Anda di halaman 1dari 8

1.

Legenda Putri Mandalika


Putri Mandalika lebih dikenal dengan sebutan Mandalike. Ia merupakan putri yang
berasal dari salah satu kerajaan di Pulau Lombok, yang bernama Kerajaan Tonjang
Beru. Raja Kerajaan Tojang Beru memerintahkan wilayah dengan adil dan makmur.
Putri Mandalika dikenal sebagai putri yang paling cantik, kecantikannya dikenal
hingga ke pelosok negeri.
Putri Mandalika tidak hanya cantik melainkan tutur katanya lembut dan bahasanya
sopan. Ia juga senang menolong.

Banyak pangeran yang ingin melamarnya. Raja menyerahkan keputusan pada putri.
Demi tanggung jawabnya, putri bertapa untuk meminta petunjuk.
Setelah bertapa, putri mengundang seluruh pangeran yang ingin melamarnya untuk
berkumpul pada tanggal 20 bulan 10 pada penanggalan Sasak.
Para pengeran diminta berkumpul di Pantai Seger, yang saat ini klebih dikenal
sebagai Pantai Kuta, Lombok, pada pagi buta sebelum adzan Subuh berkumandang.
Pada hari yang ditentukan para pangeran berkumpul. Saat matahari berada di ufuk
timur, puteri bersama raja dan ratu serta pengawal datang menemui mereka.
Putri Mandalika terlihat cantik karena menggunakan bahan sutra. Penampilan putri
membuat para pangeran makings oh terpikat. Kemudian, Putri Mandalika naik ke atas
Bukit Seger ditemani
pengawal. Dari atas bukit, putri menyampaikan pesan pada semua yang hadir di
Pantai Seger. Ia berencana manerima semua pinangan pelamar. Putri mengambil
keputusan tersebut supaya ketentraman dan kedamaian pulau tidak rusak karena
persaingan. Sebab, kalau ia menerima pinangan salah satu orang saja maka
perselisihan akan terjadi.
Pengumuman tersebut membuat peserta terheran-heran. Selanjutnya, putri menjatuhkan
diri ke laut dan hanyut ditelan ombak.
Melihat kejadian itu, para peserta berusaha mencari putri, namun putri tidak
ditemukan.
Setelahnya, muncul binatang-binatang kecil yang jumlahnya sangat banyak. Binatang
tersebut menyerupai cacing yang amat panjang. Masyarakat setempat menyebutnya
nyale. Perbuatan putri sangat dikenang masyarakat Lombok. Oleh karena itu dibuat
Upacara Nyale atau Bau Nyale, upacara dilakukan pada Februari hingga Maret, setiap
tahun.

3.Amanat yang terdapat dalam cerita ’(putri mandalika) adalah agar semua orang
senantiasa rela berkorban untuk orang lain dan bijaksana serta adil dalam bertindak
atau mengambil keputusan. Dalam cerita ‘Bau Nyale,’ hal tersebut dapat dilihat dari
perkataan Putri Mandalika ketika mengumumkan keputusannya kepada Pangeran yang
memperebutkannya, orang tua dan seluruh rakyatnya seperti yang tergambar dalam
kutipan berikut :
“Wahai ayahanda dan ibuda serta semua Pangeran dan rakyat Negeri Tonjang Beru yang
aku cintai. Hari aku telah menetapkan bahwa diriku untuk kamu semua. Aku tidak
dapat memilih satu diantara Pangeran. Karena ini takdir yang menghendaki agar aku
menjadi nyale yang dapat kalian nikmati bersama pada bulan dan tanggal saat
munculnya nyale di permukaan laut.”

NASKAH DRAMA PUTRI MANDALIKA


Lek jaman laek papahn lek pantai selatan pulau lombok arak sopok kerajaan sak
paling terkenal aran kerajaan tonjeng beru tepimpin sik raje tonjeng beru dait
permaesuri dewi seranting.bedui bije aran putri mandalika gadis paling solah dait
sopan santun solah uni kanen.
lek sopok kebian tonjang beru nyeken kanak masalah anakn dait seninen sak aran dewi
seranting sak aran mandalike

