Anda di halaman 1dari 3

SKENARIO DRAMA UJIAN PRAKTEK

NAMA : Iqbal Rizqi

NOVEL : Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

JUDUL : DILEMA

BABAK 1

PROLOG :

Dari jauh, di antara manusia yang telah datang berduyun-duyun menuju tepi pagar pacuan, kelihatan
seorang anak muda berjalan dengan gontai dan tenangnya. Mukanya muram, rambut nya telah panjang,
rupanya kurang disisir meskipun bajunya bersih, tetapi tidak memakai dasi. Bersarung, padahal orang
muda yang lain berpentalon. Dia pergi ke dekat pagar akan ke tribune, rupanya seakan-akan ada orang
yang ditunggutunggunya. Tiba-tiba datanglah serombongan anak muda laki-laki dan perempuan akan
masuk ke tribune itu, berjalan sambil tertawa riang.

DIALOG :

Zainudin : "Kau........... Hayati?"

Hayati : "Zai..........nuddin ......" ( sambil memberhentitkkan langkahnya )

Khadijah : "Mengapa terhenti Hayati?" , "Kenapa tertegun? Dan siapakah ini?

Hayati : "Inilah sahabatku, Zainuddin!

Khadijah : "Oooo....ini orang yang kerap kali engkau sebut-sebut itu rupanya."

BABAK 2

PROLOG :

Dalam pergaulan beberapa hari di Padang Panjang, dalam melihat pacu kuda, pasar keramaian, berjalan-
jalan makan angin ke tempat-tempat yang indah dan pergaulan di atas rumah yang bebas, tentu saja
hati Aziz amat tertarik melihat kecantikan Hayati. Khadijah pun selalu memperhatikan bagaimana tajam
mata [92] saudaranya melihat gadis pingitan itu. Bilamana bersama-sama makan, kerap kali Hayati
tersipu-sipu karena tidak tahan dilihat dengan sudut inata yang setajam itu. Bilamana Khadijah ke
belakang atau yang lain tak ada, Aziz tiba, didapatinya Hayati duduk, pandai pula dia mengeluarkan
perkataan-perkataan yang lemak manis yang dapat menerbitkan kegembiraan perempuan.
DIALOG :
Aziz : (terpesona) “Memang benar apa yang dikatakan adikku. Kau cantik sekali,Hayati.”
Hayati : “Sudahlah, aku tidak pernah menganggap diriku cantik. Jangan dilebihlebihkan.”
Aziz : “Tapi ini benar, aku jujur dan tanpa melebih-lebihkan.”
Hayati : “Ah, kalau benar kiranya begitu, terima kasih atas pujiannya.”
Datuk : “Kesan pertama yang baik. Aziz ini sudah pasti lebih baik dibandingkan Zainuddin, Hayati.”
Aziz : “Zainuddin? Siapa dia?”
Datuk : “Dia pernah berhubungan dengan Hayati dulu. Tapi sudah berakhir sekarang”
Hayati : “Sudahlah, Mak Datuk. Jangan diungkit-ungkit lagi.”
Datuk :”Apa pendapatmu tentang Aziz, Hayati?”
Hayati : “Yah, dia kelihatannya baik. Tapi aku baru mengenalnya hari ini, Mak Datuk.
Mengapa Mak Datuk sudah bertanya seperti itu?”
Datuk : “Tidak apa-apa, hanya bertanya saja. Mak hanya ingin berpesan jangan terlalu terpuruk karena
sakit hatimu. Kedatangan Aziz ini… cobalah beri dia kesempatan, siapa tahu dia bisa membuatmu lupa
akan kesedihanmu karena Zainuddin. Dia jauh lebih baik daripada Zainuddin. Camkan ini baik-baik,
Hayati.”
Hayati : (terdiam) Hayati masih belum bisa melupakan Zainuddin. Tidak, tidak secepat itu. Kedatangan

BABAK 3

PROLOG :
Di dalam rumah tangga Khadijah tidak lama orang timbang-menimbang, segera saja sepakat hendak
meminang Hayati untuk Aziz. Apalagi sudah berat pikiran mereka bahwa permintaan mereka akan
terkabul. Sebab segala syarat-syarat rasanya cukup, tidak ada yang kurang. Wang ada, pangkat pun ada,
terpandang pula dalam negeri. Duduk sama rendah tegak sama tinggi. Bagai bulan dengan matahari.
Pada waktu yang telah ditentukan, setelah genap mupakat Aziz dengan keluarganya, disuruhlah seorang
suruhan yang bijak menyampaikan permintaan kepada kaum kerabat Hayati, membawa "sirih nan
secabik, pinang dan segetap." Sampai di Batipuh diterima dengan pribahasa yang halus-halus oleh kaum
Hayati; maklumlah mengadu malu dengan budi.

