Anda di halaman 1dari 8

Naskah Siti Zubaidah

(BEREMAS)
Tabeklah encik tabeklah tuan
Tabek kepada laki-laki perempuan
Kami bermain berkawan-kawan
Salah dan khilaf mohon dimaafkan
Inilah kisah suatu catera

Ceritanya Raja Kembayat Negara

Kerajaan Besar tiada terkira

Banyak raja-raja tiada terkira

Adegan 1

Raja Darmansyah: (batuk) “Negeri Kembayat nyata jayanya. Tak tampak pula runtuhnya.
Tapi aku sudah semakin tua. Tubuh ini mulai renta. Harusla pula turun
tahta. Anakku penerusnya, belum tampak jodohnya. (batuk) pengawal,
panggilkan Abidin ke hadapanku.”

Pengawal: “Baik baginda.”

(Abidin masuk dikawal pengawal)

Abidin: (memberi hormat) “Ananda datang ayahanda”

Raja Darmansyah: “Ayahanda tidak selamanya berdiri di tahta ini. Sebagai anakku yang ku
cintai, tentu penerus tahta harus kau jalani. Ayahanda mintakan ananda tuk
mencari pendamping hidupnya.”

Abidin: “Ayahanda masih sama gagahnya. Masih elok memimpinnya. Tetapi jika itu suatu
titah, ananda pastikan menerimanya.”

Abidin: “ Semalam, ananda bermimpi, bermimpikan gadis berparas ayu dan rendah hatinya.
Kuat imannya, dan baik perangainya. berfirasat, ananda bermaksud inginkan
berlayar menuju pulau, Peranggi namanya. Ananda berharap temukan jawabannya.”

Raja Darmansyah: “Ayahanda izinkan ananda. Berhati-hati dan selamatlah sampai kembali.
Hendaklah mencari perempuan yang bakti, yang boleh bersama hidup dan
mati. Adapun akan sultan bestari, Kembalilah ke istana Sendiri”

Abidin: “baik ayahanda.”


BLACKOUT

Adegan 2

(pasar)

(Siti Zubaidah masuk, jalan pelan, berinteraksi dengan kedua penjual)

(Raja Cina masuk, menoleh sana-sini, memperhatikan Zubed, menghampirinya)

Raja Cina: “Ayuhai gadis bestari, siapa nama pemilik paras ayu ini?”

Zubed hanya tersenyum, memberi hormat.

Raja Cina: “Aku Raja dari Cina, negeri kaya raya di ujung sana. Datang ke sini untuk
berdagang, hati tertarik melihat rupa yang menawan.”

Siti Zubaidah: “Selamat datang di Peranggi, semoga senang bertamu kemari. Adinda Siti
Zubaidah, Anak Kadi Pendeta Ulama”

Raja Cina: “Hahaha, bagaimana hati tak tertarik, betapa ramah adinda tak berperi. Anak
orang berbakti, tentu baik budi pekerti.”

Zubed: (senyum) “Silakan tuan menikmati waktu di negri kami, jika butuh suatu, tak perlu
malu pun ragu.”

Raja Cina: “Hahaha, tentu saja, kan kutanya apa saja asalkan hanya bersamamu. Saat ini, aku
perlu mengawasi kerja saudagar dagangku.”

(Mereka melempar senyum, saling memberi hormat, raja Cina pergi)

(Kadi Ulama dan Abidin masuk menghampiri Siti Zubaidah)

Kadi Ulama: “Zubaidah, Tuan adipati ini datang dari Kembayat. Namanya Abidin. Ia
bermaksud menimba ilmu agama dengan ayahanda. Kalian mungkin akan
bertemu di padepokan, bantulah ia jika membutuhkan”

(Abidin menatap siti zubaidah dengan damba, siti zubaidah tersenyum menunduk malu)

Zubed: “ya ayahanda. Tuan adipati jangan sungkan tuk mintakan bantuan.”

Abidin : “Baiklah”

(Kadi Ulama dan Zubaidah Keluar dari panggung)

Abidin : “Dia lah wanita yang dimimpiku, Inginku menikahi Zubaidah.


Astagfirullahalazim, Mimpiku sampai membuat gusar. Kupandang sifat,
sudah tergambar, Seperti tidak lagi sabar”
BLACKOUT

Adegan 3

Derap elok bijak bestari,

Paras seperti anak bidadari

Seraya tersenyum wajah berseri

Baginda memandang herankan diri

(latar kosong, kecuali kain putih bersiluet Zubed tilawah)

Zubed: (mengaji)

(Abidin masuk, menikmati tilawahnya siti zubaidah) (Siti Zubaidah selesai mengaji)

Abidin: “Subhanallah, tentramnya hati, mendengar Zubaidah mengaji. Terkenang akan suara
gadis dalam mimpi, memang benar ia gadis yang kucari”

(Ayah Zubed datang)

Kadi Ulama: “Apa gerangan ananda adipati termenung seorang diri di sini?”

