Anda di halaman 1dari 8

SCENE 1

Alkisah, di sebuah tempat Jawa Timur, Indonesia, berdirilah dua buah kerajaan kembar,
yaitu Kerajaan Jenggala dan Kerajaan Kediri yang dipersatukan oleh ikatan pernikahan antara
Panji Asmarabangun (putra Jenggala) dan Sekartaji (Putri Kediri). Pada suatu ketika, Kerajaan
Jenggala tiba-tiba diserang oleh kerajaan musuh. Di saat pertempuran sengit berlangsung, Putri
Dewi Sekartaji melarikan diri dan bersembunyi ke sebuah desa yang jauh dari Jenggala. Untuk
menjaga keselamatan jiwanya, ia menyamar sebagai gadis kampung dan mengabdi kepada
seorang janda yang kaya raya bernama Nyai Intan yang mempunyai tiga orang putri yang cantik
dan genit. Mereka adalah Kleting Abang (sulung), Kleting Ijo, dan Kleting Biru (bungsu). Oleh
Nyai Intan, Dewi Sekartaji diangkat menjadi anak dan diberi nama Kleting Kuning.
Sementara itu, di Kerajaan Jenggala, Panji Asmarabangun bersama pasukannya berhasil
memukul mundur pasukan musuh. Keadaan semakin membaik, namun tidak dengan berita yang
disampaikan oleh pengawal sang raja.
Pengawal : (dengan raut khawatir) “Hormat, Yang mulia raja. Ada berita buruk yang hamba
ingin sampaikan, Yang Mulia,”
Raja : (mengernyit) “Berita apa itu?”
Pengawal : “Permaisuri tidak ditemukan di kediamannya, Yang Mulia. Sepertinya ia kabur
mencari perlindungan ketika kerajaan sedang diserang sebelumnya,”
Raja : (terkejut) “Apa?! Bagaimana mungkin?! Kuperintahkan seluruh pengawal ku
untuk mencarinya, dan aku tidak mau tahu, carilah permaisuriku di seluruh
penjuru dunia ini,”
Pengawal : “Siap laksanakan, wahai paduka raja.”

Beberapa hari kemudian….

Pengawal : "Ampun, Baginda! Hamba ingin menyampaikan berita gembira untuk Baginda”
Raja : (dengan tidak sabar) “Apakah kamu telah mengetahui keberadaan istriku?”
Pengawal : “Ampun, Baginda! Hamba hanya menemukan seorang gadis yang mirip dengan
istri Baginda di sebuah dusun. Namun, hamba belum yakin apakah dia itu istri
Baginda, karena ia hanya seorang gadis kampung yang bekerja sebagai
pembantu pada seorang janda kaya.
Raja : (dengan muka penuh harapan) "Baiklah kalau begitu. Kemaslah peti dan kuda
untukku, begitu juga dirimu. Sementara aku akan menyamar sebagai penduduk
biasa yang sedang mencari jodoh. Kupinta juga kau untuk mempersiapkan
sebuah sayembara perjodohan dan umumkan ke seluruh penjuru desa itu ,”
Pengawal : "Baik, Yang Mulia, titahmu adalah nyawaku wahai paduka raja.”

SCENE 2
Keesokan harinya, berangkatlah paduka raja ke Desa Dadapan yang berada di dekat
Sungai Bengawan Solo, Lamongan. Desa itu berseberangan dengan desa tempat tinggal Kleting
Kuning. Dalam perjalanannya, ia bertemu seorang nenek tua, Mbok Rando, terkulai lemas
sehingga pangeran yg tidak segan hati menghampirinya.
Raja : " Permisi mbok, ada apa gerangan hingga mbok terduduk lunglai seperti ini?"
Mbok Rando : (seraya meringis) "Kaki mbok sakit, wahai anak muda. Mbok telah bepergian
dari desa nan jauh disana untuk berdagang dan mbok ingin kembali ke desa di
pinggir sungai ini"
Raja : (penuh simpatik) "Mungkin saya bisa membantu mbok, Bagaimana apabila
mbok ikut menunggangi kuda yang dibawa temanku ini? Kebetulan kami ingin
mengunjungi ini dan mencari penginapan di sana"
Mbok Rando : "Terimakasih atas kebaikanmu, anak muda. Sebagai balas budiku, menginaplah
di rumahku jika kalian bersedia,"
Raja : (sumringah) "Sungguh? Terimakasih mbok, mari (menuntun si mbok)"
Mbok Rando : "Aku jadi teringat cucuku di kampung sana, siapa nama mu anak muda dan ada
keperluan apa engkau datang ke desa ini?"
Raja : "Perkenalkan saya Ande-Ande Lumut, mbok. Pemuda dari desa selatan dan saya
berniat untuk menemukan jodoh saya di dusun tepi sungai ini, mbok,”
Mbok Rando : “hehe, beruntung sekali siapapun yang kelak akan menjadi pendamping anak
baik dan tampan seperti engkau. Sayang sekali mbok tidak punya anak
perempuan yang bisa mbok kenalkan,”
Raja : (merendah) “Tidak apa-apa, mbok. Kami dibolehkan menginap saja sudah
merupakan kebaikan yang tidak pantas kami dapatkan, mbok. Mari kita
teruskan perjalanan.”
SCENE 3
Beberapa hari kemudian di desa, Sang raja yang dikenal sebagai Ande-Ande Lumut
mulai menjadi perbincangan warga sekitar karena ketampanan dan kedermawanannya. Raja pun
memerintahkan pengawal satu-satunya agar pengumuman sayembara mencari jodoh itu segera
disebarkan kepada seluruh pelosok desa. Dalam waktu singkat, berita tentang pelaksanaan
sayembara itu tersebar hingga ke desa seberang, desa tempat tinggal Kleting kuning.