R.tonjeng beru:permaisuringk kmbekm muruk lik duah,untak bian wah


(sambil melihat permaisurinya di halaman rumah)
P.dewi seranting: aok kakanda
(sambil berjalan menuju suaminya)
R.tonjeng beru:(melihat wajah permaesuri dewi seranting)laun jlk adinda ak kmbekm
adinda?
P.dewi seranting:arak wak pikir adinda,tentang bijent
R.tonjeng beru:apek wam pikir adinda?
P.dewi seranting:anakt kanda putri mandalika!
R.tonjeng beru:ak kmbek anakt adinda anh juluk barakk
P.dewi seranting:aok kanda,wak pikir”a untak belik wah anakt mok wayen ak bedui
semame
R.tonjeng beru:aok adinda aku bae yewak pikir mok andingk ak bukak lamaran nani
penok pasti mili lamar anakt sak paling engesn lik gumi lombok,adinda.
P.dewi seranting:aok kanda setujunghk,saikak ndek mili lik anakt uk solah,lik bat
sangkar daye lombok luik dgn milikn kakanda.

Keesokan harinya putri mandalika sedang menari di aula kerajaan dgn penuh hikmat
menikmati alunan musik sasak lalu dtglah para pangeran dan menyebut-nyebut nama
putri mandalika.puti mandika pun bingun ada apa ini kemuan ia berlari mencari
ayahnya untuk menanyakan hal ini:
Putri mandalika:ayahanda……ibunda?adaapa ini? siapa mereka?

Naskah Drama Putri Mandalika (Nyale)

ADEGAN I
Setting : Halaman belakang kerajaan, malam hari
Pada zaman dahulu di pantai selatan Pulau Lombok terdapat sebuah kerajaan yang
bernama Tonjang Beru. Negeri Tonjang Beru ini diperintah oleh raja yang terkenal
akan kearifan dan kebijaksanaannya. Raja itu bernama raja Tonjang Beru dengan
permaisurinya Dewi Seranting. Mereka mempunyai seorang putri yang amat elok
parasnya serta sangat anggun dan jelita, yang bernama Putri Mandalika. Di samping
anggun dan cantik ia terkenal ramah dan sopan. Semua orang tahu tentang keindahan
dan kebaikan Putri Mandalika, bahkan orang-orang dari kerajaan lain di sekitar
pulau.
Disuatu malam terjadi perbincangan antara raja Tonjang Beru dan permainsuri Dewi
Seranting mengenai putri tunggalnya, Mandalika.
R. Tojang Beru : “Permainsuri ku, mengapa engkau di luar sana? Ini sudah
larut, mari masuklah.”
(Sambil melihat permainsuri yang duduk di halaman belakang rumahnya)
P. Dewi Seranting : “Iya kakanda,”
(Berjalan menuju Raja Tojang Beru)
R. Tojang Beru : (Melihat wajah permainsuri Dewi Seranting) “Tunggu dulu
adinda,
kakanda perhatikan mengapa wajah adinda seperti itu? Bak sinar rembulan yang tak
memancarkan cahayanya.”
P. Dewi Seranting : “Ah, kakanda. Adinda lagi memikirkan sesuatu kanda.”
R. Tojang Beru : “Apa yang kau pikirkan adinda? Ceritalah dengan kakanda,
kakanda
selalu ada disampingmu”
P. Dewi Seranting : “Baiklah, Hm… Adinda berfikir, sudah saatnya bagi Mandalika
memiliki pendamping hidup,”
R. Tojang Beru : “Ya benaar adinda, kakanda juga berfikir begitu. Mungkin
jika kakanda membuka lamaran pinangan untuk putri cantik kita akan banyak yang
menginginkanya,”
P. Dewi Seranting : “Adinda setuju kakanda. Tentu saja banyak. Siapa yang tak
kenal dengan putri cantik kita, dari ujung timur sampai ujung barat pulau Lombok
banyak lelaki yang menginkanya”
R. Tojang Beru : “Baiklah adinda, jangan terlalu difikirkan. Pasti putri
cantik kita akan mendaptkan pasangan yang tepat,”
P. Dewi Seranting : “Iya kakanda, terimaksih ya,”
R. Tojang Beru : “Iya adinda, mari kita masuk,”
P. Dewi Seranting : “Mari kakanda,”

