Anda di halaman 1dari 4

Putri Mandalika dikenal sebagai sosok yang rupawan dan bijaksana, jauh dari rasa egois karena ia tak

menaruh kepentingannya di atas milik orang lain (dalam kasus ini, warga Kerajaan Sekar Kuning). Tak
kalah penting, karakter lain dalam cerita ini adalah orang tua sang putri, Raden Panji Kusuma dan Dewi
Seranting yang dikenal arif dan memiliki tenggang rasa tinggi terhadap sesama. Selanjutnya adalah para
pangeran yang melayangkan pinangan untuk Putri Mandalika, digambarkan bersifat tamak dan sombong.

Penasaran cerita lengkapnya? Berikut cerita lengkap tentang pengorbanan Putri Mandalika.

Putri Kesayangan dari Kerajaan Sekar Kuning

Alkisah berdirilah kerajaan yang menghadap ke hampar Samudra Hindia, Kerajaan Sekar Kuning di negeri
Tonjeng Beru. Sang raja, Raden Panji Kusuma juga dikenal dengan sebutan Tonjeng Beru, memiliki istri
bernama Dewi Seranting. Keduanya terkenal rupawan, mereka pun hidup harmonis dan memerintah dengan
bijaksana hingga rakyat hidup sejahtera.

Hari yang dinanti tiba, raja dan ratu dikaruniai keturunan. Seorang putri berparas cantik yang diberi nama
Mandalika. Melihat sikap sehari-hari orang tuanya, Putri Mandalika tumbuh menjadi gadis santun, rendah
hati, dan sangat menyayangi rakyat. Ia bahkan rela membantu warga dengan tangannya sendiri, tanpa
memikirkan jika dirinya adalah seorang ningrat. Tak heran jika Putri Mandalika juga dicintai rakyat hingga
selalu dibanggakan sampai ke pelosok negeri.

Melihat sikap sehari-hari orang tuanya, Putri Mandalika tumbuh menjadi gadis santun, rendah hati, dan
sangat menyayangi rakyat.

Anugerah Menjadi Musibah

Siapa sangka, cerita dari mulut ke mulut mengenai paras rupawan dan budi baiknya membuat banyak
pangeran, dari kerajaan-kerajaan yang dekat maupun jauh, hendak memperistri Putri Mandalika. Mereka
menunggu hingga Putri Mandalika cukup umur lalu satu per satu melayangkan pinangannya ke Kerajaan
Sekar Kuning. Bersama surat-surat pinangan itu, datang juga pemberitahuan kedatangan para pangeran ke
Kerajaan Sekar Kuning untuk memberi hantaran dan memperkenalkan diri.

Satu, dua, tiga, hingga Belasan pangeran datang ke aula Raja Tonjeng Beru untuk memperkenalkan diri dan
menyampaikan maksud meminang Mandalika. Mereka tampan, terpelajar, dan berkarisma. Tak lupa para
pangeran juga membawa hantaran emas, kain sutra, aksesori wanita, hingga makanan khas daerah masing-
masing untuk memenangkan hati sang putri. Tumpukan hantaran sampai menggunung di kamar Putri
Mandalika. Bukan membuatnya senang, benda-benda indah itu malah menjadi beban buatnya.
Pertengkaran antar Pangeran

Sambil menunggu jawaban Putri Mandalika, semua pangeran yang datang dipersilakan tinggal di paviliun
tamu kerajaan. Awalnya paviliun itu sepi dan luas, tapi karena terus menerus kedatangan tamu pangeran
beserta ajudan-ajudannya, paviliun tamu menjadi ramai dan tidak nyaman. Tak jarang, pangeran-pangeran
juga beradu mulut dan saling membanggakan kerajaan mereka. Aura persaingan terasa sepanjang hari.

Suatu malam, Putri Mandalika datang ke paviliun tamu secara rahasia. Ia ingin melihat para pangeran yang
melamarnya. Namun tak disangka saat kedatangannya itu, yang terlihat bukan karisma para pangeran yang
menemui ayahnya di aula, melainkan sikap sombong dan kekanak-kanakan para pangeran yang sedang
memuji diri sendiri dan merendahkan kerajaan lain.

Yang terlihat bukan karisma para pangeran yang menemui ayahnya di aula, melainkan sikap sombong dan
kekanak-kanakan para pangeran yang sedang memuji diri sendiri dan merendahkan kerajaan lain.

Semakin lama Putri Mandalika mendengar obrolan mereka, semakin kejam kata-kata yang terucap dari
mulut para pangeran. Mereka tak segan mengajukan ancaman perang pada kerajaan lain. Apalagi jika
sampai tak terpilih, mereka hendak menyerang kerajaan yang berhasil meminang Putri Mandalika. Ada juga
yang akan mengajukan perang pada Kerajaan Sekar Kuning jika sampai cintanya ditolak.