Ibu klenting : (Bernyanyi gembira memanggil anak-anaknya) “Wahai anak-anakku, ibu punya
kabar yang sangat baik. Mari kita berkumpul,”
Klenting Merah,
Hijau,Biru : (Seraya kebingungan) “Ada apa sih buu?”
Ibu klenting :”begini, anakku. Kalian itu kan anak-anak ibu yang sudah dewasa, sudah
Sepatutnyalah diumur kalian yang segini untuk mencari pendamping hidup,”
Klenting Merah,Hijau,dan Biru saling menatap dengan antusias..
Ibu Klenting : “Ibu mendengar bahwa di dusun seberang terdapat pemuda yang saangat tampan
dan kaya raya, semua orang mengenalnya, dan inilah kabar baiknya. Pemuda
tersebut sedang mengadakan sayembara untuk mencari siapa jodohnya dan ibu
ingin kalian bertiga untuk mengikuti sayembara tersebut,”
Klenting hijau : “Wahh, itu berarti apabila aku menjadi istrinya, pasti aku akan menjadi kaya
raya hahaha,”
Klenting biru : “Asyik Asyik!!! Kita akan berdandan secantik-cantiknya. Kalau salah seorang di
antara kita menjadi putri orang kaya, ibu pasti akan senang,”
Klenting merah: “Ya sudah pasti aku lah yang akan dipilihnya. Aku kan yang paling cantik di
desa ini. Kalian tidak usah berharap deh, ingat ya, cuman aku seorang yang
pasti akan dipilihnya,”
Ibu klenting : (sembari melerai anak-anaknya) “Sudah, sudah, cukup. Pokoknya ibu ingin
kalian terlihat cantik semaksimal mungkin dan sudah pasti anak-anak ibu lah
yang akan dipilih orang si pemuda itu,”
Klenting hijau : (diikuti anggukan klenting lainnya) “Lalu, bagaimana dengan klenting kuning,
Bu? Aku bahkan tidak sudi untuk melihat penampilannya yang sangat kusuh
itu,”
Ibu Klenting : “Tidak usah dipikirkan kalau si klenting kuning itu, pemuda jelek dan miskin
pun tidak akan mau bersamanya. Hanya kalian bertigalah yang ibu ajak.”
Klenting Merah,
Hijau, dan Biru: “asyikk..”

Mereka tidak menyadari akan kehadiran klenting kuning yang bersembunyi mendengar
pembicaraan mereka. Sungguh hatinya teriris mendengar perkataan saudara-saudaranya itu.

