Tokoh :
1. Abdul Muluk
2. Raja
3. penasihat
4. Permaisuri
5. Sultan Arbi
6. Siti Rope’ah
7. Dayang 1
8. Dayang 2
9. Kadam kakak
11. Pengawal
Beremas
Tabeklah tuan tabeklah tuan, tabek kepada lelaki perempuan. Kami bermain berkawan – kawan salah dan
khilaf mohon dimaafkan
Tabeklah tabek daun kangkung, ambek batang sampiran kain, tabeklah tabek sana di kampong, kami
datang numpang bermain
Diceritakan di sebuah kerajaan negeri Berbari yang selalu aman dari terpaan gossip infotaiment. Raja
mempunyai seorang anak yang bernama Sultan Abdul Muluk yang sangat luar luar luar binasa. Raja dan
permaisuri sudah enam kali menjodohkan dengan kerabat kerajaan namun Abdul Muluk rela berkelana
ke luar kerajaan demi menemukan tambatan hatinya.
Raja : Dinda, umur kita sudah tidak muda lagi. Kanda ingin cepat memberikan tahta
kerajaan ini pada anak kita.
Permaisuri : Ia kanda, Dinda mengerti, kita harus segera menjodohkan Abdul Muluk dengan calon
permaisuri negeri ini.
Penasihat : Maaf baginda, menurut saya kita biarkanlah pangeran muda mencari calonnya sendiri.
Kadam adek : Dak biso cak itu, agek pangeran jadi bujang tuo
Kadam kakak : beno nian dek, dak lucu pemimpin negeri Berbari ini bujang tuo ato bujang lapok men
baso kitonyo
Penasehat : Hey Kadam, apa – apaan kalian ini? Sungguh lancing berbicar seperti itu di depan raja
dan permaisuri
Di sisi lain, Abdul Muluk menceritakan keluh kesah tentang perjodohan ke tujuh dirinya dengan kerabat
istana lainya kepada salah seorang yang Ia percaya, bernama Sultan Arbi yang telah ia anggap seperti
pamanya sendiri
Abdul Muluk : Paman, saya harus bagaimana? Saya sudah sanggup menggantikan tahta ayahanda di
kerajaan Berbari ini. Namun, aku masih enggan di jodohkan dengan kerabat kerajaan
Sultan Arbi : Paman tidak bisa apa – apa pangeran muda. Baginda Raja terlalu sulit untuk di tentang
keinginanya.
Sultan Arbi : kalau kau hendak mencari tambatan hati. Berelanalah! Cari tambatan hatimu sampai ke
negeri seberang.
Di malam yang sunyi, ketika seisi kerajaan Berbari tertidur pulas. Abdul Muluk dan Sultan Arbi sedang
mengatur strategi agar Abdul Muluk bisa keluar Dari kerajaan. Setelah tahap demi tahap di lalui akhirnya
Abdul Muluk berhasil keluar dari Kerajaan.
Raja : Pengawal! Panggilkan Abdul Muluk saya mau bicara padanya
Permaisuri : Kanda, bicaralah baik-baik pada anak kita. Dinda berharap sekali perjodohan yang ke
tujjuh ini tidak gagal seperti perjodohan sebelumnya.
Pengawal :Ba.. ba.. ba baginda Raja Pangeran muda tidak ada, pakaiannya pun sebagian sebagian
menghilang.
Penasihat : Apa!!!
Raja : Ia dinda, pengawal, kerahkan semua isi kerajaan untuk mencari Abdul Muluk.
Ahli Nujum : oyy apo dio rebot – rebot tadi? Terus ngapo permaisuri tadi nangis.
Penasihat : Sudah! Diam. Ahli nujum, engkau belum di panggil tapi kenapa sudah berada d istana?
Ahli Nujum : Aku ni wonk pintar penasihat jadi belom di panggel aku la tau, intensif aku ni tinggi, jadi
langsung ke sini.
Kadam kakak : Nah, untuk apo pak tuo ini di undang ke kerajaan?
Kadam Adek : Woooyyy, aku dak pekak ngomong tu dak usa nyegak – nyegak
Ahli Nujum : Oke bro, dimano aku biso nemui rajo. Tapi di sini ngapo dak katek bola?
Ahli Nujum : Supayo pas balek nak bemaen bola, istana ini ni besak nian cak lapangan bola, sayang
kalo dak di pakek
Ahli Nujm : Ngapo kau tau sudah ini aku nak mudik?
Penasihat : Permisi baginda, saya datang dengan ahli nujum dari bukit siguntang.
Raja : Kerjamu bagus penasihat, sangat cepat engkau mencarikan ahli nujum untukku
Raja : baiklah, apa yang kau terawang tentang anakku pangeran negeri berbari?
Ahli Nujum : agak gelep rajo.
Ahli Nujum : cak ini permaisuri, biasonyo aku ni mudah nian nerawang sesuatu tu, tapi unutuk kali ini
terangan aku ni tibo – tibo gelep.