ADEGAN II
Setting : Kerajaan, Pagi hari
Keesokan harinya, putri Mandalika yang sedang menari di ruang utama kerajaan
dikejutkan oleh datangnya para pangeran yang membagi habis bumi Sasak (Lombok)
untuk melamar putri Mandalika. Masing – masing dari kerajaan Johor, Lipur, Pane,
Kuripan, Daha, dan kerajaan Beru.
(Putri Mandalika menari dengan nikmatanya, kemudian bingung dengan datangnya para
panggeran).
Panggeran Datu Teruna: “Aku datang putri Mandalika,”
(Putri Mandalika terkejut mendengar sapaan sang panggeran, lalu berlari ke sudut
lain)
Panggeran Maliawang : “Aku di sini putri”
(Putri Mandalika pun kembali terkejut dan berlari ke arah sudut yang lain dan
menemukan pangeran dari kerajaan pane)
(Putri pun semakin bingung dan berlari ke sudut yang lain, lalu menemukan pangeran
dari kerajaan Kuripan)
(Putri pun berlari ke arah sudut yang lain dan menemukan lagi pangeran dari
kerajaan Daha)
(Putri Mandalika pun terkejut lagi dan berlari ke arah sudut yang sama, tapi tetap
saja menemukan pangeran yang lainnya yaitu dari kerajaan Beru)
(Putri pun terkapar)
Putri Mandalika : “Ayahanda.. Ibunda? Ada apa ini? Siapa mereka?”
(Raja Tojang Beru berjalan menuju ruang utama kerajaan)
R. Tojang Beru : “Oh ruapanya para panggeran sudah datang. Putri ku ini
adalah para pangeran yang datang untuk melamarmu,”
Putri Mandalika : “Maksud ayahanda?”
P. Dewi Seranting : “Ya, mereka melamar mu dan kau harus memilih salah satunya
untuk menjadi pendamping hidup mu putri ku,”
(Wajah putri Mandalika yang nampak kebingunagan)
R. Tojang Beru : “Terimakasih atas kedatangan kalian”
(Para pangeran pun menunduk depan raja Tojang Beru, memberikan penghormatan)
R. Tojang Beru : “ Silahkan jelaskan maksud kalian,”
(Pangeran Datu Teruna pun berdiri)
Pangeran Datu Teruna: “Aku di sini datang melamarmu adindaku, kau pasti mau dengan
ku!”
(Pangeran Maliawang pun berdiri)
Pangeran Maliawang: “Tidak, mana mau dia dengan kau! yang pantas dengan mu itu aku
putri,”
(Panggeran dari kerajaan Pane pun berdiri)
Kerajaan Pane : “Heh, apa yang kau kata? Putri akulah pangeran impian mu,”
(Panggeran dari kerajaan Kuripan pun berdiri)
Kerajaan Kuripan : “Kau, kau dan kau tak pantas untuknya, akulah sumai idaman,”
(Panggeran dari kerajaan Daha pun berdiri)
Kerajaan Daha : “Tak waras kalian, kalian hanya bermimpi mendaptkannya!
Lihatlah aku, hanya aku yang pantas mendapatkannya”
(Panggeran dari kerajaan Beru pun berdiri)
Kerajaan Beru : “Jangan dengarkan mereka! Putri, maukah engkau menikah
dengan ku?”
P. Dewi Seranting : “Sudah, sudah. Lebih baik kalian bertarung sportif untuk
memikat anakku,”
R. Tojang Beru : “Benar sekali, silahkan siapa yang ingin mulai duluan,”
(Pangeran Datu Teruna dari Kerajaan Johor pun maju mendekati sang putri)
Panggeran Datu Teruna: “Ehm.. ehm.. menurut adinda KERA aja apa yang harus
dimusnahkan?”
Putri Mandalika : “Adinda tidak tau kakanda. KERA apa itu?”
Pangeran Datu Teruna: “KERAguan untuk melamarmu adindaku sayang J”
(Sambil memberikan mawar merah)
Putri Mandalika : “Terimakasih kakanda”
(Pangeran Maliawang dari Kerajaan Lipur pun maju dan menyuruh kerajaan Johor
mundur)
Pangeran Malawaang: “Adinda ku nan cantik jelita… Kakanda mau bilang sesuatu,”
Putri Mandalika : “Apa kakanda Lipur?
Pangeran Maliawaang: “Kakanda sudah siap kalo Senin harus bangun pagi, apalagi
kalau bangun rumah tangga sama kamu adindaku” (Sambil memberikan cincin berlian)
Kerajaan Pane : “Adinda Mandalika, Kakanda tak ingin daftar jadi boyband
yang sedang tenar sekarang,”
Putri Mandalika : “Mengapa kakanda? Kan boyband keren,”
Kerajaan Pane : “Daripada daftar jadi Boyband mending aku daftar jadi
Boyfriend kamu aja adinda ku,” (sambil menyanyikan salah satu reff lagu boyband)
(Keraajaan Kuripan pun maju)
Kerajaan Kuripan : “Adinda jangan dengarkan rayuan mereka,”
Putri Mandalika : “Mengapa kakanda? Apakah ada yang salah?”
Kerajaan Kuripan : “Tidak adinda, bukan begitu. Buat kakanda, semua hari itu
selasa dinda,”
Putri Mandalika : “Selasa?”
Kerajaan Kuripan : “Ya SELASA ada di sulga kalo baleng kamu,” (Sambil merasa
terbang tinggi)
Kerajaan Daha : “Adinda, punya lem gak?”
Putri Mandalika : “Ada kakanda, emang untuk apa?”
Kerajaan Daha : “Buat ng-lem hati kita biar menyatu,”
Kerajaan Beru : “Minggir kau Daha, aku ingin memberikan kue donnat buat
adinda,”
Putri Mandalika : “Terimakasih kakanda,”
Kerajaan Beru : “Tapi coba adinda perhatikan setiap kue donnat
pasti bolong, tau gak kenapa?”
Putri Mandalika : “Memangnya kenapa kakanda?”
Kerajaan Beru : “Biar kakanda bisa lihat wajah cantik adinda, hahaii”
(Sambil bergaya konyol melihat wajah putri mandalika dari bolongan donnat”
Putri Mandalika : “Terimakaih atas semuanya para pangeran tapi saya… tidak
akan memilih siapapun dari kalian,”
Para pangeran : “Kenapa?” (Secara serentak)
Putri Mandalika : “Karena saya tak ingin menyakiti hati para pangeran jika
saya memilih salah satu dari kalian,”
Panggeran Maliawang: “Tapi aku sungguh mencintaimu, putri Mandalika”
Putri Mandalika : “Aku tetap tidak bisa menerimamu panggeran,”
Pangeran Maliawaang: “Bila kau menjadi permaisuriku, tentunya aku dapat
menggabungkan dua buah kerajaan besar, sehingga kekuasaanku tak akan bisa
ditaklukkan oleh kerajaan manapun di jagat ini,”
Puteri Mandalika : “Oh… sungguh pemikiran yang picik!”
Pangeran Maliawang: “Apa maksud perkataanmu Adinda?”
Puteri Mandalika : “Apakah semua laki-laki begitu terobsesi dengan kekuasaan?
Cinta sesungguhnya tidak memiliki hubungan dengan penaklukan. Cinta adalah
kehidupan, sehingga ia menghidupkan manusia yang mengalaminya, bukan untuk
menaklukan, apalagi untuk saling memusnahkan!”
Pangeran Maliawang: “Aku tidak bermaksud menaklukkanmu Adinda Putri, justru saat
ini akulah yang takluk dihadapanmu.
Putri Mandalika : “Lalu apa maksud Kanda Pangeran dengan memiliki kekuasaan
yang lebih besar, tanpa dapat ditaklukkan oleh kerajaan lainnya?”
(Panggeran Maliawang pun terdiam tak mampu untuk menjawab)
Pangeran Datu Teruna: “Aku tidak terima dengan keputusan mu putri!
Putri Mandalika : “Kamu egois pangeran Teruna,”
Pangeran Datu Teruna: “Hebat sekali kau mengatakan aku egois,”
Putri Mandalika : “Maafkan aku jika aku mengatakan dirimu egois. Saat aku
memintamu untuk memikirkan rakyat, kau justru memikirkan kepentinganmu sendiri.
Dimana kelayakanmu menjadi seorang pemimpin sebuah negeri, bila kau hanya
memikirkan keinginanmu sendiri?”
Pangeran Datu Teruna: “Terserah apa yang kau kata putri, aku hanya menginginkan mu!
Lihat saja nanti kerajaan Tojang Beru, saya tidak akan diam!” (Menatap sang putri
dengan penuh kemarahan)
Pangeran Maliawang: “Hum, aku kecewa dengan semua ini mari kita pergi, tak ada
gunanya semua ini,”
P. Dewi Seranting : “Tunggu dulu pangeran,”
(Sambil melihat para panggeran yang berlalu meningglkan kerjaaan)

