Dara sambil tersenyum, menutup SMS yang dikirim Adel kepadanya. SMS ke seratus
enam puluh kali, yang dikirim laki-laki sederhana itu, bener-bener menggetarkan
hatinya.
“Kenapa, Ra? Dari Adel lagi ya?”
“Yap. Ke seratus enam puluh kali!”
“Hah?!” Vika melongo. “Sampe diitungin gitu!”
“Lihat ni. Baca aja!” Dara menunjukkan SMS pada Vika, sahabatnya. Vika
menggeleng-geleng takjub.
“Gile. Romantis banget?! Dia cinta banget sama kamu, Ra!”
ucap Vika.
“Iye. Aku tahu….”
“So? Apa lagi? Jadian aja. Apa sih susahnya???”
“Ya, kamu tahu si Adel kan?”
“Tahu. Emang kenapa? Dia baik. Wajahnya nggak jelek-jelek amat….
“Aku ngerti. Tapi aku nggak bisa nerima sikap dia….”
”Kenapa? Dia kurang tajir?”
“Enggak!”
“Dia kurang ngetop?”
“Bukan itu. Maksudku, Adel kan bukan tipeku….” Akhirnya Dara menjawab lirih.
“Aduh. Kamu ini aneh banget. Kurang apa sih si Adel? Kamu mau cari cowok seperti
apa?”
“Kayak Steve….”
“Steve? Si bule norak itu???”
“Hush! Sembarangan. Dia itu bule keren. Cakep, putih, atletis, jago basket, royal
banget, gayanya cuek, kalau pakai baju matching banget….”
“Aduh, Ra. Wake up. Steve itu oke di luar aja. Dalemnya kamu nggak tahu kan?”
Dara menggeleng.
“Aku tahu sampe dalem-dalemnya!”
Dara melongo.
“Maksud kamu… Ya ampun, Vik. Kamu pernah ngintip dia mandi ya???” Dara
bengong dengan khusyu.
“Yeee, tulalit amat sih. Maksudku, hati dia. Dia itu secara pribadi, kata pak ustad
secara akhlak, nggak baik! Dia itu suka ganti-ganti cewek!” papar Vika.