Anda di halaman 1dari 5

Si Penakluk Rajawali

Pada zaman dahulu kala, di suatu tempat yang berada di Sulawesi Selatan. Terdapat sebuah
wilayah yang diperintah oleh seorang raja yang memiliki tujuh putri.

Menurut tradisi wilayah tersebut, jika sang Raja memiliki lebih dari enam anak perempuan,
maka ia harus mengorbankan salah satunya untuk diberikan kepada rajawali yang ganas.
Karena sang Raja memiliki tujuh putri, berarti ia harus merelakan salah satu anak
perempuannya. Hal tersebut dipercaya dapat menghindari segala kemalangan yang akan
menimpa keluarga kerajaan.

Namun, sebagai seorang ayah, sang Raja sangat mencintai putri-putrinya d nian ia pun belum
siap dan tidak rela kehilangan satupun dari mereka. Dengan segala cara, ia mencoba untuk
mencari solusi agar ketujuh putrinya dapat tetap hidup. Dikarenakan tak kunjung menemukan
solusi, sang Raja merasa cemas, bahkan sampai tidak makan dengan baik dan tidak dapat
tidur dengan nyenyak karena berbagai macam pikiran yang muncul dibenaknya. Sampai pada
suatu hari, tiba-tiba muncul sebuah solusi brilian dibenaknya yang dapat membantunya
melindungi dan menyelamatkan ketujuh putrinya.

“Aku harus menyelenggarakan suatu kompetisi untuk melindungi putriku. Semoga di antara
rakyatku, ada yang memiliki kekuatan dan kesaktian untuk menaklukan rajawali tersebut,”
pikir sang Raja. Setelah itu, ia langsung memberi tahu idenya kepada penasihat kerjaan dan
meminta opini mereka. Semua penasehat istana pun setuju bahwa ide sang Raja adalah cara
yang terbaik untuk melindungi putri-putrinya.

Pada keesokan harinya, sang Raja menyuruh seluruh rakyatnya untuk berkumpul di istana.
Lalu, setelah semuanya berkumpul, raja mengumumkan sesuatu, “Aku mengumpulkan semua
orang disini karena aku memiliki pengumuman yang penting. Aku akan menyelenggarakan
sebuah kompetisi untuk melumpuhkan rajawali ganas tersebut. Aku akan menikahkan putriku
dengan seorang pria yang dapat membunuh rajawali itu. Tetapi jika yang membunuh rajawali
tersebut merupakan perempuan, dia akan menjadi bagian dari keluarga istana sejak saat itu!”

“Oh Yang Mulia, kapan kompetisi ini akan berlangsung?” tanya salah satu rakyat raja.

“Menurut Dewan Penasihat Istana, seminggu lagi rajawali itu akan tiba di kota ini. Sebelum
itu, kalian semua dapat berlatih dan mengasah ilmu kesaktian kalian,” kata sang Raja.

Setelah mendengar apa yang dikatakan oleh sang Raja, seluruh rakyat langsung kembali ke
rumah masing-masing untuk berlatih. Mereka pun berlatih dengan giat dan mempersiapkan
diri sematang-matangnya untuk menghadapi rajawali yang ganas itu. Dikarenakan, para lelaki
ingin menjadi istri sang Putri, sedangkan yang perempuan ingin menjadi bagian dari keluarga
istana.

Di suatu tempat yang jauh dari istana, para penjaga kerajaan terlihat sedang sibuk
membangun sebuah ‘pendhapa’, tempat dimana sang Putri akan tinggal sebelum ia akan
dipersembahkan kepada rajawali. ‘Pendhapa’ ini sengaja dibangun sebagai umpan agar
rajawali raksasa itu datang ke tempat tersebut. Berbagai macam kue dan minuman juga
disediakan untuk menarik perhatian rajawali.

Seminggu telah berlalu, dan hari yang sang Raja cemaskan pun telah tiba.

Salah satu putri raja yang dipilih menjadi umpan telah dikawal oleh keluarga istana dan para
pengawal kerajaan menuju ’pendhapa’. Para warga di kota tersebut juga sangat
mengkhawatirkan sang Putri karena ia mungkin akan menjadi makanan rajawali jika diantara
mereka tidak ada yang bisa mengalahkan rajawali ganas tersebut.

“Maafkan Ayah anakku, Ayah terpaksa harus mentaati tradisi negeri ini. Ayah akan
memastikan untuk menyelamatkanmu. Jangan khawatir. Mudah-mudahan salah seorang
warga bisa membunuh rajawali itu,” ucap sang Raja yang sedang berusaha menenangkan
putrinya yang penuh dengan kecemasan.

Setelah menenangkan putrinya, sang Raja memilih untuk kembali ke istana bersama
pengawal kerajaan. Rasa ketidaktenangan tentu saja muncul dalam pikiran sang Raja.

Pada saat yang sama, sang Putri sedang berada sendirian di ‘pendhapa’ beserta peserta-
peserta lomba yang berdiri di sekitar ‘pendhapa’ tersebut dengan membawa berbagai macam
peralatan dan senjata untuk membunuh rajawali tersebut.

