Anda di halaman 1dari 7

TP:

1. Peserta didik mampu menginterpretaasi informasi dari teks sastra hikayat secara visual
atau audio visual
2. Peserta didik mampu mengolah, menyajikan, dan mengungkapkan perasaan,
penghargaan, dan nilai teks sastra hikayat dalam bentuk teks fiksi lain.

Bacalah teks hikayat berikut dengan cermat!

Hikayat bayan budiman

Sebermula ada saudagar di negara Ajam, Khojan Mubarok Namanya. Terlalu


amat kaya,akan tetapi ia tiada beranak. Tak seberapa lama setelah ia berdoa
kepada Tuhan, maka saudagar Mubarok pun beranaklah istrinya seorang anak
laki-laki yang di beri nama Khojan Maimun.

Setelah umurnya Khojkan maimun lima tahun,maka di serahkan oleh bapaknya


mengaji kepada banyak guru sehingga sampai umur Khojan Maimun lima belas
tahun,ia di pinangkan dengan anak saudagar yang kaya,amat elok
parasnya,namanya Bibi Zainab.

Hatta beberapa lamanya khojan Maimun beristri itu,ia membeli seekor burung
bayan jantan.Maka beberapa di antara itu ia juga membeli seekor tiung
betina,lalu di bawanya ke rumah dan di taruhnya hampir sangkaran bayan juga
Pada suatu hari Khojan Maimun tertarik akan perniagaan di laut,lalu minta izinlah
dia kepada istrinya.Sebelum dia pergi ,berpesanlah dia pada istrinya itu,jika ada
barang suatu pekerjaan,mufakatlah dengan dua ekor unggas itu,hubaya-hubaya
jangan tiada ,karena fitnah di dunia amat besar lagi tajam dari pada senjata.
Hatta beberapa lama di tinggal suaminya,ada anak Raja Ajam berkuda lalu
melihatnya rupa Bibi Zainab yang terlalu elok.Berkencanlah mereka unyuk
bertemu melalui seorang perempuan tua.maka pada suatu malam,pamitlah Bibi
Zainab kepada burung tiung itu hendak menemui anak raja itu,maka
bernasehatkah di tentang perbuatanya yang melanggar aturan Allah SWT.maka
marahlah istri Khojan Maimun dan disentakkannya tiung itu dari sangkarnya dan
dihempaskannya sampai mati.

Lalu Bibi Zainab pun pergi mendapatkan bayan yang sedang berpura2
tidur.maka bayan pun berpura2 terkejut dan mendengar kehendak hati Bibi
Zainab perg mendapatkan anak raja.maka bayan pun berpikir bila ia menjawab
seperti tiung maka ia juga akan binasa.Setelah ia sudah berpikir demikian
itu,mak ujarnya,”Aduhai Siti yang baik paras,pergilah dengan segeranya
mendapatkan anak raja itu. Apapun hamba ini haraplah tuan, jikalau jahat
sekalipun pekerjaan tuan, Insya Allah di atas kepala hambalah menanggungnya.
Baiklah tuan sekarang pergi, karena sudah di nanti anak raja itu. Apatah di cari
oleh segala manusia di dunia ini selain martabat, kesabaran, dan kekayaan?
Adapun akan hamba,tuan ini adalah seperti hikayat seekor unggas bayan yang
dicabut bulunya oleh tuannya seorang istri saudagar.

Maka berkeinginanlah istri Khojan Maimun untuk mendengarkan cerita tersebut.


Maka Bayanpun berceritalah kepada Bibi Zainab dengan maksud agar ia dapat
memperlalaikan perempuan itu.

Hatta setiap malam, Bibi Zainab yang selalu ingin mendapatkan anak raja itu,dan
setiap berpamitan dengan bayan ,maka di berilah ia cerita2 hingga sampai 24
kisah dan 24 malam ,burung tersebut bercerita, hingga akhirny lah Bibi Zainab
pun insaf terhadap perbuatanya dan menunggu suaminya Khojan Maimum
pulang dari rantauannya.

