Anda di halaman 1dari 5

LEGENDA GUNUNG KELUD

Alkisah Dahulu kala di Kediri-Jawa Timur ada seorang Raja bernama Prabu Brawijaya
yang berkuasa di Majapahit. Sang prabu memiliki seorang putri yang cantik jelita bernama Dyah
Ayu Pusparini. Kecantikan sang putri sangat terkenal di seantero negeri. Banyak pemuda dari
berbagai penjuru mencoba meminang sang putri, namun sia-sia karena sang putri selalu menolak.
Melihat hal itu, sang Prabu mulai Gundah.

Prabu : “Dyah ayu putriku, mengapa engkau selalu menolak setiap pinangan pemuda?”
Tanya sang Prabu
Putri : “Ampuni aku ayahanda, sesungguhnya ananda belum berkeinginan untuk
menikah”. Jawab sang putri tertunduk
Prabu: “Ketahuilah putriku, Ayahanda sedang memikirkan masa depanmu dan juga
kerajaan ini, jika kau tak menikah, lalu siapa yang akan menjadi penerus tahtaku kelak?”
tanya sang raja dengan menggenggam kedua tangan putrinya

Sang putri tetap tertunduk dengan perasaan bingung, lalu pergi begitu saja meninggalkan sang
Prabu. Sang Prabu yang sendirian kini hanya duduk termenung memikirkan bagaimana cara agar
putri kesayangannya itu bersedia menikah dengan lelaki yang tepat.
Suatu hari saat Sang Prabu sedang meditasi, ia mendapat petunjuk agar putrinya segera
menikah. Ia segera bergegas menemui sang putri yang sedang duduk ditaman bersama dayang-
dayang istana, kemudian mengajaknya berbicara empat mata dengannya. (putri memberi isyarat
pada para dayang untuk pergi dengan tangannya).

Prabu: “ wahai putriku tercinta, ayahanda tahu engkau menginginkan suami yang hebat
dan sakti mandraguna serta tampan. Ayahanda memiliki ide …”
Putri: “ide apa Ayahanda?” Tanya sang putri dengan muka penasaran.
Prabu: “ Akan diadakan sayembara “bagi siapapun laki-laki yang bisa merentangkan
Busur Kyai Garudayaksa kemudian mengangkat Gong Kyai Sekardelima, maka dialah
orang yang berhak untuk mempersunting dirimu.” ” Tegas sang Prabu
Putri : “ Sendiko dawuh Ayahanda ” Jawab sang putri sembari tersenyum tipis.

Prabu Brawijaya segera memerintahkan pengawal untuk menyebarkan Sayembara kepada


seluruh rakyat dan pangeran disekitar Majapahit.
Hari berganti hari, sang putri bingung dengan keputusan yang telah ia ambil, Ia sering
merenung dan berharap suaminya kelak benar-benar lelaki hebat dan tampan. Ia juga tahu bahwa
pusaka yang akan digunakan dalam sayembara bukan pusaka sembarangan, tak sembarang orang
bisa menaklukannya.
Akhirnya tibalah pada hari sayembara, peserta dari seluruh penjuru negeri datang dan
berkumpul di Alun-alun Kerajaan. Terlihat Prabu Brawijaya duduk di singgasananya bersama
Permaisuri dan Putri Tercintanya Dyah Ayu Pusparini. Prabu Brawijaya memukul gong pertanda
Sayembara dimulai. Secara bergantian peserta mulai merentangkan busur dan mengangkat gong,
namun tak ada satupun yang berhasil, bahkan beberapa peserta mengalami cidera, ada yang
patah tulang ada juga yang cidera punggung.

