Anda di halaman 1dari 5

Naskah Drama Putri Kemarau

1. Rakyat 1
2. Rakyat 2
3. Rakyat 3
4. Pengawal
5. Raja
6. Peramal 1
7. Peramal 2
8. Peramal 3
9. Putri

Narasi:

Pada zaman dahulu kala, tepatnya di wilayah Sumatera Selatan, terdapat


Putri Kemarau. Nama asli putri tersebut adalah Putri Jelitani. Dia disebut Putri
Kemarau karena lahir pada musim kemarau. Sayangnya, ibundanya sudah
meninggal dunia, sehingga dia menjadi putri semata wayang sang Raja. 
Raja tersebut adalah raja yang bijaksana. Negeri yang dipimpinnya begitu
tentram dan makmur. Namun, pada suatu ketika, negeri tersebut dilanda
musim kemarau yang begitu panjang.

Rakyat 1 : Bagaimana ini, apakah kau sudah mengamati kondisi negara
beberapa bulan ini?

Rakyat 2 : Ya, negara ini tampak begitu menyedihkan. Ada banyak rakyat
yang mengeluhkan tentang musim kemarau ini. Mereka kekurangan air.

Rakyat 1 : Tidakkah kau berpikir, sebaiknya kita menghadap raja saja, agar
beliau menangani masalah ini?

Rakyat 2 : Aku setuju. Ayo kita ke istana.

(Dalam perjalanan, mereka bertemu dengan rakyat yang lainnya. Rakyat


tersebut ikut bergabung menuju istana untuk bertemu dengan raja).

Rakyat 3 : Kalian hendak ke mana?

Rakyat 1 : Kami ingin menghadap raja, agar mengatasi masalah kekeringan
ini. Apakah kau ingin ikut?

Rakyat 3 : Ya, aku ikut. Sawahku juga kering akibat musim kemarau ini.

(Mereka berjalan ke istana. Setibanya di istana, mereka bertemu dengan


pengawal dan pengawal tersebut mengantar mereka ke hadapan raja).
Raja : Ada perihal apa sehingga kalian datang kemari?

Rakyat 1 : Mohon maaf atas kedatangan kami Baginda. Maksud kami kemari
ialah untuk memohon kepada Baginda menanggulangi masalah yang tengah
melanda negeri ini.

Raja : Baiklah, sebenarnya saya juga memikirkan masalah kemarau ini. Siang
ini, saya sudah mengundang para peramal untuk berkumpul di istana, dengan
tujuan untuk menemukan jalan keluar atas masalah ini.

Rakyat 3 : Baiklah Baginda, kami akan menunggu kabar baik dari Paduka.
Kalau begitu, kami mohon diri (memberi hormat dan keluar dari istana)

(Pada siang harinya, para peramal yang telah diundang oleh raja datang ke
istana).

Peramal 1 : Mohon maaf Baginda, apa gerangan Paduka memanggil kami
kemari?

Raja : Saya mengundang kalian dengan tujuan untuk mencari jalan keluar
atas masalah kekeringan yang terjadi sekarang ini.

Peramal 2 : Beribu maaf Baginda, kami tidak dapat menemukan solusi atas
masalah ini.

Raja : Lalu siapakah yang bisa mengatasi masalah ini? (Raja tampak
bersedih) Alangkah kasihannya rakyat di negeriku. Mereka begitu menderita.

Peramal 3 : Maaf atas keterbatasan pengetahuan kami Baginda.

Raja : Baiklah, kalian boleh kembali.

Peramal 1 : Kalau begitu, kami pamit undur diri.

(Para peramal meninggalkan kerajaan. Sementara itu, raja dan para


pengawal berkumpul di ruang pertemuan)

Raja : Aku merasa begitu bersalah kepada rakyatku. Aku tidak mampu
mengatasi penderitaan mereka.

Pengawal : Ampun Baginda, saya telah mendengar kabar tentang seorang


peramal yang amat sakti. Peramal itu berada di desa yang jauh dari kerajaan
ini dan sangat terpencil.
Raja : Benarkah? Aku harap dia dapat memberikanku solusi. Segera siapkan
kereta. Aku akan menuju ke desa itu.
Pengawal : Baik Baginda (undur diri dari hadapan raja).

(Raja segera bersiap-siap untuk menemui peramal yang dimaksud. Setelah


itu, seluruh keluarga kerajaan berkumpul)

Raja : Duhai anakku, ayah akan menemui seorang peramal yang ada di desa
yang jauh dari kerajaan ini. Selama kepergian ayah, ayah percayakan
kerajaan ini kepadamu.

Putri : Baiklah, ayah. Aku akan mematuhi perintah ayah.

(Raja segera berangkat dan meninggalkan kerajaan. Setelah beberapa lama,


raja pun tiba di kediaman peramal yang dituju. Setelah mengetuk pintu
beberapa kali, peramal itu membuka pintunya).

Peramal : Suatu kehormatan bagi hamba, Baginda telah jauh-jauh datang ke


gubuk hamba. Mari silakan masuk. Mohon maaf, hanya sebuah hunian yang
sederhana.