Burung Bayan tidak melarang malah dia menyuruh Bibi Zainab meneruskan
rancangannya itu, tetapi dia berjaya menarik perhatian serta melalaikan Bibi
Zainab dengan cerita-ceritanya. Bibi Zainab terpaksa menangguh dari satu
malam ke satu malam pertemuannya dengan putera raja. begitulah seterunya
sehingga Khoja Maimun pulang dari pelayarannya.

Bayan yang bijak bukan sahaja dapat menyelamatkan nyawanya tetapi juga
dapat menyekat isteri tuannya daripada menjadi isteri yang curang. Dia juga
dapat menjaga nama baik tuannya serta menyelamatkan rumah tangga tuannya.
Antara ceriota bayan itu ialah mengenai seekor bayan yang mempunyai tiga ekor
anak yang masih kecil. Ibu bayan itu menasihatkan anak-anaknya supaya jangan
berkawan dengan anak cerpelai yang tinggal berhampiran. Ibu bayan telah
bercerita kepada anak-anaknya tentang seekor anak kera yang bersahabat
dengan seorang anak saudagar. Pada suatu hari mereka berselisih faham. Anak
saudagar mendapat luka di tangannya. Luka tersebut tidak sembuh melainkan
diubati dengan hati kera. Maka saudagar itupun menangkap dan membunuh
anak kera itu untuk mengubati anaknya.

Sebuah lagi cerita bayan ialah mengenai seorang lelaki yang sangat mengasihi
isterinya. Apbila isterinya meninggal dunia, dia telahj memohon dioa kepada
Tuhan supaya separuh daripada umurnya dibahagikan kepada isterinya. Doa itu
dikabulkan dan isterinya hidup semual. Namun, si isteri tidak jujur dan lari
dengan seorang saudagar kaya. Lelaki itu menjejaki isterinya kerana menyangka
isterinya dilarikan oleh saudagar kaya itu. Tetapi dia telah dihina dan diusir oleh
isterinya. Kerana marah dan kecewa, lelaki itu memohon agar Tuhan
mengembalikan usianya yang telah diberi kepada isterinya. Dengan kehendak
Tuhan, isterinya mati semula.
Dalam cerita yang lain pula, bayan bercerita mengenai pengorbanan seorang
isteri. seorang puteri raja yang kejam telah membunuh 39 orang suaminya.
suaminya yang keempat puluh telah berjaya menginsafkannya dengan sebuah
cerita mengenai seekor rusa betina yang sanggup menggantikan pasangannya,
rusa jantan, untuk disembelih. Begitu kasih rusa betina kepada pasangannya
sehingga sanggip mengorbankan diri untuk disembelih. Puteri itu insaf dan tidak
jadi membunuh suaminya yang keempat puluh itu, malah sanggup berkorban
apa sahaja untuk suaminya.

Langkah Kerja

MENELUSURI KARAKTERISTIK HIKAYAT

1. Cermatilah dengan saksama penggalan hikayat Bayan Budiman di atas!


Tuliskanlah hasil pemahamanmu!

2. a. Bagaimana Bahasa yang digunakan?

b. Bagaimana penamaan tokohnya?

c. Bagaimana karakter para tokohnya?

d. Bagaimana jalan ceritanya?

e. Bagaimana relevansi cerita dikaitkan dengan zaman sekarang?


Bacalah teks hikayat berikut dengan cermat!

Hikayat Panji Semirang

Alkisah pada zaman dahulu kala, di belahan bumi Jawa ada sebuah kerajaan bernama Daha.
Diceritakan kalau Raja Daha mempunyai dua orang putri yang cantik jelita. Yang satu
bernama Galuh Candra Kirana, anak dari permaisuri. Selain cantik, Candra Kirana banyak
disenangi orang karena tutur katanya lemah lembut dan santun kepada siapa saja. Putri yang
satunya lagi adalah Galuh Ajeng, keturunan dari selir yang bernama Paduka Liku. Tabiat
Galuh Ajeng kurang baik. Ia selalu iri pada kakak tirinya. Warga seisi istana, banyak yang
tidak menyukai dirinya.