Prabu Brawijaya pun mulai gelisah, dalam hatinya mengatakan “Bagaimana ini? Tak ada
satupun lelaki yang bisa menaklukkan sayembara ini. Apakah putriku tidak akan
menikah? (Nada Bingung)
Tidak! Putriku harus tetap menikah! Oh Jagat Dewa Bathara (sambungnya memohon)”

Ketika Prabu Brawijaya akan memukul gong tanda sayembara usai, tiba-tiba terdengar
suara derap langkah yang membuat jantung bergetar dan dari kejauhan terlihat seorang pemuda
dengan tubuh kekar berkepala lembu berjalan tegap menghampiri sang Prabu. Pemuda itu
berkata:

Lembu Suro: “ Ampun wahai sang Prabu, perkenankan hamba mengikuti sayembara ini.

Prabu : terdiam sejenak, lalu bertanya “ Siapakah engkau Kisanak? ” sembari
mengernyitkan dahi
Lembu Suro : “ perkenalkan, Saya Lembu Suro ” Jawabnya dengan tegas
Prabu : “ Huh ! Baiklah kau boleh mengikuti sayembara ini ”
Lembu suropun senang, dan bergumam dalam hatinya “ aku pasti akan
mempersuntingmu tuan putri ..hahaha ”

Lembu suro memulai aksinya, dengan menggunakan ilmu kanuragan yang dimilikinya,
Lembu Suro mampu merentangkan Busur Kyai Garudayaksa dan mengangkat gong Kyai
Sekardelima dengan mudah.
Kemenangan Lembu Suro disambut tepuk tangan meriah dari Para penonton. Di lain sisi,
sang putri yang mengetahui kemenangan lembu suropun langsung berlari meninggalkan
sayembara sembari menangis. Sang Prabu tertunduk karena telah mengecewakan hati putri
tercintanya. Demi menjaga Harkat Martabatnya iapun mengangkat tangan Lembu Suro dan
mengumumkannya sebagai pemenang.
(Tarian)
Berhari-hari sang putri mengurung dirinya dalam kamar, melihat keadaan tuannya seperti
itu, seorang dayang kemudian memberinya saran agar ia membuat satu permintaan sebagai
syarat sebelum lembu suro meminangnya. Sang putripun menyetujui saran dayang tersebut,
kemudian pergi bersama dayang menemui lembu Suro yang sedang duduk dibawah pohon di
malam hari.
Lembu Suropun tersentak dari lamunannya, dari kejauhan muncul seorang bidadari cantik pujaan
hatinya, hatinya begitu berbunga-bunga (Lagu romantic berputar).
Segera ia bangun dan bertanya :

Lembu Suro : “Duhai Putri yang cantik jelita, ada gerangan apakah engkau malam-
malam menemuiku?”
“apakah engkau sudah tak siap menjadi permaisuriku?” Tanya lembu suro sembari
mengejek dan tertawa dengan suara yang menggelegar
Putri: “Hai Kau, aku tak tahu pangeran dari manakah engkau berasal. Mengapa kau
begitu menginginkanku?” tanya sang putri ketus
Lembu Suro: ahahahaaaaaaahaaa (tertawa menggelegar) Putri … ternyata kau naïf sekali.
Lelaki mana yang bisa menolak putri secantik engkau ? sambil menyentuh dagu putri
Dengan sigap sang putri menampik tangan Lembu Suro, kemudian dengan penuh amarah
sang putri berkata
Putri : “Hei, Jaga Tanganmu !” (nada membentak)
Lembu Suropun mengangkat kedua tangannya sembari tersenyum mengejek, putripun
melanjutkan
Putri : “Jika Kau sungguh-sungguh ingin meminangku, aku punya satu permintaan
sebagai syarat terakhirnya”
Lembu Suro menyela penuh kesombongan : “Apapun untukmu Bidadari Pujaan Hatiku”
Putri : “Kau harus membuatkanku sumur yang dalam dipuncak Gunung Kelud. Kelak
sumur tersebut akan kujadikan tempat pemandianku. Waktumu hanya semalam! ”
Sambung Sang putri
Lembu Suro: “Baiklah sayang, akan kuwujudkan keinginanmu”. Jawab Lembu suro
Penuh Keangkuhan

