Anda di halaman 1dari 3

SEJARAH SITU SANGHIYANG

Orientasi
Situ Sanghiyang dahulunya merupakan sebuah kerajaan yang bernama Saunggatang
yang dipimpin oleh seorang raja yang gagah dan tampan. Julukannya Raden Cipta Rasa. Di
dalam legenda, ia merupakan sosok raja yang sangat jago dalam seni ilmu bela diri.

Komplikasi
Pada suatu hari, seluruh raja-raja sekutu Mataram mendapat undangan untuk berkumpul
selama 40 hari di Mataram. Akan tetapi Raja Saunggatang pamit untuk pulang lebih dulu, di
tengah perjalanan tiba-tiba Ciptarasa teringat kabar yang beredar di masyarakat bahwa
permaisuri Raja Galuh adalah wanita tercantik di Pulau Jawa. Karena penasaran, Raja
Saunggatang bergegas cepat menuju kerajaan Galuh untuk membuktikan terkait kabar akan
kecantikan sang permaisuri Galuh tersebut.
Singkat cerita, sesampainya di depan Keraton Kerajaan Galuh, Raden Ciptarasa masuk
ke dalam istana untuk mencari permaisuri. Melihat seorang Ksatria yang gagah dan tampan,
permaisuri Raja Galuh yang bernama Ayu Cindera Wulan sangat kaget, hal serupa juga
dirasakan Raden Ciptarasa yang baru pertama kali dia melihat seorang putri cantik jelita.
Rasa kagum itu pun membuat Ayu Cindera Wulan ingin ikut kemanapun dirinya pergi. Maka
dibawalah Permaisuri Raja Galuh tersebut keluar dari dalam istana. Sesampainya di Kerajaan
Saunggatang, Ciptarasa dan Ayu Cindera Wulan disambut seluruh prajurit kerajaan
Saunggatang.
Namun, seluruh prajurit bingung dan heran ketika melihat seorang putri cantik yang
dibawa rajanya tersebut, apalagi mereka tidak mengetahui dari mana asalnya Putri berparas
jelita itu. Kemudian ada prajurit yang memberanikan diri bertanya kepada Raja Saunggatang.
“Sembah sinuwun nu kapihatur (maaf seribu maaf) siapakah bidadari yang dibawa ini, tuan
dan putri ini bagaikan kembang sepasang yang harum nan indah semerbak,” tanya prajurit
tersebut. Kemudian di Jawab oleh sang Raja bahwa putri yang dibawanya merupakan hadiah
dari Kerajaan Mataram, maka dirinya meminta untuk dinikahkan pada saat itu juga, dan
Raden Ciptarasa memerintahkan kepada seluruh abdi dalem untuk mempersiapkan makanan
dan minuman yang lezat

Klimaks
Dilain tempat Raja galuh mendapatkan pirasat buruk tentang istrinya. Kemudian ia
langsung bergegas pulang ke kerajaan galuh untuk memastikan pirasatnya. Setelah sampai di
kerajaan Galuh Raja Rangrangbuana Kaget karena mendapatkan kabar bahwa permaisuri
dibawa oleh seseorang yang tampan. Setelah mendapat kabar tersebut raja langsung pergi
mencarinya saat Raja mulai melewati persimpangan yang membingungkan ke mana arah
yang harus dituju, Ia melihat sobekan-sobekan jubah putih yang biasa biasa digunakan oleh
Permaisuri. Dengan petunjuk itu, Raden Rarangbuana akhirnya sampai ke sebuah daerah
yang dikenal dengan nama SaungGatang. Ditempat itu ternyata tengah berlangsung
pernikahan selama 7 hari 7 malam, yang ternyata istrinya sendiri yang menjadi mempelai
wanitanya
Pada saat raja galuh ingin masuk ke dalam istana Saunggatang, ia dilarang oleh Raden
Ciptarasa. Agar identitasnya tidak diketahui oleh orang lain bahwa dia seorang Raja , ia pun
menjelma menjadi Budak Buncir (bocah gendut), kemudian memanggil segerombolan anjing
untuk mengacaukan pesta tersebut. Suara gonggongan anjing di luar pun kemudian beradu
dengan suara riuhnya pesta, hingga lama kelamaan suaranya seperti ngahiang (berdengung).

Resolusi

Setelah berhasil mengacaukan pesta pernikahannya, Budak buncir itu pun menantang
Raden Ciptarasa dan para punggawanya untuk mencabut 7 batang lidi yang sudah ia
tancapkan di tanah. Tapi karena tidak ada orang yang sanggup untuk mencabutnya, budak
buncir pun mencabut lidi-lidinya kembali dan anehnya dari lubang batang lidi yang di
cabutnya keluar air yang tidak terbendung hingga membentuk sebuah situ (danau). Saat itu
Raja Galuh langsung mengeluarkan kutukan, bahwa semua orang yang tenggelam akan
menjelma menjadi ikan.

Koda

Walaupun seluruh rakyat dan istana sudah terendam air, ternyata Raja Saunggatang
masih tetap hidup. Dia mengambang di atas air dengan menggunakan lisung sebagai perahu,
lalu menangis menyesali perbuatan buruk yang telah dilakukannya. Dia sadar bahwa
perbuatan mengambil hak orang lain yaitu Permaisuri raja Galuh berakibat kehilangan rakyat,
Istana dan Negaranya. Sesampai di tepi Situ, perahu lisungnya menabrak sebuah batu, lalu
Raja Saunggatang meninggal dan dimakamkan di sebuah bukit kecil yang saat ini disebut
Parunggolong.
Jadi nama “hyang” itu tercipta dari riuhnya dua suara yang beradu, dan nama “sang”
sendiri merupakan menunjukkan pada sang pelaku, Raja Galuh dan Raja Saunggatang.

Anda mungkin juga menyukai