Baginda Raja Daha mempunya tiga orang saudara. Seorang menjadi raja di Kahuripan dan
seorang menjadi raja di Gagelang, sedangkan yang satu lagi seorang wanita, menjadi pertapa
di Gunung Wilis dengan gelar Nyi Gandasari. Raja Kahuripan mempunyai seorang putra yang
tampan dan gagah serta amat baik perangainya. Raden Inu Kertapati namanya. Raja
Kahuripan ingin sekali putranya mendapatkan jodoh dan menikahkan putranya dengan
seorang putri yang pantas sebagai menantu raja. Setelah menimbang sana sini dan pilih sana
pilih sini, maka pilihan calon menantu itu jatuh pada putri saudaranya sendiri yang cantik
jelita, yaitu Galuh Candra Kirana.

Raja Kahuripan kemudian mengirim utusan ke kerajaan Daha meminang putri Galuh Candra
Kirana untuk dijodohkankan menjadi istri putranya, Raden Ini Kertapati. Pinangan tersebut
diterima dengan senang hati oleh Raja Daha dan rakyatnya, kecuali Paduka Liku, selir
baginda Raja Daha. Rasa iri dalam hatinya kemudian menimbulkan niat jahat untuk
menyingkirkan permaisuri serta putri Galuh Candra Kirana, agar ia dapat menggantikan
kedudukan sebagai permaisuri dan galuh Ajeng dapat dijodohkan dengan Raden Inu
Kertapati.

Untuk melaksanakan niat jahatnya itu, Paduka Liku, pada suatu hari membuat makanan
tapai yang dicampur racun, dan disuruhnya seorang dayang untuk memberikan tapai itu
kepada permaisuri. Permaisuri dengan senang hati menerima pemberian tapai tersebut,
karena baru pertama kali itu Paduka Liku mengirimkan makanan untuk dia.
Selainmemberikan tapai beracun, Paduka Liku juga menyuruh adiknya untuk minta azimat
guna-guna kepada seorang petapa sakti, agar raja tambah sayang kepadanya.

Sore hari, ketika sedang duduk santai di taman peristirahatan istana, permaisuri akan tapai
pemberian selir Paduka Liku. Ia memerintahkan seorang dayang untuk mengambil tapai
tersebut. Baru saja tapai dimakan, badannya langsung kejang-kejang, mata mendelik dan
mulutnya berbusa. Dayang-dayang jadi panik. Candra Kirana menjerit-jerit ketika melihat
keadaan ibunya.

Permaisuri meninggal seketika itu juga. Seisi istana jadi sedih dan berduka. Termasuk
Mahadewi, selir baginda yang lain. Ia merasa sedih atas kematian permaisuri ketika dengan
tergopoh-gopoh baginda raja  datang dan sangat marah kepada Paduka Liku atas bencana
yang ditimbulkannya. Namun setelah berhadapan dengan Paduka Liku, baginda berubah
sikap menjadi tenang dan tetap ramah kepadanya.

Kabar tentang wafatnya permaisuri kerajaan Daha sampai ke Kahuripan. Baginda raja
Kahuripan merasa kasihan kepada Candra Kirana atas nasibnya itu. Untuk menghiburnya
Baginda ingin mengirimkan bingkisan kepada calon menantunya itu.  Raden Inu Kertapati
lalu disuruh membuat dua buah boneka. Satu dari emas dan satu lagi dari perak. Boneka
Emas dibungkus dengan kain biasa, dan boneka perak dibungkus dengan sutera yang indah.
Setelah bingkisan tiba di Daha, Baginda menyuruh Galuh Ajeng memilih lebih dahulu. Karena
tamaknya diambilnya bungkusan sutera dan yang berbungkus dengan kain biasa diberikan
kepada Candra Kirana.