Abidin: “Ananda sudah cukup banyak berilmu, terima kasih banyak pada tuan. Kini,
seharusnya ananda kembali ke kembayat. Kapal rusak sudah pula bisa
berlayar. Namun, ada satu lagi maksud hati, untuk meminang putri tuan yang
bestari. Tak salahlah lagi, ia gadis dalam mimpi.”

Kadin Ulama: “Alangkah baik hal itu diputuskan Zubaidah sendiri.”

Abidin: “tentu tuan.” (Abidin pergi)

Kadin Ulama: “Zubaidah, kemarilah nak”

(Zubaidah masuk)

Zubed: “ya ayahanda”

Kadin Ulama: “Adipati Abidin, telah menyampaikan keinginannya untuk meminangmu. Tapi
ayahanda hanya bisa menyerahkan keputusan padamu.”

Siti Zubaidah: “Tuanku tertentu raja mahkota, dengan patik tentu tidak setara. Malulah
kelak ayahanda mahkota, mendapatkan bini orang yang leta. Apa adinda
layak bersanding dengan anak raja, ayahanda?”

Kadin Ulama: “Ia sendiri yang menyatakan ia menyenangimu, maka tentu ia tak masalah
dengan derajatmu.”
Siti Zubaidah: “ Raja Cina juga menyenangi adinda, tapi adinda tak ingin karna keyakinan
yang dipegangnya. Adinda rasa pula adipati Abidin baik budi pekerti, sama
agamanya. Adina lebih yakinkan perasaan adinda padanya.”

Kadin Ulama: “Jika itu keputusanmu, maka ayahanda akan menerima maksud baik pinangan
itu.

Siti Zubaidah: “Tapi berarti, adinda harus ikut dengannya ke Kembayat? Dan ayahanda tetap
di Peranggi?”

Kadin Ulama: “tentu anakku, kewajibanmulah mendampinginya. Jangan bersedih, ayahanda


kan baik saja di sini.”

Siti Zubaidah : (Zubed menunduk sedih)” Janganlah banyak yang dipikirkan, kepada Allah
adinda kuserahkan, kehendak kakada tuan kuturutkan, Kepada ayahanda
kupohonkan”

Kadin Ulama: “Pergilah tuan selamat sempurna. Jangan mendapat bala bencana, Jikalau
sampai anakku ke sana, turutlah perintah raja yang gana”

BlACKOUT

Adegan 4

Khadam

BLACKOUT

Adegan 5

(Raja dan putri-putrinya duduk di singgasana)

Raja Cina: “Putri-putriku, ayahanda pikir kalian perlu tahu. Ayahanda bertemu gadis lugu,
saat berdagang dahulu. Ayu nan elok parasnya, Siti Zubaidah namanya.”

Kilan Cahya: “ya ayahanda, tampak senang wajahmu saat bercerita tentangnya. Lalu
mengapa ayahanda tidak meminangnya? Seorang Raja hendaklah didampingi
ratu yang cantik rupa”

Kilan Samsu: “Tapi ayahanda, kudengar Zubaidah dipinangnya sudah. Oleh Raja Kembayat
yang baru, Abidin namanya. Kudengar, mereka baru saja kenalnya.”

Raja Cina: “APA?! Lancang Abidin itu! Aku yang lebih dulu mengenal Zubaidah, Aku pula
yang lebih dulu menyenanginya. IA TAK BISA HIDUP JIKA MEREBUT
MILIKKU!”

Kilan Samsu: “Izinkan kami membantu ayahanda. Biar kami tangkap Abidin dan
menyeretnya ke hadapanmu.”

Kilan Cahya: “ ya Ayahanda, biar Zubaidah sendiri dan menjadi milik kita sepenuhnya.”
Raja Cina: “hmm.. bawa juga Zubaidah ke hadapanku. Biar ia sadar, siapa sebenarnya
pemiliknya!”

BLACKOUT

Adegan 6

(hutan) (berjalan pelan dalam hutan)

Zubed: “adinda lihat kakanda senang berburu, timbullah keinginan menemani kakanda.
Semoga hal itu tak mengapa”

Abidin: “Senanglah hati kakanda ditemani adinda, biar kakanda ajari cara memanah.”

(mencoba memanah, berhasil, tertawa bersama)

Siti Zubaidah: “kakanda, sebenarnya, adinda ingin sampaikan suatu.”

Abidin: “apa itu adinda?”

Siti Zubaidah: “Adinda... sedang mengandung. sudah beberapa minggu, adinda tak enak
badan. Makan tak terasa, tidur lebih lama.”

Abidin: “B-Benarkah itu wahai adinda? Alhamdulillah, betapa riang kakanda hari ini.”

(abidin dan zubed mengelus perut yang sedikit buncit)

(cahya, samsu, 2 pengawal cina masuk, samsu memanah kaki abidin)

Abidin: “Arghhh!”

Zubed: “Kakanda! (panik)”

Abidin: “Larilah Adinda! Lari sejauh mungkin!”