SCENE 4

Pada hari sayembara itu dimulai, Kleting Abang, Ijo, dan Biru pun segera berdandan dengan
sangat mencolok. Mereka mengenakan pakaian yang paling bagus, perhiasan yang indah, dan
parfum yang semerbak. Saat mereka sedang asyik berdandan, Kleting Kuning mendekati mereka.
Kuning : “Wah, kalian cantik sekali! Kalian pasti mau pergi ke sayembara itu ya?”
Hijau : (sambil memberikan tatapan meremehkan)“Apa kamu ikut sayembara juga,
klenting kuning?”
Merah : (berdesis) “heh, baju saja tak punya, apanya yang mau dipamerkan. Yah, paling
tidak baunya mungkin bisa dipamerkan sih..”
Biru : “Hahaha, hush hush sana, klenting kuning! Nanti bau mu menempel di bajuku
yang cantik ini!”
(klenting kuning terdiam menunduk)
(semuanya merumpun mengelilingi klenting kuning)
Merah : “Dengar ya, kuning! Kamu itu tidak pantas untuk ikut acara perjodohan ini, aku
tidak ingin kamu mempermalukan keluarga kami dengan penampilan lusuhmu
itu dihadapan orang-orang nanti,”
Biru : “Benar, kamu tidak pantas ikut sayembara ini! Lebih baik kamu di rumah
mengurus semua pekerjaanmu. Ayo, pergilah ke sungai mencuci semua
pakaian kotor itu!
Hijau : “Sudahlah ayo kita kembali bersiap, aku tidak mau kita telat karena perkara si
kuning saja. Pokoknya semua tugas rumah harus kau selesaikan setiba kami di
rumah, kuning!”
Kuning : (menahan tangisnya) “Baiklah, saudara-saudaraku..”
SCENE 5
Klenting Kuning segera mengumpulkan pakaian kotor itu lalu pergi ke sungai.
Sebenarnya, ia pun tidak tertarik untuk mengikuti sayembara itu, karena ia masih teringat kepada
suaminya, Panji Asmarabangun. Ia akan selalu setia kepada suaminya meskipun belum
mendengar kabar tentang keadaannya apakah masih hidup atau sudah tewas dalam peperangan.
Ketika ia sedang mencuci di sungai, tiba-tiba seekor burung bangau datang menghampirinya.
Anehnya, burung bangau itu dapat berbicara layaknya manusia dan kedua kakinya mencengkram
sebuah cambuk.
Burung Elang : ( seraya meletakkan cambuk itu di atas batu di dekat Kleting Kuning )
“Wahai, Tuan Putri! Pergilah ke Desa Dadapan mengikuti sayembara itu! Di
sana Tuan Putri akan bertemu dengan Panji Asmarabangun. Bawalah cambuk
ini! Jika sewaktu-waktu Tuan Putri membutuhkan pertolongan, Tuan Putri
boleh menggunakannya,”
Kuning : “Tapi..”

(Burung Elangnya terbang)

Belum sempat Klenting Kuning berkata apa-apa, burung bangau itu sudah terbang ke angkasa
dan seketika itu pula menghilang dari pandangan mata. Tanpa berpikir panjang lagi, Kleting
Kuning pun segera kembali ke rumah dan bersiap-siap berangkat menuju Desa Dadapan.

SCENE 6
Sementara itu, ketiga saudara dan ibu angkatnya telah berangkat terlebih dahulu. Kini mereka
telah sampai di tepi Sungai Bengawan Solo. Mereka kebingungan, karena harus menyeberangi
sungai yang luas dan dalam itu, sementara tak satu pun perahu yang tampak di tepi sungai.
Merah : “Bu, bagaimana caranya kita menyeberangi sungai ini?”
Biru : “Iya, Bu! Apa yang harus kita lakukan?”
Hijau : “Hai, coba lihat itu! Makhluk apa itu?”
Biru : “Astaga, ada kepiting raksasa yang mengapung,”
Ibu Klenting : “Hai, Kepiting Raksasa! Maukah kamu membantu kami menyeberangi sungai
ini?”
Yuyu Kangkang: “Ha ha ha!!! Aku akan membantu kalian, tapi kalian harus memenuhi satu
syarat,”
Hijau : “Apakah syaratmu itu, hai Kepiting Raksasa? Katakanlah!”
Merah : “Apapun syaratmu, kami akan memenuhinya asalkan kami dapat menyeberangi
ini.”
Yuyu Kangkang: “Kalian harus menciumku terlebih dahulu sebelum aku mengantar kalian ke
seberang sungai,”
Para klenting : (dengan sangat terpaksa) “Ya..ya...yasudah deh”

Akhirnya, Kleting Abang dan kedua adiknya menerima persyaratan Yuyu Kangkang. Satu
persatu mereka mencium si Yuyu Kangkang. Setelah itu, Yuyu Kangkang pun mengantar mereka
ke seberang sungai. Selang beberapa saat kemudian, Kleting Kuning juga tiba di tepi sungai.
Ketika Yuyu Kangkang mengajukan persyaratan yang sama, yaitu meminta imbalan ciuman,
Kleting Kuning menolaknya.
Klenting Kuning: “Wahai kepiting raksasa, kumohon antarkan aku ke desa seberang,”
Yuyu kangkang : “Sudah kubilang, cium aku terlebih dulu, baru akan kupenuhi permintaanmu,”
Kuning : “Kumohon, aku tidak bisa menciummu. Aku memiliki suami yang begitu
kucintai. Kumohon bantu aku wahai kepiting raksasa,”
Yuyu Kangkang: “Heum, Tidak mau.”
Kuning : “Terpaksa aku harus melakukan ini,”(Klenting Kuning memecut sungai dengan
pecutnya)
Perlahan air sungai mulai surut, Yuyu Kangkang ketakutan.
Yuyu Kangkang: “Ada apa ini, apa yang kau lakukan? Tidak, tidak, airnya tidak boleh surut atau
aku akan mati. Tolong aku, tolong! Aku akan mengantarmu ke seberang, aku
janji!”
Akhirnya Yuyu Kangkang mengantar si kuning ke desa Dadapan.