Betapa gembira hati Candra Kirana setelah membuka bungkusan, ternyata yang
didapatkannya adalah boneka emas yang berkilau-kilauan. Ditimang-timangnya boneka itu
dan selalu dibawanya ke mana ia pergi. Galuh Ajeng yang kemudian mengetahui kalau
boneka yang didapatkan oleh kakaknya jauh lebih bagus, ia ingin memilikinya. Atas bujukan
Paduka Liku, Baginda menyuruh Candra Kirana agar menukarkan boneka miliknya dengan
boneka Galuh Ajeng. Candra Kirana tidak mau menyerahkan bonekanya sehingga ayahnya
menjadi marah. Candra Kirana diusir dari istana. Dengan tubuh terhuyung-huyung karena
kaget atas tindakan ayahnya, Candra Kirana masuk ke peraduannya, dituntun oleh
Mahadewi bersama para dayang dan pengasuhnya.

Keesokan harinya, menjelang subuh Candra Kirana dan para pengiringnya meninggalkan
istana pergi tanpa tujuan. Maka sampailah Candra Kirana beserta para pengiringnya di
perbatasan antara kerajaan Daha dan Kahuripan. Candra Kirana memutuskan untuk
menetap di perbatasan tersebut, membangun kerajaan kecil, dan atas kesepakatan para
prngiringnya, dia menjadi Raja Kecil di tempatnya yang baru itu. Untuk menjaga kerahasiaan
akan siapa sejatinya mereka, semuanya menyamar sebagai pria dan Putri Candra Kirana
mengganti namanya menjadi Panji Semirang. Untuk memperkuat kerajaan mereka
melakukan perampokan kepada setiap orang atau rombongan yang melewati daerahnya,
lalu menahannya dan memaksa mereka untuk menetap di tempat itu. Dengan demikian
rakyatnya makin lama semakin bertambah, dan kerajaan semakin kuat jadinya. Sampai
akhirnya berita tentang kerajaan Panji Semirang  sampai ke Kahuripan.

Pada waktu utusan raja Kahuripan membawa barang-barang dan hadiah, uang, dan Mas
Kawin untuk meminang Putri Galuh Candra Kirana, rombongan tersebut dicegat dan
dirampok tentara Panji Semirang. Kepada pimpinan rombongan utusan Raja Kahuripan itu,
Panji Semirang berpesan, barang rampasan dan uang hanya akan dikembalikan apabila
Raden Inu Kertapati sendiri yang datang menghadap Panji Semirang.

Ketika Raden Inu Kertapati datang untuk mengambil  barang-barang yang telah dirampas
oleh Panji Semirang, betapa heran dan kagumnya ia pada saat bertemu dengan Panji
Semirang. Seorang raja yang menarik, simpatik, cantik, dan suaranya lembut merdu.

Untuk menyambut kedatangan Raden Inu Kertapati, diadakanlah jamuan di istana Panji
Semirang. Keesokan harinya, setelah semua barang dan uang dikembalikan, berangkatlah
Raden Inu Kertapati beserta rombongan meneruskan perjalanan ke Daha menyerahkan
barang-barang bawaannya dan mas kawin kepada Raja Daha.

Mengetahui kalau kekasihnya akan menikah dengan Galuh Ajeng, adiknya, betapa sedih hati
Panji Semirang.  Untuk mengobati kesedihan hatinya itu, ia memutuskan hendak pergi
menemui bibinya, Biku Gandasari, di Gunung Wilis. Ia ingin minta nasehat pada bibinya.
Maka kembali ia berganti pakaian wanita lalu berangkat menemui bibinya. Biku Gandasari
sangat terharu mendengar cerita dan derita keponakannya itu. Kepada Candra Kiranya ia
memberi saran supaya pergi ke Kerajaan Gagelang, ke tempat pamannya.