DIALOG :

Khadijah : zis , alangkah baiknya kita berkarib dengan dia (sambil menunjuk hayati)
Ibu Khadijah : Kalau kita berkerabat dengan dia, bukan main megahnya itu. Barangkali orang yang akan
disuruh pergi yang tak mau
Azis : (hanya menekur sambil mengulaikan kepalanya ke korsi dan kemudian menengadah ke loteng,
seakan-akan tak terdengar olehnya)
Khadijah :bagaimana ini uda? Perempuan seperti hayati itu suda sepantasnya untuk kita
Ibu Khadijah : Sebetulnya di dalam pergaulan seminggu itu, banyak benar perangainya yang menarik hati
saya. Kalau dapat kita minta, alangkah baiknya
Azis : Gadis kampung salahnya terlalu kaku kalau dibawa ke kota
Khadijah : "Itu mudah diperbaiki. Kalau kita palut badannya dengan mas, diberi kesenangan yang
memuaskan, tentu dia akan berobah menjadi orang kota yang modern kelak
Lalu Khadijah memberikan sepucuk surat kepada hayati
Hayati : "Ya Rabbi, berilah petunjuk bagi hambamu ini

BABAK 4

PROLOG :

Dt....... yang takut perdebatan akan sengit telah mengetengahi perkataan itu dengan katanya: "Rupanya
kayu yang bercabang tidak bisa dihentakkan. Meski pun Hayati suka kepada Zainuddin itu,
merdekakanlah dia dalam kesukaannya, yang akan langsting ialah kehendak kita juga. Zainuddin itu
memang ada mengirimkan surat meminta Hayati, (sambil Dt....mengeluarkan surat Zainuddin dari
sakunya), tetapi meminang dengan mengirim surat itu sudah nyata bukan adat dan bukan lembaga di
negeri kita. Perkataan kita telah hampir sampai kepada yang dimaksud perkara menerima permintaan
orang muda Aziz itu. Sekarang lebih baik kita bulat segolong picak setapik, kita bulatkan mufakat."
DIALOG :
Hayati : “Mengapa bisa jadi seperti ini? Apa yang harus kuperbuat sekarang… Tuhanku, hamba bingung…
Hamba benar-benar tidak ingin menyakiti hati siapapun…” (putus asa)
Datuk : (datang) “Ada apa, Hayati? Surat apa itu di tanganmu?” (mengambil surat dari tangan Hayati)
“Ini surat lamaran, ‘bukan? Dari dua orang? Dan Zainuddin masih berani-beraninya mengirimkan surat
lamaran padamu?”
Hayati : (terdiam, menutup mka dengan kedua tangan, terlihat bingung)
Datuk : (nada memerintah) “Terimalah lamaran Aziz. Turuti kata-kataku. Jangan coba membantah.
Hayati. Pernikahan kalian akan segera dilangsungkan.” (membuang kedua surat itu sembarangan dan
pergi ke belakang panggung)
Hayati : (menatap kepergian Datuk dengan raut sedih) “Tapi… tapi… aku mencintai Zainuddin.”
(menangis)

EPILOG :

Demi setelah sampai surat itu kepada Zainuddin, mengerti benarlah dia sekarang hal yang
disusahkannya selama ini, yaitu kalau-kalau Hayati masih cinta kepadanya. Sekarang ternyata sudah
tidak lagi. Sebagai seorang laki-laki yang tahu kehormatan dirinya ditulisnyalah surat yang penghabisan,
untuk penutup riwayat-riwayat yang telah lama itu.

Anda mungkin juga menyukai