(Abidin mengeluarkan pedang, melawan pengawal, pengawal mati, melawan kilan cahya)

(Kilan Samsu memanah lengan Zubed, Zubed teriak, berlari memegang lengan yg tertusuk)

(Kilan cahya dan kilan samsu menyeret Abidin)

BLACKOUT

Adegan 7

Zubed masuk dengan tertatih kesakitan, memegang lengan

Zubed: “jikalau baginda suatu peri, aku tak mahu diam di negeri, dipandangnya tidak
berapa bena, baik kupergi barang ke mana.” (mencabut panah, kesakitan, darah merembes,
membalut dengan kain bajunya yang dirobek)
Zubed: “wahai anakku, bersabarlah, kuatlah, kita jemput ayahanda, biar hidup bahagia.”

(Zubed berjalan sedikit, melihat rukiah)

Siti Rukiah: (duduk menenggelamkan wajah di lutut bersedih)

Siti Zubaidah: (mendekati Siti Rukiah) “Wahai putri, Apa gerangan yang telah terjadi menimpa putri
sehingga tampak sedih seorang diri”

Siti Rukiah: “Tiada suatu apapun. Tapi mengapa kakanda panggil adinda seorang putri?’

Siti Zubaidah: “dalam sekali lihat, kakanda tau adinda orang terhormat. Meskipun tampaknya
ada yang salah dari tampak luarmu ini”

Siti Rukiah: “dari mana dirimu berasal dan langkah kakimu hendak dibawa ke mana?”

Siti Zubaidah: “kakanda sedang dalam perjalanan yang jauh. Jangan alihkan pembicaraan.
Janganlah tuan kemalu-maluan, akan kakanda dagang yang rawan, karena
kita sama perempuan, apalah dimalukan adinda tuan.”

Siti Rukiah: “nama adinda Siti Rukiah, adinda diasingkan oleh Raja yang kini memimpin
Yunan.”

Siti Zubaidah: “Malangnya nasib tak berperi, kakanda tawarkan diri tuk membantu putri”

Siti Rukiah: “wahai kakanda yang pokta, tak sudi lagi kaki ini menginjak Yunan. Baik
izinkan ananda menemani kakanda, dalam perjalanan tiada tara.”

Siti Zubaidah: “Adinda ingin menyelamatkan kekasih hati, ditawan ia di Cina. Perlulah
kakanda bertindak, agar ia selamat.”

Siti Rukiah: “Melawan Kerajaan Cina sungguh mengerikan, apa yang bisa dua perempuan ini
lakukan?“

Siti Zubaidah: “kita memerlukan bekal yang cukup, taktik yang piawai, dan tentu Restu dari
Nya”

BLACKOUT

Adegan 8

Kilan Cahaya : “Wahai ayahanda, tampaknya ayahanda sedang bersusah hati. Abidin telah
tertangkap, janganlah gusar. Zubaidah, akan segera kami temukan.”
Raja Cina : “Putri-putriku, tertangkapnya Abidin jelas tidak membuat hati ini puas!
Kalian kau tahu tujuanku ingin memiliki Siti Zubaidah!”

Kilan Samsu :”Bersenanglah terlebih dahulu ayahanda, ananda telah membawa


persembahan untuk ayahanda, berupa tarian pedang, semoga hal ini membuat
hati ayahanda membaik”

(Penari masuk, menari hingga selesai)

Raja China : “Wahai putriku, Kilan Samsu, Hatiku cukup terhibur dengan tarian ini.
Pengawal, panggil salah satu penari, aku ingin memberi imbalan”

Pengawal 1 : “Baik tuan” (memanggil penari)

Raja China : “Ini adalah koin emas, kuharap bayaran ini cukup, (menyerahkan kantong
koin, dan menariknya kembali) buka penutup mukamu, aku ingin melihat
wajamu”

Penari : (tetap diam)

Raja China : (Berdiri dari tahta) “Pengawal buka penutup muka itu!”

Pengawal : “Baik tuan!”

Pengawal : (mengeluarkan pedang)

Raja China : “Siapa kau! Aku tidak mengenali dirimu, tangkap dia!”

Pengawal : “Baik tuan!”

Blackout

Siti Zubaidah: (berlari kearah Abidin membuka samaran)

Kilan Samsu :”Ayahanda, Lihatlah siapa yang datang tanpa diundang”

Raja China : “Tak perlu jauh-jauh diriku untuk menjemputmu ke Kembayat, jika kau
datang sendiri menyerahkan dirimu Hahaha”

Raja China : Pengawal Serang!!

Abidin dipasung didepan penari, Siti Zubaidah menari di dekat pasung abidin.

Halda berhasil melumpuhkan 1 pengawal dan mengambil senjata dari pengawal dan
menyerahkan kepada Abidin. Halda dibunuh. Rukiah berhasil melumpuhkan pengawal dan
kilan cahaya. Kilan Samsu membunuh Siti Rukiah, zubaidah menebas telinga samsu, samsu
dibunuh abidin, Raja China maju dan Abidin berperang, Abidin kalah. raja cina dibunuh
zubed. zubed keguguran

Zubed: "arghhh!" (Pegang perut, pendarahan keguguran)

Zubed: "kekasih hatiku telah mati, anakku pun tak sempat injak bumi. Lantas apa hidupku
ini, sungguh tak berarti lagi"

""Blackout

:“

Anda mungkin juga menyukai