ADEGAN III
Setting : Kerajaan Tojang Beru, sore hari
Dua pangeran amat murka menerima kenyataan itu. Mereka adalah Pangeran Datu Teruna
dari kerajaan Johor dan Pangeran Maliawang dari kerajaan Lipur. Datu Teruna
mengutus Arya Bawal untuk melamar, dengan ancaman hancurnya kerajaan Tonjang Beru
bila lamaran itu ditolaknya. Pangeran Maliawang mengirim Arya Bumbang dengan hajat
dan ancaman yang serupa.
Arya Bawal dan Arya Bumbang berangkat meuju Kerjaan Tonjang Beru. Mereka tiba di
Kerjaan Tojang Beru bersam-sama lalu langsung menghadap sang raja.
R. Tojang Beru : “Apa maksud kedatangan kalian ke sini?”
(Arya Bawal dan Arya Bumbang saling menatap)
Arya Bawal : “Kamu saja duluan ,” (Sambil berbisik ke Arya Bumbang)
Arya Bumbang : “Tidak, tidak. Aku takut, kamu saja kan kamu yang duluan
tiba di sini”
Arya Bawal : “Kamu yang duluan sampai di sini, bukan aku. Kamu yang
duluan!”
Arya Bumbang : “Aku tidak mau, kamu duluan!”
Arya Bawal : “Kalau begitu kitaa swit saja. Ok?”
Arya Bumbang : “Oke, gunting batu kertas!”
(Sambil swith di hadapan raja)
R. Tojang Beru : “Mengapa kalian bertengkar dihadapan ku! Ayo cepat jawab,
jangan bermain-main dengan ku,”
Arya Bawal : “Ehm, hamba ke sini diutus oleh panggeran Datu Teruna
dari Kerajaan Johor untuk melamar putri anda tuan, putri Mandalika”
R. Tojang Beru : “Hum, begitu rupanya. Terus kau apa? (sambil menujuk Arya
Bumbang)
Arya Bumbang : “Sama seperti dia tuan, tapi saya datang atas perintah
panggeran Maliawang dari Kerajaan Lipur,”
R. Tojang Beru : “Oh yaya, tapi putri saya tak ingin menerima siapapun. Dia
menolak seluruh lamaran yang datang,”
Arya Bawal : “Kalau putri Mandalika menolak lamaran ini, maka tak
segan-segan Kerajaan Johor akan menghancurkan Kerjaan Tojaung Beru!”
Arya Bumbang : “Ya, Kerajaan Lipur pun akan mengahancurkan Kerjaan Tojang
Beru sampai rata dengan tanah, jika menolak lamaran ini!”
R. Tojang Beru : “Tapi anakku tidak akan bisa memilih salah satu diantara
raja kalain,”
Arya Beru : “Pesan pangeran dia akan mengadakan perang adu
kekuatan,”
Arya Bumbang : “Ya, Siapa yang menang itulah yang berhak medapatkan putri
Mandalika,”
(Putri Mandalika yang dari tadi mendengar pembicaraan merka pun berjalan menuju
para utusaan panggeran)
Putri Mandalika : “Sampaikan maafku atas sikapku tadi kepada raja-raja
kalian, tapi aku emang tak bisa
Arya Bumbang : “Baiklah kalau begitu, mari kita kemon bro,”
Arya Beru : “Oke bro!,”

