PEMERAN:
3. KHAIRANI : NIRMALA
Prabu saka : gerusuk dari majapahit telah di depan mata (berhembus nafas)
kekacauan, kegelapan, dan keserakahan telah merobek kedamaian tebing
tinggi.
Nirmala : mereka terlalu kuat, separuh wilayah telah berhasil mereka kuasai. Kita
kalah kekuatan ratu, pasukan kita sudah banyak yang terbunuh. Aku
takut,jika esek nanti mereka datang dan menghabiskan seluruh tanah
lubuk buntak.
Ratu : tidak, tak kan semudah itu mereka merebut tanah lubuk buntak. Nining-
nining lubuk buntak akan melindungi kita sepenuhnya.
Prabusaka : maaf ratu tapi bagaimana caranya membuat nining-nining lubuk buntak
bangkit agar membantu kita?
Ratu : itu adalah jalan satu-satunya untuk mengubah semua keserakahan yang
terjadi demi semua rakyat dan kerajaanku, aku tak akan rela Majapahit
menyentuh tanah lubuk buntak dengan tangan kotornya.
Prabusaka : izinkan hambamu ini membantu ratu (menundukkan kepala kepada ratu)
Nirmala : hamba juga ratu. Hamba serahkan seluruh kekuatan hamba untuk
kedamaian tebing tinggi ratu.
Disisilain, putri majapahit yang bertugas memimpin penaklukan di bumi basemah yang bernama
Srilaras sedang berbicara kepada adipatinya. Mereka terus menguasai bagian demi bagian tebing
tinggi.
Ragil : jalan sudah terbuka lapang menuju kemenangan tuan putri ku (sambil
tertawa)
Srilaras : dengan begitu kerajaan tebing tinggi telah di depan mata. Dan
selangkah lagi, kita akan bisa menikmati hasilnya.
Ragil :tapi putri, apakah putri tidak takut, jika mereka meminta bantuan kepada
nining-nining lubuk buntak?
Srilaras : bodoh sekali kau ragil (membentak), nining-nining itu hanyalah omong
kosong sebagai mitos belaka. Lagi pula, kita masih mempunyai pedang
naga puspa. Tidak ada yang mampu mengalahkan naga puspa. Tidak ada
yang mampu mengalahkan kekuata sakti naga puspa ini.
Ratu, prabusaka, dan nirmala sedang berada di tengah desa lubuk buntak untuk melihat
kerusakan-kerusakan yang terjadi disana. Tanpa diduga seorang pemuda terseok-seok meminta
bantuan.
Ratu : oh, dewata agung apakah yang terjadi dengan kalian (berlutut)
Ratu : tenanglah, aku tak akan membiarkan kesengsaraan ini meraja rela
Mereka harus mendapatkan balasan setimpal
Srilaras : wahh ternyata sdang ada tontonan bagus disini (nada menegejek)
Srilaras : bahkan aku ingin menangis ragil, ini sangat menjijikkan (sinis)
Srilaras : dengar tuan ratu yang terhormat, aku datang kemari untuk mengajakmu
bekerjasama
Srilaras : tanah lubuk buntak menjadi milikku untuk mengakhiri kesengsaraan ini.
Apa kau tega melihat rakyatmu sengsara?
Ratu : kau sangat picik, biadab, licik. Kau akan mati dengan kesombonganmu
itu.
Srilaras : jaga mulutmu itu wanita jalang, kau yang akan mati duluan keparat.
Ragil bunuh wanita ini.
Sang ratu mengandalakan kemampuan silatnya untuk melawan ragil. Ternyata hanya dengan
sekali sentakan jurus dalamnya membuat ragil terpental dan tak sadarkan diri.
Srilaras : ternyata kau juga kuat rupanya, rasakan ini (sambil mengeluarkan
pedang dan menghunus perut ratu)
Nirmala : ratuuuu… bangkitlah ratu. Kau memang bengis kau tak pantas hidup.
Nining-nining akan marah dengan sikap mu ini ( dengan suara lantang).
Nining-nining lubuk buntak bangkitlah…… bangkitlah bantu cucumu
ini… tolonglah cucumu ini (dengan seluruh kekuatan yang tersisa)
Srilaras : rasakan ini. Matilah juga kau (sambil menodongkan pedang naga puspa)
Tanpa diduga pedang naga puspa tiba-tiba tidak bergerak dan ratu pun bangkit dengan
kematiannya.
Ratu : kau telah mengancurkan tanah lubuk buntak. Aku tidak akan
membiarkan siapa pun menghancurkan tanah ku (suara lain) tidak akan
ada kisah peradaban terakhir kami yang terbunuh begitu saja. Cucu
penerus kami menanti semua peradaban baru yang damai, tantram, dan
makmur.
Ratu : tidak ada yang boleh menodai tanah lubuk buntak ini dengan kejahatan.
Aku akan selalu dtang melindungi cucu-cucuku yang membutuhkan
kedamaian. Tebing tinngi tidak boleh dikuasai orang-orang kotor seperti
mereka. Oleh karena itu tenggelamlah semuanya kedalam lubuk buntak.