertanggung jawab, dan dapat dipercaya merupa- kan akhlak yang terpuji. Jujur berarti berkata apa adanya, mengatakan sesuatu sesuai kenyataan. Lawannya adalah bohong atau mengatakan sesuatu yang tidak senyatanya. Bertanggung jawab berarti melakukan sesuatu sesuai tugas yang telah diterimanya. Ketika seseorang bersikap jujur dan bertanggung jawab, ia akan memiliki sifat dapat dipercaya. Dalam kehidupan di masyarakat, bergaul dengan teman, ber- hadapan dengan orang tua dan guru, kita harus membiasakan sifat jujur dan bertanggung jawab. Di rumah, di sekolah, di mana saja, kita harus tetap jujur dan bertanggung jawab. Jujur dan bertanggung jawab kita wujudkan dalam perkataan maupun perbuatan. Berkatalah yang jujur dan bertanggung jawablah terhadap apa yang sudah kita katakan. Untuk itu, jangan sampai kita mengatakan sesuatu yang tidak dapat kita tunjukkan kebenarannya. Itu artinya kita bohong dan tidak bertanggung jawab. Terima Kasih ... Semoga Ilmunya Bermanfaat, Aamiin.