SCENE 7
Setibanya ditempat sayembara, Kleting Kuning bertemu dengan ketiga saudara dan ibu
angkatnya. Mereka semua terkejut. Tak berapa lama kemudian, sayembara pun dimulai. Secara
bergiliran, Kleting Abang dan kedua adiknya menunjukkan kecantikan dan kemolekan tubuhnya
di hadapan Ande Ande Lumut. Namun, tak seorang pun di antara mereka yang dipilih oleh Ande
Ande Lumut. Melihat hal itu, Nyai Intan pun berlutut memohon kepada Ande Ande Lumut agar
memilih salah satu putrinya untuk dijadikan permaisuri.
Ibu klenting : “Ampun, Pangeran! Hamba mohon, terimahlah salah seorang dari ketiga putriku
ini! Kurang cantik apalagi mereka dengan dandanan yang sebagus itu?”
Raja : (sembari tersenyum) “Memang benar, ketiga putri Nyai cantik semua. Tapi, aku
tetap tidak akan memilih seorang pun dari mereka,”
Raja : (seraya menunjuk gadis dibelakang) “Pengawal! Tolong panggilkan gadis yang
berbaju kuning itu kemari,”
Raja : “Aku memilih gadis ini sebagai permaisuriku,”
Para klenting : (Para klenting terkejut dan mencibir) “Apaa?! Kenapa si kuning? Tidak
mungkin!”
Ibu Klenting : “Ampun, Pangeran! Kenapa Pangeran lebih memilih gadis yang tak terurus itu
dari pada ketiga putriku yang cantik dan menarik ini?”
Raja : (tersenyum) “Wahai, Nyai Intan! Ketahuilah, aku tidak memilih seorang pun
dari putrimu, karena mereka mencium si Yuyu Kangkang, kepiting raksasa yang
bernama Yuyu Kangkang itu adalah utusanku untuk menguji para peserta
sayembara yang melewati sungai itu. Aku memilih gadis ini, karena dia lulus
ujian, yakni menolak untuk mencium si Yuyu Kangkang,”
Kuning : “Maaf, Ande-Ande Lumut. Saya tidak bermaksud ke sini untuk dipersunting dan
mengikuti sayembara ini, melainkan saya sedang mencari suami saya. Saya mendapat petunjuk
bahwa suami saya ada disini. Lagipula saya bukanlah gadis yang cantik seperti para gadis yang
telah hadir disini,”

Raja : “Karena itulah aku susah payah membuat sayembara ini demi untuk
menemukanmu, Ratu Sekartaji,”
Kuning : “Apa maksudmu? Ba-bagimana kau bisa tahu kalau aku…”
Lantas Ande-Ande lumut merubah penampilannya menjadi wujud aslinya, yaitu Raja Panji.
Ibu dan klenting: “Pa-paduka raja!”
Menyadari bahwa sedari awal ini adalah rencana dari suaminya, begitu pula klenting kuning
mengubah wujud aslinya menjadi Ratu Sekartaji yang cantik jelita dengan pecut saktinya.
Raja : (tersenyum Bahagia sambil berlutut dihadapan ratu) “Akhirnya aku bertemu
kembali dengan permaisuriku, terima kasih untuk tetap hidup dan mencariku,”
Kuning : (tersenyum Bahagia) “Begitu juga aku, terimakasih telah mencariku dan tetap
hidup setelah kembali dari peperangan.”
Akhirnya, sepasang suami istri yang saling mencintai itu bertemu kembali dan hidup bahagia.
Sebagai ucapan terima kasih kepada Mbok Randa, Panji Asmarabangun membawanya serta
tinggal di istana Jenggala. Sementara Nyai Intan dan ketiga putrinya kembali ke desanya dengan
perasaan kecewa dan malu.
TEKS DRAMA UJIAN PRAKTEK BAHASA
INDONESIA
“Ande Ande Lumut”
Sebuah Cerita Rakyat dari Jawa Timur

Kelas XII MIPA 6

Oleh :
Adella Marshanda K. (02)
Annisa Nur Rahmadhani (05)
Ariq Widyadhana S. (06)
Az Zahra Sahirah (09)
Destia Fitriyanti (11)
M. Arief Kurniawan (22)
Nadita Ranasya I. (25)

Anda mungkin juga menyukai