Ahli Nujum : Eits, jangan salah se bukit siguntang sano listiriknyo makek voucher kami ni patuh
dengan PLN bayar listrik la cak beli voucher pulsa, cumin men pulsa abes, dem mati nian laju lestriknyo.
Permaisuri : Jadi bagaimana dengan anakku ahli nujum? Dimana ia berada? Hendak kemana ia
sebenarnya? Bagaimana keadaanya? Siapa yang menyuruhnya pergi? Dan Mengapa ia tega tidak izin
dulu pada ku?
Kadam adek : Beh, permaisuri ni ngalah-ngalahi anak pers. Wartawan-wartawan itu na kak.
Kadam kakak : bolehlah permaisuri ni, cocok bearti masuk acara gossip yang itu na dek slogannyo
setajam ladeng.
Penasihat : izinkan saya membawa kadam-kadam ini keluar dari ruangan ini raja.
Ahli nujum : Nah rajo, agak abu – abu idak item lagi.
Ahli Nujum : pangeran mendaki gunung menelusiri lembah raja. Ia berkelana ke negeri seberang.
Ternyata ia melakukannya
Ahli Nujum : bentar permaisuri, aku log in twiter samo facebook dulu. Biasonyo tiap menit pangeran
tu update status di twitter samo facebook.
Kadam adek : Apo itu kak? Keren nian namonyo lidah adek dak biso nyebutkennyo.
Ahli Nujum : nah klo itu, dak tau permaisuri tibo – tibo gelep lagi.
Kadam adek : payo Jum kito beli pulsa dulu! Biar dak gelep lagi.
Kadam kakak : oy dek namo aslinyo Juminten apo? Ngpo kau panggel jum?
Kadam adek : Io kak, cak di lagu anak mudo itu nah, juminten kuluiah di wasingten klo malem balik ke
lasvegas.
Kadam kakak :Beh bagus nian suaro adek aku ni,melok Indonesia idol be agek ye.
Kadam adek : siapo nian kau ni Hat hat rai pahat?? Ngalah – ngalahi rajo be, nak usir – usir kami
Kadam kakak : La brani kasar kau e hat hat penasihat jahat.
Raja : Dinda, tak mungkinlah anak kita mencari pasangan yang bukan sederajat dengan kita.
Pengawal :Bu bu kan tuanku, ada wanita canti rupawan di depan istana, ia bersama pangeran Abdul
Muluk.
Permaisuri : Anakku, putraku, belahan hatiku. Dari mana saja kamu nak? Kenapa pergi dari kerajaan?
Raja : Abdul Muluk anakku pewaris tahta kerajaan berbari. Bertahun – tahun kita bersma tak
pernah kau lakukan hal seperti ini. Membuat isi kerajaan ini gentar.
Abdul Muluk : Maaf ayahanda, ibunda. Saya berkelana ingin mencari calon permaisuri negeri ini. Saya
selalu memberi tahu keberadaan saya di akun twitter dan juga facebook. Sayang ayahanda dan ibunda tak
punya jejaring socsal itu
Permaisuri : Sudah kau temukan calon permaisuri negeri ini nak? Kau temukan dimana nak?
Abdul Muluk : ananda berkelana ke kerajaan Hindi ibunda, ketika ananda kelaparan sesosok wanita ini
lah yang hadir di hadapan ananda dan memberikan ananda makanan khasn Plamebang yakni pempek dan
cuko, rasanya enak sekali ibunda.
Abdul Muluk : akan ku panggilkan, ayahanda. Ia sedang membagi – bagikan pempek buatannya ke smua
kerajaan,
Kadam kakak : neh di pempek itu pasti ado guno – guno nyo
Dayang1 : woy hati – hati kalu ngomong, pempeknyo tu steril bakteri be dak katek apo lagi guno-
guno
Abdul Muluk : Maaf Ibuda, ananda tidak tahu bahwa calon permaisuri itu harus dari kerabat kerajaan.
Raja : Inilah salahmu anakku, kau berkelana tanpa bicara padi kami. Kau tidak bisa menikah
dengan wanita yang bukan kerabat kerajaan.
Dayang 2 : Terharu aku, Siti cak maen sinetron putrid yang tertukar
Abdul Muluk : Benar ayahanda merestui hubungan ananda dengan Siti Rope’ah?
Permaisuri : Senang rasanya ibunda mendengar ini kanda. Akhirnya dinda melihat Abdul Muluk
bersanding di pelaminan.
Abdul Muluk : Ayahanda, Ibunda terimakasih telah merestui ku dengan Siti Rope’ah
Beremas
Tabeklah tuan tabeklah tuan, tabek kepada lelaki perempuan. Kami bermain berkawan – kawan salah dan
khilaf mohon dimaafkan.
Kalaulah ada sumu di lading bolehkah kita menumpang mandi, kalaulah ada kata yang salah mohonlah
maaf jangan di simpan di dalam hati.