Anda di halaman 1dari 3

Kwarta Mahmud

Hikayat Panji Semirang


Alkisah pada zaman dahulu kala, di belahan bumi Jawa ada sebuah kerajaan bernama Daha. Diceritakan
kalau Raja Daha mempunyai dua orang putri yang cantik jelita. Yang satu bernama Galuh Candra Kirana,
anak dari permaisuri. Selain cantik, Candra Kirana banyak disenangi orang karena tutur katanya lemah
lembut dan santun kepada siapa saja. Putri yang satunya lagi adalah Galuh Ajeng, keturunan dari selir
yang bernama Paduka Liku. Tabiat Galuh Ajeng kurang baik. Ia selalu iri pada kakak tirinya. Warga seisi
istana, banyak yang tidak menyukai dirinya.

Baginda Raja Daha mempunya tiga orang saudara. Seorang menjadi raja di Kahuripan dan seorang
menjadi raja di Gagelang, sedangkan yang satu lagi seorang wanita, menjadi pertapa di Gunung Wilis
dengan gelar Nyi Gandasari. Raja Kahuripan mempunyai seorang putra yang tampan dan gagah serta
amat baik perangainya. Raden Inu Kertapati namanya. Raja Kahuripan ingin sekali putranya
mendapatkan jodoh dan menikahkan putranya dengan seorang putri yang pantas sebagai menantu raja.
Setelah menimbang sana sini dan pilih sana pilih sini, maka pilihan calon menantu itu jatuh pada putri
saudaranya sendiri yang cantik jelita, yaitu Galuh Candra Kirana.

Alkisah pada zaman dahulu kala, di belahan bumi Jawa ada sebuah kerajaan bernama Daha. Diceritakan
kalau Raja Daha mempunyai dua orang putri yang cantik jelita. Yang satu bernama Galuh Candra Kirana,
anak dari permaisuri. Selain cantik, Candra Kirana banyak disenangi orang karena tutur katanya lemah
lembut dan santun kepada siapa saja. Putri yang satunya lagi adalah Galuh Ajeng, keturunan dari selir
yang bernama Paduka Liku. Tabiat Galuh Ajeng kurang baik. Ia selalu iri pada kakak tirinya. Warga seisi
istana, banyak yang tidak menyukai dirinya. Sore hari, ketika sedang duduk santai di taman
peristirahatan istana, permaisuri akan tapai pemberian selir Paduka Liku. Ia memerintahkan seorang
dayang untuk mengambil tapai tersebut. Baru saja tapai dimakan, badannya langsung kejang-kejang,
mata mendelik dan mulutnya berbusa. Dayang-dayang jadi panik. Candra Kirana menjerit-jerit ketika
melihat keadaan ibunya.

Permaisuri meninggal seketika itu juga. Seisi istana jadi sedih dan berduka. Termasuk Mahadewi, selir
baginda yang lain. Ia merasa sedih atas kematian permaisuri ketika dengan tergopoh-gopoh baginda raja
datang dan sangat marah kepada Paduka Liku atas bencana yang ditimbulkannya. Namun setelah
berhadapan dengan Paduka Liku, baginda berubah sikap menjadi tenang dan tetap ramah kepadanya.

Kabar tentang wafatnya permaisuri kerajaan Daha sampai ke Kahuripan. Baginda raja Kahuripan merasa
kasihan kepada Candra Kirana atas nasibnya itu. Untuk menghiburnya Baginda ingin mengirimkan
bingkisan kepada calon menantunya itu. Raden Inu Kertapati lalu disuruh membuat dua buah boneka.
Satu dari emas dan satu lagi dari perak. Boneka Emas dibungkus dengan kain biasa, dan boneka perak
dibungkus dengan sutera yang indah. Setelah bingkisan tiba di Daha, Baginda menyuruh Galuh Ajeng
memilih lebih dahulu. Karena tamaknya diambilnya bungkusan sutera dan yang berbungkus dengan kain
biasa diberikan kepada Candra Kirana.

Betapa gembira hati Candra Kirana setelah membuka bungkusan, ternyata yang didapatkannya adalah
boneka emas yang berkilau-kilauan. Ditimang-timangnya boneka itu dan selalu dibawanya ke mana ia
pergi. Galuh Ajeng yang kemudian mengetahui kalau boneka yang didapatkan oleh kakaknya jauh lebih
bagus, ia ingin memilikinya. Atas bujukan Paduka Liku, Baginda menyuruh Candra Kirana agar
menukarkan boneka miliknya dengan boneka Galuh Ajeng. Candra Kirana tidak mau menyerahkan
bonekanya sehingga ayahnya menjadi marah. Candra Kirana diusir dari istana. Dengan tubuh terhuyung-
huyung karena kaget atas tindakan ayahnya, Candra Kirana masuk ke peraduannya, dituntun oleh
Mahadewi bersama para dayang dan pengasuhnya.