Beberapa waktu kemudian, terlihat seorang pemuda yang melewati tempat tersebut. Ia
melihat sang Putri yang sedang duduk sendirian di ‘pendhapa’. Pemuda tersebut kemudian
mendekati tempat tersebut untuk mendatangi sang Putri.

“Halo gadis cantik, mengapa anda duduk disini sendirian? Anda juga terlihat sedih,” tanya
pemuda itu.

“Aku sedang menunggu kematian,” jawab sang Putri dengan suara yang rendah. Raut wajah
sang Putri sudah jelas sekali menunjukkan bahwa ia sudah berpasrah.

Pria itu pun penasaran dan bertanya, “Apa maksudmu?”


“Ayahku adalah raja yang memerintah negeri ini. Ia memiliki tujuh anak perempuan, dan jika
harus mengikuti tradisi negeri ini, raja harus merelakan salah satu putrinya untuk diberikan
kepada rajawali,” ucap sang Putri.

“Tetapi karena ayahku tidak ingin kehilangan putri-putrinya, baginda mengadakan kompetisi
untuk membunuh rajawali tersebut. Raja akan menikahkan pria yang berhasil membunuh
rajawali itu denganku,” jelas sang Putri.

“Maafkan saya, Tuan Putri. Tetapi apa boleh saya menemani Yang Mulia di sini,” kata
pemuda itu.

“Jangan! Kamu mungkin juga akan menjadi santapan rajawali itu,” jawab sang Putri.

“Sang Putri jangan khawatir, saya akan melindungi Yang Mulia dari segala serangan rajawali
tersebut,” kata pemuda itu.

Pemuda tersebut akhirnya memutuskan untuk menemani sang Putri di ‘pendhapa’ sambil
menunggu kedatangan rajawali. Selagi menunggu kedatangan rajawali, tiba-tiba pemuda
tersebut merasa mengantuk dan tertidur di samping Tuan Putri. Sang Putri sadar bahwa
pemuda tersebut sedang tertidur dan ia terus memperhatikannya, dengan pikiran, “Pria ini
sangat baik. Aku harap ia dapat menaklukkan rajawali tersebut dan menjadi suamiku.”

Tidak lama kemudian, ketika hari mulai siang, terdengar suara angin topan yang sangat
berisik dan kencang. Dari jarak yang jauh, terlihat seekor rajawali raksasa mengepakkan
sayapnya dan terbang menuju ‘pendhapa’ dimana tempat sang Putri berada. Rajawali itu
mengepakkan sayapnya dengan kecepatan penuh, sehingga membuat sang Putri kaget dan
cemas. Alhasil, sang Putri pun langsung membangunkan pemuda yang berada di sampingnya.

“Bangun! Rajawali itu disini!” seru sang Putri.

Pemuda itu terbangun, dengan refleks ia mengusap matanya. Lalu, pandangannya terarah ke
rajawali yang tampak makin dekat ke ‘pendhapa’. Ia pun segera mengeluarkan senjatanya
yang berupa badik yang tajam dan juga tali ajaib yang dimilikinya. Sang Putri ketakutan,
langsung bersembunyi di belakang lelaki muda tersebut. Saat rajawali itu mendarat di atas
‘pendhapa’, burung tersebut langsung menghabiskan kue dan cemilan-cemilan yang
disediakan untuknya. Kemudian, ia kembali bersiap-siap untuk terbang menuju sang Putri.

Pemuda itu pun langsung memerintahkan tali ajaibnya untuk terbang dan pergi mengikat
rajawali. Dengan cepat, tali tersebut pun meleset ke arah rajawali tersebut dan melilit
tubuhnya. Rasa sakit pun mulai dirasakan rajawali saat tali tersebut terlilit di tubuhnya. Saat
itu juga ia mencoba dengan sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya dari lilitan tersebut
dengan mengepakkan kedua sayap yang dimilikinya.“Tolong! Saya tidak kuat menahan
kepakan ini,” seru tali ajaib yang sudah tidak tahan dengan kepakkan rajawali.

Situasi sangat mengancam dan pemuda tersebut menyadari situasi itu. Ia segera menyuruh
badiknya untuk menyerang rajawali itu, “Serang rajawali yang berada disitu!” serunya.