Candra Kirana dan rombongan kembali berpakaian laki-laki dan menyamar sebagai pemain
Gambuh (pengamen) dengan nama Gambuh Warga Asmara. Mereka berkeliling dari satu
daerah  ke daerah yang lain, sampai akhirnya sampai ke negeri Gagelang.  Pertunjukan
Gambuh Warga Asmara disenangi banyak orang di negeri Gagelang.

***

Sejak hari pertama pernikahan Raden Inu Kertapati dengan Galuh Ajeng, ia menjadi
pendiam,  hatinya sedih dan kecewa, karena diketahuinya bahwa yang istrinya itu bukanlah
Galuh Candra Kirana. Ia merasa tertipu oleh Paduka Liku. Betapa ingin hatinya berjumpa
dengan Candra Kirana. Untuk menghibur hatinya ia memutuskan untuk mengunjungi
pamannya di kerajaan Gagelang. Para pengiringnya mengatakan bahwa di Gagelang ada
rombongan pemain Gambuh yang baik penampilannya. Raden Inu Kertapati, senang
mendengarnya dan berharap bisa menonton pertunjukan Gambuh tersebut. Karena ia
memang butuh hiburan.

Ketika menyaksikan pertunjukan Gambuh Warga Asmara, Raden Inu Kertapati sangat tertarik
dan sekaligus merasa terharu. Akan tetapi ketika ia memperhatikan gerak-gerik para pemain
Gambuh yang luwes bagai wanita, ia jadi curiga. Bahkan rasa-rasanya, ia pernah melihat
wajah-wajah mereka. Karena hari telah larut malam, maka rombongan itu disuruh menginap
di dalam keraton. Di tempat peristirahatannya Candra Kirana, karena rindu pada kekasihnya,
ia kembali mengenakan pakaian wanitanya. Lalu, sembari menimang-nimang boneka
emasnya, ia  menyanyikan lagu yang memancing rasa haru bagi pendengarnya.

Raden Inu Ketapati yang penasaran, ingin sekali mengetahui rahasia anggota Gambuh Warga
Asmara yang sebenamya.  Diam-diam ia mengintip di tempat peristirahatan mereka.
Alangkah terkejutnya ia ketika melihat seorang putri menimang-nimang boneka emas yang
pemah diberikannya kepada Candra Kirana. Rasa curiganya dan penasarannya terjawab
sudah. Tanpa ragu lagi ia memastikan bahwa wanita yang sedang menembang sembari
menimang-nimang boneka emas itu tak lain adalah Candra Kirana yang sedang ia cari-cari
selama ini. Dengan hati yang sudah tak sabar lagi pintu kamar segera ia buka, dan…
bertemulah sepasang kekasih itu untuk saling melepaskan rasa rindu yang telah lama
terpendam.

Setelah pertemuan yang tak disangka-sangka itu, Galuh Candra Kirana segera diboyong ke
istana Kahuripan. Kepada ayahandanya, Raden Inu Kertapati menceritakan apa sebenarnya
yang telah terjadi, dan Candra Kirana mohon maaf atas kekeliruan yang pernah dibuatnya. 
Setelah itu baginda Raja Kahuripan segera mempersiapkan upacara resmi pernikahan
Randen Inu Kertapati dengan Galuh Candra Kirana.

Paduka Liku yang mendengar berita pernikahan itu, menjadi kecut hatinya. Baginda Raja
Daha pun sudah tak mau lagi memperdulikan selirnya itu. Karena itu, paduka Liku menyuruh
adiknya untuk meminta ajimat guna-guna kepada pertapa yang dulu pernah diminta
pertolongannya. Tetapi sayang, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Di tengah
perjalanan, adiknya itu disambar petir dan meninggal dunia. Paduka Liku putus asa lalu
bunuh diri.

Anda mungkin juga menyukai