Keesokan harinya, menjelang subuh Candra Kirana dan para pengiringnya meninggalkan istana pergi
tanpa tujuan. Maka sampailah Candra Kirana beserta para pengiringnya di perbatasan antara kerajaan
Daha dan Kahuripan. Candra Kirana memutuskan untuk menetap di perbatasan tersebut, membangun
kerajaan kecil, dan atas kesepakatan para prngiringnya, dia menjadi Raja Kecil di tempatnya yang baru
itu. Untuk menjaga kerahasiaan akan siapa sejatinya mereka, semuanya menyamar sebagai pria dan
Putri Candra Kirana mengganti namanya menjadi Panji Semirang. Untuk memperkuat kerajaan mereka
melakukan perampokan kepada setiap orang atau rombongan yang melewati daerahnya, lalu
menahannya dan memaksa mereka untuk menetap di tempat itu. Dengan demikian rakyatnya makin
lama semakin bertambah, dan kerajaan semakin kuat jadinya. Sampai akhirnya berita tentang kerajaan
Panji Semirang sampai ke Kahuripan.

Pada waktu utusan raja Kahuripan membawa barang-barang dan hadiah, uang, dan Mas Kawin untuk
meminang Putri Galuh Candra Kirana, rombongan tersebut dicegat dan dirampok tentara Panji
Semirang. Kepada pimpinan rombongan utusan Raja Kahuripan itu, Panji Semirang berpesan, barang
rampasan dan uang hanya akan dikembalikan apabila Raden Inu Kertapati sendiri yang datang
menghadap Panji Semirang.

Ketika Raden Inu Kertapati datang untuk mengambil barang-barang yang telah dirampas oleh Panji
Semirang, betapa heran dan kagumnya ia pada saat bertemu dengan Panji Semirang. Seorang raja yang
menarik, simpatik, cantik, dan suaranya lembut merdu.

Untuk menyambut kedatangan Raden Inu Kertapati, diadakanlah jamuan di istana Panji Semirang.
Keesokan harinya, setelah semua…

Sejak hari pertama pernikahan Raden Inu Kertapati dengan Galuh Ajeng, ia menjadi pendiam, hatinya
sedih dan kecewa, karena diketahuinya bahwa yang istrinya itu bukanlah Galuh Candra Kirana. Ia merasa
tertipu oleh Paduka Liku. Betapa ingin hatinya berjumpa dengan Candra Kirana. Untuk menghibur
hatinya ia memutuskan untuk mengunjungi pamannya di kerajaan Gagelang. Para pengiringnya
mengatakan bahwa di Gagelang ada rombongan pemain Gambuh yang baik penampilannya. Raden Inu
Kertapati, senang mendengarnya dan berharap bisa menonton pertunjukan Gambuh tersebut. Karena ia
memang butuh hiburan.

Ketika menyaksikan pertunjukan Gambuh Warga Asmara, Raden Inu Kertapati sangat tertarik dan
sekaligus merasa terharu. Akan tetapi ketika ia memperhatikan gerak-gerik para pemain Gambuh yang
luwes bagai wanita, ia jadi curiga. Bahkan rasa-rasanya, ia pernah melihat wajah-wajah mereka. Karena
hari telah larut malam, maka rombongan itu disuruh menginap di dalam keraton. Di tempat
peristirahatannya Candra Kirana, karena rindu pada kekasihnya, ia kembali mengenakan pakaian
wanitanya. Lalu, sembari menimang-nimang boneka emasnya, ia menyanyikan lagu yang memancing
rasa haru bagi pendengarnya.
Raden Inu Ketapati yang penasaran, ingin sekali mengetahui rahasia anggota Gambuh Warga Asmara
yang sebenamya. Diam-diam ia mengintip di tempat peristirahatan mereka. Alangkah terkejutnya ia
ketika melihat seorang putri menimang-nimang boneka emas yang pemah diberikannya kepada Candra
Kirana. Rasa curiganya dan penasarannya terjawab sudah. Tanpa ragu lagi ia memastikan bahwa wanita
yang sedang menembang sembari menimang-nimang boneka emas itu tak lain adalah Candra Kirana
yang sedang ia cari-cari selama ini. Dengan hati yang sudah tak sabar lagi pintu kamar segera ia buka,
dan… bertemulah sepasang kekasih itu untuk saling melepaskan rasa rindu yang telah lama terpendam.

Setelah pertemuan yang tak disangka-sangka itu, Galuh Candra Kirana segera diboyong ke istana
Kahuripan. Kepada ayahandanya, Raden Inu Kertapati menceritakan apa sebenarnya yang telah terjadi,
dan Candra Kirana mohon maaf atas kekeliruan yang pernah dibuatnya. Setelah itu baginda Raja
Kahuripan segera mempersiapkan upacara resmi pernikahan Randen Inu Kertapati dengan Galuh Candra
Kirana.

Paduka Liku yang mendengar berita pernikahan itu, menjadi kecut hatinya. Baginda Raja Daha pun
sudah tak mau lagi memperdulikan selirnya itu. Karena itu, paduka Liku menyuruh adiknya untuk
meminta ajimat guna-guna kepada pertapa yang dulu pernah diminta pertolongannya. Tetapi sayang,
untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Di tengah perjalanan, adiknya itu disambar petir dan
meninggal dunia. Paduka Liku putus asa lalu bunuh diri

Anda mungkin juga menyukai