ADEGAN IV
Setting: Lapangan, pagi hari
Keesokn harinya, dua panggeran dari kerajaan Johor dan kerajaan Lipur bertemu untuk
adu kekuatan. Rakyat pun berdatangan untuk menyaksikan pertandingan. Mereka adu
kekuatan dengan Presean, yaitu pertarungan 2 lelaki sasak bersenjatakan tongkat
rotan (penjalin) serta berperisai (ende) kulit kerbau tebal dan keras.
Pangeran Datu Terun: “Hai kau Maliawang ! sudah kau siapkan mental untuk melawan ku
hah?
Pangeran Maliawang: “Tak perlu aku siapkan mental untuk melawan semut seperti kau!”
Pangeran Datu Teruna: “Sini kau kalau berani, serang aku!” (Sambil menyiapkan tokat
dan prisainya dibantu oleh Arya Beru)
Pangeran Maliawang: “Oh, rupanya kau menantang ku? Berani juga kau,” (sambil
menyiapkan tongkat dan prisainya Arya Bumbang)
Arya Beru : “Ayo tuan, pasti menang,”
Arya Bumbang : “Kalahkan ia tuan!”
Sang wasit pun memberikan aba-aba untuk memulai pertandingan. Dan pertandingan pun
mulai.
(BERTANDING)
Setelah sekian lama bertanding pangeran Datu Teruna dan pangeran Maliawang,
ternyata tak ada yang menang. Rakyat yang mendukung dua kerajaan ini pun ikut
berkelahi, menimbulkan kekacauan di daerah Tojang Beru.