Kecewa dengan apa yang disaksikannya, Putri Mandalika kembali ke kediamannya sambil menitikkan air
mata.

Berdiskusi dengan Raja dan Ratu

Kini Putri Mandalika bukan hanya bingung, ia pun takut salah mengambil keputusan. Ternyata lamaran-
lamaran itu bukan hanya tentang dirinya, tetapi juga tentang peperangan antar suku. Akhirnya Putri
Mandalika memutuskan berkonsultasi kepada ayah dan ibunya yang bijaksana.

Ternyata lamaran-lamaran itu bukan hanya tentang dirinya, tetapi juga tentang peperangan antar suku.

Tak bisa dimungkiri, raja dan ratu pun merasakan kebingungan serupa. Keduanya menyarankan Putri
Mandalika untuk meminta petunjuk pada Sang Maha Pencipta. Jawaban apapun yang Putri Mandalika
dapatkan, raja dan ratu akan menerima dan mendukungnya.

Bertolaklah Putri Mandalika untuk bersemedi di tebing Pantai Seger untuk mendapatkan jawaban yang
dicarinya.
Setelah tiga hari bersemedi, Putri Mandalika mengundang para pangeran untuk datang ke tebing Pantai
Seger saat fajar pada hari ke-20 bulan 10. Pilihan waktu ini dianggap janggal, hingga membuat banyak
orang penasaran. Berita ini juga terdengar hingga ke telinga rakyat Kerajaan Sekar Kuning dan kerajaan
sekitar.

Jawaban Putri Mandalika

Hari yang ditunggu tiba, kawasan Pantai Seger kini dipadati penduduk yang ikut penasaran akan jawaban
Putri Mandalika. Sang putri tiba diiringi kedua orang tua dan pengawalnya sambil berjalan kaki. Ia terlihat
memesona, wajahnya terlihat makin rupawan dalam balutan busana sutra warna-warni yang ia kenakan.
Rambutnya panjang terurai di bawah mahkota, matanya terlihat tegas sekaligus teduh.

Putri Mandalika menuju ke ujung tebing tertinggi sendirian, membuatnya terlihat di antara kerumunan
orang. Saat sinar matahari menyinari dirinya, Putri Mandalika mengatakan dengan lantang jika ia menerima
semua pinangan para pangeran. Pernyataan putri membuat bingung semua orang! Katanya, jawaban itu
adalah yang terbaik yang ditunjukan Sang Maha Pencipta. Putri Mandalika diperlihatkan pandangan jika
menerima hanya satu saja pinangan, perang besar akan terjadi.

Saat sinar matahari menyinari dirinya, Putri Mandalika mengatakan dengan lantang jika ia menerima semua
pinangan para pangeran.

Putri Mandalika melanjutkan, katanya semua pangeran baik untuknya, tetapi para pangeran harus menjadi
pemimpin yang lebih baik untuk rakyat, karena yang ia inginkan hanyalah kesejahteraan rakyat. Sebaliknya,
perang hanya membawa kesengsaraan bagi rakyat. Ia pun mengucap terima kasih atas pinangan dan kasih
sayang semua orang padanya. Kemudian Putri Mandalika membalik badan menghadap ke samudra, lalu
melompat ke lautan disambut ombak besar yang menelan tubuhnya.

Kemunculan Nyale

Melihat putri kesayangan jatuh ke laut, raja segera menceburkan diri ke air untuk mencari anaknya. Diikuti
oleh para pangeran dan seluruh rakyat yang berkumpul di Pantai Seger. Namun dari ratusan orang yang
mencari, tak ada satupun yang menemukan tubuh Putri Mandalika.

Yang terlihat di dalam air malah ribuan biota laut serupa pita yang menjuntai berwarna-warni. Warnanya
sama dengan kain sutra yang dikenakan Putri Mandalika, hingga banyak orang yang terkecoh dan
menangkapnya.
Raja dan ratu akhirnya menyadari, jika cacing-cacing berwarna indah itu adalah jelmaan putrinya yang telah
berkorban demi rakyat. Akhirnya, raja dan ratu memerintahkan rakyat untuk mengumpulkan cacing-cacing
itu dan membawanya pulang. Sebagian menaruhnya di sawah dan membuat tanaman mereka subur,
sebagian lainnya membuat masakan dari cacing-cacing yang mereka sebut nyale sehingga kebutuhan pangan
mereka selalu tercukupi dan sejahtera, seperti keinginan Putri Mandalika.

Anda mungkin juga menyukai