Tanpa berpikir panjang, berangkatlah Lembu Suro bersama rombongan Istana ke puncak
Gunung Kelud, Senjapun telah berganti malam. Setibanya mereka di Puncak Gunung Kelud,
Lembu Suro mulai menggali tanah menggunankan kedua tandunknya yang tajam, tentunya tak
lupa ia menggunakan ilmu kanuragan yang dimiliki untuk membantu pekerjaannya. Tak
berselang lama, Lembu Suro telah menggali tanah cukup dalam.
Malam semakin larut, sumur yang digali semakin dalam. Mengetahui hal itu, putri semakin panik
dan ketakutan. Ia tak ingin bersuamikan manusia berkepala lembu. Dalam pikirannya putri
berkata “ Wahai Jagat Dewa Bhatara, Aku tidak sudi memiliki suami seperti Lembu Suro.
Tidak ! Tidak Mungkin ! Tidak akan kubiarkan hal itu terjadi. Aku harus melakukan sesuatu.”
Kemudian, putri memerintahkan para prajurit untuk menimbun sumur yang didalamnya terdapat
Lembu Suro. Para prajurit menimbun sumur tersebut dengan batu dan tanah, Lembu suropun
menjerit Kesakitan dan minta tolong. “Tolong… Tolong… aku masih didalam” teriak Lembu
Suro.
Sesaat suasana menjadi tegang dan mencekam. Tiba-tiba cuaca berubah aneh, awan hitam
berputar-putar diatas gunung, angin bertiup kencang, petir menyambar bergantian, gemuruh
menggelegar. Lembu Suro dengan penuh amarahnya mengucapkan sumpah serapah pada sang
Prabu dan rakyat Kediri.
“Hyaa.. Kediri mbesok bakal petok piwalesku sak kaping-kaping. Kediri bakal dadi kali,
Blitar dadi latar, Tulungagung dadi kedung”.
Karena ancaman tersebut Prabu Brawijaya berusaha menangkalnya dengan membuat
tunggul yang kokoh hingga menyerupai gunung yang sekarang dikenal sebagai gunung pegat.
Prabu pun juga mengadakan tolak balak dengan larung sesaji di kawah Gunung Kelud. Budaya
tersebut hingga kini masih dijaga dan dilestarikan oleh warga lereng Kelud.
Selain Sumpah Lembu Suro yang melegenda, ada juga Kisah tentang Ramalan Seorang
Prabu Jayabaya yang terkenal dari Kediri, yaitu Serat Jangka Jayabaya (Ramalan Jayabaya) yang
sebagian berbunyi:
 Kali ilang kedhunge
 Pasar ilang kumandhang
 Iku tandha yen tekane zaman Jayabaya wis cedhak
 Bumi saya suwe saya mengkeret
 Sekilan bumi dipajeki
 Iku tandhane yen wong bakal nemoni wolak-waliking zaman
 akeh wong janji ora ditepati\ akeh wong nglanggar sumpahe dhewe\ manungsa padha
seneng ngalap,\ tan anindakake hukuming Allah\ barang jahat diangkat-angkat\ barang
suci dibenci\
 akeh wong ngutamakake royal\ lali kamanungsane, lali kebecikane\ lali sanak lali
kadang\ akeh bapa lali anak\ akeh anak nundhung biyung\ sedulur padha cidra\ keluarga
padha curiga\ kanca dadi mungsuh\ manungsa lali asale\
 Wong Jawa kari separo
 Landa-Cina kari sejodho
 Agama ditantang
 Akeh wong angkara murka
 Nggedhekake duraka
 Ukum agama dilanggar
 Prikamanungsan di-iles-iles
 Kasusilan ditinggal
 Akeh wong edan, jahat lan kelangan akal budi
 Wong cilik akeh sing kepencil
 Amarga dadi korbane si jahat sing jahil
 pancen wolak-waliking jaman\ amenangi jaman edan\ ora edan ora kumanan\ sing waras
padha nggagas\ wong tani padha ditaleni\ wong dora padha ura-ura\ beja-bejane sing lali,\
isih beja kang eling lan waspadha

Anda mungkin juga menyukai