Dengan kecepatan kilat, badiknya terbang ke arah rajawali dan menikamnya sampai mati.
Sang Putri yang masih memejamkan matanya dan hanya dapat mendengarkan suara
memutuskan untuk membuka matanya. Ia merasa kaget dan perasaan aneh muncul.
Dikarenakan, di ‘pendhapa’ hanya terdapat dirinya sendiri bersama dengan sang Pemuda.
Para rakyat yang tadinya bersiap-siap ingin menyerang rajawali baru menampakkan diri
setelah mengetahui bahwa rajawali tersebut sudah dikalahkan. Mereka langsung berebutan
dan menunjuk-nunjuk siapa yang akan membawa tubuh rajawali tersebut untuk dibawa ke
istana dan diperlihatkan ke sang Raja. Hal tersebut dilakukan agar mereka mendapatkan
pengakuan sebagai pahlawan yang menyelamatkan sang Putri. Beberapa dari mereka
mengambil kepalanya, sebagian dari mereka mengambil pahanya, dan ada juga yang
membawa kakinya, sedangkan pemuda yang berhasil melumpuhkan rajawali tersebut hanya
mengucapkan selamat tinggal kepada sang Putri dan melanjutkan perjalanannya. Sang Putri
merasa sangat amat berterima kasih kepada pemuda tersebut. Lantas, sang Putri
menyuruhnya untuk menerima selendang yang diberikan oleh sang Putri kepadanya.

“Terima kasih banyak karena telah menyelamatkan hidupku. Ambillah selendang ini,” ucap
sang Putri.

Setelah itu, sang Putri pun diantar oleh rakyat-rakyatnya untuk pulang ke kerajaan. Sang Raja
menyambutnya dengan bahagia. Dengan rasa yang penasaran, ia menanyakan kepada sang
Putri mengenai orang yang berhasil membunuh rajawali tersebut.

“Saya tidak mengenalnya, Ayah! Tetapi pemuda tersebut sepertinya tidak berasal dari
wilayah ini,” balas sang Putri.

“Dengan apakah dia mengalahkan rajawali itu?” sang Raja kembali bertanya.

“Saat itu saya sangat ketakutan dan tidak berani membuka mata. Rajawali itu pun sudah tidak
bernyawa saat saya membuka mata. Tetapi saya mendengar dengan jelas suara pemuda itu
berseru: ‘Ikat dia! Bunuh dia!” jawab sang Putri.

“Akankah kamu mengenalnya nanti ketika melihatnya lagi?” tanya sang Raja kepada anak
perempuannya.

“Iya! Saya memberikan selendang saya kepada pemuda itu,” ucap sang Putri.

Setelah sang Raja mendengarkan kisah putrinya, ia langsung sadar dan mengerti bahwa
penakluk rajawali tersebut bukan berasal dari wilayah ini. Lantas, ia langsung menuju ke
halaman istana untuk menemui rakyat-rakyat yang berada di sana.

“Oh, rakyatku! Setelah saya mendengarkan kisah putriku, saya sadar bahwa orang yang
membunuh rajawali tersebut bukan berasal dari sini. Meskipun rajawali tersebut telah
dikalahkan, tidak ada di antara kalian yang dapat menikahi putriku. Namun, saya akan
menyelenggarakan pesta yang mewah dan meriah untuk merayakan hari yang indah ini,”
ucap sang Raja dengan tegas.

Pesta tersebut diadakan keesokan harinya. Banyak sekali makanan dan minuman yang
disajikan disana. Bahkan, sang Raja juga menyelenggarakan lomba sepak raga untuk
merayakan hari bahagia itu.

Raja dan putri-putrinya sedang duduk dan bersiap untuk menonton pertandingan. Peserta
yang berpartisipasi dalam lomba tersebut juga terlihat sedang memasuki arena satu per satu.
Di antara kerumunan, seorang pemuda gagah dan tampan tiba-tiba berjalan dan memasuki
tempat lomba. Ia mengambil bola takraw dan menunjukkan trik-triknya dengan
kemampuannya yang hebat. Sang Putri sangat terkejut ketika ia melihat selendangnya terikat
pada lengan pemuda tersebut.
“Ayah! Pemuda itulah yang menyelamatkan nyawaku! Ia adalah orang yang berhasil
melumpuhkan rajawali yang ganas itu!” seru sang Putri sambil menunjuk ke arah pria itu.

Sang Raja tidak percaya dan sangat terkejut setelah mendengar ucapan sang Putri. Ia sangat
kagum karena pemuda tersebut tidak hanya mampu membunuh rajawali raksasa, tetapi juga
ahli dalam bermain sepak raga.

“Hei! Kemari ke sini sebentar!” panggil sang Raja

“Oh, Yang Mulia! Kenapa anda memanggil saya?” tanya pemuda itu dengan rasa ingin tahu.

“Apakah kamu orang yang berhasil membunuh rajawali itu?” tanya sang Raja

“Iya, Yang Mulia,” pemuda itu menjawab pertanyaan sang Raja.

“Apa yang kamu gunakan untuk membunuhnya?” tanya sang Raja

“Oh, Yang Mulia! Saya menggunakan tali ajaib dan badik yang akan menurut dan bergerak
ketika di perintah,” ucap pemuda itu.

Saat mendengarkan apa yang pemuda itu katakan, seluruh rakyat merasa malu karena pernah
mengaku sebagai pahlawan yang berhasil membunuh rajawali itu.

Tidak butuh waktu lama, sang Raja pun langsung menikahkan putrinya dengan pemuda
tersebut. Pada akhirnya, si penakluk rajawali dan sang Putri hidup bahagia di kerajaan.

Anda mungkin juga menyukai