ADEGAN V
Setting: Kamar Putri Mandalika, siang hari
Sudah beberapa haari yang lalu putri mengurung diri dikamar. Tampaknya dia
memikirkan sesuatu yang menjadi beban yang berat dikepalanya. Seperti biasa dayang-
dayang pribadinya menuju kamarnya untuk mengantarkan makan siang.
Dayang Tuna dan Dayang Tebuik : “Putri, bolehkah kami masuk?” (Sambil mengetok
pintuu putri)
Putri Mandalika : “Silahkan masuklah,”
(Dyang-dayang pun masuk dan langsung mendekati puri)
Dayang Tuna : “Ini makan siangnya putri,”
Dayang Tebuik : “Dan ini minumnya putri,”
Putri Mandalika : “Terimakasih, tapi saya tak nafsu makan,”
Dayang Tuna : “Mengapa putri? Sudah beberapa hari ini putri tak makan
hanya meminum air ini saja,”
Putri Mandalika : “Tidak ada, saya hanya memikirkan tentang kesejahteraan
rakyat saja,”
Dayang Tuna : “Apakah gara-gara itu putri tak nafsu makan? Janganlah di
fikirkan putri, nanti putri akan sakit,”
Dayang Tabuik : “Iya, kalau putri sakit rakyat akan sedih, lihatlah badan
putri terlihat kurus tak seperti biasa,”
Putri Mandalika : “Saya merasa senang memiliki dayang seperti kalian, kalian
sunggu perhatian,”
Dayang Tebuik : “Oh ya putri, Apakah putri telah mendengar bahwa di negeri
ini akan terjadi malapetaka besar,”
Putri Mandalika : “Malapetaka besar?”
Dayang Tuna : “Ya putri, seluruh pangeran yang pernah datang melamarmu
akan mengadakan perang. Mereka bersepakat, siapa yang menang dalam perang itu,
dialah yang akan menjadi suamimu,”
Putri Mandalika : “Saya sudah mendengar berita itu,”
Dayang Tuna : “Kami khawatir itu akan terjadi putri,”
Putri Mandalika : “Tenang itu tidak akan terjadi.”
Ddayang Tebuik : “Baiklah, kami percaya kepada putri, putri pasti bisa
mengurusnya,’’
(P. Dewi Seranting pun masuk dan mendekati putrinya)
P. Dewi Seranting : “Anakku?”
Putri Mandalika : “Iya Ibunda?”
P. Dewi Seranting : “Bisa kah kalian keluar dari sini?”
Dayang Tuna dan Ddayang Tebuik: “Iya bagginda ratu,” (Sambil memberikan
penghormatan)
Putri Mandalika : “Ada apa ibunda?”
P. Dewi Seranting : “Kau sudah mendengar tentang peperangan itu kan?
Putri Mandalika : “Iya ibunda,”
P. Dewi Seranting : “Lalu apa yang akan kau lakukan?
Putri Mandalika : “Maafkan Putri, Ibunda! Ini semua salah Putri, karena
telah menolak semua lamaran mereka. Jika Ibunda berkenan, izinkanlah Putri yang
menyelesaikan masalah ini,”
P. Dewi Seranting : “Ya, tentu saja. I think you know the the best thing for
this, and the best one for you!” Ibunda pikir putri tahu hal terbaik untuk ini, dan
yang terbaik untuk putri! ”
(Sambil memeluk Putrri Mandalika)

