Alkisah dahulu kala ada sebuah kerajaan di daerah Pajajaran yang dipimpin
oleh Munding Wangi atau biasa dikenal dengan Prabu Siliwangi. Sang Prabu
memiliki kegemaran berburu hewan di hutan. Kegiatan tersebut biasa dia
lakukan seorang diri, dengan bersenjatakan busur dan anak panah tanpa
pengawalan prajurit istana.
Suatu hari saat sedang berburu, tanpa sadar Sang Prabu telah masuk ke
dalam hutan yang lebih jauh karena keasyikan mengejar hewan buruan.
Akhirnya Sang Prabu pun tersesat di hutan tersebut.
Prabu Siliwangi merasa putus asa dengan keadaannya. Akhirnya Sang Prabu
memutuskan untuk beristirahat sejenak. Dari kejauhan terlihat samar sosok
seorang wanita cantik nan jelita.
Prabu Siliwangi : Maaf jika lancang, sepertinya saya tersesat di hutan ini,
apakah Anda bersedia membantu saya?
Sosok wanita cantik : Bagaimana bisa tuan masuk dan tersesat di tengah hutan
seperti ini?
Prabu Siliwangi : Saya terlalu asik mengejar hewan buruan, sampai tidak
memperhatikan arah.
Sosok wanita cantik : Baik tuan, saya bersedia membantu, akan tetapi ada
syarat yang harus tuan penuhi.
Sosok wanita cantik : Selama ini saya hidup sendirian. Tinggallah bersamaku
untuk beberapa waktu, maka akan aku tunjukkan jalan
keluar.
Wanita itu tidak menjawab pertanyaan Sang Prabu, dia hanya tersenyum dan
mempersilahkan masuk.
Berjalannya waktu Prabu Siliwangi akhirnya jatuh cinta pada wanita itu
dan memutuskan menikahinya.
Tanpa disadari Sang Prabu telah tinggal terlalu lama ditempat itu. Dia
merasa sudah saatnya ia kembali memimpin kerajaannya di Pajajaran.
Prabu Siliwangi : Saya berjanji, saat saya kembali berburu, aku akan
mampir untuk menemuimu.
Sosok wanita cantik : Prajurit, tolong kau antarkan suamiku keluar dari
hutan.
Suatu malam ketika Sang Prabu tengah tertidur pulas, dia samar
mendengar suara tangisan bayi. Dia terbangun dan bergegas mencari asal suara
tangisan tersebut. Ketika Sang Prabu membuka pintu istana, dia terkejut
tampak dihadapannya bayi kecil yang sedang menangis. Prabu merasa bingung
pada bayi itu kemudian menggendongnya bermaksud menyerahkan kepada
dayang istana.
Sosok wanita cantik : Dia adalah anak kita suamiku. Aku ingin kau
merawatnya selayaknya manusia.
Belum sempat bertanya banyak kepada istrinya, dalam sekejap sang istri
telah menghilang.
Prabu Siliwangi : Baiklah, aku akan merawat bayi ini. Akan aku namai dia
PUTRI KADITA.
Putri Kadita kini tumbuh menjadi gadis yang cantik dan berbudi pekerti
baik. Namun ada kalanya saat melihat kecantikan putrinya, Prabu Siliwangi
teringat akan sosok sang istri. Sudah berkali-kali ia mencoba mencari
keberadaan istrinya ke dalam hutan namun hasilnya sia-sia.
Berjalannya waktu, Prabu Siliwangi mulai mengkhawatirkan akan
kerajaannya. Dia tidak memiliki istri dan anak laki-laki sebagai penerusnya
kelak.
Putri Kadita : Jika itu kehendak ayahanda dan demi kebaikan negeri
ini, tentu aku menyetujuinya.
Dewi Mutiara : Aku ingin Putri Kadita pergi dari istana kita!
Prabu Siliwangi : Dinda! Tentu saja aku tidak bisa memenuhi hal itu.
Prabu Siliwangi : Dia itu putri semata wayangku, yang kubesarkan dari
kecil. Tentu aku tak tega menyuruhnya untuk keluar
dari istana ini.
Mendengar penolakan tersebut Dewi Mutiara merasa kecewa, kesal dan marah.
Dia menganggap selama Putri Kadita berada di istana kasih sayang Sang Prabu
akan selalu terbagi menjadi dua.
Dewi Mutiara mencari cara untuk menyingkirkan Sang Putri. Dia pun
pergi menemui dukun sakti.
Suatu malam Putri Kadita sedang tertidur, muncul asap tebal berbau
busuk menyelimuti tubuhnya. Namun anehnya Sang Putri tidak merasakannya.
Dewi Mutiara : Bisa saja penyakit itu menyebar dan menular ke calon
putra kita serta rakyat kita.
Dengan berat hati Prabu merelakan putrinya itu keluar dari istana.
Putri Kadita : Tidak apa-apa ayah, aku pasti akan baik-baik saja.
Putri Kadita pergi menuju hutan untuk bertapa dengan tujuan segera
diberikan kesembuhan dari penyakit yang ia derita. Ditengah bertapanya Sang
Putri mendapatkan pesan dari seseorang.
Sosok Wanita Cantik : Pergilah ke Pantai Selatan.
Sosok Wanita Cantik : Kelak kau akan bertemu denganku. Sekarang pergilah
terlebih dahulu ke Pantai Selatan.
Putri Kadita yakin dengan pesan yang ia terima. Diapun segera pergi ke Pantai
Selatan. Berhari-hari dia berjalan menuju ke Pantai Selatan.
Putri Kadita hanya diam dan tertegun, melihat deburan ombak besar
khas laut selatan. Di tengah lamunannya suara Sang Ibu terdengar kembali.
Sosok Wanita Cantik : Masuklah ke dalam laut dan menyatulah dengan alam
sekitarmu.