Raja : Ah, maaf telah mengganggu waktu Anda (kemudian masuk ke dalam
rumah sang peramal).

Peramal : Kiranya, apa yang membuat Paduka datang kemari?

Raja : Wahai Tuan Peramal, negeriku tengah dilanda musim kemarau.


Rakyatku kesulitan dalam menghadapinya dan aku tidak mempunyai jalan
keluar. Tolong, apakah kau ada cara untuk mengatasinya.

Peramal : (Mulai meramal dan terdiam sejenak) Baginda, ada petunjuk yang
akan membawa masalah tersebut keluar dari negeri paduka. Petunjuk
tersebut akan segera muncul melalui mimpi sang putri.

Raja : Baiklah Tuan Peramal. Aku akan menanyakannya kepada putriku.


Terima kasih telah membantuku.

Peramal : Terima kasih kembali, Baginda.

(Sang raja pun meninggalkan rumah peramal. Setelah sampai di kerajaannya,


raja kemudian menemui putrinya).

Raja : Wahai anakku, ayah sudah bertemu dengan peramal yang ayah
ceritakan tempo hari. Dia mengatakan bahwa petunjuk tentang jalan keluar
atas masalah negeri ini akan datang dalam mimpimu. Tidakkah kau bermimpi
mengenai hal tersebut?
Putri : Mohon maaf ayah, aku belum mengalami mimpi tersebut. Akan tetapi,
alangkah baiknya jika masalah kekeringan ini kita serahkan saja kepada
Tuhan?

Raja : Benarlah perkataanmu wahai Putriku. Maafkan ayah. Ayah sudah


sadar dengan apa yang seharusnya ayah lakukan.

(Malam pun tiba. Sang putri tertidur di kamar pribadinya. Saat tidurnya itu,
putri bermimpi bertemu dengan ibunya).

Ibu : Wahai putriku, apa yang tengah dialami oleh negeri ini akan segera
berakhir, apabila ada seorang gadis yang bersedia berkorban dan mau
menceburkan dirinya ke laut.
(Putri segera terbangun dari tidurnya. Raja juga masuk ke dalam kamar Putri
Kemarau untuk menenangkannya).

Raja : Ada apakah, wahai Putriku?

Putri : Ayah, aku mendapatkan mimpi. Dalam mimpi tersebut aku bertemu
dengan ibunda. Ibunda mengatakan bahwa kesulitan yang tengah dialami
oleh negeri ini akan segera berakhir apabila ada seorang hadis yang bersedia
berkorban dan mau menceburkan dirinya ke laut.

Raja : Bila memang begitu, mari kita berikan pengumuman kepada rakyat
tentang hal ini. Ayah juga akan mengadakan sayembara untuk menemukan
gadis yang rela berkorban untuk kerajaan ini.

(Pada keesokan harinya, raja menepati ucapannya. Raja mengumpulkan


rakyatnya dan bertanya siapa yang mau berkorban sesuai dengan mimpi
yang dialami oleh putrinya).

Raja : Wahai rakyatku, adakah dari kalian yang bersedia mengajukan diri
untuk melaksanakan amanah ini?
(Suasana pun hening).

Putri : Mohon maaf ayah, saya rela mengorbankan diri demi kemakmuran
seluruh rakyat yang ada di negeri ini (sembari berdiri).

Raja : (Terkejut) Jangan anakku. Engkau adalah satu-satunya keluarga yang


aku miliki. Engkau pula yang akan meneruskan memimpin kerajaan ini.

Putri : Tidak, ayah. Sebaiknya saya menjadi korban demi rakyat. Mungkin
saja ini adalah takdir saya.

Raja : (Sedih) Baiklah, Putriku. Kalau begitu tekadmu, maka nanti malam kita
akan menuju ke tepi laut.
(Malam pun datang dan raja, putri serta rakyat sudah berada di tepi laut yang
curam).

Raja : Anakku, apakah kau yakin dengan semua ini?

Putri : Iya ayah, tolong ikhlaskan kepergianku dan maafkan juga


kesalahanku. (Berjalan menuju tebing dan menerjunkan diri ke laut).

Raja : Baiklah rakyatku, marilah kita kembali ke rumah masing-masing


(dengan wajah bersedih).

(Setibanya di istana, raja pun tidur di dalam kamarnya. Kala itu, raja
mendengar sebuah suara gaib).

Suara gaib : Pergilah ke tepi laut dan temui putrimu.


(Raja terbangun dan bergegas menemui rakyatnya kembali)

Raja : Wahai rakyatku, marilah kita ke tepi laut kembali. Ada suara yang
mengatakan bahwa aku harus ke sana.
(Raja dan rakyat menuju ke tepi laut dan menemukan putri di sana).

Raja : Terima kasih Tuhan, Engkau menyelamatkan putriku.

Raja : Pengawal, segera bawa putriku kemari.

Raja sangat bersuka cita, dan rombongan itu pun kembali ke istana. Masalah
sudah terselesaikan dan beberapa tahun kemudian, Putri Kemarau menjadi
ratu menggantikan ayahnya. Ia memerintah dengan bijaksana, sehingga
rakyatnya bisa hidup degan tentram dan makmur.

Anda mungkin juga menyukai