ADEGAN VI
Setting: Pantai Seger Kuta, subuh
Dalam semadi, sang putri mendapat wangsit agar mengundang semua pangeran dalam
pertemuan pada tanggal 20 bulan 10 (bulan Sasak), bertempat di Pantai Seger Kuta,
Lombok Tengah. Semua pangeran yang diundang harus disertai oleh seluruh rakyatnya
masing-masing. Mereka harus datang ke tempat itu sebelum matahari memancarkan
sinarnya di ufuk Timur.
Hari yang ditunggu telah tiba, pantai Seger Kuta berubah menjadi snagat ramai
dengan kedatangan para rakyat. Tak berapa lama, sang Putri yang sudah tersohor
kecantikannya itu pun tiba di tempat dengan diusung menggunakan usungan yang
berlapiskan emas. Seluruh undangan serentak memberi hormat kepada sang Putri yang
didampingi oleh Ayahanda dan Ibundanya serta sejumlah pengawal kerajaan. Suasana
yang tadinya hiruk-pikuk berubah menjadi tenang.
Putri Mandalika : “Aku tidak akan memilih siapapun,”
R. Tonjang Beru : “Mengapa seperti itu putriku?”
Putri Mandalika : “Wahai, Ayahanda dan Ibunda serta semua pangeran maafkan
aku, kuharap kalian bisa menjadi pemimpin yang bijak, tanpa harus menaklukkan satu
sama lainnya. Maafkan aku rakyat negeri Tojang Beru bila aku pergi meninggalkan
kalian saat ini.
P. Dewi Seranting : “Apa maksud mu putriku?”
Putri Mandalika : “Diriku telah ditakdirkan menjadi Nyale yang dapat kalain
nikmati bersama, aku akan hadir setiap tahunnya, karena aku bukan untuk satu
pangeran semata, aku adalah untuk kalian semua, aku adalah untuk rakyatku, untuk
negeriku…”
(Tiba-tiba Putri Mandalika menceburkan diri ke dalam laut dan langsung ditelan
gelombang. Bersamaan dengan itu pula, angin bertiup kencang, kilat dan petir pun
menggelegar. Suasana di pantai itu menjadi kacau-balau. Suara teriakan terdengar di
mana-mana. Sesekali terdengar suara pekikan minta tolong. Namun, suasana itu
berlangsung tidak lama)
R. Tojang Beru : “Mandalika-mandalika, dimana kamu putri ku?”
P. Dewi Seranting : “Anakku? Mengapa kau pergi meninggalkan ibumu ini?”
Rakyat : “Lihatlah binatang ini cacing laut,
indah sekali. Warnanya pun cantik,”
(Para rakyat pun mengambil cacing laut tersebut)

PROLOG
Itulah kisah Bau Nyale.Penangkapan Nyale menjadi tradisi turun – temurun di pulau
Lombok. Pada saat acara Bau Nyale yang dilangsungkan pada masa sekarang ini, mereka
sejak sore hari mereka yang akan menangkap Nyale berkumpul di pantai mengisi acara
dengan peresean, membuat kemah dan mengisi acara malam dengan berbagai kesenian
tradisional seperti Betandak (berbalas pantun), Bejambik (pemberian cendera mata
kepada kekasih), serta Belancaran (pesiar dengan perahu). Dan tak ketinggalan pula,
digelar drama kolosal Putri Mandalika di pantai Seger.

Penulis : Nurul Fikriati Ayu Hapsari


Naskah putri mandalika saya cari diinternet tapi gak dapet hanya dapet ceritanya
saja jadi terpaksa buat :D. Maaf ya kalau ada yang salah maklum belum diedit 😀

Comments Off on Naskah Drama Putri Mandalika (Nyale)


Posted in Uncategorized


• Recent Posts
• Malbar Expres Yogyakarta, Holiday!
• Naskah Drama Putri Mandalika (Nyale)
• Teka-teki menghilangnya Tekno Trend, kemanakah ia?
• Tekno Kompas TV – 8 Maret 2014
• Tekno Kompas TV – 1 Maret 2014
• Archives
• March 2015
• September 2014
• May 2014
• March 2014
• February 2014
• Categories
• Uncategorized
• Meta
• Register
• Log in
• Entries RSS
• Comments RSS
• WordPress.or

niak taokm tulisn kenengk sak wam translet eto!!!

Anda mungkin juga menyukai